Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL, DESAIN, DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

HADIS
Ferdy Pratama
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Email: ferdypratama995@gmail.com

Abstrak

Kajian terhadap hadis menjadi sangat urgen untuk dilakukan, mengingat posisinya
yang stratregis sebagai salah satu sumber pokok ajaran Islam setelah al-Qur’an. Bukan
hanya kajian sanad saja tetapi tak kalah penting dilakukan juga terhadap matan. salah satu
kegiatan penting sebelum melakukan kegiatan penelitian adalah penyusunan proposal
penelitian. sehingga yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian hadis adalah
membuat proposal penelitian hadis.

Oleh karena itu artikel ini mencoba mengkaji mengenai proposal dan desain
dalam penelitian hadis yang kemudian diarahkan pada model kajian hadis melalui
penelitian sanad, matan dan lainnya yang masih terkait dengan penelitian hadis.
Harapannya akan memberikan khasanah tersendiri mengenai bagaiamana peneliti
membuat proposal dalam penelitian hadis dan langkah-langkah dalam penelitian hadis.

PENDAHULUAN

Seluruh umat Islam telah menerima faham, bahwa Hadis Rasulullah Saw.itu
sebagai pedoman hidup yang utama setelah al-Qur’an Atau dengan kata lain Hadis Nabi
merupakun sumber ajaran Islam, di samping al-Qur’an. Namun demikian periwayatan
Hadis dan Penulisan Hadis Jauh berbeda dengan periwayatan dan Penulisan al-Qur’an.
Untuk al-Qur’an, semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawattir.
Sedangkan periwayatan Hadis, sebagian dilakukan secara mutawattir dan sebagian lagi
berlangsung secara ahad demikian dilihat dari segi periwayatannya al-Qur’an mempunyai

1
kedudukan sebagai qath’i al-Wurud. Sedangkan Hadis, sebagian berkedudukan qath’i al-
Wurud dan sebagian lagi, bahkan terbanyak kedudukan sebagai zanni al-Wurud.1

Hadis merupakan dasar kedua dalah hirarki hukum islam setelah al-Qur’an.
Sebagaiman al-Qur’an, hadīs juga sangat perlu untuk dikaji agar kandungannya yang
merupakan petunjuk dan hidayah dapat dipahami dengan baik oleh segenap kaum
muslimin.2

Dalam kajian hadis yang kemudian disebut dengan penelitian hadis, haruslah
mengikuti langkah-langkah yang telah digariskan oleh ulama hadis. Sebab hadis memiliki
struktur dan komponen yang agak berbeda dengan al-Qur’an. Suatu hadīs memiliki dua
komponen utama, yaitu sanad dan matn hadīs.

Penelitian suatu hadis akan tertuju kepeda keduanya, oleh karena itu haruslah
memiliki langkah-langkah yang terstruktur dan sistematis agar menghasilkan hasil
penelitan yang benar. Oleh karena itu penelitian hadīs dibagi menjadi dua jenis; sanad
dan matan. Masing-masing jenis memiliki langkahnya masing-masing. Dengan demikian
sangatlah penting mengurai kedua jenis peneklitian tersebut berikut langkahnya masing-
masing

Dalam melakukan penelitian, tentunya seorang peneliti harus menyusun proposal


penelitian yang menjadi salah satu kegiatan penting sebelum melaksanakan penelitian.
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama
dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku untuk dapat
menghasilkan suatu penelitian yang baik. Untuk dapat menghasilkan penelitian yang
baik, maka dibutuhkan desain penelitian untuk menunjang dan memberikan hasil
penelitian yang sistematik. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu penelitian dalam pengumpulan
dan menganalisis data.3

1
S{aladuddin Ibn Ah}mad Al-Ad}abi, Manhaj Naqdil Matan (Beiru>t: Da>r Al-Afaq Al-
Jadidah, 1983), 239.
2
Sifyan Nur, Jenis Dan Langkah Penelitian Hadis vol. 3 (Nukhbatul ‘Ulum: Jurnal Bidang
Kajian Islam, 2017), 20.
3
Uma Sekaran, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 30.

2
Kedudukan peneliti baik itu dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif cukup
rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian
instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena menjadi segalanya dari keseluruhan
proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat (teknik)
pengumpul data.4

Dari pendahuluan tersebut, maka kajian penelitian ini menguraikan permasalahan


berupa rancangan proposal penelitian, desain penelitian dalam bidang kajian hadis. Serta
tidak menutup lemungkinan sedikit menyinggung beberapa hal yang perlu dibahas terkait
dengan tema pembahasan dalam artikel ini.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Proposal Dalam Penelitian Hadis

Proposal dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan gambaran


menyeluruh mengenai penelitian yang akan dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat
unsur-unsur penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah, metode, dan
analisis data, sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar dapat tergambarkan.5

Proposal disusun berdasarkan teknik penelitian yang akan dilaksanakan.


Penelitian kuantitatif memiliki mode proposal yang berbeda dengan penelitian kualitatif.
Meskipun demikian secara substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena
keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana penelitian akan dilakukan.

Umumnya proposal harus memuat latar belakang penelitian, batasan masalah,


perumusan masalah, signifikansi, tujuan, kajian teoritis, dan metodologi penelitian, waktu
dan tempat penelitian. Apabila direlevansikan dengan proposal penelitian hadis tentunya
harus disesuaikan rancangan proposal tersebut dimana harus memuat unsur-unsur seperti
latar nelakang, batasan masalah, dan seterusnya

2. Pengertian Desain Dalam Penelitian Hadis

4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Roksadaya, 2013), 168.
5
Muhammad Farkhan. Proposal Penelitian Bahasa dan Sastra (Jakarta: CV. Fasco Jaya Jakarta.
2007), 46.

3
Kata desain dan kata penelitian mengandung arti: kerangka bentuk atau
rancangan; dan motif (corak).6 Sedangkan penelitian berarti: 1) Pemeriksaan yang teliti;
penyelidikan; dan 2) Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data
yang dilakukan secara sistematis dan obyektif, untuk memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip umum.7

Penelitian atau penyelidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,


mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan yang dilaksanakan dengan
menggunakan metode ilmiah. Usaha menemukan berarti usaha mendapatkan sesuatu
yang baru, usaha mengembangkan berarti usaha memperdalam dan memperluas temuan
yang sudah ada dan dugaan-dugaan tentang kebenaran tersebut.8

Jadi arti dari kata desain penelitian mengandung makna rancangan kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif, untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip umum.

Untuk memperjelas mengenai desain dalam penelitian hadis sebagai berikut:

a) Desain Penelitian Kualitatif Living Hadis


1) Penelitian kajian deskriptif analisis
Desain kajian ini difokuskan untuk mengkaji satu kasus saja. Mengkaji
satu kasus kecil mengenai fenomena hadis. Kemudian dideskripsikan secara
utuh dan dianalisis dengan kerangka teori yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kajian deskriptif-analisis merupakan jenis kajian kasus perkasus, bukan
berbasis kawasan atau berbasis pada ayat atau hadis tertentu ssebagai awal
penelitian.
Contoh hasil kajian deskriptif analisis sebagai berikut: 1) Joget solawat, 2)
Studi kasus tradisi pembacaan surat yasin kamis malam jum’at di Ponpes
Lawang Jati Sdoarjo.
2) Desain kajian tematik
6
Depikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 200.
7
Ibid, 920.
8
Zulkifli, Dasar-Dasar Penyusunan Proposal Penelitian Bidang Ilmu Agama Islam (Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2001), 3.

4
Tujuan dan kegunaan dari Penelitian living hadis dengan desain tematik
ini adalah untuk mengungkap adanya keragaman praktik hadis. Suatu hadis
yang memiliki praktik yang beragam bahkan ketika dapat diterapkan dalam
satu wilayah sekalipun.
Penggunaan desain kajian tematik dapat mengungkap adanya perbedaan
praktik sebuah hadis bertema tertentu di sebuah komunitas serta alasan yang
mendasari keragaman tersebut dan makna filosofis dibalik praktik-praktik
yang beragam tersebut.
3) Desain kajian komparatif
Kajian dengan desain ini dapat berguna untuk melihat polarisasi living
hadis dari masa ke masa. Boleh jadi praktik suatu hadis berbeda dari periode
Nabi hingga ke generasi kita. Demikian pula, pada waktu yang bersamaan,
satu periode pun, juga sangat memungkinkan untuk terjadi perbedaan dalam
merefleksikan sebuah hadis, hanya karena perbedaan kondisi dan ruang
budaya atau letak geografis.
b) Desain Penelitian Kuantitatif Living Hadis
Penelitian kuantitatif ini merupakan upaya untuk mengukur sejauh mana
resepsi masyarakat terhadap suatu hadis melalui data-data angka yang diperoleh
dari hasil surveu atau penelitian eksperimen. Sedangkan penelitian kualitatif yang
telah dikaji model-model desainnya di atas, lebih menekankan pada kajian tentang
nilai dan makna budaya, makna kultural, atau makna fungsional dalam praktik
living hadis. Tidak mengukur secara pasti seberapa besar tingkat penerimaan
masyarakat melalui angka, namun melakui rasam ekspresi, dan refleksi
pengalaman.
Penelitian kuantitatif living hadis ini memerlukan kajian matematis untuk
mengolah, menafsirkan, dan menganalisis data agar dapat ditarik sebuah
kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
Terkait manfaatnyta, jelas bahwa penelitian kuantitatif living hadis ini
penting untuk melihat secara nyata dengan data angka yangbterukur tentang apa
yang sebenarnya terjadi dengan hadis tersebut di dalam kehidupan sosial-
keagamaan. Sebagai pengkaji hadis, kita juga dapat mengetahui secara pasti

5
sejauh mana tingkat resepsi masyarakat terhadap hadis. Apakah misalnya, resepsi
mereka terhadap hadis telah mencapai 50 persen atau jauh di bawahnya.

Selain itu proposal desain penelitian dalam berbagai literature metodologi


penelitian memiliki beberapa varian. Perbedaan objek penelitian, jenis [enelitian,
metode yang diaplikasikan maupun ketentuan pembuatan proposal yang
diberlakukan institusi tertentu turut menjadi faktor terjadinya variannitu. Pada
artikel ini dikemukakan bentuk proposal desain penelitian dengan Sembilan unsur
sebagai berikut:

1) Judul penelitian
2) Kerangka tulisan
3) Latar belakang masalah
4) Rumusan masalah
5) Penegasan judul (Definisi operasional dan lingkup pembahasan)
6) Tujuan dan signifikansi penelitian
7) Metode penelitian
8) Sistematika penulisan
9) Daftar pustaka sementara9
3. Pengertian Gejala, Fakta, Data, Konsep, Variable, Proposisi dan Teori dalam
Penelitian Hadis
a) Gejala
Gejala juga biasa disebut dengan fenomena yang merupakan kejadian atau
peristiwa yang diamati dan dijadikan dasar untuk merenungkan peristiwa atau
kejadian itu. Sebagaimana pada contoh kasus berikut:
Pada tahun 1848 seorang pria muda bernama Phineas Gage sedang
mengerjakan proyek bangunan saat terjadi kecelakaan. Sebuah pipa besar
melesat tepat di kepalanya secara vertikal dan menusuk kepalanya dan mengenai
otaknya. Gage tidak kehilangan kesadaran meski sedikit bagian otaknya
berhembus keluar dari kepalanya. Namun ajaibnya, gage berhasil diobati dan
tidak ada kerusakan secara fisik. Namun diamati ternyata ada perubahan

9
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 112-123.

6
kepribadian yang signifikan pada diri gaeg. Gage yang tadinya dikenal sebagai
sosok yang ramah, bertanggung jawab dan tidak mudah marah berubah drastis
menjadi sosok yang tidak bisa diprediksi, impulsive, dan serampangan.10
Oleh karena itu yang disebut dengan gejala adalah berubahnya sosok gage
sebelum kejadian dan setelah kejadian yang menimpa otaknya. Sehingga
mendorong para ilmuan neurobiologis untuk menyelidiki otak manusia
b) Fakta
Fakta adalah premis atau kronologi suatu peristiwa yang tidak
terbantahkan atau bisa diterima oleh semua orang. Contohnya fakta bahwa
Rasulullah Saw lahir di kota Mekkah. Tidak ada bantahan atas hal ini karena
memang Rasulullah Saw tidak dilahirkan selian di kota Mekkah. Atau dalam
kasus Gage faktanya mengalami kecelakaan. Bagian korteks prefontal
ventromedial milik Gage terkena pipa dan semua itu adalah kejadian yang
dialami oleh Gage.
c) Data
Data adalah hasil verifikasi atas asumsi fakta mengenai gejala dan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala.
Sebagaimana pada kasus gage. Saat ingin mengivestigasi lebih mendalam
mengenai apa yang terjadi pada Gage, bisa dilakukan dengan cara
mewawancarai gage atau orang-orang terdekatnya agar diperoleh verifikasi
mengenai asumsi terhadap apa yang terjadi sebenarnya.11
d) Konsep
Berteoretisasi merupakan bagian sangat penting dalam penelitian. Pada
tahap ini peneliti menggunakan istilah “konsep” dan “proposisi” untuk
menggambarkan fenomena atau peristiwa yang diamati dari yang kompleks
menjadi sederhana. Konsep sendiri itu apa? Singarimbun dan Effendi 12
mendefinisikan konsep sebagai istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau
10
Kiehl, KA, dan Buckholtz, Di Dalam Pikiran Psikopat Diakses dari
http://cicn.vanderbilt.edu/images/new/psycho.pdf
11
Van Den Bos dan Guroglu, Peran korteks Preforental Medial Ventral Dalam Pengambilan
Keputusan Sosial (Jurnal Ilmu Saraf, 2009), 29.
12
Singarimbun, Masri dan Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta LP3ES, 1995), 36.

7
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti
diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu
istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya.
Istilah tersebut digunakan untuk mewakili realitas yang kompleks.
Dalam penelitian dikenal dua jenis konsep, yaitu pertama konsep-konsep
yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas yang mereka wakili, dan
kedua ialah konsep-konsep yang lebih abstrak atau tidak jelas hubungannya
dengan fakta atau realitas. Kursi adalah sebagai konsep jenis pertama. Dengan
menggunakan istilah “kursi”, kita dengan mudah dapat menangkap makna yang
dimaksud, yakni menunjuk pada barang (perabot) tertentu dengan ciri-ciri yang
dimiliki, seperti kaki dan permukaan yang dapat digunakan sebagai tempat
duduk. Kendati jenis dan bentuknya bermacam-macam, konsep “kursi” dapat
digunakan untuk mewakili semua jenis kursi dengan berbagai ciri-cirinya.
Proses demikian disebut “abstraksi”, yakni mengabstraksikan berbagai realitas
dengan menggunakan istilah yang dapat diukur dan diamati. Selain kursi, istilah-
istilah lain seperti “meja”, “dipan”, “almari” “pintu” bisa disebut sebagai
konsep. Dalam bidang pendidikan istilah-istilah seperti “kurikulum”,
“semester”, “kecerdasan”, “prestasi”, “buku ajar”, “skripsi”, “makalah”, dan
sebagainya adalah juga konsep.
Jenis konsep kedua ialah yang lebih abstrak dari fakta atau realitas yang
diwakili, misalnya dalam bidang sosiologi dikenal istilah-istilah “interaksi
sosial”, “dominasi”, “hegemoni”, “koersi”, “kooptasi” dan “kompetisi” adalah
konsep yang lebih abstrak untuk menggambarkan atau mengilustrasikan realitas
sosial. Dalam bidang kependudukan dikenal konsep seperti “mobilitas”,
“fertilitas”, “mortalitas”, “harapan hidup”, “keluarga inti”, “produktivitas” dan
sebagainya.
Konsep-konsep abstrak tersebut, menurut Singarimbun dan Effendi disebut
sebagai inferensi, yakni tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari kejadian-
kejadian yang konkrit, sehingga tidak mudah menghubungkannya dengan
kejadian, obyek atau individu tertentu. Selanjutnya konsep yang abstrak tersebut
disebut konstruk (construct), karena dikonstruksikan dari konsep yang lebih

8
rendah tingkatan abstraksinya. Semakin besar jarak antara konsep atau konstruk
ini dengan fakta empirik atau aktivitas yang ingin digambarkannya, semakin
besar pula kemungkinan terjadinya salah pengertian dan salah penggunaan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam arti yang lebih
luas konsep adalah abstraksi mengenai suatu feno- mena atau peristiwa yang
dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakterisktik kejadian,
keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Migrasi, misalnya adalah sebuah
konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas tertentu
manusia. Perilaku ini berkaitan dengan perpindahan dari satu tempat ke tempat
lain pada waktu tertentu untuk tujuan tertentu pula. Peranan konsep sangat
penting dalam penelitian karena dia menghubungkan dunia teori dan dunia
observasi, antara abstraksi dan realitas, baik realitas konkrit maupun abstrak.
e) Proposisi
Hubungan yang logis antara dua konsep disebut proposisi. Biasanya
proposisi dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukkan
hubungan antara dua konsep. Misalnya, proposisi Hariis dan Todaro, yang
banyak digunakan dalam studi kependudukan berbunyi “proses migrasi tenaga
kerja ditentukan oleh perbedaan upah”. ‘Karakteristik individu menentukan
integrasi sosial seseorang di masyarakat” merupakan contoh proposisi dalam
sosiologi.
Menurut Singarimbun dan Effendi13 dalam penelitian sosial biasanya
dikenal dua tipe proposisi, yakni aksioma atau postulat dan teorem. Aksioma
atau postulat ialah proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi oleh
peneliti, sehingga tidak perlu diuji dalam penelitian. Misalnya, “perilaku
manusia selalu terikat dengan norma sosial” ialah contoh sebuah proposisi yang
kebenarannya tidak dipertanyakan. Sedangkan teorem ialah proposisi yang
dideduksikan dari aksioma. Sebagai contoh “perilaku seseorang dipengaruhi
oleh niatnya untuk melakukan perilaku tersebut”.

f) Variable

13
Singarimbun, Masri dan Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta LP3ES, 1995), 36.

9
Agar konsep dapat diteliti secara empiris ia harus dirumuskan secara
operasional dengan mengubahnya menjadi variabel. Caranya adalah dengan
memilih dimensi tertentu konsep yang memiliki variasi nilai. Misalnya, konsep
badan. Untuk menjadi variable yang dapat diukur ialah tinggi, berat, dan
bentuknya.
g) Teori

Unsur penelitian yang paling besar peranannya ialah teori, karena dengan
unsur ini penelitian mencoba menerangkan fenomena sosial atau alam yang
menjadi pusat perhatiannya agar lebih mudah dipahami masyarakat awam. Teori
diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.

Definisi lain dari teori adalah sebuah system konsep yang


mngindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena.

Menurut Jobathan Turner mendefinisikan teori sebagai sebuah proses


mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan
mengapa suatu peristiwa terjadi.14

h) Hipotesis

Suatu pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih


secara operasional yang siap diuji secara empiris. Menurut Yunus 15 kata hipotesis
berasal dari dua kata, yakni “hipo” dan “tesis”. Hipo artinya bersifat meragukan,
sedangkan tesis berarti kebenaran. Maka secara harfiah, hipotesis artinya ialah
“suatu kebenaran yang masih bersifat meragukan”. Bagaimana mungkin sebuah
kebenaran bersifat meragukan? Kebenaran yang dimaksudkan dapat dibedakan
atas dua hal, yaitu kebenaran secara teoretik, penalaran bersifat konseptual, dan
kebenaran secara faktual. Misalnya, pernyataan “pekerja yang lebih rajin akan

14
Richard West, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi Edisi Ke 3 (Jakarta: Salemba
Humanika, 2008), 49.
15
Yunus dan Hadi Sabari, Metodologi Penelitian; Wilayah (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 14.

10
memperoleh pendapatan lebih banyak daripada pekerja yang malas”, merupakan
sebuah hipotesis. Secara teoretik hal tersebut benar bahwa orang yang lebih rajin
bekerja akan memperoleh pendapatan yang lebih besar daripada mereka yang
malas. Tetapi pernyataan tersebut masih perlu diuji, yang hasilnya bisa terbukti
benar atau sebaliknya.

4. Langkah-Langkah Penelitian Hadis


Penelitian hadis bukanlah sesuatu yang terlampau sulit, namun juga tidak
mudah, oleh karena itu ulama hadis telah memberikan langkah-langkah agar
penelitian suatu hadis dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang objektif
tentang kualitas suatu hadis. Adapun langkah-langkah penelitian hadis adalah sebagai
berikut:
a) Takhrij al-Hadis
Takhrij didefinisikan oleh para ulama dengan banyak definisi yang
beragam, namun adapun yang sesuai dengan penelitian hadis adalah menunjukkan
atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asli, yakni berbagai
kitab yang di dalamnya dikemukakan hadis-hadis itu secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing; kemudian ntuk kepentingan penelitian, dijelaskan
kualitas hadis yang bersangkutan.16
Bagi peneliti hadis proses takhrij al-hadis adalah suatu yang sangat
penting.tanpa takhrij al-hadis, akan sulit mengetahui asal-usul hadis yang
kemudiankan menyulitkan untuk menelusUri ada tidaknya syahiD atau mutabi’.
Oleh karena itu perlu mengetahui langkah-langkah yang harus diikuti dalam
proses takhrij al-hadis. Minimal ada tiga hal yang menjadi sebab perlunya takhrij
al-hadis:
1) Untuk mengetahuI asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti
Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila tidak
terlebih dahulu dilakukan takhrij sehingga tidak dapat dilacak asal-
usulnya.tanpa menegtahui asal-usulnya, sangat sulit menentukan kualitas
sanad dan matan hsuatu hadis. Hal tersebut dikarenakan tidak dapatnya
menyingkap susunan sanad dan matn karena tidak ketahuan asal-usulnya.
16
Mahmud al-T{ahha>n, Us}u>l al-Takhrij (Beiru>t: Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m, 1979), 9.

11
2) Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
Suatu hadis yang akan diteliti bisa saja memiliki lebih dari satu sanad atu
jalur periwayatan. Namun bisa juga hanya memilikisatu sanad saja.
Mengetahui riwayat hadis atau jalur-jalur sanad suatu hadis sangatlah
penting. Bisa saja suatu hadis sebagaian sanadnya sahih namun yang lain
daif. Keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada kualitas sanad itu sendiri
bahkan kualitas hadis tersebut.
3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi’ pada hadis yang
diteliti
Sanad sebuah hadis bisa saja didukung oleh sanad yang lain yang
diriwayatkan oleh periwayat yang lain. Dukungan itu bila terletak pada
tingkat periwayat tertingggi yaitu sahabat, maka disebut syahid. Sedangkan
bila terdapat pada bagian bukan tingkat sahabat maka disebut mutabi’. Syahid
atau mutabi’ yang memiliki sanad yang kuat, mungkin dapat mendukung dan
menaikkan derajat atau kualitas sanad hadis yang diteliti. Dengan ketiga hal
tersebut, jelaslah bahwa dalam sebuah penelitian hadis, proses takhrij
merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan bila ingin
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.17
b) I’tibar
al-I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis
tertentu, yang hadis itu pada sanadnya tampak hanya seorang periwayat saja; dan
dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah
ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
dimaksud. Dengan melakukan I’tibar maka akan terlihat dengan jelas seluruh
jalur sanad yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya dan metode
periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan.
Dengan kata lain, I’tibar berfungsi untuk mengetahui keadaan sanad
sesungguhnya dilihat dari ada atau tidaknya sanad-sanad pendukung.
c) Meneliti pribadi periwayat

17
Sofyan Nur, Jenis Dan Langkah Penelitian Hadis vol. 3 (NUKHBATUL ‘ULUM: Jurnal
Bidang Kajian Islam, 2017), 20.

12
Setelah melakukan I’tibar, maka langkah selanjutnya adalah dengan
meneliti pribadi para periwayat hadis, meskipun I’tibar itu sendiri adalah awal
dari proses penelitian sanad. Hal ini dialkukan untuk memastikan kesahihan
sanad. Secara operasional yang menjadi dasar dalam masalah ini adalah kaidah
kesahihan sanad.
Hal-hal yang perlu diteliti dari seorang periwayat adalah :
1) Kualitas pribadi periwayat
Kualitas periwayat bagi suatu hadis yang sahih adalah bahwa periwayat
haruslah adil. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kata
adil berarti “ tidak berat sebelah “.18 Dan dalam istilah ulama hadis, adl adalah
beragama islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan menjaga
muru’ah.19 Semua kriteria yang disebutkan dalam definisi tersebut,
merupakan sesuatu yang bersifat kumulatif. Seorang periwayat yang
memenuhi kriteria hadis sahih haruslah memenuhi semua kriteria tersebut.
2) Kapasitas intelektual periwayat
Intelektualitas periwayat haruslah memenuhi kapasitas tertentu sehingga
riwayat hadis yang disampaikannya dapat memenuhi salah satu unsur hadis
sahih. Periwayat yang memenuhi hal tersebut disebut dengan d}abit yang
secara bahasa berarti kokoh, kuat ,tepat dan yang menghapal dengan
sempurna.20
Dalam menilai pribadi periwayat ini, ada satu hal yang sangat berpengaruh
yaitu ilmu Jarh wa ta’dil. Penilaian terhadap kualitas pribadi periwayat dan
kapasitas intelektualnya tidak dapat didapatkan tanpa menggunakan jarh wa
ta’dil. Disamping itu, ilmu jarh wa ta’dil juga ditopang oleh ilmu yang lain,
seperti ilmu tabaqat, dan ilmu –ilmu yang lain.
d) Penelitian matn hadis
Unsur kedua dalam suatu hadis adalah matn, hadis yang sahih haruslah
merupakan hadis yang sahih sanad dan matnnya. Matn suatu hadis sangat
berpengaruh dalam kesahihan suatu hadis. Penelitian matn hadis sangatlah

18
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), 16.
19
Ibnu Manzu>r, Lisan al-Arab (Mesir: Da>r al-Misiriyah, 1427 H), 456.
20
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2007), 113.

13
penting, sebab tidak semua sanad yang sahih disertai dengan matn yang sahih
pula.
Penelitian matn hadis dapat dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah
yang telah disebutkan oleh ulama hadis:
1) Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
2) Meneliti susunan lafadz berbagai matan yang semakna.
3) Meneliti kandungan matan.21
Dengan mengikuti ketiga langkah tersebut diharapkan segi-segi penting
yang harus diteliti pada matn suatu hadis dapat mendatangkan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan. Bila dalam penelitian sanad dan matn didapati hasil
bahwa sanad suatu hadis sahih, dan matnnya juga sahih, maka hadis tersebut
dikatakan sebagai hadis sahih.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Proposal dapat dikatakan sebagai rencana penelitian


yang berisikan gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Sementara itu gejala, fakta, data sampai hipotesis adalah rangkaian sistematis dalam
proposal penelitian yang harus di lewati oleh seorang peneliti.

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis sebenarnya cukup bervariasi


tetapi dari artikel ini dapat disimpulkan secara sederhana bahwa tahap-tahap dari
penelitian hadis adalah sebagia berikut: Takhrij al-Hadis, I’tibar, Meneliti pribadi
periwayat, dan Penelitian matn hadis

DAFTAR PUSTAKA

al-T{ahha>n, Mahmud. 1979. Us}u>l al-Takhrij. Beiru>t: Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m

Depikbud. 19990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Kiehl, KA, dan Buckholtz. Di Dalam Pikiran Psikopat Diakses dari


http://cicn.vanderbilt.edu/images/new/psycho.pdf
Ismail, Syuhudi. 2007. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Ismail, Syuhudi. 2007. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
21
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2007), 122.

14
Manzu>r, Ibnu. 1427 H. Lisan al-Arab. Mesir: Da>r al-Misiriyah
Nur, Sofyan. 2017. Jenis Dan Langkah Penelitian Hadis. NUKHBATUL ‘ULUM: Jurnal
Bidang Kajian Islam

Rahmadi. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press

Singarimbun, Masri dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta LP3ES

West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi Edisi Ke 3.
Jakarta: Salemba Humanika
Van Den Bos dan Guroglu. 2009. Peran korteks Preforental Medial Ventral Dalam
Pengambilan Keputusan Sosial. Jurnal Ilmu Saraf
W.J.S. Purwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka
Yunus dan Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian; Wilayah. Jakarta: Rineka Cipta
Zulkifli. 2001. Dasar-DasarPenyusunan Proposal Penelitian Bidang Ilmu Agama Islam
Palembang: Universitas Sriwijaya

15

Anda mungkin juga menyukai