Anda di halaman 1dari 4

Tugas biografi pengusaha sukses

Nama : Dimas Arya Putra

Kelas : XI BDP2

Pelajaran : PKK

1
Latar Belakang Amanda Cole

Amanda Susanti Cole adalah pengusaha berdarah Indonesia – Inggris yang lahir di
Jakarta pada tanggal 22 Juni 1990.

Setelah lulus dari Manchester University Inggris, Amanda pulang ke tanah air dan mencari
pekerjaan. Tidak seberapa lama, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta dan ikut
membangun co-working space.

Meskipun telah memiliki karir yang lumayan baik, Amanda Cole selalu merasa ada yang
kurang karena itu bukanlah passionnya. Ia lebih tertarik dalam bidang agrikultur dan
pertanian daripada pekerja kantoran.

Amanda memang telah lama memendam kecintaannya pada dunia pertanian sejak
diperkenalkan oleh sang paman yang merupakan pengajar pertanian organik di
Bengkulu.

Resign Kerja dan Memilih Menjadi Petani


Setelah dua tahun bekerja sebagai karyawan swasta, Amanda memilih untuk
mengundurkan diri dan memilih menjadi petani. Hal ini bukanlah sesuatu yang lazim di
kalangan anak muda zaman sekarang, yang merasa bertani adalah pilihan profesi
mereka yang terakhir.

Tetapi Amanda memiliki jalan pikirannya sendiri.

Kebetulan keluarga Amanda memiliki lahan kosong yang cukup luas di Sukabumi, Jawa
Barat yang tidak terurus. Dari situ timbul hasrat Amanda untuk memanfaatkan lahan
tersebut menjadi lahan pertanian dengan konsep modern.
Karena tingginya persaingan pasar untuk hasil tani lokal, Amanda Cole mengambil
konsep pertanian sayur mayur yang tidak ada di Indonesia. Dengan demikian, hasilnya
nanti bisa ia jual ke restoran mewah dengan harga yang tinggi.

Tidak lama sesudahnya, usaha tani dengan konsep tersebut resmi berdiri dengan hasil
yang cukup menguntungkan.

Mirisnya Penghasilan Para Petani Lokal


Setelah terjun langsung menjadi petani, Amanda Cole banyak bergaul dengan para
petani sekitar. Suatu hari ia bertemu dengan seorang petani bernama Misto.

Misto adalah seorang petani singkong. Hasil panen singkong dari Misto ini ia jual
kepada seorang tengkulak atau pengepul dengan harga Rp 600/kg. Padahal Amanda

2
paham betul kalau harga singkong di pasaran saat itu adalah Rp 6.000/kg. Dengan kata
lain petani seperti Misto hanya mendapatkan hasil 10% dari harga jual pasar.

Ketidaktahuan petani mengenai mekanisme harga pasar ini membuat Amanda sangat
miris. Padahal jika bisa menjual harga panen dengan harga jual yang layak, para petani
seperti Misto akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Konsep Menjual Langsung ke Konsumen


Kebetulan saat itu restoran tempat Amanda menyuplai hasil taninya membutuhkan stok
kangkung dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, Amanda menawarkan Misto untuk
beralih menjadi petani kangkung yang hasilnya langsung bisa dijual ke restoran mewah.

Amanda lalu bekerja sama membangun greenhouse dan mengubah lahan pertanian
singkong menjadi lahan kangkung organik. Dalam tempo 3 bulan, Amanda dan Misto
sudah berhasil memanen kangkung perdana mereka dan menjualnya dengan harga
tinggi di restoran.
Dari sini, Amanda mulai berpikir kalau saja seluruh petani bisa langsung menjual hasil
panen mereka kepada pembeli tanpa perantara, maka pastinya petani seluruh
Indonesia akan sangat sejahtera.

Mematangkan Konsep Farm to Table


Tidak lama sesudahnya, Amanda Cole lalu bertemu dengan Rama Notowidigdo yang
saat itu merupakan kepala produk di perusahaan logistik dan perjalanan GoJek.

Amanda dan Rama yang sama-sama cerdas dan visioner ini lalu berdiskusi bagaimana
membantu para petani agar bisa memasarkan hasil panen mereka secara langsung
tanpa perantara.

Konsep bisnis ini adalah farm to table atau memotong rantai distribusi tanpa perantara.
Sehingga para petani lokal dapat langsung menjual hasil panennya kepada konsumen
konsumen. Petani akan mendapatkan keuntungan hingga puluhan kali lipat, sementara
konsumen bisa mendapatkan sayuran yang masih fresh.
Amanda Cole Mendirikan Sayurbox
Amanda dibantu oleh Rama lalu menghadirkan sebuah ide bisnis startup baru bernama
Sayurbox pada tahun 2017. Sayurbox adalah sebuah wadah online yang bisa
menghubungkan para petani dengan para konsumen melalui dunia maya.
Awal berdirinya, Sayurbox hanya memanfaatkan dua jenis sosial media, yaitu
Instagram dan Whatsapp. Untuk pemasarannya sendiri pun masih terbatas hanya
terbatas di kawasan terdekat dengan promosi dari mulut ke mulut dan dari teman ke
teman.

Amanda Cole menyadari awal berdiri Sayurbox ini sangatlah sulit mengingat pola
kebiasaan masyarakat yang ingin berbelanja sayuran cenderung ke pasar atau

3
supermartket. Apalagi pada saat itu, penggunakan media online belum segencar
sekarang.

Konsep Promosi yang Menarik


Tetapi Amanda yang optimis dan seoang pekerja keras tidak hilang akal. Dibantu oleh
Rama Notowidigdo sebagai co-founder dan Misto selaku communtity leader, mereka
bekerja keras membesarkan Sayurbox.
Amanda semakin gencar promosi dan meyakinkan masyarakat bahwa membeli
sayuran dengan Sayurbox jauh lebih mudah dan efisien. Dengan satu kali klik, sayuran
segar akan langsung dikirim ke rumah tanpa harus repot berdesakan di pasar atau
swalayan.
Perlahan tapi pasti, usaha Sayurbox mulai mendapatkan hasil. Karena kualitas yang
baik dengan layanan yang prima, peminatnya pun semakin hari semakin bertambah.

Sayurbox kemudian kian berkembang seiring dengan respon yang positif dari
masyarakat. Saat ini startup tersebut telah merambah ke website serta aplikasi Mobile.

Sayurbox Saat Ini


Kini Amanda Cole telah sukses besar dalam membesarkan Sayurbox hinggi menjadi
salah satu startup besar dengan lebih dari 80 orang karyawan.
Sayurbox telah melayani lebih dari 8000 konsumen yang tersebar di seluruh wilayah
Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok dengan pengiriman lebih dari 300 jenis
sayuran dan buah-buahan.

Ada lebih dari 50 petani yang terbantu berkat adanya Sayurbox yang sukses merubah
taraf perekonomian mereka.

Dengan semua keberhasilannya, Amanda Cole pernah masuk dalam daftar daftar
Forbes Under 30 kategori Industry, Manufacturing & Energy 2019 yang tentunya sangat
menginspirasi para anak muda di Indoensia.

Anda mungkin juga menyukai