Anda di halaman 1dari 5

1.

Nama dan gambar tanaman


Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

2. Klasifikasi tanaman
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili
Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman jahe dalam
sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).

3. Nama lain tanaman : Jahe (Zingiber officinale Rosc.)


Jahe memiliki nama yang beragam di seluruh Indonesia. Daerah yang berada
di Pulau Sumatra mengenalnya dengan nama halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing
(Karo), alia (Melayu), pege (Toba), sipode (Mandailing), lahya (Komering) lahia
(Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung). Nama jahe
mungkin berasal dari pulau Jawa karena memiliki kemiripan seperti jahe dalam
bahasa Sunda, jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean). Daerah Indonesia timur
seperti Pulau Sulawesi mengenal jahe dengan nama layu (Mongondow), moyuman
(Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia atau leya (Makassar),
dan pace (Bugis). Di Maluku, jahe dikenal dengan nama hairalo (Amahai), pusu,
seeia, sehi, siwe (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusa Laut), siwew (Buns), garaka atau
woraka (Ternate), gora (Tidore), sohi (Banda) dan laian (Aru). Daerah di Pulau Papua
menyebutnya dengan nama tali dalam bahasa Kalanapat dan marman dalam bahasa
Kapaur. Wilayah Nusa Tenggara dan sekitarnya menyebutnya dengan nama jae atau
jahi (Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores). Bahasa dayak di Kalimantan
(Dayak) mengenal jahe dengan sebutan lai, sedangkan dalam bahasa banjar disebut
tipakan.

4. Ciri umum tanaman :


Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 cm -
75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm – 23 cm,
lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup
merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga. Berdasarkan ukuran
dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe
gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning,
berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih kecil
(jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang,
dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa
tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah
jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).

5. Khasiat dan manfaatnya :


Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan
dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman (sirup
jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan
jahe, enting-enting jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur
(Prasetyo, 2003). Selain bermanfaat di dalam industri, hasil penelitian Kikuzaki dan
Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin jahe yang mengandung gingerol
memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol, sedangkan hasil penelitian Ahmed et
al., (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki daya antioksidan yang sama dengan
vitamin C. Jahe memiliki rimpang yang kaya akan kandungan poliphenol ternyata
dapat melindungi tubuh dari berbagai polutan yang ada di lingkungan. Efek
antioksidan jahe juga dapat meningkatkan hormon testosteron, LH dan melindungi
testis tikus putih yang diinduksi oleh fungisida mancozeb (Sakr et al., 2009).
Stoilova et al., (2007) menyatakan bahwa ekstrak CO2 dari Zingiber officinale
mengandung polyphenol yang menunjukkan kapasitas tinggi sebagai chelator
sehingga dapat mencegah inisiasi radikal hidroksil yang diketahui sebagai pencetus
terjadinya peroksidasi lipid, dengan demikian ekstrak CO2 dari jahe dapat digunakan
sebagai antioksidan. Gugus hidroksi fenolik dehidrozingeron mempunyai aktivitas
antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksi (Nugroho et al., 2006).
Manfaat :
1. Mengurangi reaksi inflamasi
2. Mengendalikan kadar gula darah
3. Meredakan Mual
4. Membantu Meredakan Berbagai Gangguan Sistem Pencernaan.
5. Meredakan Nyeri Haid.
6. Menurunkan resiko serangan jantung

6. Bagian yang digunakan : rimpangnya

7. Kandungan kimia :
Kandungan kimia utama yang terdapat di dalam rimpang jahe adalah (6,8, dan 10)-
gingerol, (6,8 dan 10) - shogaol, paradol, metil gingerol, gingerdiol,
dehidrogingerdion, gingerdion. Senyawa ini termasuk kelompok senyawa fenol.
Shogaol terbentuk dari gingerol yang telah mengalami perubahan akibat suhu.
Rimpang jahe juga mengandung air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan serat.

8. Efek farmakologis : Ekstrak jahe telah diidentifikasi memiliki berbagai efek


farmakologis, salah satunya adalah antiinflamasi, sehingga penggunaan ekstrak jahe
pada luka bakar diharapkan dapat menurunkan proses inflamasi pada luka bakar.

9. Cara pembuatan :
1. Parut halus jahe segar yang sudah dikupas. Tuang hasil parutan jahe ke atas loyang.
2. Oven parutan jahe menggunakan suhu 100 derajat celcius selama 60 menit sampai
benar-benar kering. Aduk-aduk sesekali. Dinginkan di suhu ruang.
3. Haluskan parutan jahe yang sudah kering. Bisa menggunakan blender.
4. Saring jahe yang sudah dihaluskan.
5. Simpan jahe bubuk di dalam wadah kaca berpenutup rapat atau kedap udara.
10. Dosis minum : Konsumsi jahe yang dianjurkan adalah tidak lebih dari dua
gram per hari.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Waluyo A


(Penerjemah). Ester M (Editor). Edisi ke- 8. Jakarta: EGC. 2001. Hlm 1911-
1917. Terjemahan dari: Textbook of Medical Surgical Nursing. Vol 3

Ali, B.H., Blunden, G., Tanira, M. O., & Nemmar, A. 2008. Some Phyytochemical,
Pharmacological & Toxicological Properties of Ginger (Zingiber officinale
Roscoe): A Review of Recent Research. Food & Chemical Toxicology, 46(2),
409-420.

Badan POM RI. 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia. (Volume 1).
Jakarta: Badan POM RI.

Ghosh, A., Banerjee, S., Mullick, H.I., & Banerjee, J. 2011. Zingiber officinale :
A Natural Gold. Int. J. Pharm. Bio. Sci., 2 (1), 283-291.

Ovesen, M.L. 2012. Assessment Report on Zingiber officinale Roscoe Rhizoma.


London: European Medicines Agency.

Anda mungkin juga menyukai