Anda di halaman 1dari 50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab IV ini akan disajikan berupa data deskriptif yang diperoleh

dari studi kasus penelitian ini. Peneliti mendeskripsikan dua hasil dan

pembahasan penelitian yaitu tentang Faktor Risiko Pengguna Oplosan

menggunakan wawancara mendalam dan bagaimana Outcome Korban

Penyalahguna Oplosan di RS PKU Gamping Muhammadiyah Yogyakarta

menggunakan hasil data rekam medis.

Peneliti akan memulai dari mendeskripsikan identitas dari subyek

pengguna oplosan kemudian dilanjutkan dengan deskripsi hasil wawancara.

Untuk menjaga kerahasiaan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

nama inisial untuk menyebutkan identitas pengguna dan korban

penyalahgunaan oplosan.

1. Deskripsi Identitas Subyek

Peneliti melakukan wawancara dengan dua subyek yang merupakan

pengguna oplosan, peneliti sudah menyesuaikan dengan metode kualitatif

yang peneliti jabarkan sebelumnya hal tersebut agar peneliti mendapatkan


data yang terpercaya dari subyek mengenai Faktor Risiko Pengguna

Oplosan. Berikut ini keterangan data identitas subyek pada penelitian ini :

a. Subyek pertama
Identitas subyek
Nama : YS

Umur : 21 Tahun

Asal : Sumatera Barat

Jenis Kelamin : laki-laki

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Tamantirto 2, Kasihan Bantul

2. Riwayat Mengkonsumsi Alkohol

Pada proses pengambilan data, sebelumnya peneliti sudah bersepakat

dengan subyek pertama untuk mendatangi kediamannya (YS) di Tamantirto

2 Kasihan Bantul pada hari Minggu tanggal 10 Maret 2019 pukul 17.00

WIB. YS merupakan subyek penelitian yang berkaitan dengan pengguna

oplosan. Terkait dengan hal tersebut, maka subyek tersebut dijadikan

sebagai sumber data primer melalui wawancara secara langsung. Di awali

dengan perkenalan peneliti dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti

melakukan wawancara. Subyek pertama (YS) sudah menyetujui untuk


dilakukan wawancara dengan menandatangani informed consent yang

peneliti berikan.

Berdasarkan hasil penelitian wawancara yang telah dilakukan

didapatkan bahwa YS sebelumnya telah mengkonsumsi alkohol sejak

Sekolah Dasar dan sampai sekarang ia masih mengkonsumsi alkohol

tersebut. Berikut kutipan wawancara YS mengatakan :

“ Wah iya mbak, saya mengkonsumsi alkohol sudah sejak SD, anak-

anak lain masih main kelereng tapi saya sudah nyoba gituan mbak, tapi ya

masih coba-coba aja mbak belum pengkonsumsi bangetlah karna saya

penasaran apasih itu minuman apasih itu. Bahkan sampe sekarang pun

masih mengkonsumsi alkohol mbak. Saya sangat tergila-gila dengan

alkohol itu waktu SMA” (Wawancara YS, 2019)

Peneliti menanyakan kepada YS tentang pengetahuannya terkait

minuman yang ia minum yaitu pengertian dari alkohol tersebut. YS

mengatakan bahwa YS juga sebenarnya masih kurang paham dengan

pengertian alkohol, yang ia tahu alkohol hanya sejenis minuman yang bisa

di minum. YS mengkonsumsi alkohol sebanyak dua kali dalam seminggu,

dalam sebulan ia bisa menghabiskan alkohol sebanyak empat kali dalam

sebulan. YS mengaku alasan ia mengkonsumsi alkohol adalah berawal dari

diri sendiri penasaran ingin mencoba dan ada faktor lain dari

lingkungannya yang mendukung. Setelah mengkonsumsi sejak sekolah

dasar hingga sekarang merasa bahwa ia sama sekali tidak ketergantungan


terhadap alkohol. Ia menjelaskan bahwa tanpa alkohol pun ia bisa hanya

saja ia sering terbawa sugesti oleh dirinya sendiri ketika alkohol tesebut

terlihat di depan matanya. Apalagi ketika ia tidak bisa menolak apabila

sedang berkumpul-kumpul dengan teman-temannya. Berikut kutipan yang

di katakan oleh YS :

“ (berpikir) Hmm.. ketergantungan sih nggak mbak, cuman agak enak aja.

Tapi tanpa alkohol pun sebenarnya bisa mbak kalau di bilang

ketergantungan ya, nggak mbak. Tapi kalau ke lihat dimata pasti minum

tuh mbak jadi kayak udah sugesti diri sendiri gitu mbak apalagi kalau

sudah ngumpul sama temen-temen mbak nggak bisa nolak mbak

(tertawa)” (Wawancara YS, 2019)

YS mengatakan bahwa ia tahu bahaya dari mengkonsumsi alkohol.

Menurutnya bahaya dari mengkonsumsi alkohol ketika alkohol tersebut di

konsumsi dalam dosis yang banyak dapat menyebabkan overdosis dan bisa

menyebabkan kematian. Ia mengetahui bahaya alkohol tersebut juga

berasal dari orang-orang di sekitarnya bahkan orang tuanya pernah

memberitahu YS. YS merupakan perokok aktif sejak sekolah dasar, di

awali dengan merokok terlebih dahulu kemudian ia mencoba untuk

meminum alkohol. YS juga mengatakan bahwa ia tahu minuman

beralkohol adalah minuman keras, ia mengetahui hal tersebut saat ia pernah

membaca iklan tentang miras akan tetapi YS masih tetap


mengkonsumsinya dikarenakan menurutnya belum ada efek yang muncul

setelah ia meminum alkohol.

Kemudian, peneliti menanyakan tentang minuman oplosan kepada YS.

YS mengatakan bahwa ia tahu minuman oplosan adalah minuman yang

dicampur dengan minuman lain seperti minuman berenergi ataupun

minuman bersoda yaitu kuku bima, exrajoss, ale-ale, M150 dan coca-cola.

YS mengakui bahwa ia juga pernah mencampurkan minuman alkoholnya

sejenis anggur merah, Iceland, vodka dengan minuman bergas ataupun

bersoda. Akan tetapi YS tidak pernah mencampurkannya dengan campuran

yang berbahaya seperti obat-obatan atau sejenis lotion nyamuk, spiritus,

dan bahan lain-lain yang berbahaya. Berikut kutipan wawancara yang di

katakan oleh YS :

“ Pernah mbak saya campur dengan minuman bergas bersoda mbak kayak

pepsi, coca cola, terus juga dicampur M150, kratingdaeng, dicampur

dengan ale-ale ada juga obat-obatan tapi itu temen saya mbak. Kalau saya

sih gak pernah di campurin yang aneh-aneh kayak obat-obatan, lotion

nyamuk atau yang berbahaya lagi spiritus. Paling ya minuman-minuman

biasalah mbak. Karna kalo dicampurin dengan yang minuman berbahaya

itu cuman orang stress yang minuman mbak” (Wawancara YS, 2019)

YS mengakui alasan ia mencampurkannya adalah agar lebih berasa

enak dan dapat mengurangi rasa pahit. YS mendapatkan minuman tersebut

ditempat-tempat tertentu yang tidak dijual secara bebas dan terbuka. YS


memperoleh minuman tersebut yang sudah dicampurkan sendiri oleh pihak

penjual dan bahkan YS juga sering mencampurkan atau menambahkan lagi

dengan minuman-minuman yang berasa. YS sendiri tidak mengetahui apa

dan bagaimana dampak minuman yang ia minum berbahaya bagi kesehatan

setahu ia dapat menyebabkan muntaber dan YS sendiri tidak tahu terkait

apa saja kandungan yang ada di minuman tersebut. Menurutnya penjualnya

juga kemungkinan tidak mengetahui juga bahayanya dari minuman

tersebut apalagi jika di oplos dengan bahan-bahan yang berbahaya atau

yang tidak di ketahui kandungannya. Berikut kutipan wawancara oleh YS:

“ya ga tau sih mbak berbahaya atau nggak karna saya taunya rasanya

enak ya saya beli aja saya minum kadang ada bebarapa botol. Jadi kurang

tau juga saya kandungannya isinya apa aja mbak, jangakan saya mbak

orang yang jualnya pun juga belum tentu tau mbak yang dia campurin itu

bahaya atau nggaknya mbak. Tapi kalau setau saya cuma bisa muntaber

dampak ke kesehatannya” (Wawancara YS, 2019)

Selanjutnya peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam terkait Faktor

Risiko YS mengkonsumsi oplosan tersebut. Berdasarkan dari hasil

wawancara yang didapatkan bahwa terbagi dalam beberapa faktor.


3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Faktor Internal atau Individu
Berdasarkan dari Faktor Internal atau Individu, YS mengakui bahwa ia

mengkonsumsi minuman oplosan tersebut karna berawal dari rasa ingin

penasaran dan rasa ingin mencoba dalam dirinya terhadap minuman

tersebut. Dan setelah ia mencoba, ia mulai ketagihan dan terbiasa untuk

mengkonsumsinya. Berikut kutipan wawancara oleh YS :

“ ya awalnya saya karna ingin coba-coba mbak, istilahnya pengen

nyiciplah mbak apalagi kalau ada di depan mata mbak, membuat saya

penasaran minuman apa sih itu kok yang saya tahu orang-orang setelah

minum itu kok bisa mabuk bisa pusing. Jadinya ya saya coba mbak, setelah

saya coba kok enak gitu mbak lama-lama ketagihan dan jadi kebiasaan

bagi saya” (Wawancara YS, 2019)

YS mengatakan bahwa ia mengkonsumsi minuman tersebut bukan

karna kurangnya percaya diri dalam pergaulan dan juga bukan untuk

menutupi kekurangannya agar dapat menunjukkan eksistensi di depan

teman-temannya, menurutnya hal-hal tersebut bukan alasannya

mengkonsumsi minuman tersebut. Kebanyakan orang pada saat sedang

frustasi dan depresi mereka biasanya mencari solusi dengan minum-

minuman. Akan tetapi YS kurang setuju dengan hal tersebut, ia

menjelaskan bahwa dirinya tidak seperti orang-orang pada umumnya.

Minum-minuman tersebut bukan sebuah pelariannya ketika ia sedang


depresi ataupun frustasi. Ia lebih sering mengkonsumsinya ketika ia sedang

merasa capek bahkan ketika nafsu makannya bekurang. Menurutnya

minuman tersebut bukan juga untuk menyelesaikan suatu masalah yang ia

hadapi, malah membuat masalah menjadi makin rumit. Berikut kutipan

wawancara oleh YS :

“ Nggak mbak, buat apa juga saya nutupin kekurangan dengan hal

seperti itu mbak. Saya terima apa adanya aja diri saya, dilingkungan saya

juga begitu. Biasanya saya minum juga karna lagi capek atau nafsu makan

kurang habis minum tidur, minum sewajarnya mbak bukan untuk

memabukkan” (Wawancara YS, 2019)

“kalau lagi depresi atau frustasi juga nggak mbak, tapi yang keseringan

karna capek aja mbak atau nafsu makan gak ada”

“ Oh nggak mbak, menurut saya bukan jadi selesai masalahnya mbak.

Mungkin kebanyakan orang buat nyelesain masalah, tapi kalau saya mah

malah jadi banyak masalah mbak. Jadi makin pusing pikiran dibuatnya

mbak. Jadi ya saya minum tergantung saya maunya aja mbak, pas lagi

sendiri, senang atau kapanpun ya saya minum” (Wawancara YS, 2019).

b. Faktor Keluarga

Berdasarkan dari faktor keluarga, YS mengatakan bahwa hubungan ia

dengan keluarga baik-baik saja. YS merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara, ia mempunyai dua kakak perempuan. Keluarga termasuk kedua

kakaknya dan kedua orang tuanya YS pun mengetahui bahwa ia adalah seorang
peminum. Akan tetapi kedua orang tuanya tidak melarangnya dengan maksud

agar anaknya sadar bahwa hal tersebut salah dan tidak baik bagi dirinya. Berikut

kutipan wawancara oleh YS :

“Hubungan keluarga ya baik-baik aja mbak tidak ada masalah keluarga,

keluarga saya tau kok saya peminum gitu mbak. Semalam saya baru minum

dengan abang saya mbak. Orang tua saya juga tau mbak, bukan berarti di

bebaskan tapi karna juga udah dewasa jadi gak dilarang yang penting tau

batasnya aja sewajarnya aja gitu mbak kesadaran diri sendiri juga”

(Wawancara YS, 2019)

YS mengatakan bahwa agama kedua orang tuanya sangatlah kuat. YS

sudah di didik agama sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Sebenarnya ia juga

sudah di peringatkan oleh keluarganya, akan tetapi ia masih tetap

mengkonsumsinya.

“sangat kuat mbak,apalagi bapak saya mbak. Kalo agama sudah di didik dari

kecil mbak, mungkin karna terlalu kuat saya nya melenceng sendiri mbak gak

tau kenapa. Sebenarnya juga sudah di ingatkan mbak bahaya rokok bahaya

minuman bahaya narkoba, tapi kan kalau dah dewasa ini kan orag tua

menuntut kita hanya untuk sadar mbak biar bisa lebih tau mana yang baik,

mana yang gak baik mbak” (Wawancara YS, 2019)

Faktor ekonomi di keluarga YS baik-baik saja dengan kata lain

berkecukupan. YS mengakui bahwa ia sering menyalahgunakan pemberian

orang tuanya yang di gunakan untuk membeli minuman tersebut. YS


mengatakan bahwa di keluarga kandungnya tidak ada yang mengkonsumsi

minuman keras alkohol, akan tetapi di keluarga besarnya ada yang sama

mengkonsumsi minuman tersebut dan mereka pun sering minum bersama.

Berikut cuplikan wawancara oleh YS :

“ Standar lah mbak, berkecukupan mbak tapi ya kadang saya juga suka

menyalahgunakan pemberian orang tua dikasih buat jajan malah di pakai buat

yang lain buat beli minuman, rokok, ya kadang juga buat keperluan lain mbak.

Di keluarga kandung saya nggak ada mbak yang konsumsi alkohol maupun

oplosan, kalau di keluarga besar ada mbak mbak itu abang sepupu saya.

Kadang suka minum juga bareng sama dia” (Wawancara YS, 2019)

c. Faktor Lingkungan Keluarga

Berdasarkan dari faktor lingkungan pergaulan, YS mengakui bahwa ia

terpengaruh dari lingkungan pergaulan teman-temannya, di karna kan ajakan

teman-temannya disaat mereka sedang bermain atau berkumpul di suatu

tempat bahkan ia sendiri juga pernah mengajak temen-temennya. Akan

tetapi YS menjelaskan bahwa ia mengkonsumsi minuman tersebut bukan

karna lingkungan pergaulan yang bebas dari teman-temannya. Kemudian

peneliti menanyakan apakah YS pernah mendapat ancaman ataupun tekanan

dari lingkungan teman-temannya, YS menjawab bahwa ia sama sekali tidak

pernah mendapat ancaman maupun tekanan dari lingkungan teman

pergaulannya.
d. Faktor Lingkungan Masyarakat

Berdasarkan lingkungan masyarakat, YS menceritakan bahwa ia

pernah melihat warga di sekitar tempat ia tinggal juga mengkonsumsi

minuman tersebut saat berkumpul, tetapi ia tidak pernah sama sekali

ikut berkumpul bersama warga sekitar yang juga mengkonsumsi

minuman tersebut. YS juga tidak pernah melihat warga di sekitarnya

tempat tinggalnya mengadakan pesta miras hanya saja warga sekitar

mengkonsumsi minuman tersebut saat pos ronda. YS mengatakan

bahwa sangat mudah mendapatkan minuman tersebut di sekitar tempat

tinggalnya, tetapi minuman tersebut dijual secara sembunyi-sembunyi

tidak secara beabas dan terbuka, asalkan tahu tempat yang menjualnya.

e. Faktor Kultural Budaya

Berdasarkan faktor dari budaya, peneliti menanyakan

bagaimana budaya setempat terhadap minuman tersebut. YS menjawab

bahwa kalau untuk budaya dari kampung asalnya di Padang, Sumatera

Barat tidak ada yang namanya budaya minum-minuman alkohol

maupun yang oplosan tersebut, karna menurutnya budaya di tempat

asalnya sangatlah ketat dan melarang keras. Sedangkan budaya untuk di

sekitar lingkungan tempat ia tinggal sekarang tidak ada yang melarang

atau bisa disebut sangat bebas untuk mengkonsumsi minman tersebut

karna ia mengatakan bahwa di lingkungannya juga mengkonsumsinya.

Kemudian peneliti menanyakan kepada YS, apakah ia pernah


mendapatkan penyuluhan tentang minuman keras dimanapun termasuk

di tempat tinggalnya. YS mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tahu

dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang minuman keras baik

itu dari luar maupun dari lingkungan tempat ia tinggal.

1. Deskripsi Identitas Subyek

b. Subyek Kedua
Identitas subyek
Nama :M

Umur : 22 Tahun

Asal : Kebumen

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Gang Mawar, Gamping

2. Riwayat Mengkonsumsi Alkohol


Pada hari Rabu tanggal 6 Maret 2019 pukul 16.20 WIB, peneliti

mendatangi kediaman kos M yang berlokasi di Gamping. Sebelumnya

peneliti sudah menghubungi M untuk bertemu dan M menyetujuinya.

Pada hari itu saat tiba di kos M, peneliti langsung bertemu dengan M

dan di ajak ke warung burjo yang ada disebelah kosannya untuk


mengobrol, kemudian peneliti langsung memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud dan tujuan peneliti melakukan wawancara. M

merupakan merupakan subyek penelitian kedua yang berkaitan dengan

pengguna oplosan. Terkait dengan hal tersebut, maka subyek tersebut

dijadikan sebagai sumber data primer melalui wawancara secara

langsung. Setelah M menandatangani informed consent yang di berikan.

Maka peneliti segera memulai untuk mewawancarai M.

M menceritakan bahwa dirinya ialah pengguna alkohol yang

cukup aktif. M mulai mengetahui alkohol sejak kelas 2 Sekolah

Menangah Petama (SMP). Berawal dari paksaan yang datang dari

lingkungan pergaulan yang memaksa M untuk mencobai minuman yang

bernama alkohol tersebut. Sejak SMP hingga sekarang M masih aktif

mengkonsumsi alkohol tersebut walau sudah mulai sedikit mengurangi.

Peneliti kemudian bertanya kepada M tentang pengetahuannya terhadap

alkohol, ia menjawab bahwa alkohol itu bermacam-macam

kegunaannya ada alkohol yang buat obat luka menyembuhkan luka, ada

alkohol minuman yang memabukkan. Tapi sebenarnya M sendiri masih

belum paham pengertian dari alkohol yang sebenarnya. M mengakui

bahwa dalam seminggu ia bisa 2 sampai 3 kali mengkonsumsi alkohol

dalam 2 botol sekaligus. Dalam sebulan ia bisa 7 kali mengkonsumsi

minuman alkohol tersebut. Alasan M mengkonsumsi alkohol adalah

dari paksaan teman-temannya yang memaksa ia untuk mencoba


minuman alkohol tersebut. Berawal dari sebuah paksaan lama kelamaan

ia menjadi terbiasa mengkonsumsi alkohol. M mengkonsumsi alkohol

di waktu-waktu tertentu seperti badan saat capek, saat ia sedang suntuk,

saat ia sedang santai, saat ia sedang berkumpul dengan teman-temannya.

“Ibarat makan nasi tanpa lauk” (Wawancara M, 2019). Kemudian

peneliti menanyakan kepada M apa yang ia tau dari bahaya

mengkonsumsi alkohol. M menjawab bahwa yang ia tahu alkohol yang

berbahaya adalah alkohol yang ada di apotik yang di gunakan untuk

mengobati luka karna menurut M kandungan yang ada di obat luka lebih

besar daripada alkohol yang untuk di minum. Menurutnya alkohol bisa

menyebabkan muntah darah, kerusakan hati atau kerusakan organ dalam

tubuh termasuk otak dan bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi

kecil dan berisiko untuk pecah, ia menceritakan bahwa teman

sepergaulannya pernah mengalami muntah darah setelah

mengkonsumsi alkohol tersebut. M juga merupakan seorang perokok

aktif dari dulu hingga sekarang, ia mulai merokok sejak kelas 1 SMP.

M mengatakan bahwa ia lebih ketergantungan dengan rokok daripada

alkohol. M menyadari bahwa minuman beralkohol adalah minuman

keras dan bisa membahayakan bagi kesehatan seperti orang yang

overdosis terhadap alkohol dapat menyebabkan kematian. Lalu peneliti

menanyakan kepada M terkait minuman oplosan, ia menjawab bahwa ia

mengetahui minuman oplosan. Menurutnya minuman oplosan adalah


minuman yang dicampur dengan bahan atau minuman yang aneh-aneh

contohnya dicampur dengan minuman bersoda, minuman berenergi,

dicampur dengan anti lotion nyamuk, dan ada yang dicampur dengan

spiritus. M mengakui bahwa sejak kelas 2 SMK, ia sering mengoplos

minuman alkohol dengan minuman minuman bersoda, minuman

bersoda, dan minuman tradisional jawa seperti CIU. M mengatakan

bahwa ia tidak pernah sama sekali mencampurkannyan dengan bahan-

bahan yang berbahaya seperti anti lotion nyamuk maupun spiritus. “ Ya

kalau saya udah mencampurkannya dengan yang aneh-aneh berbahaya

gitu mungkin udah inalillahi saya mbak, udah di dunia lain”

(Wawancara M, 2019). M menjelaskan alasan ia mencampurkannya

adalah pertama karna pengaruh lingkungan pergaulan dari teman-

temannya, kedua lebih berasa enak jika dicampur dengan minuman

bersoda maupun minuman berenergi dan yang ketiga karna harganya

lebih murah dan terjangkau. Kemudian M menjelaskan bahwa minuman

tersebut banyak di jual di warung-warung tersembunyi yang berada di

daerah tempat tinggalnya khususnya untuk minuman oplosan, terkadang

ia membeli minuman yang sudah di oplos atau jika minuman tersebut

masih kurang berasa ia mengoplosnya sendiri dengan minuman

bersoda, minuman berenergi, bir bintang dan anggur merah. Lalu

peneliti menanyakan kepada M tentang bahaya mengkonsumsi

minuman oplosan, ia menjawab bahwa ia kurang mengetahui bahayanya


dalam mengoplos minuman tersebut. Ia sendiri pun terkadang tidak

mengetahui apa saja yang kandungan yang ada di dalam minuman

tersebut jika ia membeli minuman yang sudah di oplos di warung. Ia

pun menyadari pernah merasakan panas di leher bagian tenggorokan

jika ia membeli yang sudah di oplos, maka dari itu ia lebih suka

mengoplosnya sendiri dengan minuman bersoda seperti di campur

dengan coca cola agar lebih berasa enak dan hanya merasakan pusing

setelah mengkonsumsinya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


a) Faktor Individu

Berdasarkan dari faktor individu, M mengakui bahwa ia dari

awal sama sekali tidak ada niat untuk mencicipi minuman tersebut,

hanya karna terpengaruh dari teman-temannya yang pada akhirnya ia

harus mencicipi minuman tersebut. M mengkonsumsi minuman tesebut

bukan karna kurangnya percaya diri terhadap lingkungan pergaulannya

dan bukan untuk menutupi kekurangan dirinya agar dapat menunjukkan

eksistensi di hadapan teman-temannya. Salah satu faktor ia

mengkonsmsi minuman tersebut adalah ketika ia sedang depresi atau

sangat frustasi, ia menceritakan bahwa ia pernah gagal dalam sebuah

hubungan yang mana ia di tinggal nikah oleh kekasihnya yang

mengakibatkan ia pernah mengkonsumsi minuman tersebut dalam

jumlah yang banyak. M mengatakan bahwa minuman tersebut juga


merupakan suatu penyelesain masalah ketika masalah sedang

menghampirinya, sehingga membuat ia menjadi kecanduan terhadap

minuman tersebut.

b) Faktor dari Lingkungan Keluarga

Berdasarkan dari faktor lingkungan keluarga, ia menceritakan

bahwa hubungan ia dengan keluarga baik-baik saja. Ia merupakan anak

terakhir dari dua bersaudara. Di keluarganya tidak ada yang

mengkonsumsi minuman tersebut kecuali dia hanya saja ada saudara

sepupunya yang juga sama mengkonsumsi minuman tersebut bahkan

mereka sering minum bersama. Keluarga M sama sekali tidak

mengetahui jika ia mengkonsumsi minuman tersebut bahkan kedua

orang tuanya sendiri tidak mengetahuinya. Kedua orang tua M

merupakan sosok agama yang kuat “ kuat mbak apalagi ayah saya

termasuk kuat agamanya, kalau sampai orang tua saya tahu pasti saya

di marahin abis-abisan mbak bahkan nggak diakui anak lagi mungkin

sama bapak saya (tertawa)” (Wawancara M, 2019).

M sudah di didik agama sejak kecil bahkan sejak SD sampai SMP ia

sangat rajin pergi ke Masjid untuk mengaji. Akan tetapi semenjak SMK

pergaulan M mulai berubah karna perngaruh yang datang teman-

temannya ia sudah mulai berkurang untuk menunaikan kewajibannya

sebagai seorang muslim apalagi ketika ia sudah mengenal minuman-

minuman tersebut yang membuat ia semakin meninggalkan


kewajibannya karna menurutnya setelah ia mengkonsumsi minuman

tersebut ibadah shalatnya tidak diterima. Dari faktor ekonomi keluarga,

M menceritakan ekonomi di keluarga baik-baik saja dan berjalan lancar.

Akan tetapi apabila ia mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya jika

berlebih atau bersisa selalu ia gunakan untuk berfoya-foya dan membeli

minum-minuman tersebut. “Asal ada duit pasti ada barang hahaha

(tertawa)” (Wawancara M, 2019).

c) Faktor dari Lingkungan Pergaulan

Berdasarkan dari faktor lingkungan, M mengakui bahwa ia

sangat terpengaruh dari lingkungan teman-temannya yang ada di tempat

tinggalnya maupun teman kampus. Ia di ajak dan di paksa untuk

mencoba minuman tersebut yang pada akhirnya membuat ia jadi

ketagihan mengkonsumsinya. Menurutnya lingkungan pergaulan

teman-temannya terlalu bebas sehingga ia pun terbawa oleh pergaulan

teman-temanya. Ia sendiri mengakui pernah mendapatkan ancaman dan

tekanan dari teman-temannya jika tidak meminumnya.

d) Faktor Kultural Budaya

Berdasarkan faktor kultural budaya, menurutnya budaya di

tempat tinggalnya yaitu lingkungan di kosannya sudah terbiasa dan

merupakan hal yang lumrah dengan minum-minuman tersebut.

Sehingga ketika mereka sering minum-minum saat sedang berkumpul

merupakan hal yang wajar bagi lingkungan tempat tinggalnya.


e) Faktor lingkungan Masyarakat

Berdasarkan faktor lingkugan masyarakat, sama seperti yang

sudah dijelaskan diatas bahwa dari budaya tempat tinggalnya sendiri

merupakan hal yang wajar jika mengkonsumsi minuman tersebut. M

menceritakan bahwa warga di sekitar tempat tinggalnya juga sebagian

mengkonsumsi minuman tersebut, ia pernah melihat dan bergabung

dengan warga sekitar untuk minum-minum saat sedang berkumpul main

domino ataupun sedang ngeronda malam. M juga menceritakan bahwa

di lingkungannya pernah di adakannya pesta miras ketika sedang

pemilu, maupun acara-acara yang ada dibuat oleh warga setempat. Di

lingkungannya sangat mudah untuk mendapatkan minuman tersebut,

karna minuman tersebut di jual dimana-dimana yang tersembunyi

tempatnya asalkan kita tahu tempat yang menjualnya. Menurutnya ia

sama sekali tidak pernah mendapatkan penyuluhan apapun terkait

tentang minuman keras alkohol maupun minuman keras oplosan,

menurutnya sangat disayangkan karna belum ada sama sekali

penyuluhan yang di adakan karna baginya penyuluhan tersebut

sangatlah penting bagi masyarakat khususnya bagi ia sendiri agar sadar

dan lebih mengetahui bahaya dari mengkonsumsi minuman keras.


B. ANALISIS DATA
1. Editing
Setelah data hasil wawancara didapatkan, kemudian dilakukan

pengecekan atau pengkoreksian pada data atau jawaban wawancara

yang telah dikumpulkan apakah sudah terpenuhi untuk diolah

selanjutnya yaitu dengan di coding.

2. Coding
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi

data ke dalam skor numerik. Proses pemberian kode (coding) ini

diperlukan terutama untuk data yang dapat diklasifikasikan, misal:

jawaban dari tipe pertanyaan tertutup (close-ended questions) yang tidak

memberikan alternatif kepada responden selain pilihan jawaban yang

tersedia. Tujuan pemberian kode pada tipe pertanyaan terbuka adalah

untuk mengurangi variasi jawaban responden menjadi beberapa

kategori umum sehingga dapat diberi skor numerik. Berdasarkan dari

hasil wawancara di atas oleh subyek satu dan subyek kedua maka di

dapatkan hasil data yang sudah di lakukan pemberian kode di bawah ini:
Tabel 3.2 Hasil wawancara subyek YS
Data Wawancara Kode
Pengetahuan Alkohol dan Oplosan
1. Apakah anda mengkonsumsi alkohol?
Wah iya mbak, saya mengkonsumsi alkohol sudah sejak SD, 1
anak-anak lain masih main kelereng tapi saya sudah nyoba
gituan mbak, tapi ya masih coba-coba aja mbak belum
pengkonsumsi bangetlah karna saya penasaran apasih itu
minuman apasih itu. Bahkan sampe sekarang pun masih
mengkonsumsi alkohol mbak. Saya sangat tergila-gila dengan
alkohol itu waktu SMA”
2. Menurut anda alkohol itu apa?
“ Ya, kurang ngerti sih alkohol itu apa mbak cuma taunya 2
alkohol ada di minuman terus di minum mbak”
3. Seberapa sering anda mengkonsumsi alkohol
“ Nggak terlalu sering sih mbak, paling ya dalam sehari ada
3x tapi tu gak tiap hari mbak. Seminggu tuh nggak sering 2x
lah paling mbak”
4. Berapa kali dalam sebulan anda mengkonsumsi
alkohol?
“ Ya paling kira-kira sebulan itu ada 4x mbak, saya juga gak
ngitung mbak. Taunya ya kalau lagi pengen ya minum”
5. Mengapa anda pernah mengkonsumsi alkohol
“ Ya karna awalnya saya penasaran ingin coba-coba mbak, 3
pas saya cicip-cicip kok enak juga bikin kepala agak puyeng
enak juga, jadi lama-kelamaan terbiasa dengan alkohol.
Terus juga temen-temen lingkungan juga sama mendukung
juga maksudnya mereka juga minum jadi ya kadang sama
mereka kadang juga sendiri”
6. Apakah setelah anda mengkonsumsi alkohol
menjadi ketergantungan?
“ (berpikir) Hmm.. ketergantungan sih nggak mbak, cuman 4
agak enak aja. Tapi tanpa alkohol pun sebenarnya bisa mbak
kalau di bilang ketergantungan ya, nggak mbak. Tapi kalau ke
lihat dimata pasti minum tuh mbak jadi kayak udah sugesti
diri sendiri gitu mbak apalagi kalau sudah ngumpul sama
temen-temen mbak nggak bisa nolak mbak (tertawa)”
7. Apakah anda tahu bahaya dari mengkonsumsi
alkohol
“ Ya kalau tau benar sih nggak mbak, tapi denger kata orang 5
sih berbahaya. Bahayanya bisa buat umur makin pendek
mbak, bisa juga jadi penyakit. Apalagi kalau di minum
Data Wawancara Kode
dengan dosis berlebihan pasti bisa overdosis kan mbak terus
meninggal deh. Saya tau itu juga dari orang-orang sama
orang tua saya pernah ngasih tau saya mbak”
8. Apakah anda perokok aktif dan sejak kapan?
“ Kalau perokok aktif dibilang iya sih mbak, sejak SD saya
mulai merokok mbak jadi saya merokok dulu baru tau
minuman alkohol itu. Sampai saat ini masih aktif merokok,
pernah coba untuk mengurangi tapi saya perpanjang lagi
mbak”
9. Apakah anda tahu bahwa minuman beralkohol
adalah minuman keras?
“Tau mbak, ya namanya yang beralkohol pasti minuman 6
keras lah mbak. Saya pernah tuh baca di iklan atau poster ya
tentang minuman keras gitu. Tapi ya masih tetep saya
konsumsi sih mbak. Untuk saat ini sih belum ada efeknya, jadi
saya belum bisa berhenti”
10. Apakah anda tahu minuman oplosan? Apa itu
minuman oplosan?
“Tau mbak, ya kayak minuman yang di mix gitu mbak. Setahu 7
saya di campur dengan macam-macam mbak kayak kuku
bima ada, extrajoss ada, ale-ale ada, di campur coca-cola.
Dulu saya minumnya Newport mbak untuk alkoholnya, kalo
sekarang minumnya anggur merah, Iceland, vodka”
11. Apakah anda pernah mencampur minuman alkohol
dengan bahan lain? (seperti metanol, minuman
berenergi, bersoda, obat-obatan, dan lain-lainnya)
“ Pernah mbak, itu saya mulai mencoba mencampurkannya 8
sejak saya SD itu mbak. Saya campur dengan minuman
bergas bersoda mbak kayak pepsi, coca cola, terus juga
dicampur M150, kratingdaeng, dicampur dengan ale-ale ada
juga obat-obatan tapi itu temen saya mbak. Kalau saya sih
gak pernah di campurin yang aneh-aneh kayak obat-obatan,
lotion nyamuk atau yang berbahaya lagi spiritus. Paling ya
minuman-minuman biasalah mbak. Karna kalo dicampurin
dengan yang minuman berbahaya itu cuman orang stress
yang minuman mbak (tertawa)”
12. Mengapa anda mencampurkan alkohol dengan
bahan tersebut?
“ Alasannya karna biat rasa sih mbak, bisa mengurangi rasa 9
pahitnya jadi saat minum tuh enak mbak rasanya ada
Data Wawancara Kode
manisnya ada segernya jadi biar ada sensasinya mbak
pokoknya beda aja rasanya”
13. Dimanakah anda mendapatkan minuman keras
oplosan tersebut?
“ada tempat-tempatnya tertentu mbak kalau oplosan kayak di 10
warung-warung juga banyak mbak tapi ya dijualnya
tersembunyi mbak. Kadang belinya udah dalam bentuk jadi
mbak tinggal minum di nikmatin mbak tapi kadang juga ada
yang saya campur lagi sendiri”
14. Apakah anda tahu bila mencampurnya dengan
bahan-bahan lain yang tidak jelas kandungannya
akan berbahaya bagi kesehatan?
“ya ga tau sih mbak berbahaya atau nggak karna saya taunya 11
rasanya enak ya saya beli aja saya minum kadang ada
bebarapa botol. Jadi kurang tau juga saya kandungannya
isinya apa aja mbak, jangakan saya mbak orang yang jualnya
pun juga belum tentu tau mbak yang dia campurin itu bahaya
atau nggaknya mbak. Tapi kalau setau saya cuma bisa
muntaber dampak ke kesehatannya”
Faktor Individu
15. Mengapa anda mengkonsumsi minuman keras
oplosan? Apakah ada faktor internal dari dalam
diri anda?
- hanya karena ingin coba-coba
“ ya awalnya saya penasaran banget ingin coba-coba mbak, 12
istilahnya pengen nyiciplah mbak apalagi kalau ada di depan
mata mbak, membuat saya penasaran minuman apa sih itu
kok yang saya tahu orang-orang setelah minum itu kok bisa
mabuk bisa pusing. Jadinya ya saya coba mbak, setelah saya
coba kok enak gitu mbak lama-lama ketagihan dan jadi
kebiasaan bagi saya”
- kurangnya harga diri dalam pergaulan
masyarakat
“ Nggaklah mbak, itu bukan alasan saya untuk mengkonsumsi 13
minuman tersebut. Untuk apalah saya seperti itu mbak. Toh
gini-gini aja diri saya”
- menutupi kekurangan anda agar dapat
menunjukkan eksistensi
“ Nggak mbak, buat apa juga saya nutupin kekurangan 14
dengan hal seperti itu mbak. Saya terima apa adanya aja diri
saya, dilingkungan saya juga begitu. Biasanya saya minum
Data Wawancara Kode
juga karna lagi capek atau nafsu makan kurang habis minum
tidur, minum sewajarnya mbak bukan untuk memabukkan”
- merasa sangat frustasi dan depresi
“kalau lagi depresi atau frustasi juga nggak mbak. Tapi ada 15
juga sih mbak orang-orang tuh kalau lagi stress pasti larinya
ke minum trus mabuk, kalau saya mah keseringan karna
capek aja mbak atau nafsu makan gak ada baru saya minum”
- menyelesaikan suatu masalah
“ Oh nggak mbak, menurut saya bukan jadi selesai 16
masalahnya mbak. Mungkin kebanyakan orang buat nyelesain
masalah, tapi kalau saya mah malah jadi banyak masalah
mbak. Jadi makin pusing pikiran dibuatnya mbak. Jadi ya
saya minum tergantung saya maunya aja mbak, pas lagi
sendiri, senang atau kapanpun ya saya minum”
Faktor Lingkungan Keluarga
16. Bagaimana dengan faktor lingkungan keluarga
anda?
- Hubungan dengan keluarga
“Saya anak ketiga dari tiga saudara mbak, dua kakak 17
perempuan saya. Hubungan saya sama keluarga ya baik-baik
aja mbak tidak ada masalah keluarga, keluarga saya tau kok
saya peminum gitu mbak. Semalam saya baru minum dengan
abang saya mbak. Orang tua saya juga tau mbak, bukan
berarti di bebaskan tapi karna juga udah dewasa jadi gak
dilarang yang penting tau batasnya aja sewajarnya aja gitu
mbak kesadaran diri sendiri juga”
- Kedua orang tua agamanya kuat
“sangat kuat mbak,apalagi bapak saya mbak. Kalo agama 18
sudah di didik dari kecil mbak, mungkin karna terlalu kuat
saya nya melenceng sendiri mbak gak tau kenapa. Sebenarnya
juga sudah di ingatkan mbak bahaya rokok bahaya minuman
bahaya narkoba, tapi kan kalau dah dewasa ini kan orag tua
menuntut kita hanya untuk sadar mbak biar bisa lebih tau
mana yang baik, mana yang gak baik mbak”
- Faktor ekonomi
“ Standar lah mbak, berkecukupan mbak tapi ya kadang saya 19
juga suka menyalahgunakan pemberian orang tua dikasih
buat jajan malah di pakai buat yang lain buat beli minuman,
rokok, ya kadang juga buat keperluan lain mbak.
- Keluarga mengkonsumsi minuman keras
Data Wawancara Kode
“Di keluarga kandung saya nggak ada mbak yang konsumsi 20
alkohol maupun oplosan, kalau di keluarga besar ada mbak
mbak itu abang sepupu saya. Kadang suka minum juga
bareng sama dia”
Faktor Lingkungan Pergaulan
17. Bagaimana dengan faktor pergaulan anda?
- terpengaruh dari orang lain
“Iya mbak, karna pengaruh dari orang-orang lain juga di 21
lingkungan mbak. Kayak temen-temen saya tuh kalau
misalnya lagi ngumpul atau nongkrong pasti tuh terpengaruh.
Kadang saya juga yang ngajak mereka buat minum-minum
mbak. Apalagi kan juga hidup di perantauan mbak jadi ya
saya sesuaikan”
- lingkungan pergaulan yang bebas
mengkonsumsi minuman keras oploan
“ Kalo karna pergaulan bebas nggak juga sih mbak, soalnya 22
bebasnya juga yang masih sewajarnya mbak. Nggak terlalu
terkait sih mbak antara minuman sama pergaulan kalo
menurut saya mbak”
- mendapat ancaman/tekanan dari lingkungan
untuk mengkonsumsi minuman tersebut
“Nggak pernah sih dapat ancaman atau tekanan gitu sama 23
sekali gak pernah mbak, malah saya kadang yang ngancem
temen-temen saya hahaha (tertawa)”
Faktor Kultural Budaya
18. Bagaimana dengan budaya di tempat tinggal anda?
Apakah mengkonsumsi minuman keras adalah hal
yang lumrah untuk dikonsumsi?
“Saya kan orang Padang sih budaya minuman gitu gak ada 24
mbak, apalagi saya Sumatra Barat mbak sangat di larang
ketat mbak. kalau lingkungan disini bebas-bebas aja sih tidak
ada yang melarang mbak”
Faktor Lingkungan Masyarakat
19. Bagaimana dengan faktor lingkungan masyarakat
di sekitar anda?
- mengkonsumsi minuman keras tersebut saat
sedang berkumpul pos ronda
“ saya gak pernah ikut kumpul pos ronda mbak, paling ya 25
kumpul sama temen-temen kos mbak. kalau untuk warga di
lingkungan kos saya ada juga mbak yang mengkonsumsi, ada
Data Wawancara Kode
juga bapak-bapaknya mereka minumnya tuh sejenis CIU gitu
mbak minuman tradisional jawa”
- pernah pesta miras
“Sejauh ini sih nggak ada mbak, ntah mungkin saya yang 26
nggak tau atau gimana. Tapi setau saya nggak ada mbak,
saya nggak pernah lihat ada pesta miras gitu”
- mudah mendapatkan minuman keras oplosan
“Sangat mudah mbak, apalagi harganya juga bisa di jangkau 27
lebih murah. Dimana-mana ada mbak asalkan kita tau aja
tempatnya yang menjual mbak”
20. Apakah sebelumnya pernah ada penyuluhan
tentang minuman keras di lingkungan tempat
tinggal anda
“belum sampai saat ini belum ada mbak” 28

3. Kategorisasi
Setelah di lakukan koding dengan pemberian kode maka

kemudian di lakukan pemberian kategori pada setiap kode yang sudah

diberikan. Berdasarkan dari hasil koding dari wawancara subyek 1 di

dapatkan hasil kategori :

Kode Kategori

1 Konsumsi alkohol

2 Pengetahuan alkohol yang minim

3 Faktor individu dan lingkungan

4 Tidak ketergantungan alkohol

5 Pengetahuan bahaya alkohol yang minim

6 Menyadari alkohol adalah minuman keras

7 Mengetahui arti minuman oplosan


8 Pernah mengoplos alkohol dengan bahan lain

9 Menciptakan rasa

10 Tempat-tempat tersembunyi

11 Pengetahuan bahaya mengoplos alkohol yang minim

12 Rasa ingin coba

13 Bukan karna kurangnya harga diri

14 Bukan untuk menutupi kekurangan

15 Tidak saat frustasi dan depresi

16 Tidak menyelesaikan suatu masalah

17 Hubungan keluarga yang baik dan keluarga mengetahui

18 Agama di didik sejak kecil

19 Menyalahgunakan pemberian orang tua

20 Keluarga kandung tidak ada yang mengkonsumsi

21 Terpengaruh teman-teman

22 Bukan karna pergaulan yang bebas

23 Tidak mendapatkan ancaman atau tekanan

24 Budaya lingkungan yang bebas

25 Tidak pernah ikut kumpul warga

26 Tidak ada pesta miras

27 Mudah di dapatkan

28 Tidak ada penyuluhan


Tabel 3.3 Hasil wawancara subyek M
Data Wawancara Kode
Pengetahuan Alkohol dan Oplosan
1. Apakah anda mengkonsumsi alkohol?
“ Pernah, awal mulai kelas 2 smp udah mulai minum sampai 1
sekarang. Minumnya macam-macam ada yang cap depkes ada
yang plastikkan tergantung kondisi dompet sih mbak.
2. Menurut anda alkohol itu apa?
“ Alkohol ada yang buat obat luka, ada yang memabukkan, 2
tapi kurang paham sebenarnya alkohol itu gimana”
3. Seberapa sering anda mengkonsumsi alkohol
“ seminggu bisa sampai 3-4x, misal 2 hari sekali satu botol
gitulah menyesuaikan kondisi domoet, kondisi teman, kondisi
lingkungan. Sekarang makin berkurang, parahnya waktu
SMK, sekarang masih minum tapi agak mengurangi.
4. Berapa kali dalam sebulan anda mengkonsumsi
alkohol?
Dalam sebulan bisa 2 minggunya minum tapi nggak berturut-
turut 2 minggu, di jeda misalnya 3x sehari.
5. Mengapa anda pernah mengkonsumsi alkohol
“ Awalnya karna paksaan dari temen suruh nyoba minum sih 3
mbak, tau kalo itu minuman alkohol cuma sekedar tau aja.
Tapi karna paksaan teman jadinya mencoba juga”
6. Apakah setelah anda mengkonsumsi alkohol
menjadi ketergantungan?
“ Awalnya nyicipnya nggak ketergantungan sih mbak karna 4
paksaan dari teman, lama-lama misal kalau badan pegel
capek habis pergi jauh minumyang ada kandungan
alkoholnya baru lumayan enak, kalo nggak kayak ada yang
kurang gitu. Ibaratnya makan lauk tanpa nasi”
7. Apakah anda tahu bahaya dari mengkonsumsi
alkohol
“ Alkohol yang berbahaya itu yang di jual di apotik untuk 5
luka,,karna kandungannya lebih besar ada yang 14,7 ada
yang 19,7, ada 4,7 yang di jual apotik. Kalo kebanyakan
bahaya tergantung kita yang ngontrol minumnya mbak, kalau
untuk kesehatan setau saya bisa muntah darah, temen saya
ada yang keseringan minum jadi muntah darah, jarang tidur,
sering muntah-muntah, bisa pembuluh darah pecah.
8. Apakah anda perokok aktif dan sejak kapan?
“perokok aktif, kelas 1 smp merokok dulu baru tau minuman,
sampe sekarang masih aktif. Ada mengurangi punya temen, di
Data Wawancara Kode
warung tapi kalo untuk mengurangi diri sendiri susah sih
mbak ngilanginnya. Lebih ketergantungan merokok daripada
minum-minuman.
9. Apakah anda tahu bahwa minuman beralkohol
adalah minuman keras?
“tau mbak, kan di botolnya ada tulisannya mbak kalau itu 6
minuman keras tapi tetap saya minum mbak”
10. Apakah anda tahu minuman oplosan? Apa itu
minuman oplosan?
“tau, oplosan tuh campuran yang aneh-aneh misalnya satu 7
merek dicampur dengan merek minuman bersoda, minuman
berenergi, ada juga dicampur dari obat nyamuk yang dioles
ditangan lotion”
11. Apakah anda pernah mencampur minuman alkohol
dengan bahan lain? (seperti metanol, minuman
berenergi, bersoda, obat-obatan, dan lain-lainnya)
“pernah mbak di campur kelas 2 smk tapi gak dicampurkan 8
bahan yang aneh-aneh mbak kayak lotion nyamuk cuma
dicampur dengan minuman bersoda, dengan kategori non
depkes yang plastikkan minuman tradisional jawa seperti CIU
mbak. Kalau saya udah mencampurkannya dengan yang
aneh-aneh berbahaya gitu mungkin udah inalillahi saya mbak,
udah di dunia lain””
12. Mengapa anda mencampurkan alkohol dengan
bahan tersebut?
“ karna minuman anggur merah terlalu mahal mbak, kalau 9
oplosan kan murah terjangkau juga 1 plastik bisa 10.000 dan
juga pertamanya karna pengaruh lingkungan temen-temen
tuh, kedua karna enak rasanya”
13. Dimanakah anda mendapatkan minuman keras
oplosan tersebut?
“banyak mbak dijual di daerah saya, kalo alkohol udah ada 10
yang nyediain mbak tinggal kita ambil aja. Tapi kalau oplosan
biasa di warung tapi tersembunyi mbak, pokoknya belinya
udah kecampur mbak bukan kita yang oplos, nanti saya beli
kalo masih kurang saya oplos lagi dengan minuman bersoda,
bir bintang, anggur merah yang ada bea cukainya mbak”
14. Apakah anda tahu bila mencampurnya dengan
bahan-bahan lain yang tidak jelas kandungannya
akan berbahaya bagi kesehatan?
Data Wawancara Kode
“kalo untuk bahaya bagi kesehatan saya kurang tau banyak 11
mbak, saya cuma tau pusing saya pernah tidur seharian gara-
gara itu mbak. Pokoknya mbak kalo pertama beli saya gak tau
juga mbak apa aja isinya kandungannya yang di campur, kalo
yang plastikkan itu rasanya panas dileher di tenggorokan tuh.
Tapi kalo kita yang campur sendiri kan seperti di campur
coca cola, ya rasanya enak seperti coca cola paling ntar
lama-lama pusing mbak”
Faktor Individu
15. Mengapa anda mengkonsumsi minuman keras
oplosan? Apakah ada faktor internal dari dalam diri
anda?
- hanya karena ingin coba-coba
“ niat buat coba-coba nyicip sendiri nggak ada mbak. Tapi 12
karna terpengaruh orang lain dipaksa sama temen disuruh
minum, jadi sering minum”
- kurangnya harga diri dalam pergaulan
masyarakat
“ oh nggak mbak, cuma buat minum-minum nongkrong biasa 13
biar enakin ngobrol”
- menutupi kekurangan anda agar dapat
menunjukkan eksistensi
“ nggak mbak, buat apalah mbak nutupin kekurangan dengan 14
minuman seperti itu. Kalo ada kekurangan ya saya terima aja,
nggak di tutupin dengan minum-minum”
- merasa sangat frustasi dan depresi -
“ pernah mbak karna frustasi gara-gara sebuah hubungan, 15
saya sudah pacaran lama ketahuan selingkuh di tinggal nikah.
Saya frustasi , jadinya saya minum banyak mbak”
- menyelesaikan suatu masalah
“ iya mbak kalau saya bisa buat nyelesain masalah, tapi 16
biasanya selesai pas lagi minum aja mbak. Kalau udah sadar
lagi, ingat masalah lagi terus minum lagi lama kelamaan jadi
kecanduan karna itu mbak”
Faktor Lingkungan Keluarga
16. Bagaimana dengan faktor lingkungan keluarga
anda?
- Hubungan dengan keluarga
“Hubungan dengan keluarga baik-baik saja mbak, saya itu 17
anak terakhir dari dua bersaudara mbak. Keluarga saya tidak
tau sama sekali mbak kalau saya mengkonsumsi minuman gitu
Data Wawancara Kode
mbak jadi saya diem-diem mbak. Di keluarga juga ada yang
mengkonsumsi tapi bukan keluarga kandung mbak kakak
sepupu laki-laki, kadang sering minum bareng juga mbak”
- Kedua orang tua agamanya kuat dan di didik
sejak kecil tentang agama
“ kuat mbak apalagi ayah saya termasuk kuat agamanya, 18
kalau sampai orang tua saya tahu pasti saya di marahin abis-
abisan mbak bahkan nggak diakui anak lagi mungkin sama
bapak saya (tertawa). Saya sejak kecil sudah di didik agama,
dari sd sampai smp saya sering ngaji di masjid semenjak smk
jadi jarang ke masjid jaramg shalat. Kalau waktu smp saya
belum tau mbak hukumnya gimana kalau minum shalatnya
diterima apa ngga”
- Faktor ekonomi
“ faktor ekonomi di keluarga baik-baik aja mbak, kadang 20
ekonomi juga menyesuaikan kondisi dompet saya juga,
dompet temen juga. Kalo dapet kiriman dari orang tua ada
lebih atau sisa paling ya buat foya-foya buat beli minuman.
Jadi lumayan berpengaruh mbak, asal ada duit pasti ada
barang hahaha (tertawa)”
- Keluarga mengkonsumsi minuman keras
“ keluarga kandung nggak ada yang mengkonsumsi” 21
Faktor Lingkungan Pergaulan
17. Bagaimana dengan faktor pergaulan anda?
- terpengaruh dari orang lain
“iya mbak, terpengaruh bangetlah mbak dari temen main ada 22
temen kampus juga ada mbak. Awalnya diajakin terus
dipaksa, eh pas saya coba kok enak malah jadi ketagihan saya
mbak (geleng-geleng)”
- lingkungan pergaulan yang bebas
mengkonsumsi minuman keras oploan
“ iya mbak saking bebasnya saya jadi ikut terpengaruhi mbak, 23
tapi masih bebas yang ada batasnya mbak”
- mendapat ancaman/tekanan dari lingkungan
untuk mengkonsumsi minuman tersebut
“ pernah mbak, awal masuk smp itu saya di ancem mbak 24
sama temen saya kalau saya tidak minum misalnya, akhirnya
saya mencoba malah ketagihan mbak”
Faktor Kultural Budaya
Data Wawancara Kode
18. Bagaimana dengan budaya di tempat tinggal anda?
Apakah mengkonsumsi minuman keras adalah hal
yang lumrah untuk dikonsumsi?
“ Sudah terbiasa mbak kalau di tempat tinggal saya di kos, 25
jadi kalau gak ada kerjaan pas lagi ngumpul-ngumpul ya
langsung minum-minum mbak. Termasuk lumrah juga mbak”
Faktor Lingkungan Masyarakat
19. Bagaimana dengan faktor lingkungan masyarakat
di sekitar anda?
- mengkonsumsi minuman keras tersebut saat
sedang berkumpul pos ronda
“Untuk warga di lingkungan saya ada mbak bapak-bapaknya 26
juga mengkonsumsi, kadang kita ikut gabung sama mereka
mbak, pas ngeronda atau main domino”
- pernah pesta miras
“pernah mbak, di desa saya pas lagi pemilu kan desa saya 27
menang itu pada minum-minum mbak dari segela golongan
umur mbak. Tapi tetep saya sembunyi dari orang tua mbak”
- mudah mendapatkan minuman keras oplosan
“ mudah banget mbak, banyak yang jual di tempat saya. Ya 28
selagi ada duit pasti ada barangnya mbak. Nggak susah mbak
belinya, dimana-mana ada mbak murah juga jadi sesuai lah
sama isi dompet”
20. Apakah sebelumnya pernah ada penyuluhan
tentang minuman keras di lingkungan tempat
tinggal anda
“belum ada mbak, belum pernah sama sekali. Sayang banget 29
ya mbak padahal penting banget ya mbak kalau ada
penyuluhan gitu jadi bisa buat saya dan masyarakat tahu
bahaya dari mengkonsumsi miras oplosan”

Setelah di lakukan koding dengan pemberian kode maka kemudian di

lakukan pemberian kategori pada setiap kode yang sudah diberikan.

Berdasarkan dari hasil koding dari wawancara subyek 2 di dapatkan hasil

kategori :
Kode Kategori

1 Konsumsi alkohol

2 Pengetahuan alkohol yang minim

3 Faktor lingkungan teman-teman

4 Ketergantungan

5 Pengetauan bahaya alkohol yang minim

6 Menyadari alkohol minuman keras

7 Mengetahui pengertian minuman oplosan

8 Pernah mengoplos alkohol dengan bahan lain

9 Murah terjangkau, rasa, dan pengaruh lingkungan

10 Di tempat-tempat tertentu

11 Pengetahuan bahaya mengoplos alkohol yang minim

12 Tidak berniat untuk mencoba

13 Bukan karna kurang harga diri

14 Bukan untuk menutupi kekurangan

15 Saat frustasi atau depresi

16 Saat menyelesaikan suatu masalah

17 Hubungan keluarga yang baik dan keluarga tidak mengetahui

18 Agama kuat dan sudah di didik sejak kecil

19 Menyalahgunakan pemberian orang tua

20 Keluarga tidak ada yang mengkonsumsi

21 Terpengaruhi lingkungan pergaulan


22 Lingkungan pergaulan yang bebas

23 Mendapatkan ancaman atau tekanan

24 Budaya yang bebas

25 Ikut serta berkumpul bareng warga

26 Pernah ada pesta miras

27 Mudah di dapatkan

28 Tidak ada penyuluhan

Berdasarkan dari hasil koding dan kategorisasi di atas di dapatkan bahwa

ada beberapa kategori yang ditemukan dengan maksud yang sama pada subyek

satu dan kedua yaitu pada kode

1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,13,14,18,19,20,21,24,27,28.
Dari hasil analisis faktor risiko yang di dapatkan melalui wawanacara

dengan subyek 1 dan 2 di dapatkan skema sebagai berikut :

Rasa ingin
coba
Stress/frustasi

Budaya Menyelesaikan
suatu masalah

Faktor Risiko

Mudah
didapatkan

Terpengaruh dari
lingkungan

Peran keluarga

Skema 1
Faktor-faktor Risiko Pengguna Penyalahguna Oplosan
C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data wawancara di dapatkan beberapa faktor

risiko pengonsumsi miras oplosan adalah karna rasa ingin coba, merasa

frustasi atau depresi, suatu pelarian untuk menyelesaikan masalah,

terpengaruh dan mendapat ancaman dari pergaulan lingkungan, faktor

keluarga, ekonomi, sangat mudah di dapatkan dan faktor dari budaya di

lingkungan.

1. Rasa Ingin Coba

Perilaku konsumsi minuman keras terjadi pada usia sekitar

15-25 tahun, dengan berbagai macam faktor pendorongnya dimulai

dari rasa ingin coba-coba, karena solidaritas terhadap teman, dan

sebagai pelarian diri dari masalah yang dihadapi dan kurangnya

pengawasan orang tua terhadap anaknya. Penggunaan minuman keras

di kalangan muda pada umumnya karena minuman tersebut

menjanjikan sesuatu yang menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan,

kesenangan dan ketenangan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Noegroho Djajoesman (1999:5) bahwa kalangan

muda selalu mempunyai sifat ingin tahu segala sesuatu yang belum, atau

kurang di ketahui dampak negatifnya. Seperti yang dikatakan oleh

subyek pertama yang menyatakan bahwa awal mula ia mengkonsumsi

alkohol adalah ketika ia sekolah dasar dan penasaran ingin mencoba

minuman. Rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang di miliki akan
membuat seseorang yang pada akhirnya mudah untuk melakukan

perilaku yang bisa bedampak postif maupun negatif. Sehingga salah

satu faktor risiko penggunaan minuman keras di kalangan muda karena

rasa ingin tahu. Hal ini serupa dengan penelitian Faktor- faktor

penggunaan minuman keras di kalangan remaja di Desa Losari

Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga (Desi Maria Ulfah, 2005)

yang menyatakan bahwa sebagian faktor penggunaan minuman keras

adalah rasa ingin mencoba. Minimnya pengetahuan akan bahaya dari

mengkonsumsi miras tersebut juga membuat seseorang terus

mengkonsumsi hal yang sebenarnya berdampak negatif bagi mereka.

2. Frustasi atau Depresi dan Menyelesaikan Suatu Masalah

Faktor risiko minuman keras digunakan untuk menghindari

perasaan psikologis seseorang seperti depresi atau frustasi. Sesuai

dengan pernyataan para ahli psikologi, pecandu minuman keras

dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: karena stress,

lingkungan, gengsi dan karena tipisnya iman (Widodo, 1993).

Perilaku penyalahgunaan minuman keras dipengaruhi oleh keyakinan

subjek bahwa perilaku tersebut mampu memenuhi harapannya yaitu

menghilangkan stress. Dalam sebuah konflik yang sedang mereka

hadapi, sebagian dari mereka mencari pelarian dengan mengkonsumsi

minum-minuman keras dengan tujuan untuk menyelesaikan sebuah

masalah lingkungan agar masalah dapat terselesaikan. Sesuai dengan


pernyataan hasil wawancara pada subyek kedua yang menyatakan

bahwa M mengkonsumsi minuman keras tersebut saat ia merasa sangat

frustasi atau depresi dan bahkan ketika ia sedang di landa dengan

masalah yang menghampirinya ia menjadikannya sebuah pelarian

sebagai suatu penyelesaian masalah. Akan tetapi berbeda dengan YS,

yang mana menurutnya dengan keadaan ia yang sedang frustasi ataupun

depresi bukan merupakan suatu pelarian untuk menyelesaikan sebuah

masalah dengan mengkonsumsi minuman keras. Suatu masalah akan

menjadi lebih rumit jika diselesaikannya dengan melakukan hal yang

berdampak negatif salah satunya mengkonsumsi miras oplosan. Hal ini

berarti tidak semua orang mengkonsumsi miras hanya untuk dijadikan

sebagai pelarian dari sebuah masalah, hal tersebut tergantung dari

kondisi psikologis seseorang apakah orang tersebut mampu

menyelesaikan masalah dengan meminum atau tanpa meminum.

3. Terpengaruh dari lingkungan

Faktor lingkungan merupakan suatu proses pembelajaran yang

dilakukan oleh subyek dari kebiasaan - kebiasaan mengkonsumsi

minuman keras alkohol yang dilakukan oleh lingkungan pergaulan,

masyarakat. Konformitas terhadap suatu kelompok juga merupakan

salah satu faktor sosial dan kultural yang menyebabkan perilaku

minum – minuman keras alkohol (Kuncoro, 2010). Sebagaimana dua

subyek wawancara pada penelitian ini merupakan mahasiswa yang


pastinya mereka mempunyai lingkungan pergaulan dan masyarakat.

Ajakan dan tawaran dari lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi

mereka dalam mengonsumsi minuman keras tersebut. Sesuai dengan

pernyataan hasil wawancara pada kedua subjek, mereka terpengaruh

dari lingkungan yang membuat mereka terbiasa mengkonsumsi

minuman keras tersebut. Subjek M mengatakan bahwa awal ia mulai

mengkonsumsi minuman tersebut dari ajakan teman-temannya untuk

mencicipi minuman keras tersebut, bahkan ia mengatakan mendapat

ancaman atau tekanan dari teman-temannya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Cipto dan Kuncoro (2010) yang menyatakan tekanan yang

berupa ajakan maupun paksaan membuat subjek sungkan untuk

menolak ajakan mengkonsumsi minuman beralkohol yang dilakukan

oleh teman-teman pergaulannya. Kurang kukuhnya kekuatan iman

seseorang juga merupakan salah satu faktor seseorang dapat

mempermudah orang tersebut terpengaruhi. Berdasarkan hasil analisis

wawancara pada kedua subyek, mereka merupakan sosok yang taat

agama sejak kecil. Mereka rajin mengaji dan shalat, akan tetapi sejak

datangnya pengaruh dari luar yang sangat mempengaruhi mereka untuk

menyimpang dari perbuatan tersebut. Salah satu penuturan subyek M

yang menyatakan bahwa ia sejak kecil merupakan sosok yang rajin

mengaji, akan tetapi karna sebuah pengaruh dan paksaan yang

membawanya terbawa untuk melakukan hal yang menyimpang yaitu


mengkonsumsi miras. Di agama islam sendiri disebutkan dalam sebuah

hadist “Setiap yang memabukkan berarti khamar, dan setiap khamar

hukumnya haram (HR. Bukhary dan muslim). Tidak hanya lingkungan

pergaulan, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi generasi muda

melakukan perilaku miras. Sesuai dengan pendapat Nuranisa (2015)

pertama yang mempengaruhi generasi muda yaitu lingkungan karena

di lingkungan yang tinggalinya seperti lingkungan tidak sehat, hal

tersebut akan mudah terpengaruh oleh ajakan masyarakat untuk

mengkonsumsi miras. Dari faktor lingkungan masyarakat atau

pergaulan tersebut semakin mempengaruhi keingintahuan seseorang

akan sesuatu tentang minuman keras.

4. Peran Keluarga

Peran keluarga dalam pengawasan pengguna miras

merupakan peran yang sangat penting. Faktor keluarga yang

mempengaruhi di dalam penggunaan minum - minuman keras. Hasil

dari analisis kedua subyek penelitian mereka mengatakan bahwa

hubungan mereka dengan keluarga atau orang tua baik-baik saja dan

harmonis. Melihat kondisi mereka yang tinggal jauh dari orang tua dan

keluarga, membuat mereka jauh dari pengawasan orang tua. Dari

kondisi keuangan pun mereka sering menyalahgunakan pemberian uang

dari orang tua untuk di belikan atau di habiskan dengan minum-

minuman tersebut. Hal ini membuktikan bahwa mereka belum mandiri


secara ekonomi dan masih bergantung pada orang tua. Sesuai dengan

pendapat dari Hurlock (2002) yang menyatakan bahwa meskipun

telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini

memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang

masih tergantung pada orang-orang lain khususnya pada orang tua

mereka sendiri. Tidak semua orang tua mengetahui bahwa anaknya

mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini membuat mereka

mendapatkan kebebasan dalam menentukan pergaulan. Hasil data yang

sudah dianalisis oleh peneliti, kedua subyek penelitian mengkonsumsi

minuman keras beralkohol karena diajak dan sering minum bersama

oleh salah satu keluarga mereka (kakak sepupu laki-laki dalam

keluarga). Hal ini sesuai dengan pendapat Hapsari (2007) yang

menyatakan bahwa orang tua/ayah, kakak laki-laki, atau anggota di

keluarga yang juga mengkonsumsi merupakan faktor risiko dapat

menyebabkan subjek melakukan perilaku yang sama. Pada keluarga

yang sudah menganggap mengkonsumsi minuman beralkohol adalah

hal yang biasa, membuat mahasiswa lebih terbuka dengan

kebiasaannya mengkonsumsi minuman keras beralkohol. Orang tua

yang mempunyai agama yang kuat bisa mendidik anaknya agar tidak

terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis

wawancara kepada subyek penelitian, di dapatkan bahwa mereka

terlahir dari sosok orang tua yang agama islamnya kuat dan mereka pun
sebenarnya sudak di didik agama sejak kecil. Akan tetapi tidak menutup

kemungkinan kalau mereka juga melanggar hal-hal yang memang di

larang dalam agama seperti mengkonsumsi miras, hal tersebut

disebabkan karna kurangnya pengawasan dari orang tua dan ada juga

orang tua yang memang mengetahui dan membebaskan anaknya

tersebut karna merasa anaknya sudah dewasa dan membiarkan anaknya

agar bisa mengetahui mana yang baik dan tidak baik untuk diri mereka.

5. Budaya atau Kultural

Selain lingkungan keluarga dan pergaulan, lingkungan budaya

masyarakat juga mempengaruhi penyalahgunaan miras alkohol.

Menurut hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti, mereka

mengkonsumsi alkohol karena dalam lingkungan mereka juga

mengkonsumsi alkohol dan hal yang lumrah yang dilakukan

masyarakat bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Warga atau

masyarakat di daerah yang mereka tinggali sekarang juga sering terlihat

mengkonsumsi miras tersebut seperti CIU, yaitu minuman tradisional

khas Yogyakarta. Menurut pengakuan dari kedua subyek mereka

mengetahui warga mengkonsumsi tersebut ketika warga atau

masyarakat sedang berkumpul atau melakukan pos ronda. Penuturan

dari subyek M yang menyatakan bahwa ia sendiri pernah ikut gabung

dengan masyarakat sekitar untuk mengkonsumsi miras tersebut. Sama

halnya dengan penuturan YS yang menyatakan bahwa lingkungan


budaya masyarakatnya yang bebas juga mengkonsumsi miras, akan

tetapi berbeda dengan lingkungan budaya asal tempat ia tinggal di

Padang Sumatera Barat yang melarang keras jika mengkonsumsi miras

tersebut. Penyebab kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya

dari mengkonsumi miras merupakan salah satu faktor masyarakat juga

mengkonsumsi miras tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Hapsari (2007) bahwa terdapat faktor sosial dan kultural yaitu

pengaruh adat istiadat dan budaya, pengaruh lingkungan tempat

tinggal, pengaruh teman pergaulan dan konformitas. Keadaan

masyarakat yang pada umumnya juga mempengaruhi konsumsi

miras, sehingga mereka yang belum kukuh dan kuat imannya akan

dengan mudah mengadaptasi dengan budaya-budaya luar yang

kadang sesuai dengan diri mereka, dan akhirnya terjerumus didalamnya.

6. Mudah di dapatkan

Dari segi ekonomi, walaupun banyak pihak-pihak yang

menentang minuman keras dijual belikan secara bebas, akan tetapi

kenyataannya masih banyak yang menjual minuman keras, hal tersebut

terbukti masih banyak warung-warung atau toko yang menjual

minuman keras. Sehingga kalangan mahasiswa maupun masyarakat

tidak mengalami kesulitan dan sangat mudah untuk mendapatkannya.

Walaupun dari mereka termasuk dalam golongan ekonomi menengah

standar maupun kebawah oleh karena itu mereka tetap mencari dan
membeli dengan harga yang murah dan terjangkau sesuai dengan

kondisi keuangan atau isi dompet. Seperti penuturan yang dikatakan

oleh subyek M yang menyatakan bahwa harga oplosan lebih murah

daripada ia harus membeli anggur murah yang harga nya lebih mahal,

satu plastik minuman oplosan bisa di dapat dengan harga 10.000 ribu

rupiah. Ia mengaku bahwa minuman oplosan tersebut sangat mudah

untuk di dapatkan apalagi di daerah tempat ia tinggal, dengan harganya

yang terbilang murah sesuai dengan isi dompet. Sama hal nya seperti

penuturan yang dikatakan oleh subyek YS yang menyatakan bahwa

miras oplosan tersebut sangat mudah didapatkan asalkan tahu dimana

tempat yang menjualnya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Mercyta

(2015) tingginya harga dan terbatasnya persediaan minuman beralkohol

yang legal membuat konsumen memilih minuman oplosan yang

memang jauh lebih murah. Larangan terhadap minuman beralkohol

legal, justru menciptakan peluang beredarnya miras terlarang melalui

pasar – pasar gelap.

DATA REKAM MEDIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Berdasarkan dari data rekam medis yang di dapatkan terdapat 9

korban yang terdiagnosis intoksikasi alkohol di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Secara spesifik dari data rekam


medis tersebut tidak disebutkan bahwa korban tersebut disebabkan oleh

oplosan, hanya tertulis bahwa 9 korban tersebut di duga intoksikasi

alkohol. Berikut daftar 9 korban yang terdapat di RS PKU

Muhammadiyah Gamping.

Tabel 3.4 Data rekam medis RS Muhammadiyah PKU Gamping Yogyakarta periode 2014-2019

No Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Diagnosis Status

Alcohol
1 NCS 19 Laki-laki Pelajar Sembuh
unspecified

Alcohol
2 DS 22 Laki-laki Mahasiswa Sembuh
unspecified

Alcohol
3 ST 43 Laki-laki Buruh Meninggal
unspecified

Alcohol
4 HS 42 Laki-laki Buruh Sembuh
unspecified

Alcohol
5 SY 21 Laki-laki Mahasiswa Sembuh
unspecified

Alcohol
6 K 22 Laki-laki Mahasiswa Sembuh
unspecified

Alcohol
7 HB 23 Laki-laki Mahasiswa Sembuh
unspecified

Alcohol
8 RI 21 Laki-laki Mahasiswa Sembuh
unspecified

Alcohol
9 ET 26 Perempuan Wiraswasta Sembuh
unspecified
Berdasarkan dari data diatas di dapatkan dari sembilan korban

terdapat satu korban yang meninggal yaitu ST. Dari data rekam medis

korban masuk pada tanggal 5 Februari 2016 langsung di larikan ke IGD.

Tiba saat di IGD korban langsung di tangani oleh beberapa tenaga

medis. Setelah di lakukan beberapa tindakan, pasien di rawat inapkan

dan di lakukan beberapa tindakan penanganan lainnya. Ternyata setelah

>48 jam pasien di nyatakan meninggal. Berdasarkan dari rekam medis

korban di diagnosis Alcohol Unspecified. Sementara delapan korban

lainnya, sembuh atau di perbolehkan pulang. Dari delapan korban

tersebut juga terdiagnosis Alcohol Unspecified.

Mayoritas pengonsumsi miras pada data rekam medis adalah

pria usia muda sekitar 19-24 tahun dibandingkan dengan wanita,

dimana laki-laki sangat berpotensi lebih besar dalam mengkonsumsi

miras. Sesuai dengan dats Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa pria lebih berisiko terlibat

dalam perilaku konsumsi miras dibandingkan dengan wanita. Dan

menurut Kemenkes RI prevalensi peminum alkohol mulai tinggi pada

usia antara 15-24 tahun yaitu sebesar 5,5% meningkat menjadi

6,7% pada usia 25-34 tahun. Mayoritas dari mereka adalah mahasiswa,

hal tersebut lebih berisiko kemungkinan karna mereka jauh dari

pengawasan orang tua dan juga karna lingkungan RS PKU


Muhammadiyah Gamping yang letaknya dekat dengan beberapa

kampus. Sementara beberapa korban lainnya berusia diatas 40 tahun

dan pekerjaan sebagai buruh. Kurangngya pengetahuan masyarakat

awam terhadap bahayanya mengkonsumsi miras oplosan merupakan

salah satu faktor pemicu semakin tingginya masyarakat mengkonsumsi

miras. Khususnya pada mereka yang termasuk golongan menengah

kebawah juga lebih berisiko untuk mencari dan mengkonsumsi miras

dengan harga yang murah dan terjangkau.

Berdasarkan hasil rekam medis seluruh korban 100% di diagnosis

Alcohol Unspecified. Pengertian dari unspecified sendiri adalah tidak

ditentukan. Unspecified merupakan sebuah pemberian kode dalam

mengklasifikasikan suatu penyakit dari ICD-10 (International

Stratisticial Classification of Diseases and Related Health Problems-

10) dimana belum secara pasti atau spesifik dalam mendiagnosis suatu

penyakit. Pemberian kode unspecified terjadi apabila dalam proses

diagnosis, dokter belum dapat secara pasti menentukan diagnosis karna

belum mendapatkannya bukti yang cukup untuk diagnosis yang lebih

spesifik seperti riwayat medis atau pasien atau anamnesis pasien yang

tidak lengkap seperti dalam situasi darurat tersebut. Hal tersebut berarti

dalam mendiagnosis hanya semata-mata tergantung pada pengamatan

dokter. Agar menjadi lebih spesifik diperlukan bukti yang cukup untuk

mendukung proses diagnosis dengan tes penunjang lainnya seperti tes


laboratorium atau pencitraan lainnya. Karna untuk mendapatkan hasil

dari bukti yang cukup butuh menunggu beberapa waktu setelah awal

pasien datang. Pemberian sebuah kode unspecified diperlukan untuk

mengkode saat pasien datang pertama sampai diagnosis yang lebih

spesifik dapat dikonfirmasi. Berdasarkan dari data rekam medis diatas,

yang di maksud Alcohol Unspecified berarti pihak dari dokter di RS

PKU Muhammadiyah Gamping belum tentu secara pasti atau belum

secara spesifik dalam mendiagnosis apakah seluruh korban tersebut di

duga karna murni minuman keras beralkohol atau sudah di oplos dengan

berbagai macam bahan lain seperti metanol, spiritus, soffel anti nyamuk,

minuman berenergi dan zat pewarna atau disebabkan dari penyakit

lainnya. Menurut ICD-10 Kriteria Diagnosis Penyalahgunaan Alkohol

dibagi menjadi intoksikasi akut, harmful use, sindrom ketergantungan,

withdrawal atau putus zat, gangguan psikotik, sindrom amnesia,

residual and late-onset psychotic disorder, gangguan mental dan

perilaku lainnya, serta gangguan mental dan perilaku tidak spesifik.

Pada bab sebelumnya di tinjauan pustaka, secara spesifik alkohol

mempunyai beberapa golongan yang sesuai dengan kadarnya. Alkohol

mempunyai beberapa jenis yaitu salah satunya yaitu

etil alkohol (etanol) dan metil alkohol (metanol). Etil alkohol (etanol)

adalah jenis alkohol yang sering diperdagangkan dalam bentuk

minuman keras atau minuman lain yang mengandung alkohol yang


berlabel legal yang sering kita temui di toko-toko atau minimarket.

Yang paling sering disalahgunakan oleh masyarakat umum sebagai

campuran minuman oplosan adalah metanol, hal tersebut terjadi karna

harga metanol yang relatif lebih murah. Akan tetapi masyarakat umum

tidak menyadari bahwa menggantikan atau mencampurkan minuman

beralkohol sangatlah berbahaya dan bersifat toksik bagi tubuh manusia,

semua jenis alkohol dapat menyebabkan intoksikasi bila diminum dalam

jumlah banyak. Apalagi jika di oplos menggunakan berbagai bahan

berbahaya seperti metanol, spiritus, obat anti nyamuk memiliki risiko

tinggi yang berdampak toksik bagi tubuh. Pemakaian minuman keras

yang kronis dalam waktu singkat atau lama dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan fisik yaitu kecacatan, kebutaan, hingga

menyebabkan kematian. Indikator untuk mengetahui efek minuman

keras atau beralkohol ialah dengan menggunakan ukuran tingkat kadar

alkohol dalam darah. Seorang alkoholik dapat dikatakan sembuh dari

pengaruh minuman keras tidak hanya dilihat dari berhentinya ia

mengkonsumsi minuman keras, namun juga dari keseluruhan tubuhnya

yang telah rusak akibat minuman keras, caranya mengatasi hidup serta

mengatasi rasa percaya diri dan rasa bersalah. Sembuh berarti tidak

hanya dari nilai dari sembuh secara klinis, akan tetapi juga sembuh

secara psikis, apakah setelah diobati pengguna atau korban masih

kecanduan untuk mengkonsumsi atau tidak. Maka seorang peminum


alkoholik maupun miras sebaiknya perlu di rehabilitasi, agar mereka

tidak mencoba untuk mengulanginya. Sifat kecanduan atau

ketergantungan akan membuat mereka kembali lagi untuk

mengkonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai