Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Diversita, 5 (2) Desember (2019) ISSN 2461-1263 (Print) ISSN 2580-6793 (Online)

Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Hubungan Antara Sikap Pengembangan Diri Kompetitif dan Perilaku


Kerja Inovatif

The Relationship Between Personal Development Competitive Attitude


and Innovative Work Behavior

Vina Amelia Yulianti* & Arum Etikariena


Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia

*Corresponding author: E-mail: vinameliaa@gmail.com


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sikap pengembangan diri kompetitif yang merupakan
sikap kompetitif yang memandang kompetisi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan diri
(Ryckman, 1996) dan perilaku kerja inovatif yang didefinisikan sebagai kesatuan proses inovasi kompleks yang
terdiri dari berbagai tahapan (Janssen, 2000). Sampel diambil dari 75 karyawan dari berbagai unit kerja dan
jabatan di perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Skala Sikap Pengembangan Diri

Kompetitif ( = 0.89) yang dikembangkan oleh Ersilia (2018) digunakan untuk mengukur sikap pengembangan diri

kompetitif, sedangkan Skala Perilaku Inovatif = 0.80) dari Janssen (2000) digunakan untuk mengukur perilaku

kerja inovatif. Hasil analisa korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
pengembangan diri kompetitif dan perilaku kerja inovatif (r=0,60; p>0,05). Implikasi teoritis dan praktis dari hasil
studi ini akan menjadi bahan diskusi selanjutnya.
Kata Kunci: perilaku kerja inovatif, sikap kompetitif, sikap pengembangan diri kompetitif

Abstract
The aims of this study is to determine the relationship between personal development competitive attitude defined as
competitive attitude that views competition as a way to develop themselves (Ryckman, 1996) and innovative work
behavior which defined as a complex innovation process which consists of various stages (Janssen, 2000). The study
was conducted on 75 employees from various work divisions and positions in a company that produces food and
beverages . To measure the personal development competitive attitude, we used Personal Development Competitive

Attitude Scale developed by Ersilia (2018) with = 0.89. Then, to measure innovative work behavior, we used

Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) with = 0.80. Both measurement have been adapted to Bahasa

Indonesia. The result shows that there is no significant correlation between personal development competitive attitude
and innovative work behavior (r=0,35; p>0.05). Implications from this study will be discussed further.
Keywords: competitive attitude, innovative work behavior, personal development competitive attitude

How to Cite: Yulianti, V., & Etikariena, A. 2019, Hubungan Antara Sikap Pengembangan Diri Kompetitif
dan Perilaku Kerja Inovatif, Jurnal Diversita, 5 (2): 6.

1
Vina Amelia Yulianti & Arum Etikariena, Hubungan Antara Sikap Pengembangan Diri Kompetitif
dan Perilaku Kerja Inovatif

PENDAHULUAN pada individu (Carmeli dkk., 2006; De


Perkembangan dan kemajuan yang Jong, 2006; Wu dkk., 2011; Yesil & Sozbilir,
terus-menerus merupakan suatu hal yang 2013) serta kesuksesan inovasi dalam
penting untuk sebuah organisasi atau organisasi (Scott & Bruce, 1994; Xerri &
perusahaan. Dalam situasi ketika teknologi Burnetto, 2011; Yesil & Sozbilir, 2013).
berkembang dengan cepat, globalisasi, dan Menurut Janssen (2000), perilaku kerja
populasi dunia yang semakin banyak, inovatif dilihat sebagai kesatuan proses
keperluan untuk mempertahankan posisi yang kompleks. Proses tersebut mencakup
dan tidak menjadi tertinggal sangat kuat beberapa tahapan yang berbeda yaitu, idea
(Pickup, 2015). Kondisi ini mengharuskan generation, idea promotion, dan idea
perusahaan-perusahaan untuk selalu realization dengan tujuan memanfaatkan
fleksibel, sensitif terhadap perubahan, dan sumber daya dalam organisasi. Tahapan-
siap terhadap permintaan industri yang tahapan ini dilihat sebagai suatu kesatuan
akan selalu berubah (Torres, Espinosa, proses yang berkesinambungan karena
Dornberger, & Acosta, 2017). Dengan untuk mencapai inovasi yang utuh, proses
alasan tersebut, cendekiawan berargumen inovasi harus dilalui sesuai dengan
bahwa inovasi merupakan strategi paling tahapannya. Oleh karena itu, individu
baik untuk perusahaan atau organisasi diharapkan untuk terlibat dalam setiap
untuk tetap kompetitif, mengikuti tahapan inovasi.
keinginan pelanggan, dan menjaga Penelitian-penelitian sebelumnya
posisinya di pasar (Fay, Shippton, West, & menunjukkan terdapat faktor-faktor yang
Patterson, 2015). Sebuah penelitian dapat membantu mengembangkan
menyebutkan bahwa penting untuk perilaku inovatif individu, baik internal
mengetahui bagaimana cara untuk maupun eksternal. Faktor eksternal yang
meningkatkan kemampuan inovasi memiliki keterkaitan dengan perilaku
perusahaan atau organisasi (Hoch, 2013), inovatif diantaranya adalah karakteristik
agar organisasi menjadi lebih kompetitif pekerjaan (Oldham & Cummings, 1996),
dan mampu bertahan di industri yang konteks kelompok (Munton & West,
sangat kompleks dan fleksibel. 1995), hubungan dengan atasan (Janssen
Menggunakan inovasi sebagai strategi & Van Ypern, 2004), peran pemimpin
bisnis dianggap dapat membawa dampak (Scott & Bruce, 1994), memori organisasi
yang positif tidak hanya pada perusahaan (Etikariena & Muluk, 2014), dan iklim
tetapi juga perekonomian nasional psikologis (Scott & Bruce, 1994).
(Abbing, 2010; Cottam, Ensor, & Band, Selanjutnya, faktor internal yang
2001; Distonant, 2018). berhubungan dengan perilaku inovatif
Inovasi dapat tercipta dari ide-ide individu diantaranya adalah tipe
baru yang berasal dari individu-individu di kepribadian (Yesil & Sozbilir, 2013),
dalam organisasi (Neely & Hii, 1998; perbedaan individu (Etikariena, 2018),
Patterson dkk., 2009; Yesil & Sozbilir, gaya pemecahan masalah (Scott & Bruce,
2013). Menemukan prediktor-prediktor 1994), motivasi individu (Carmeli, Meitar,
dibalik perilaku kerja inovatif dapat & Weisberg, 2006), dan kebahagiaan di
membantu memahami konsep inovasi tempat kerja (Etikariena, 2017).
Jurnal Diversita, 5 (2) Desember 2019: 5.

Perilaku kerja inovatif karyawan berpendapat bahwa sikap pengembangan


memegang peranan penting untuk diri kompetitif dapat mendorong
memastikan kesuksesan sebuah organisasi munculnya perilaku kerja inovatif, karena
dalam lingkungan bisnis yang dinamis individu yang memiliki sikap ini dapat
(Kanter, 1983; West & Farr, 1990; Yuan & mengembangkan kemampuan pribadinya
Woodman, 2010). Untuk dapat menjadi sekaligus berpartisipasi dalam
perusahaan yang kompetitif dan inovatif, perkembangan organisasi. Dengan
keterlibatan individu merupakan faktor demikian rumusan masalah penelitian
yang tidak dapat dipisahkan. Maka dari adalah apakah terdapat hubungan yang
itu, dibutuhkan individu-individu yang signifikan antara sikap pengembangan diri
kompetitif dan inovatif untuk kompetitif dan perilaku kerja inovatif.
mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, Hipotesis yang ditegakkan adalah sikap
peneliti berpendapat bahwa memiliki pengembangan diri kompetitif memiliki
sikap diri yang kompetitif dapat hubungan yang signifikan dengan perilaku
membantu memunculkan perilaku kerja kerja inovatif.
inovatif.
Perilaku kerja inovatif memandang METODE PENELITIAN
karyawan sebagai individu yang Penelitian ini adalah penelitian
bertanggungjawab atas pengembangan kuantitatif yang pengambilan datanya
kemampuan dan keahliannya masing- menggunakan metode survei. Partisipan
masing (Amo, 2005). Pada saat yang berjumlah 75 orang yang merupakan
bersamaan, mereka juga harus terlibat karyawan tetap PT X, dengan latar
dalam perkembangan dan kemajuan belakang pendidikan minilmal SMA/SMK
organisasi tempat mereka bekerja. dan telah bekerja di perusahaan minimal 1
Personal Development Competitive Attitude tahun. Teknik pengambilan sampel adalah
atau yang selanjutnya akan disebut non-probability sampling. Masing-masing
sebagai PDCA merupakan sikap kompetitif partisipan dibagikan kuesioner yang berisi
yang tidak memfokuskan pada hasil akhir skala sikap pengembangan diri kompetitif
atau kemenangan, melainkan pada sejauh dan perilaku kerja inovatif yang
mana individu menikmati kompetisi dan disebarkan menggunakan media daring
penguasaan kemampuan yang mungkin google form melalui whatsapp dan paper
akan diperoleh (Ryckman, 1996). Individu and pencil langsung di perusahaan. Skala
yang memiliki sikap kompetitif ini yang digunakan untuk mengukur perilaku
memfokuskan dirinya pada self-discovery kerja inovatif adalah Innovative Work
dan self-improvement dibandingkan Behavior Scale (Janssen, 2000) yang terdiri
dengan mengungguli orang lain. Sikap dari 9 item dan telah diadaptasi oleh
pengembangan diri kompetitif dapat Etikariena dan Muluk (2014), dengan
membantu individu untuk untuk Cronbach Alpha untuk skala pengukuran
berkooperasi dengan individu lain, serta ini sebesar α=0,80. Sikap pengembangan
pada saat yang bersamaan berjuang untuk diri kompetitif diukur dengan
menampilkan yang terbaik (Ryckman, menggunakan The Competitive Attitude
1996). Oleh karena itu, peneliti Scale (Ersilia, 2018) bagian yang

3
Vina Amelia Yulianti & Arum Etikariena, Hubungan Antara Sikap Pengembangan Diri Kompetitif
dan Perilaku Kerja Inovatif

mengukur sikap pengembangan diri Merujuk pada perhitungan yang telah


kompetitif, terdiri dari 15 item. Telah dilakukan, menunjukkan bahwa tidak ada
dilakukan adaptasi dari bahasa Inggris ke korelasi yang signifikan antara sikap
Bahasa Indonesia terhadap alat ukur ini, pengembangan diri kompetitif dan
dengan hasil dari pilot study menunjukkan perilaku kerja inovatif. Berdasarkan hasil
nilai Cronbach Alpha sebesar α=0.89. penelitian, peneliti tidak berhasil untuk
Masing-masing skala berbentuk skala membuktikan hipotesis yang telah
Likert, bernilai dari 1 hingga 6 (tidak diajukan. Peneliti berpendapat bahwa
pernah hingga selalu). Untuk menguji hasil yang tidak signifikan ini dapat terjadi
besar dan arah hubungan dari dua varibel karena dalam sikap pengembangan diri
dalam penelitian ini, peneliti kompetitif, arah perkembangan yang
menggunakan teknik analisis spearman dimaksudkan tidak spesifik dan tidak
correlation. Teknik ini digunakan karena berhubungan secara langsung dengan
bentuk skala yang digunakan untuk perilaku inovasi. Selanjutnya, peneliti juga
mengukur variabel adalah interval/ratio berpendapat bahwa persepsi karyawan
dan persebaran data yang tidak normal, mengenai perkembangan yang
peneliti berpendapat bahwa teknik dimaksudkan dalam sikap pengembangan
analisis ini tepat untuk mengukur diri kompetitif masih sangat umum, tidak
signifikansi antar dua variabel. khusus terhadap perilaku kerja inovatif
seperti yang peneliti maksudkan. Ajzen
HASIL DAN PEMBAHASAN [Font: (1991) menyebutkan bahwa semakin
Cambria, size: 12, bold] spesifik sikap dan perilaku yang dituju,
Berdasarkan hasil pengolahan data maka semakin tinggi juga korelasi
yang telah dilakukan menggunakan diantaranya. Peneliti berpendapat bahwa
Spearman rho correlation, diperoleh kurang spesifiknya arah dan hubungan
indeks korelasi sebesar r = .060, dengan p antara sikap yang dimaksudkan dengan
> .05 (two-tailed). Berdasarkan hasil perilaku yang dituju, menyebabkan tidak
tersebut, skor perilaku kerja inovatif tidak adanya korelasi antar variabel. Dari hasil
memiliki hubungan dengan skor sikap penelitian yang menunjukkan tidak
pengembangan diri kompetitif. Dengan adanya hubungan yang signifikan antara
kata lain, hipotesis tidak didukung data. sikap pengembangan diri kompetitif dan
perilaku kerja inovatif, untuk penelitian
Tabel 1.1 Hubungan antara Perilaku Kerja
selanjutnya diharapkan dapat
Inovatif dan Sikap Pengembangan Diri
Kompetitif. mengembangkan alat ukur sikap
Variabel R Sig (p) pengembangan diri kompetitif yang
Perilaku Kerja .060 .609 memang khusus digunakan pada variabel
Inovatif dan Sikap
Pengembangan Diri perilaku kerja inovatif. Hal ini dapat
Kompetitif dilakukan dengan melihat kembali
tinjauan teoritis dari alat ukur sikap
pengembangan diri kompetitif. Adapun
tujuan dari penggunaan alat ukur sikap
pengembangan diri kompetitif yang lebih
Jurnal Diversita, 5 (2) Desember 2019: 5.

khusus adalah untuk menyasar respon dengan demikian sikap pengembangan


yang lebih spesifik terhadap perilaku diri kompetitif memiliki hubungan yang
kerja inovatif agar dapat lebih tidak signifikan dengan perilaku kerja
menggambarkan hubungan antara kedua inovatif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
variabel. terdapat hubungan baik positif maupun
negatif antara kedua variabel.
Penelitian selanjutnya juga dapat
mempertimbangkan sikap dan perilaku DAFTAR PUSTAKA [Cambria 12, bold]
yang lebih spesifik. Dalam penelitian ini, Abbing, E. R. (2010). Brand-driven innovation:
perilaku kerja inovatif mungkin dapat Strategies for development and design.
London, UK: Ava Publishing.
diprediksi dengan sikap pengembangan Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior.
diri inovatif. Begitupun sikap Organizational Behavior and Human
pengembangan diri kompetitif dapat Decision Processes, 50, 179-211.
Åmo, B. W. (2005). Employee innovation behavior.
memiliki hubungan dengan perilaku Norway, Bodo University.
kompetitif, jika ditinjau dari theory of Carmelli, A., Meitar, R., & Weisberg, J. (2006). Self-
planned behavior (Ajzen, 1991). Hasil leadership skill and innovative behavior at
work. International Journal of Manpower, 27,
penelitian menunjukkan bahwa sikap 75-90.
pengembangan diri kompetitif tidak De Jong, J., & den Hartog, D. (2010). Measuring
memiliki hubungan yang signifikan Innovative Work Behaviour. Creativity and
Innovation Management, 19,23–36.
dengan perilaku kerja inovatif. Oleh Distanont, A., & Khongmalai, O. (2018). The role of
karena itu, sebaiknya peneliti selanjutnya innovation in creating a competitive
dapat mencari tahu prediktor-prediktor advantage. Kasetsart Journal of Social
Sciences.
lain, yang dapat memicu munculnya Drucker, P. (2014). Innovation and
perilaku kerja inovatif, seperti perbedaan Entrepreneurship. New York: HarperCollins
individu (Etikariena, 2018). Merujuk pada Publishers.
Ersilia, M. (2018). The competitive attitude scale
Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)
(CAS): A multidimensional measure of
yang menyatakan bahwa sikap competitiveness in adolescence. Journal of
merupakan salah satu anteseden yang Psychology & Clinical Psychiatry, 9.
Etikariena, A. (2018). Perbedaan perilaku kerja
membentuk perilaku dan dijembatani
inovatif berdasarkan karakteristik individu
oleh intensi atau intention yang karyawan. Jurnal Psikologi, 17, 107.
merupakan prediktor terbaik dalam Etikariena, A., & Muluk, H. (2014). Correlation
between organizational memory and
memprediksi perilaku individu, intensi
innovative work behavior. Makara Human
dapat dipertimbangkan untuk digunakan Behavior Studies in Asia, 18, 77.
sebagai variabel moderator dan mediator Etikariena, A. (2017). The effect of psychological
capital as a mediator variable on the
yang dapat menjembatani hubungan antar
relationship between work happiness and
kedua variabel. innovative work behavior. Diversity in
Unity: Perspectives from Psychology and
SIMPULAN [Font: Cambria, size: 12, Behavioral Sciences, 365–371.
Fay, D., Shippton, H., West, M. A., & Patterson, M.
bold] (2015). Teamwork and organizational
Berdasarkan hasil pengolahan data innovation: The moderating role of the
yang telah dilakukan dapat disimpulkan HRM context. Creativity and Innovation
Management, 24, 261-277.
bahwa hipotesis tidak didukung data,

5
Vina Amelia Yulianti & Arum Etikariena, Hubungan Antara Sikap Pengembangan Diri Kompetitif
dan Perilaku Kerja Inovatif

Galbraith, J. R. (1982). Designing the innovating Academy of Management Journal, 37, 580-
organization. Organizational Dynamics, 10, 607.
5-25. Torres, F. C., Espinosa, J. C., Dornberger, U., &
Hoch, J. E. (2013). Shared leadership and Acosta, Y. A. C. (2017). Leadership and
innovation: The role of vertical leadership employees’ innovative work behavior: Test
and employee integrity. Journal of Business of a mediation and moderation model.
and Psychology, 28, 159–174. Asian Social Science, 13, 9.
Janssen, O. (2003) Innovative behaviour and job West, M. A., & Farr, J. L. (1989). Innovation at
involvement at the price of conflict and less work: Psychological perspectives. Social
satisfactory elations with co-workers. Behaviour, 4, 15-30.
Journal of Occupational and Organizational Yesil, S., & Sozbilir, F. (2013). An empirical
Psychology, 76, 347-364. investigation into the impact of personality
Janssen, O. (2000). Job demands, perceptions of on individual innovation behaviour in the
effort-reward fairness and innovative work workplace. Procedia - Social and Behavioral
behaviour. Journal of Occupational and Sciences, 81, 540–551.
Organizational Psychology, 73, 287–302. Yuan, F., & Woodman, R. W. (2010). Innovative
Janssen, O., & Van Yperen, N. W. (2004). behavior in the workplace: The role of
Employees' goal orientations, the quality of performance and image outcome
leader-member exchange, and the outcomes expectations. Academy of Management
of job performance and job Journal, 53, 323-342.
satisfaction. Academy of management
journal, 47, 368-384.
Kanter, R. (1996). When a thousand flowers bloom:
Structural, collective, and social conditions
for innovation in organizations. Knowledge
Management and Organisational Design,
93–131.
Munton, A. G., & West, M. A. (1995). Innovations
and personal change: Patterns of adjustment
to relocation. Journal of Organizational
Behavior, 16, 363-375.
Oldham, G.R. and Cummings, A. (1996) Employee
creativity: personal and contextual factors at
work. Academy of Management Journal, 39,
607-634.

Pickup, O. (2015). To keep up with business


demands innovation is essential. United
Kingdom: Telegraph Media Group. Diakses
pada tanggal, 7 April 2018, dari
https://www.telegraph.co.uk/business/tata-
communications/innovation-and-
experimentation-in-business/
Ryckman, R. M., Hammer, M., Kaczor, L. M., &
Gold, J. A. (1990). Construction of a
Hypercompetitive Attitude Scale. Journal of
Personality Assessment, 55, 630-639.
Ryckman, R. M., Hammer, M., Kaczor, L. M., &
Gold, J. A. (1996). Construction of a personal
development competitive attitude
scale. Journal of Personality Assessment, 66,
374-385.
Scott, S., G. & Bruce, R., A. (1994). Determinants of
innovative behavior: A path model of
individual innovation in the workplace.

Anda mungkin juga menyukai