Hoirunnisak
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: hoirunnisak.17010664032@mhs.unesa.ac.id
Umi Anugerah Izzati
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email : umianugerah@unesa.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku
inovatif pada karyawan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional.
Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 77 karyawan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala yang terdiri dari
skala gaya kepemimpinan transformasional dan skala perilaku inovatif. Data penelitian yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji korelasi product moment dengan menggunakan bantuan dari software SPSS 24.0 for windows. Hasil
analisa data yang diperoleh menunjukkan terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan
perilaku inovatif pada karyawan. Hal ini dibuktikan dari taraf signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0.573. Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
dan positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif pada karyawan. Hal ini menunjukkan
jika semakin tinggi gaya kepemimpinan transformasional, maka akan semakin tinggi juga perilaku inovatif karyawan
pada perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional
maka semakin rendah juga perilaku inovatif.
Kata Kunci: gaya kepemimpinan transformasional, perilaku inovatif, karyawan
Abstract
This study aims to determine the relationship between transformational leadership style with innovative behavior in
employees. The method in this study uses correlational quantitative research methods. Taking the number of samples in
this study using a saturated sample technique. The sample used in this study amounted to 77 employees. The data
collection technique in this study used a scale consisting of a transformational leadership style scale and an innovative
behavior scale. The research data obtained were analyzed using the product moment correlation test using the help of
SPSS 24.0 software for windows. The results of data analysis showed that there was a relationship between
transformational leadership style and innovative behavior in employees. This is evidenced by the significance level of
0.000 (p < 0.05) with a correlation coefficient of 0.573. Based on the results of the analysis, it can be concluded that
there is a significant and positive relationship between transformational leadership style and innovative behavior in
employees. This shows that the higher the transformational leadership style, the higher the innovative behavior of
employees in the company. This also applies vice versa, if the lower the transformational leadership style, the lower the
innovative behavior.
Keywords: transformational leadership style, innovative behavior, employees
142
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
Karyawan pasti bisa dalam menciptakan inovasi dan keberhasilan, tidak dapat mencapai tujuan sesuai target
mengeluarkan ide-ide yang ada. Menurut Gradiannisa & dan tidak dapat memajukan suatu perusahaan, Karyawan
Salendu (2014), seluruh karyawan yang mampu dapat proaktif dalam mendukung keberhasilan tujuan
berinovasi dan menghasilkan ide-ide kreatif membuat organisasi. Pencapaian keberhasilan dalam dunia bisnis
bisnis lebih sukses dan sejahtera serta sumber daya inilah yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Hal ini
manusia memiliki peranan yang esensial dalam selaras dengan penelitian Kheng et al (2013) yang
keberlanjutan pengembangan perusahaan. Karyawan berpendapat bahwa suatu organisasi tidak akan mencapai
adalah modal terpenting dalam perusahaan yang memiliki tujuannya tanpa inovasi baru. Berada dalam lingkungan
perilaku inovatif. Karyawa serta sumber daya manusia bisnis kompetitif yang dinamis dan efektif, sebuah
adalah aspek terpenting dalam melindungi perusahaan organisasi dapat menghasilkan ide atau inovasi baru untuk
dan menjadikannya lebih baik dan lebih menguntungkan mendukung setiap perusahaannya.
(Manurwan & Sawitri, 2017). Hal ini senada dengan Suatu organisasi, ide-ide diimplementasikan pada
penelitian dari Getz & Robinson (2003) yang individu tingkat kelompok yang diciptakan melalui proses
menunjukkan bahwa inovasi atau ide yang dipelajari oleh inovasi. Inovasi yang terjadi dalam suatu organisasi
perusahaan merupakan inovasi yang diciptakan oleh bergantung pada perilaku inovatif yang dimiliki karyawan
setiap karyawan yang bekerja pada bidangnya. (Amabile & Pratt, 2016). Menurut Jong & Hartog (2008),
Menciptakan produk yang berkualitas dapat proses dimana organisasi menggunakannya untuk
meningkatkan inovasi dalam perusahaan. Menurut Akdo mmenyajikan ide-ide baru dalam pengembangan produk
(2011), perilaku inovatif akan berpengaruh positif jika atau prosedur kelompok kerja atau tim. Diharapkan
karyawan menganggap bahwa inovasi adalah alat untuk komponen implementasi ide yang meliputi perilaku
meningkatkan efisiensi dan performa pekerja. Perilaku inovatif akan memberikan hasil yang lebih baik. Menurut
inovatif adalah kunci keunggulan dan kesuksesan dalam West & Farr (1989), perilaku inovatif adalah penciptaan
sebuah organisasi. Oleh karena itu, perusahaan ide bisnis baru yang diciptakan oleh karyawan untuk
memikirikan bagaimana supaya mereka dapat bersaing berinovasi dengan tujuan meningkatkan tugas, tim, dan
dalam dunia usaha dan memikirkan hal-hal apa yang kinerja yang baik. Janssen (2000) mengemukakan
dapat mempengaruhi perilaku inovatif. Menurut Setiawan bahwasanya, perilaku inovatif dipahami sebagai langkah
(2012), dalam lingkungan pertumbuhan perkembangan guna menciptakan serta menerapkan sejumlah ide yang
serta ketidakpastian lingkungan di tengah persaingan diterapkan dalam organisasi untuk membantu bisnis
bisnis yang ketat, sebuah perusahaan membutuhkan mempromosikan pengembangan organisasi. Kesimpulan
inovasi. Suatu perusahaan yang memiliki inovasi tinggi dari definisi perilaku inovatif adalah perilaku orang yang
mampu menunjukkan keunggulan serta keberhasilannya menghasilkan, mengimplementasikan, dan
dalam berkompetisi antar perusahaan. Pernyataan tersebut menyampaikan ide, serta kreativitas pada individu yang
sejalan dengan penelitian Kusumawati (2010) yang dapat membawa wawasan baru bagi orang lain supaya
menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan memberikan kebermanfaatan secara individu maupun
kinerjanya, menunjukkan keunggulan dalam persaingan dalam organisasi.
dunia bisnis dengan memperkenalkan produk baru. Menurut Jong & Hartog (2008) terdapat empat
Inovasi mampu menciptakan ide-ide kreatif menjadi dimensi perilaku inovatif yaitu, a) Eksplorasi ide: ini
peluang besar dalam mengatasi tantangan yang akan termasuk kemampuan untuk menemukan ide-ide yang
datang dan perusahaan bersaing untuk saling menguntungkan organisasi dan memanfaatkan peluang
mempertahankan tujuan satu sama lain. Oleh karena itu, untuk menemukan alternatif dalam meningkatkan kinerja.
setiap perusahaan dituntut untuk berinovasi, menciptakan b) Pembuatan ide, dengan menghasilkan ide individu bisa
ide-ide dan meluangkannya serta mengaplikasikannya lebih produktif dalam mengelola informasi kembali
supaya dapat menjadikan sebuah perusahaan tersebut dengan konsep yang ada. Hal ini dapat mengarahkan
lebih unggul dari yang lain. orang untuk mengekspresikan cara berpikir yang berbeda
Menurut West & Farr (1989), implementasi ide-ide ketika memecahkan masalah. c) Pengenalan ide, selama
kreatif menghasilkan perilaku individu yang lebih pengenalan ide, individu bertindak untuk menemukan
inovatif. Perilaku inovatif akan mempengaruhi baik atau menyepakati solusi dalam setiap masalah. d)
karyawan maupun perusahaan. Dampak yang dirasakan Implementasi ide: tindakan pribadi tidak hanya bekerja
perusahaan adalah perusahaan semakin tinggi, semakin seperti yang dilakukan setiap individu, mereka juga dapat
sukses dan berhasil, karena perilaku inovatifnya bekerja dalam situasi kehidupan nyata.
berdampak besar bagi kemajuan perusahaan. Dampak Definisi operasional variabel (Y) yakni variabel
negatif jika karyawan suatu perusahaan tidak memiliki perilaku inovatif pada penelitian ini ialah adanya perilaku
perilaku inovatif, akibatnya perusahaan tidak meraih individu dalam mencapai tahap pengenalan dan mencoba
143
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
memperkenalkan sejumlah ide baru yang berguna bagi menghasilkan ide, mendorong ide, dan
keberlangsungan operasionalisasi perusahaan, yang mengimplementasikannya.
terdiri dari dimensi eksplorasi ide, pembuatan ide, Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan
pengenalan ide dan implementasi ide. bagian fasilitas & sarana diketahui bahwa mereka
Perilaku inovatif memiliki tujuan positif dalam karyawan harus mau meluangkan ide-ide kreatifnya,
perkembangan organisasi. Hal ini berlaku bagi karyawan karyawan merasa senang agar dapat mengembangkan dan
yang kreatif harus mampu mengembangkan sikap positif. dapat menjadikan perusahaan menjadi lebih sukses dan
Menurut Rosyiana (2019) menyatakan bahwa individu maju. Karyawan ditargetkan dalam memecahkan suatu
dengan perilaku inovatif mereka yang mengikuti masalah dalam perlombaan. Misalnya, diadakannya
teknologi baru dan mengetahui jalan keluarnya. Mereka lomba antar perusahaan karena yang seharusnya
mampu mengaktualisasikan ide-ide yang ditawarkan, dilakukan seorang karyawan ialah bekerja sesuai apa yang
mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya yang ditargetkan oleh perusahaan demi mensukseskan dan
diperlukan, serta berkeinginan dan mampu menjadikan perusahaan menjadi lebih maju dari
mengembangkan ide-ide. perusahaan lain. Dalam setiap divisi perusahaan memiliki
Menurut Widiyanti & Sawitri (2018), menumbuhkan beberapa tentor (kepala), dimana kepala tersebut bertugas
sikap kreatif pada karyawan merupakan salah satu sebagai pendorong setiap karyawan agar mampu
pendekatan bagi perusahaan untuk mengembangkan meluangkan ide-ide kreatifnya. Karyawan sering
inovasi. Studi pendahuluan dilakukan sebelumnya mengikuti perlombaan untuk mengeksplorasi peluang
menggunakan teknik wawancara dengan beberapa khususnya peluang yang dapat meningkatkan karir
karyawan pada tahun 2022. Karyawan PT X memiliki mereka, dilakukan dengan mengikuti program-program
beberapa divisi salah satu yang peneliti teliti yaitu divisi pengembangan dan pelatihan yang diselenggarakan
rekayasa umum dan terdapat beberapa bagian pada divisi perusahaan.
rekayasa umum diantaranya kepala biro SDM, bagian Terdapat dua faktor yang mampu memberikan
fasilitas & sarana, bagian dokumen kontrol, bagian pengaruh pada perilaku inovatif, yakni faktor internal
bengkel, bagian biro PP, dan bagian rendal. Berdasarkan serta eksternal. Keragaman demografi (Østergaard et al.,
hasil wawancara dengan kepala Biro SDM, dapat 2011), perilaku aktif (Baumann, 2011), self-leadership
diketahui bahwa sebagian besar karyawan sudah (Carmeli et al., 2006), dan self-efficacy (Jafar, 2013)
mempunyai perilaku inovatif dalam menjalankan adalah empat faktor internal, sedangkan gaya
pekerjaannya. Hal tersebut dapat diketahui dari beberapa kepemimpinan, struktur organisasi (Ancok, 2012), dan
perilaku yang ditunjukkan oleh karyawan, antara lain memori organisasi (Etikariena & Muluk, 2014)
karyawan mempunyai kemauan guna melakukan merupakan empat faktor eksternal. Gaya kepemimpinan
eksplorasi atas kesempatan, secara khusus berkenaan ialah salah satu faktor perilaku inovatif yang diteliti dalam
kesempatan pengembangan karirnya dengan mengikuti penelitian ini. Salah satu alasan utama untuk menerapkan
perlombaan antar divisi, perlombaan antar perusahaan, gaya kepemimpinan yang inovatif menurut (Ancok,
program-program pengembangan dan pelatihan yang 2012). Ada dua jenis faktor yang mendorong perilaku
diselenggarakan perusahaan. Karyawan juga memiliki inovatif menurut Octavia & Ratnaningsih (2017) yaitu
kemauan untuk mencari tahu informasi terkini mengenai faktor internal dan faktor eksternal. Faktor keragaman,
perkembangan dunia usaha yang bermanfaat bagi tindakan aktif, pengarahan diri sendiri, dan efikasi diri
perusahaan, memiliki kemauan untuk menemukan dan merupakan empat faktor internal. Faktort eksternal
membangun ide-ide baru dalam menyelesaikan hambatan termasuk gaya kepemimpinan, struktur organisasi, dan
atau permasalahan dalam pekerjaan, serta adanya memori. Peneliti mengambil salah satu faktor gaya
kemauan karyawan untuk memperkenalkan ide-ide kepemimpinan karena ada beberapa penelitian terdahulu
barunya serta mengimplementasikan ide-ide yang telah yang menyebutkan bahwa faktor pendukung utama yang
diciptakannya. Kemauan dalam menemukan dan menjadi pengaruh perilaku inovatif adalah gaya
membangun ide-ide baru salah satunya ditunjukkan kepemimpinan. Penjelasan ini diperkuat oleh penelitian Li
karyawan dengan terciptanya beberapa aplikasi untuk & Zheng (2014), sebagai hasil dari penelitian telah
mempermudah pekerjaan pada suatu divisi dan mengidentifikasi sejumlah faktor utama yang
kemampuan karyawan dalam menemukan solusi dari mempengaruhi perilaku inovatif karyawan, termasuk
setiap permasalahan pekerjaan. Hasil wawancara organizational commitment, modal psikologis di tingkat
menunjukkan bahwa karyawan PT.X memiliki inovasi individu, innovative behavior climate, kepemimpinan,
yang konsisten sesuai dengan dimensi yang disarankan kesetaraan, dan karakteristik pekerjaan di tingkat
oleh Jong & Hartog (2008) menemukan peluang, organisasi.
144
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
145
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
umpan balik karyawan dan dapat mendorong karyawan Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Izzati
untuk menyumbangkan ide-ide inovatif. Berdasarkan (2018), di mana penelitian menunjukkan bahwa
hasil wawancara dengan beberapa karyawan lingkungan organisasi memiliki dampak yang
menunjukkan adanya gaya kepemimpinan yang mengarah menguntungkan pada perilaku inovatif guru SMK. Hal
kearah positif yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut memperlihatkan bahwasanya, makin baiknya
diperusahaan. Karyawan menganggap pemimpin selalu iklim organisasi tempat kerja, mengindikasikan makin
memberikan contoh atau panutan bagi setiap karyawan, besarnya kemungkinan guru akan menampilkan perilaku
pemimpin diperusahaan juga memiliki perilaku yang inovatif mereka.
kreatif, inovatif dan mampu memecahkan masalah. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Jong &
Berdasarkan beberapa peristiwa yang disebutkan di Hartog (2007) meskipun perilaku inovatif sangat penting
atas peneliti memiliki ketertarikan guna melangsungkan dalam bisnis, temuan penelitian mengungkapkan
suatu penelitian supaya lebih memahami hubungan antara bahwasanya, terdapat 13 perilaku kepemimpinan yang
gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku signifikan. Pemimpin memberikan pengaruhnya pada
inovatif karyawan. perilaku inovatif karyawan sementara kedua tindakan
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan merangsang pembentukan ide dan umumnya
transformasional menunjukkan perilaku yang menarik menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. Hal tersebut
dengan menghormati setiap keyakinan karyawan mereka, selaras dengan temuan riset Octavia & Ratnaningsih
menetapkan panutan bagi karyawannya, dan (2017) bahwasanya terdapat relasi yang kuat diantara
menyampaikan pernyataan misi yang kuat kepada gaya kepemimpinan serta perilaku inovantif karyawan,
karyawannya, memiliki standar etika yang tinggi. Selain dimana gaya kepemimpinan transformasional 5% lebih
itu, para pemimpin dapat menjadi inspirasi sekaligus efektif dalam hal ini.
merangsang intelektual. Hal ini dapat dilakukan dengan Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, terdapat
menginspirasi para pemimpin, mengkomunikasikan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
perspektif mereka secara mulus dan meningkatkan subyek penelitian yang digunakan. Pada dua penelitian
optimisme, kreativitas dan inovasi pada setiap karyawan. sebelumnya subyek penelitian yang digunakan yaitu guru
Pemimpin juga harus memperlakukan setiap karyawan dan satu penelitian dengan subyek karyawan, sedangkan
dengan memberikan perhatian individu kepada semua pada penelitian yang akan dilakukan subyek dari
individu, membuat mereka merasa dihargai oleh semua penelitian adalah karyawan staff divisi rekayasa umum.
individu, dan menyerahkan tanggung jawab mereka Penelitian ini menarik untuk diteliti lebih lanjut
sebagai sarana untuk mengembangkan karyawannya. dikarenakan pada tempat penelitian membutuhkan hasil
Terdapat perbedaan dari beberapa penelitian dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi
sebelumnya dan dapat dijadikan sumber yang relevan bagaimana gaya kepemimpinan transformasional dan
dalam penelitian ini, diantaranya penelitian Fauziah & perilaku inovatif pada karyawan, serta mengetahui apakah
Budiani (2021), perbedaan penelitian yang telah gaya kepemimpinan transformasional dapat
dilakukan dengan yang sekarang yaitu jumlah sample meningkatkan perilaku inovatif pada karyawan.
penelitian terdahulu sebanyak 55 karyawan, sedangkan Penelitian ini juga diharapkan akan membuat karyawan
penelitian yang sekarang sebanyak 77 karyawan. tetap mempertahankan atau meningkatkan motivasi yang
Perbedaan lainnya terletak pada variabel bebas, penelitian tinggi, mampu meluangkan ide-ide kreatif dan
sebelumnya varaiabel bebas adalah kecerdasan adversitas mengaplikasikannya pada perusahaan, memotivasi
sedangkan penelitian sekarang variabel bebasnya adalah karyawannya agar mampu berperilaku kreatif, inovatif
gaya kepemimpinan transformasional. Selain itu, dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan
penelitian sebelumnya menggunakan subyek komunitas pendekatan baru. Selain itu hanya sedikit penelitian
E-ukm Surabaya sedangkan penelitian sekarang terdahulu yang meneliti hubungan antara gaya
menggunakan subyek karyawan. kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Pradana & Izzati terutama pada karyawan, ditambah dengan selama ini di
(2019) perbedaan diantara penelitian terdahulu dengan tempat penelitian belum pernah dilakukan penelitian yang
penelitian saat ini ialah variabel X penelitian sebelumnya membahas hubungan antara gaya kepemimpinan
adalah iklim organisasi, sedangkan variabel X penelitian tranformasional dengan perilaku inovatif.
ini adalah gaya kepemimpinan transformasional. Selain Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik
itu, sampel yang digunakan dalam survei sebelumnya untuk meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan
adalah 45 guru, sedangkan pada survei saat ini adalah 77 transformasional serta perilaku inovatif pada karyawan.
karyawan.
146
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
147
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
Tabel 1. Indeks Nilai Reliabilitas Terhadap Alat Berdasarkan hasil dari descriptive statistic yang
Ukur Penelitian telah dipaparkan dalam tabel 2. Ditemukan bahwa
Variabel Nilai Reliabilitas Keterangan responden yang digunakan dalam penelitian sebanyak 77
(Alpha Cronbach) karyawan. Variabel gaya kepemimpinan
Gaya 0.943 Reliabel transformasional mendapatkan nilai tetinggi (max)
Kepemimpinan sebesar 155, sedangkan untuk nilai terendah (min) dalam
Transformasional variabel gaya kepemimpinan transformasional
Perilaku Inovatif 0.921 Reliabel mendapatkan nilai senilai 86. Nilai mean variabel gaya
kepemimpinan transformasional senilai 122.65 dan nilai
Pada Tabel 1 dapat ditarik kesimpulan bahwa standart deviation variabel gaya kepemimpinan
reliabilitas kedua pengukuran menunjukkan nilai transformasional sebesar 13.896. Sedangkan pada
tertinggi karena mendekati 1,00. Nilai skala gaya variabel perilaku inovatif nilai tetinggi (max) yang
kepemimpinan transformasional sebesar 0,943 serta diperoleh sebesar 141, sedangkan untuk nilai terendah
skala perilaku inovatif sebesar 0,921. (min) dalam variabel perilaku inovatif diperoleh nilai
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 87. Nilai mean variabel perilaku inovatif sebesar
adalah analisis korelasi Pearson Product Moment dengan 110.95 dan nilai standart deviation variabel perilaku
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (P<0,05). Analisis inovatif sebesar 10.756. Nilai standar deviasi pada
dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini variabel kedua lebih kecil dari nilai mean masing-masing
menggunakan bantuan program software SPSS 24.0 for variabel, ini diartikan bahwa distribusi variabel data
windows. Analisis korelasi pearson product moment dapat sedang atau bersifat homogen.
dilakukan apabila data telah memenuhi asumsi yaitu
berdistribusi normal dan linier. Uji asumsi terdiri atas dua 1. Hasil Uji Asumsi
bagian, yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Uji a. Uji Normalitas
normalitas yang digunakan menggunakan teknik Pengambilan keputusan berdasarkan
kolmogorov smirnov test dengan kriteria nilai uji normalitas, dimana data dengan nilai
signifikansinya lebih dari 0,05 (P>0,05) maka data probabilitas lebih besar dari 0,05 (p>0,05)
tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal, sedangkan dikatakan berdistribusi normal dan data dengan
apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (P<0,05) nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
maka data tersebut dapat dikatakan tidak berdistribusi dikatakan tidak berdistribusi normal (Sugiyono,
normal (Sugiyono, 2019b). 2017).
Tabel 3. Keterangan Distribusi
HASIL DAN PEMBAHASAN Normalitas
HASIL Nilai Keterangan
Setelah dilakukan penyebaran kuesioner Signifikansi
terhadap 77 karyawan di PT. X, peneliti memperoleh data Sig > 0.05 Distribusi Data Normal
penelitian yang nantinya dapat dilakukan pengolahan Sig < 0.05 Distribusi Data Tidak
data lebih lanjut menggunakan sofware SPSS 24.0 for Normal
windows guna mengetahui hasil descriptive statistic dari
data tersebut. Hasil analisis data dapat diketahui dari hasil Berikut nilai test of normality
penghitungan disajikan demikian: Komlogrov Smirnov pada variabel gaya
kepemimpinan transformasional dan perilaku
Tabel 2. Statistik Deskriptif inovatif :
148
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
Pada hasil peritungan tabel 4 untuk uji Temuan uji linearitas dengan
normalitas diatas adalah hasil uji nilai menggunakan deviation from linearity
signifikansi dari variabel gaya kepemimpinan dikatakan linear jika nilai signifikansinya lebih
transformasional sebesar 0,200 dan nilai besar dari 0,05 (p>0,05), sedangkan data hasil
signifikansi untuk variabel perilaku inovatif dikatakan nonlinear jika nilai signifikansinya
sebesar 0,200. Karena kedua variabel lebih kecil dari 0,05 (p<0. 05).
menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 (p>0,05), maka hasil menunjukkan bahwa Tabel 7. Keterangan Linearitas
variabel gaya kepemimpinan transformasional Data berdasarkan Deviation from Linearity
dan variabel perilaku inovatif penelitian Nilai Keterangan
memiliki data yang berdistribusi normal. Signifikansi
b. Uji Linearitas Sig > 0.05 Linear
Hasil uji linearitas mampu dilihat Sig < 0.05 Non-Linear
dengan dua langkah yakni melalui peninjauan
nilai linearity dan melihat nilai deviation from Berikut hasil uji linearitas berdasarkan
linearity (Sugiyono, 2019). Uji linearitas deviation from linearity :
dibantu dengan software SPSS 24.0 for
Windows. Jikalau besaran signifikan lebih kecil Tabel 8. Hasil Uji Linieritas Data
dari 0,05 (p<0,05), maka hasil penelitian berdasarkan Deviation from Linearity
dianggap linear. Sebaliknya jika nilai Variabel Sig Keterangan
signifikansi data penelitian lebih besar dari 0,05
(p>0,05), maka hasil uji linearitas pada Gaya 0.464 Linear
penelitian tersebut disebut non-linear. Kepemimpinan
Transformasional
Tabel 5. Keterangan Linearitas Data Perilaku Inovatif
berdasarkan Linearity
Nilai Keterangan Tabel 8 menunjukkan nilai signifikansi
Signifikansi sebesar 0,464 sesuai hasil uji linearitas
Sig > 0.05 Non-Linear berdasarkan deviation from linearity. Hal ini
menunjukkan bahwa data peneliti telah diolah
Sig < 0.05 Linear
secara linier karena nilai signifikansinya lebih
dari 0,05 (p>0,05).
Adapun hasil uji linearitas berdasarkan
linearity dalam variabel gaya kepemimpinan
2. Hasil Uji Hipotesis
transformasional dengan variabel perilaku
Pengujian hipotesis uji korelasi product moment
inovatif :
dipakai pada riset ini. Tujuan uji korelasi product moment
Tabel 6. Hasil Uji Lineritas Data
adalah untuk mengetahui besar nilai korelasi antar dua
berdasarkan Linearity
variable penelitian yaitu digunakan gaya kepemimpinan
Variabel Sig Keterangan
transformasional dan perilaku inovatif. Uji hipotesis
Gaya 0.000 Linear dilakukan dengan dukungan program perangkat lunak
Kepemimpinan SPSS 24.0 for Windows. , Menurut Sugiyono (2019) ada
Transformasional pedoman untuk menentukan kriteria tingkat koefisien
Perilaku Inovatif korelasi :
Tabel 9. Nilai Koefisien Korelasi
Dari hasil perhitungan 6 uji linearitas Interval Tingkat
diatas dapat diketahui bahwa linearitas Koefisien Hubungan
menghasilkan nilai signifikansi 0,000. Nilai 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
signifikansi variabel gaya kepemimpinan 0,20 – 0,399 Rendah
transformasional dan perilaku inovatif lebih 0,40 – 0,599 Cukup Kuat
kecil dari 0,05 (p<0,05), artinya variabel gaya
0,60 – 0,799 Kuat
kepemimpinan transformasional dan perilaku
inovatif memiliki data linear jika ditelaah secara 0,80 – 0,100 Sangat Kuat
linearity.
149
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
Pada pengujian hipotesis, data dapat dikatakan dalam hubungan ini. Semakin sedikit gaya
memiliki hubungan atau signifikan, jika tingkat kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan
signifikansi antar variabel memiliki nilai probabilitas seorang karyawan, semakin kurang perilaku inovatif
lebih dari 0,05 (p>0,05). Namun jika nilai probabilitas mereka.
kedua variabel tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
maka dapat diasumsikan data tersebut tidak signifikan PEMBAHASAN
(Sugiyono, 2019b). Hipotesis penelitian ini adalah Teori utama pada variabel gaya kepemimpinan
"Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dikemukakan oleh Bass & Riggio
transformasional dengan perilaku inovatif pada (2006), gaya kepemimpinan transformasional adalah
karyawan." kepemimpinan yang membutuhkan orang untuk
Selain itu, diperoleh hasil data berikut berkolaborasi dala mencapai visi dan tujuan perusahaan,
berdasarkan pengujian hipotesis variabel gaya menginspirasi mereka untuk memecahkan tantangan
kepemimpinan transformasional dan variabel perilaku dalam metode baru dan terbukti, dan meningkatkan
inovatif menggunakan uji korelasi teknik Pearson kapasitas gaya kepemimpinan. Sedangkan teori utama
Product Moment menggunakan software SPSS 24.0 for pada variabel perilaku inovatif dikemukakan oleh Jong &
windows: Hartog (2008), perilaku inovatif adalah proses dimana
Tabel 10. Hasil Uji Korelasi organisasi menggunakannya untuk menyajikan ide-ide
Product Moment baru dalam pengembangan produk atau prosedur
Correlations kelompok kerja atau tim. Diharapkan komponen
Gaya Perilaku implementasi ide yang meliputi perilaku inovatif akan
Kepemipinan Inovatif memberikan hasil yang lebih baik.
Transformasional Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
Pearson 1 0.573** apakah ada hubungan antara dua variabel gaya
Gaya Correlation kepemimpinan transformasional dan perilaku inovatif.
Kepemimpinan Hipotesis penelitian yang disajikan dalam penelitian
Transformasional Sig. (2- 0.000 tersebut menyatakan bahwa “ada hubungan antara gaya
tailed)
kepemimpinan transformasional dan perilaku inovatif
N 77 77 pada karyawan. Program software SPSS 24.0 for
Pearson 0.573**
windows digunakan untuk mengolah data yang
Correlation
dikumpulkan peneliti dalam penelitian ini, yang meliputi
Perilaku Inovatif
uji hipotesis korelasi product moment. Nilai rasio kedua
Sig. (2- 0.000
variabel adalah 0,000 (p<0,05) berdasarkan data dari 77
tailed)
karyawan PT.X. Temuan ini membuktikan bahwa dua
N 77 77 variabel, gaya kepemimpinan transformasional dan
perilaku inovatif menunjukkan hubungan yang positif
Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor gaya dan signifikan. Fakta bahwa variabel independen (gaya
kepemimpinan transformasional dan perilaku inovatif kepemimpinan transformasional) dan variabel dependen
pada penelitian memiliki hubungan yang signifikan dan (perilaku inovatif) memiliki hubungan yang signifikan
sangat kuat, dibuktikan dengan uji hipotesis. dan menyatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini
Koefisien korelasi kedua variabel adalah 0,573, diterima.
dan interval nilai memiliki koefisien korelasi 0,40 – 0,599 Koefisien korelasi (r) sebesar 0,573 (r = 0,573)
yang berarti memiliki hubungan yang kuat antara kedua diperoleh dari hasil penelitian korelasi yang diolah
variabel gaya kepemimpinan transformasional dan menggunakan uji hipotesis korelasi product moment
perilaku inovatif. Selanjutnya, nilai signifikansi dalam dengan bantuan program SPSS 24.0 for Windows. Dapat
penelitian ini adalah 0,000 (p<0,05), yang menunjukkan disimpulkan bahwa dua variabel yaitu variabel gaya
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan transformasional dan variabel perilaku
kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif menunjukkan hubungan yang sedang/cukup
inovatif. kuat. Gaya kepemipinan transformasional dan perilaku
Nilai korelasi positif menunjukkan adanya inovatif dikatakan memiliki hubungan yang
hubungan searah atau berbanding lurus antara unsur gaya sedang/cukup kuat salah satunya ditunjukkan oleh
kepemimpinan transformasional dengan perilaku penelitian yang dilakukan oleh Manurwan & Sawitri
inovatif. Gaya kepemimpinan transformasional (2017), bahwa perilaku karyawan sudah mengarah pada
karyawan, serta perilaku inovatif karyawan tercermin menciptakan mengolah dan mengimplementasikan ide –
150
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
ide baru dengan output berupa produk, tekhnologi, yang terjadi di perusahaan. Gaya kepemimpinan
prosedur dan proses kerja yang bertujuan untuk transformasional juga didefinisikan sebagai
meningkatkan keefektifitasan kinerja anggota organisasi kepemimpinan yang dapat mengubah persepsi karyawan,
dan memberikan keuntungan bagi organisasi. menumbuhkan minat dan motivasi, meningkatkan
Dikarenakan, nilai koefisien korelasi yang telah kinerja bisnis, dan menumbuhkan keinginan karyawan
didapatkan berada dalam interval 0.40 – 0.599. Nilai r untuk berubah menjadi lebih baik (Luthans, 2005).
yang diperoleh dalam penelitian ini juga menunjukkan Menurut Bass & Riggio (2006), kepemimpinan
angka dengan nilai yang positif, artinya koefisien transformasional adalah kepemimpinan yang
korelasi antara kedua variabel memiliki arah hubungan membutuhkan orang untuk berkolaborasi dala mencapai
yang searah atau berbanding lurus. Hubungan tersebut visi dan tujuan perusahaan, menginspirasi mereka untuk
menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kepemimpinan memecahkan tantangan dalam metode baru dan terbukti,
transformasional pada karyawan, maka semakin tinggi dan meningkatkan kapasitas gaya kepemimpinan.
juga perilaku inovatif pada karyawan. Sebaliknya, Gaya kepemimpinan transformasional memiliki
semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional aspek/dimensi berdasarkan teori Bass & Riggio (2006)
pada karaywan, maka semakin rendah juga perilaku yang terdiri dari empat dimensi yaitu ideal, memotivasi,
inovatif pada karyawan. Sehingga H0 dalam penelitian merangsang intelektual, dan pertimbangan individu.
ini ditolak, dan H1 dalam penelitian ini diterima. Setelah melakukan penelitian terhadap 77 karyawan di
Gaya kepemimpinan transfromasional dan PT.X, peneliti dapat memperoleh nilai rata-rata pada
perilaku inovatif memiliki hubungan yang searah atau setiap dimensi dalam variabel gaya kepemimpinan
berbanding lurus. Adanya hubungan gaya kepemimpinan transformasional, yaitu dimensi pertama yaitu ideal
transformasional dengan perilaku inovatif memberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 32,01, dimensi kedua
manfaat bagi suatu perusahaan. Hubungan tersebut yaitu memotivasi mendapatkan nilai rata-rata sebesar
menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kepemimpinan 31,45, dimensi ketiga yaitu merangsang intelektual
transformasional pada karyawan, maka semakin tinggi mendapatkan nilai rata-rata sebesar 30,94 dan dimensi
juga perilaku inovatif pada karyawan. Sebaliknya, keempat yaitu pertimbangan individu mendapatkan nilai
semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional rata-rata sebesar 28,25.
pada karaywan, maka semakin rendah juga perilaku Dimensi pertama yang tepat dalam penelitian ini
inovatif pada karyawan. Gaya kepemimpinan seorang menggambarkan bagaimana karyawan memandang
pemimpin dapat memicu perilaku inovatif anggotanya kepemimpinan di perusahaan mereka yang dapat
melalui tindakan yang disengaja dibentuk pemimpin dijadikan panutan, misalnya untuk memberikan contoh
untuk mencapai tujuan kinerja kemudian diutarakan bagaimana seorang pemimpin yang baik dalam
dalam perilaku sehari-sehari pemimpin (Jong & Hartog berperilaku. Selama menjabat sebagai pemimpin, seluruh
2007). Kepemimpinan transformasional memiliki pegawai menghormati kepala biro di masing-masing
dampak besar bagi inovasi yang mengarah pada moral, divisi. Kompetensi pemimpin berdampak pada bakat
kepercayaan diri, dan mencapai hasil yang diharapkan pemimpin, yang memungkinkan karyawan untuk selalu
(Novitasari & Satriyo, 2019). Gaya kepemimpinan mempercayainya. Dimensi idealized influence ini
transformasional menekankan pada motivasi karyawan mendapatkan nilai mean paling tinggi dibanding aspek
untuk bekerja, yang dapat meningkatkan kepercayaan yang lainnya. Berdasarkan hasil mean terlihat bahwa
pengikut untuk mencapai tujuan. Penelitian ini sejalan pemimpin memiliki etos kerja yang tinggi, pemimpin
dengan teori Bass (1990) bahwa gaya kepemimpinan dihormati dan menghormati kepercayaan karyawan
fleksibel dan kepemimpinan transformasional seperti mereka, serta pemimpin dapat menjadi panutan bagi
menarik karyawan, memotivasi karyawan, mendorong karyawannya. Hal ini senada dengan teori Yukl (2013)
karyawan untuk mandiri, cerdas dan peduli. Gaya sebagai seorang pemimpin harus mampu menjadi role
pemimpin transformasional berfokus pada tantangan dan model yang dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi
kebutuhan pengembangan individu karyawan, mengubah para karyawannya. Pemimpin yang memotivasi
persepsi karyawan tentang masalah, membantu mereka bawahannya dapat meningkatkan kepercayaan bawahan
kembali ke masalah masa lalu, dan mampu fokus untuk mereka dan sikap pemimpin terhadap kepemimpinan
mencapai tujuan yang lebih besar. dapat menjamin karyawan dalam berperilaku inovatif.
Menurut Bass (1990) gaya kepemimpinan Dimensi motivasi dari penelitian ini
transformasional dengan kepemimpinan transformatif menggambarkan bagaimana karyawan bertindak dalam
berupa menarik karyawan, mendorong karyawan untuk menguji pemimpin yang mampu memotivasi para
mandiri dan cerdas, serta peduli terhadap karyawan, serta pengikutnya. Karyawan di PT.X mengevaluasi perilaku
peduli terhadap karyawan, perubahan dan permasalahan kepala biro sebagai seorang atasan yang dapat
151
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
menentukan pemimpin mana yang dapat memotivasi membantu suatu pekerjaan dan meningkatkan
karyawannya. Kepala biro sebagai pemimpin yang dapat perkembangan suatu organisasi. Pernyataan tersebut
membentuk pikiran para karyawannya sehingga mereka sejalan dengan penelitian dari Kusumawati (2010),
dapat berpikir ke depan dalam kinerja pekerjaannya. ditunjukkan dengan hasil bahwa ketika karyawan
Pemimpin mampu memotivasi karyawan ketika memiliki inovasi yang tinggi dan mampu meluangkan
menghadapi hambatan di tempat kerja. Selain itu, inovasi tersebut kedalam suatu perusahaan, maka
pimpinan dapat meyakinkan karyawan bahwa karyawan perusahaan akan mampu meningkatkan kinerja dan
dapat menerima tantangan yang dihadapi sehingga menunjukkan keunggulan dalam bersaing secara
karyawan dapat meningkatkan motivasi dan karyawan berkelanjutan di dunia usaha melalui inovasi produk baru.
bertindak lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil Dimensi dalam penelitian ini berlandaskan pada
penelitian dari Indy & Handoyo (2013) dimana terdapat dimensi yang telah dipaparkan oleh Jong & Hartog
korelasi yang positif antara gaya kepemimpinan dan (2008). Dimensi perilaku inovatif terdiri dari 4 dimensi
motivasi kerja. Artinya, ketika pemimpin memiliki gaya yaitu eksplorasi ide, pembuatan ide, pengenalan ide, dan
kepemimpinan yang baik dan rasa perhatian yang tinggi implementasi ide. Masing-masing dari dimensi yang
kepada karyawan maka motivasi kerja karyawan pun telah digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai mean
juga akan tinggi. Dimensi merangsang intelektual yang berbeda, yaitu pada dimensi eksplorasi ide nilai
penelitian ini dicerminkan sebagai pola pikir pemimpin rata-rata yang didapatkan setelah dilakukannya penelitian
yang dapat memotivasi karyawan untuk menjadi kreatif sebesar 23.71, sedangkan dimensi pembuatan ide
dan inovatif sekaligus memastikan bahwa pekerjaan memiliki nilai rata-rata sebesar 30.96, dimensi
tidak berulang. Pemimpin juga menciptakan teknik baru pengenalan ide mendapatkan nilai rata-rata sebesar
bagi karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab 26.79, dan dimensi terakhir yaitu impelemtasi ide
mereka dengan lebih mudah. Ketika masalah muncul di mendapatkan nilai rata-rata sebesar 29.96.
tempat kerja, pemimpin memastikan bahwa semua Dimensi opportunity exploration (eksplorasi
karyawan terlibat dalam mencari solusi. Ketika seorang ide) pada penelitian ini menggambarkan karyawan yang
karyawan melakukan kesalahan, manajer tidak mampu memberikan sumbangsih ide yang dibutuhkan
mengkritik karyawan secara langsung dei depan umum, untuk meningkatkan kualitas dari PT X. karena
tetapi pemimpin mengkritik karyawan secara pribadi dan persaingan yang semakin lama semakin ketat, karyawan
memberinya instruksi atau arahan. Karyawan percaya dituntut agar mampu memberikan ide dalam tujuan
bahwa atasan mereka memperhatikan setiap rekan kerja memajukan perusahaan PT X. Karyawan di PT X juga
mereka pada dimensi penghargaan yang dipersonalisasi berpikir bagaimana cara mengembangkan kinerja atau
ini. Pada dimensi pertimbangan individu mencerminkan layanannya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perilaku
sikap karyawan yang percaya bahwa atasan mereka karyawan yang mampu memberikan ide dan cara-cara
memperhatikan setiap rekan kerjanya. Pemimpin baru ketika diminta untuk menyuarakan aspirasinya.
memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk Setiap pemimpin harus mengakui bahwa setiap karyawan
mengembangkan potensinya atau dibutuhkan oleh tidak peduli dan merasa sulit untuk menemukan ide-ide
karyawan untuk mengembangkan potensinya guna bagus untuk organisasi. Selain itu, karyawan
memaksimalkan dan meningkatkan kompetensi yang memberikan umpan balik dalam dimensi pengembangan
ada. Pemimpin juga harus menyadari bakat setiap ide (idea generation) perilaku yang tampak terkait
karyawan agar mereka merasa diperhatikan oleh dengan mengasilkan ide-ide untuk tujuan peningkatan
atasannya. Long, dkk (dalam Prastiowati & Romas, kinerja telah muncul terhadap perubahan aturan, struktur
2015) menyatakan karyawan ingin dipahami dan tidak dan yang lagi dijalankan saat ini yaitu perubahan
ingin dianggap sebagai robot dalam sebuah organisasi, reformasi industry yang semula pekerjaan tidak terlalu
akan tetapi setiap karyawan memiliki potensi dan sibuk sekarang menjadi banyak pekerjaan yang harus
keterbatasan masing-masing yang perlu untuk dipahami diselesaikan dan banyak memberikan karyawan waktu
sehingga mereka merasa dihargai dan membuat perilaku dalam meluangkan ide nya. Ide-ide lain berjalannya
inovatif karyawan menjadi tinggi. perubahan struktur dan aturan yang dilakukan dari
Selanjutnya variabel perilaku inovatif, menurut West periode ke periode menjadi waktu yang sama selaa
& Farr (1989) didefinisikan sebagai penemuan ide-ide bertahun-tahun. Masalah pengembangan bisnis dapat
baru karyawan di tempat kerja untuk meningkatkan tugas, diselesaikan sebelum persaingan serius lainnya, karena
kelompok, dan kinerja secara keseluruhan. Menurut pemimpin memainkan peran utama dalam menemukan
Janssen (2000), perilaku inovatif adalah usaha yang solusi dan membuat keputusan yang baik untuk
berkaitan dengan pembuatan, pengenalan, serta penerapan perusahan. Memecahkan kesulitan yang terkait dengan
ide–ide yang dilakukan dalam suatu organisasi guna untuk kesuksesan perusahaan, serta menghadapi persaingan
152
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
yang ketat, kepala biro sebagai pemimpin, memainkan memunculkan ide-ide baru dan mempraktikkannya.
peran penting dalam menemukan solusi dan membuat Menurut penelitian Shunlong (2012) koefisien regresi
keputusan terbaik bagi perusahaan. Hal tersebut sejalan hubungan anggota pemimpin terhadap perilaku inovatif
dengan penelitian Rizana (2017), yang menyatakan staf adalah 0,192, dan signifikan pada tingkat 0,005. Di
bahwa perilaku inovatif pada karyawan akan muncul dan mana kontribusi dan otoritas profesional memiliki
mengalami peningkatan apabila karyawan mampu dampak yang lebih besar pada inovasi karyawan daripada
meningkatkan kinerjanya dan meluangkan ide-ide nya gen lainnya. Sementara itu, koefisien regresi
kedalam perusahaan. kepemimpinan transformasional pada perilaku inovatif
Selanjutnya untuk dimensi championing karyawan adalah 0,314 dan signifikan pada tingkat 0,001,
(pengenalan ide) psimisme karyawan terhadap ide-ide menunjukkan bahwa kepemimpinan karismatik dan visi
yang ditawarkan kepada perusahaan merupakan salah untuk menginspirasi memiliki pengaruh yang cukup besar
satu karakteristik penelitian ini yang perlu ditingkatkan, terhadap perilaku inovatif karyawan. Penelitian relevan
optimisme yang lebih terhadap ide-ide yang diberikan selanjutnya dilakukan Octavia & Ratnaningsih (2017).
akan memungkinkan perusahaan dalam memajukan Berdasarkan analisis regresi, hubungan gaya
bakatnya melalui gagasan yang diberikan. Karyawan kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif
juga mengharapkan pemimpin untuk memastikan bahwa adalah rxy = 0,226 dengan p = 0,036 (p<0,05). Arah
ide-ide yang disajikan adalah ide-ide terbesar yang positif menunjukkan bahwa semakin besar pendekatan
tersedia, bahwa mereka memiliki dampak positif, dan kepemimpinan transformasional yang digunakan,
mereka mampu mendorong karyawan untuk tetap di semakin banyak perilaku inovatif yang ditunjukkan, dan
perusahaan karena ide-ide yang disajikan bermanfaat. sebaliknya. Tingkat signifikansi korelasi adalah p=0,036
Rasa pencapaian yang datang dengan memiliki ide yang (p<0,05), maka hipotesis bahwa terdapat hubungan positif
diadopsi adalah penghargaan yang harus ditawarkan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan
kepada setiap karyawan. Dimensi keempat application perilaku inovatif diterima.
(implementasi ide) mengimplementasikan ide-ide yang Selain itu, terdapat penelitian lain yang sejalan dari
telah dikumpulkan dan dipilih, kemudian Puri (2021) menunjukkan hasil r = 0,430, p = 0,000
diimplementasikan, untuk mengetahui ide-ide yang (p<0,30) yang artinya bahwa kepemimpinan
sesuai bagi perusahaan. Gagasan atau ide yang akan transformasional berpengaruh positif terhadap perilaku
diimplementasikan juga harus disepakati seluruh inovatif sebesar 43% sesuai dengan hasil uji hipotesis
karyawan PT X, supaya tidak ada salah paham dan yang dilakukan peneliti. Ada hubungan positif yang
mengganggu pelaksanaan dalam menyampaikan ide cukup besar antara gaya kepemimpinan transformasional
tersebut tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dan perilaku inovatif, menurut temuan tersebut. Yang
dari Janssen (2000), yang mengatakan bahwa karyawan artinya bahwa semakin banyak kepemimpinan
yang bersedia memberikan sumbangsih ide dan transformasional yang ada di perusahaan, semakin besar
mengimplementasikan ide secara inovatif terhadap karyawan berperilaku inovatif. Penelitian relevan lainnya
pekerjaan maupun organisasi tempatnya bekerja dapat juga dilakukan oleh Hasibuan (2021) berdasarkan skor
meningkatkan kualitas perusahaan dan menjadikan rata-rata empiris dan hipotetis, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan lebih baik dari yang lain. gaya kepemimpinan transformasional dan perilaku
Menurut temuan penelitian ini, ada hubungan positif inovatif tergolong sedang. Telah ditetapkan bahwa
antara gaya kepemimpinan transformasional dan perilaku perilaku inovatif yang dapat diterima adalah sedang,
inovatif yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dengan nilai mean hipotetis 100 dan nilai mean empiris
transformasional mendorong perilaku inovatif di 122,90, sedangkan gaya kepemimpinan transformasional
perusahaan. Hal ini sejalan dengan Bass (1990) bahwa memiliki nilai mean hipotetis 100 dan nilai mean empiris
manajemen perubahan memiliki kemampuan untuk 99,40. Menurut temuan penelitian ini ada hubungan
mengubah karyawan, mendorong karyawan untuk positif antara gaya kepemimpinan transformasional dan
menjadi karyawan yang kuat dan baru, dan memelihara perilaku inovatif, dimana karyawan yang berpandangan
karyawan, perubahan dan tantangan. Penelitian ini positif terhadap gaya kepemimpinannya akan
didukung oleh penelitian lain relevan, seperti penelitian mengoptimalkan kompetensi dan kemampuannya untuk
Jong & Hartog (2007) hasil menunjukkan 13 ciri bekerja sehingga karyawan akan merasa lebih inovatif
kepemimpinan yang signifikan, meskipun perilaku terhadap pekerjaannya.
inovatif sangat penting dalam bisnis, namun kurang Koefisien korelasi yang didapatkan dalam penelitian
mendapat perhatian dalam penelitian. Para pemimpin ini adalah 0,573, menunjukkan hubungan yang
yang menginspirasi inovasi karyawan melakukannya substansial (cukup signifikan) antara kedua variabel.
ketika tindakan mereka mendorong satu sama lain untuk Menurut kategori hubungan yang tidak terlalu kuat,
153
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
154
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022. Character : Jurnal Penelitian Psikologi
learning to followers, the direction, pace, and share Innovative Behavior. Advances in Social Science,
vision. Organizational Dynamics, 18(3), 19–32. Education and Humanities Research, 173(Icei
https://www.mcgill.ca/engage/files/engage/transfo 2017), 343–345. https://doi.org/10.2991/icei-
rmational_leadership_bass_1990.pdf 17.2018.91
Baumann, P. K. (2011). The relationship between Izzati, U. A., & Mulyana, O. P. (2020). Kepemimpinan
individual and organizational characteristics and transformasional dan pemberdayaan psikologis
nurse innovation behavior. School of Nursing pada guru. Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4(1),
Indiana University. 57–64. https://doi.org/10.26539/teraputik.41285
Carmeli, A., Meitar, R., & Weisberg, J. (2006). Self Jafar, M. (2013). Pengaruh efikasi diri dan
leadership skill and innovative behavior at work. kepemimpinan pemberdaya terhadap perilaku
International Journal of Manpower, 27(1), 75–90. inovatif guru SMA Negeri 1 Bulukumba. Program
https://doi.org/10.1108/01437720610652853 Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada
De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2008). Innovative Yogyakarta.
work behavior: Measurement and validation. Janssen, O. (2000). Job demands, perceptions of effort-
De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2007). How reward fairness nd innovative work behavior.
leaders influence employees’ innovative Journal of Occupational and Organizational
behaviour. European Journal of Innovation Psychology, 73(3), 287–302.
Management, 10(1), 41–64. https://doi.org/10.1348/096317900167038%0D
https://doi.org/10.1108/14601060710720546 Kresnandito, A. P. (2012). Pengaruh persepsi
Drake, A. R., Wong, J., & Salter, S. B. (2007). kepemimpinan transformasional terhadap perilaku
Empowerment, motivation, and performance: inovatif penyiar radio [Universitas Airlangga].
Examining the impact of feedback and incentives http://journal.unair.ac.id/download-
on nonmanagement employees. Behavioral fullpapers%02jpio0a4a20119d2full.pdf
Research in Accounting, 19(1), 71–89. Li, X., & Zheng, Y. (2014). The Influential Factors of
El-Manurwan, M., & Sawitri, D. R. (2017). Hubungan Employees’ Innovative Behavior and the
antara iklim organisasi dengan perilaku inovatif Management Advices. Journal of Service Science
pada karyawan PT. PLN Persero Distribusi. Jurnal and Management, 07(06), 446–450.
Empati, 7(Nomor 3), 351–356. https://doi.org/10.4236/jssm.2014.76042
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/arti Luthans, F. (2005). Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh.
cle/view/19765 Penerbit Andi.
Etikariena, A., & Muluk, H. (2014). Memori organisasi Novitasari, P., & Satriyo, B. (2019). Pengaruh
dan perilaku inovatif karyawan. Makara Hubs- Kepemimpinan Transformasional Dan Motivasi
Asia, 18(2), 77–88. https://doi.org/doi: Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Manager :
10.7454/mssh.v18i2.xxxx Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2), 69.
Fauziah, N. S., & Budiani, M. S. (2021). Hubungan Octavia, A., & Ratnaningsih, I. Z. (2017). Hubungan
Antara Kecerdasan Adversitas Dengan Perilaku antara gaya kepemimpinan transformasional
Kerja Inovatif Pada Komunitas E-Ukm Surabaya. dengan Perilaku Inovatif Karyawan Non Proses
Talenta : Jurnal Psikologi, 7(1), 53–65. (Supporting) PT Indocement Tunggal Prakarsa
Getz, Isaac & Robinson, A. G. (2003). Innovate or die : Tbk Plant Palimanan. Jurnal Empati, 6(1), 40–44.
is that a fact ? Creativity and Innovations https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/arti
Management, 12(3), 130–136. cle/view/15113
https://doi.org/10.1111/1467-8691.00276 Østergaard, C. R., Timmermans, B., & Kristinson, K.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1996). (2011). Does a different view create something
Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1. new? The effect of employee diversity on
Binarupa Aksara. innovation. Research Policy, 40, 500–509.
Gradiannisa, Y. & Salendu, A. (2014). Hubungan antara https://doi.org/10.1016/j.respol.2010.11.004.
persepsi dukungan organisasi dengan perilaku Periantalo, J. (2016). No Title. Pustaka Bealajar.
inovatif di tempat kerja pada karyawan (Studi pada Pradana, G. O., & Izzati, U. A. (2019). Hubungan Antara
PT. X). Jurna Psikologi, 1(3), 1–20. Iklim Organisasi Dengan Perilaku Inovatif Pada
http://lib.ui.ac.id Guru Smk. Jurnal Penelitian Psikologi, 6(4), 1–6.
Hasibuan, W. I. (2021). Hubungan antara gaya Puri, A. R. (2021). Hubungan Antara Kepemimpinan
kepemimpinan transformasional dengan perilaku Transformasional Dan Perilaku Inovatif
inovatif Sekolah Menengah Pertama Islam Karyawan.
Terpadu Nurul Ilmi. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/33702
Heri Setiawan. (2012). Pengaruh orientasi pasar, Ratna Kusumawati. (2010). Pengaruh karakteristik
orientasi teknologi dan inovasi produk terhadap pimpinan dan inovasi produk baru terhadap kinerja
keunggulan bersaing usaha songket skala kecil di perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing
kota Palembang. Jurnal Ilmiah Administrasi berkelanjutan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 5(9),
Niaga, 8(2), 12–19. 53–64.
Izzati, U. (2018). The Relationships between Vocational Robbins, S. P., & Timothy A. Judge. (2003). Essentials
High School Teachers’ Organizational Climate and of organizational behavior (Vol. 7). Prentice Hall
155
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Inovatif pada Karyawan
156