Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATERI DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

MODUL 7 PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


TUTOR : Muhammad Fadely, M.Pd.

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5
1. KOMA YOSEFA (856331364)
2. NELLA WIRANIA (856331404)
3. SRI PURWANTI (856331207)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PANGKAL PINANG
2023.2
MODUL 7
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

KEGIATAN BELAJAR 1

Arti, Jenis, dan Sistem Penilaian dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia

A. PENGANTAR
Ditinjau dari segi bahasa, penilain diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek.
Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau
kriteria. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)- dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
seperti Kurikulum 1994, 1984, 1975, dan 1968? Salah satunya yang cukup menonjol adalah
masalah aspek penilaiannya. Kurikulum sebelum kelahiran Kurikulum 2004, anda mejumpai
empat istilah yang saling berhubungan , yakni (1) pengukuran, (2) tes, (3) nontes, dan (4)
penilaian atau evaluasi.
Sementara itu, didalam Kurikulum 2004 terdapat dua istilah penilaian yang digunakan, yakni
(1) asasemen dan (2) penilaian berbasis kelas. Menurut Richards, Platt (1992) assesment adalah
“pengukuran kemampuan kualitas, atau keberhasilan seseorang dalam pengajaran, dan
sebagainya”. Pengukuran dapat dilakukan melalui tes, wawancara, angket, observasi, dan
sebagainya. O’Malley & Pierce (1996) menyatakan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan
data untuk mengukur pencapaian keberhasilan siswa.

B. JENIS DAN SISTEM PENILAIAN


1. Jenis Penilaian
Jenis penilaian ada beberapa macam, yakni (1) penilaian formatif, (2) penilaian sumatif, (3)
penilaian diagnostik, (4) penilaian selektif, dan (5) penilaian penempatan.
“Penilaian formatif”’adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Tujuan
penelitian ini adalah memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.
“Penilaian sumatif” adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yakni akhir
catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai
oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian
ini berorientasi pada hasil, bukan pada proses.
“Penilaian diagnostik“adalah penilalian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan
siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar,
pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus, misalnya kasusu kesulitan belajar. Soal-soal
penilaian ini disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
“Penilaian selektif”adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi. Sesuai dengan
namanya penilaian ini disusun untuk menjaring seseorang yang pantas dan sesuai untuk diterima
di lembaga pencari calon, Contohnya adalah ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan
tertentu.
“Penilaian penempatan” penialian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat
yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tertentu.

2. Sistem Penilaian
Sistem penilaian hasil belajar termasuk di dalamnya penilaian hasil belajar bahasa dan sastra
Indonesia , pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau sistem, yakni (1) Penilaian Acuan
Patokan (PAP), dan (2) Penilaian Acuan Norma (PAN).

3. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


PAP adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan pengajaran atau indikator hasil belajar
yang harus dikuasai oleh siswa. Derajat keberhasilan siswa dilihat dari apa yang sudah dicapai
oleh siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai. Keberhasilan siswa ditentukan
kriterianya , yakni 75-80 persen.
Sistem penilaian acuan patokan disebut “standar mutlak”. Aplikasi sistem ini dapat
menghasilkan tiga kemungkinan. Pertama, siswa lulus semua. Artinya, semua siswa memenuhi
kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Kedua, siswa tidak lulus semua. Artinya semua siswa
tidak memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan atau tidak seorang pun yang dapat
memenuhi syarat minimal ketuntatasan. Ketiga, ada siswa yang lulus dan ada siswa yang tidak
lulus. Siswa yang lulus adalah siswa yang memenuhi syarat minimal ketunntasan. Siswa yang
tidak lulus adalah siswa yang tidak memenuhi syarat minimal ketuntasan.

4. Penilaian Acuan Norma (PAN)


PAN adalah penilaian yang mengacu kepada rata-rata kelompoknya. Dari penilaian ini akan
diketahui posisi kemampuan siswa di dalam kelompoknya. Apa yang sudah dicapai oleh siswa
dalam penilaian selalu dibandingkan dengan nilai-nilai rata-rata di kelasnya. Atas dasar itu akan
diperoleh tiga kategori siswa: (1) di atas rata-rata kelas, (2) di sekitar rata-rata kelas, dan (3)
dibawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai oleh seorang siswa amat
bergantungan pada prestasi kelompoknya.
Keuntungnan sistem ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sehingnga
sekaligus dapat diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa. Kelemhannya adalah
kurang meningkatkan kualitas hasil belajar.

5. Pengembangan Tes acuan Patokan dan Tes Acuan Norma


Jika dilihat dari segi isi atau penampilan tes, dua perangkat tes mengukur kemampuan yang
sama, akan tetapi satu tes dikembangkan untuk PAP dan yang lain untuk PAN, sulit dikatakan
mana yang tes acuan patokan (TAP) dan mana yang tes acuan norma (TAN). Dari segi isi, TAP
dan PAN lebih banyak memiliki persamaan dari pada perbedaaan. Kedua macam tes itu pada
hakikatnya hanya didasarkan atas perbedaan cara menafsirkan skor yang dihasilkannya. Yang
menjadi ciri khas dari proses pengembangan TAP adalah pengembangan bahsa tes menjadi butir-
butir tes yang didasarkan pada kemampuan sebagai hasil pembelajaran yang ingin diukur.

C. PENILAIAN DENGAN TES BAHASA


Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui tes bahasa.
1. Hakikat dan Sasaran Tes Bahasa
Dalam bidang pengajaran, tes diartikan dengan “alat, prosedur, atau rangkaian kegiatan yang
digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran
tentang kemampuannyadalam suatu bidang ajaran tertentu”. Melalui tes diharapkan diperoleh
informasi tentang seberapa banyak dan seberapa mendalam kemampuan yang dimiliki seorang
siswa dalam bidang pengajaran itu. Dalam pengajaran bahasa, tes semacam itu dikenal sebagai
tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat kemampuan berbahasa. Penguasaan terhadap
komponen-komponen bahasa dianggap merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Oleh
karena itu, tes bahasa yang sasarannya adalah kemampuan berbahasa, juga mengukur peguasaan
terhadap bunyi bahasa, kosakata, dan tata bahasa.
Dalam kajian kebahasaan, kemampuan berbahasa dibedakan ke dalam kompetensi
berbahasa dan keterampilan berbahasa. Kompetensi berbahasa meliputi (1) kompetensi bunyi
bahasa, (2) kompetensi tata bahasa, dan (3) kompetensi kosakata. Keterampilan berbahasa
melliputi (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca,
dan (4) keterampilan menulis.

2. Pendekatan Tes Bahasa


Penyelanggaraan penilaian melalui tes bahasa didasarkan pada pendekatan tertentu. Setiap
pendekatan tertentu akan mempengaruhi pada pengembangan dan penggunaan tes bahasa.

3. pendekatan Tradisional
Dalam pendekatan tradisional, tes bahasa diselenggarakan tanpa mengacu kepada teori
kebahasaan tertentu. Penerapannya amat bergantung kepada pengajar bahasa, tanpa merujuk
kepada teori kebahasaan tertentu. Bahan yang digunakan dalam tes banyak merujuk kepada karya
sastra dan bentuk tes yang banyak dipakai adalah terjemahan dan menulis esai. Itulah sebabnya
pendekatan tradisional sering disebut juga “pendekatan esai dan terjemahan”.

4. Pendekatan Diskret
Pendekatan ini bersumber dari pendekatan struktural dalam kajian bahasa. Dalam
pendeketan struktural, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi,
dan terdiri atas komponen-komponen bahasa yakni, (1) komponen bunyi bahasa, (2) komponen
tata bahasa, dan (3) komponen kosakata. Dalam tes bahasa pendekatan diskret, satu bentuk tes
dianggap dan dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap satu, dan hanya satu
jenis kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Dalam pengertian ini, suatu bentuk tes
bahasa hanya dapat merupakan salah satu dari tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes
menulis, atau tes bunyi bahasa, tes tata bahasa, dan tes tes kosakata.
5. Pendekatan Integratif
Pendekatan ini bersumber dari pendekatan struktural. Pendekatan Integratif beranggapan
bahwa bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa,
yang bersama-sama membentuk bahasa. Pendekatan ini juga berkeyakinan bahwa bahasa itu
adalah integrasi dari bagian-bagian terkecil, dan seterusnya menjadi bagian yang lebih besar.
Sebagai contoh, dari unsur terkecil yang disebut “fonem”, kemudian bergabung menjadi “suku
kata”, selanjutnya “kata”, “frasa” “kalimat”, “paragraf”, dan “wacana”.
Tes bahasa pendekatan integratif melakukan pengukuran penguasaan kemampuan berbahasa
atas dasar penguasaan terhadap gabungan antara beberapa bagian dari komponen bahasa dan
kemampuan berbahasa. Pendekatan integratif mengandalkan penggunaan bahasa dalam konteks
yang besarnya beragam. Bentuk tesnya menggunakan kalimat, melengkapi kalimat atau teks
bacaan, merupakan beberapa bentuk tes dengan pendekatan integratif.

6. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik mengutamakan peranan penggunaan bahasa senyatanya dalam kajian
terhadap bahasa, termasuk tes bahasa. Dalam pendekatan ini, bahasa tidak ditinjau dari
strukturnya dengan menunjukkan adanya struktur yang berlapis dan bertingkat sampai ke bagian-
bagian yang terkecil, seperti pada pendekatan diskret. Selain itu, bahasa tidak juga didekati
sebagai penggabungan bagian-bagian terkecil secara berlapis dan bertingkat dalam mewujudkan
bahasa, seperti pendekatan integratif.
Pendekatan pragmatik memiliki sejumlah ciri: (1) mengaitkan bahasa dengan penggunaan
senyatanya, yang melibatkan tidak saja unsur-unsur kebahasaan melainkan juga unsur-unsur
konteks, (2) menekankan eratnya kaitan antara unsur kebahasaan dan non kebahasaan dalam
penggunaan bahasa seutuhnya,

7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa dalam
komunikasi sehari-hari senyatanya. Pendekatan ini meninggalkan cara pandangan pendekatan
diskret dan integratif. Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan pragmatik yang
mementingkan peran konteks. Hanya saja, pendekatan komunikatif memperluas unsur konteks
dengan memperhatikan unsur-unsur yang mengambil bagian dalam terwujudnya komunikasi
yang baik. Pendekatan kominikatif secara rinci mempersoalkan seluk-beluk komunikasi yang
merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa.’
Dalam pendekatan komunikatif akan selalu ditanyakan antara lain
(a) siapa yang terlibat dalam komunikasi,
(b) bagaimana hubungan antara di antara mereka,
(c) apa maksud dan tujuan dilakukan komunikasi,
(d) dalam keadaan bagaimana kominikasi itu terjadi,
(e) kapan dan bagaiamana komunikasi itu terjadi.

D. PENILAIAN BERBASIS KELAS


Penilaian dalam kurikulum 2004/2006 menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan
komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan
menilai diri sendiri. Penilaian dilaksanakan dalam rangka penilaian berbasis kelas, artiya
kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran.beberapa
diapaparkan secara singkat pelbagai bentuk penilaian berbasis kelas.

1. Penilaian Kinerja atau Unjuk Kerja


Penilaian kinerja atau unjuk kerja (performance assesment) adalah penilaian berdasarkan
hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini
berupa penilaian dengan pelbagai macam tugas dan situasi di mana siswa untuk
mendemostrasikan pemahaman dan pengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa antara lain dalam bidang
bidang berikut.
● Berpidato ● pembacaan puisi
● berdiskusi ● membacakan pengumuman
● membacakan berita ● membacakan teks pembukaan UUD
● membcakan cerita pendek ● membacakan teks doa
● berwawancara dengan tokoh ● partisipasi siswa dalam diskusi
2. Langkah-langkah Penilaian Kinerja
a. Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang
akan mempengaruh hasil akhir (output) yang terbaik.
b. Menuliskan perilaku kemampuan-kemapuan spesifik yang penting dan diperlukan
untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
c. Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga
semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melakukan tugas.
d. Mendefinisikan kriteria kemapuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siwa yang harus dapat diobservasi atau karakteristik produk yang
dihasilkan.
e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan
diamati.
f. Periksa kembali dan bandingkan dengan kriteri-kriteria kemampuannya yang
sebelumnya yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

3. Kriteria Penilaian

No Tingkatan Indikator
1. Sangat bagus Jika seluruh terpenuhi (ada 6 jawaban “ya”)
2. Bagus Jika 4-5 indikator terpenuhi (ada 4-5 jawaban “ya”)
3. Cukup Jika 2-3 indikator terpenuhi (ada 2-3 jawaban “ya”)
4. Kurang Jika 1 indikator atau tidak ada indikator terpenuhi (ada 1
atau tidak ada jawaban “ya”)

4. Penilaian Hasil Kerja


Penilaian hasil kerja (product) adalah penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan
memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik, atau kualitas
estetik dari sesuatu yang dihasilkan oleh siswa. Dengan demikian, terdapat dua tahapan penilaian,
pertama, penilaian tentang pemilihan dan cara menggunakan alat serta prosedur kerja siswa.
Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetis hasil karya siswa. Contoh penilian hasil
kerja siswa antara lain berapa karya-karya berikut.
● Puisi ● cerita pendek
● pantun ● naskah pidato
● naskah berita ● naskah pengumuman

Ada tiga frase atau tahapan dalam menghasilkan produk yaitu;


a. Persiapan: siswa dapat dinilai dalam kemampuannya membuat perencanaan, bereksplorasi,
mengembangkan gagasan, dan membuat desain produk.
b. Produksi: siswa dapat dinilai kemampuannya memilih dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.
c. Refleksi: siswa dapat dalam hal estetika, kesempurnaan produk, fungsional, keaslian.

5. Penilaian Proyek
Yang dimaksud proyek (project) adalah tugasan yang harus diselesaikan dalam periode
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengerganisasian,
pengevalusian sampai dengan penyajian data.
Penilaian penugasan adalah penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan
menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menrapkan konsep,
dan pemahaman mata pelajaran tertentu.
Contoh proyek dalam bahasa dan sastra Indonesia yang dapat dinilai dengan penilaian
proyek antara lain sebagai berikut;
a. penampilan teater sederhana;
b. penyusunan laporan kegiatan;

6. Penilaian Protofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa. Portofolio adalah suatu koleksi pribadi hasil
pekerjaan seorang siswa yang menggambarkan taraf pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan
pekerjaan terbaik siswa. Koleksi dalam portofolio ini merupakan hasil kerja yang dinamis
(tumbuh dan berkembang).
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, karya-karya yang dapat dikumpulkan antara lain
karangan, puisi, naskah drama, naskah pidato, poster, laporan kunjungan, iklan, surat resmi, surat
pribadi, dan catatan dari bacaan.
Ada enam langkah untuk menyusun portofolio yang harus ditempuh yaitu;
1. Mengidentifikasi tujuan portofolio;
2. Menentukan jenis portofolio;
3. Menentukan kompetensi dari tahapan pencapaiannya;
4. Menentukan bukti belajar yang akan dimasukkan ke dalam portofolio;
5. Menentukan kriteria karya yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai siswa;
6. Menentukan isi tiap-tiap bagian portofolio;

7. Penutup
Dari paparann diatas nyatalah bahwa untuk menilai siswa kita dapat menggunakan teknik
tes dan teknik nontes. Keduannya dilaksanakan sesuai dengan kompetesni yang dituntu dalam
kurikulum. keduanya akan saling melengkapi. Kedua teknik perlu dipertentangkan.
KEGIATAN BELAJAR 2

Penilaian Keterampilan Berbahasa Lisan

A. PENGANTAR
Menyimak adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, artinya menerima pesan
dari orang lain dan selanjutnya memahami pesan-pesan dalam bentuk lisan. Berbicara adalah
keterampilan bahasa yang bersifat aktif-produktif, artinya mennghasilkan pesan yang ditujujakn
kepada orang lain.
Keterampilan menyimak merupakan yang memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk
memahami bahasa yang digunakan secara lisan. Kemampuan ini amat penting dimiliki oleh
setiap pemakai bahasa karena banyak komunkasi sehari-hari yang dilakukan secara lisan. Tanpa
kemampuan banyak yang baik akan terjadi banyak kesalahpahaman dalam komunikasi antara
sesama pemakai bahasa yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas
dan kegiatan sehari-hari.
Sebagai bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif-produktif, kemampuan berbicara
menuntut penguasaan terhadap beberapa aspek kebahasaan (kosakata, tata bahasa, pelafalan)
serta kaidah penggunaan bahasa. Secara kebahasaan, pesan lisan yang disampaikan dengan
berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih sesuai dengan yang perlu
diungkapkan.
Dalam pengajaran keterampilan berbicara, tes berbicara dapat diselenggarakan secara
terkendali dapat mengambil bentuk menceritakan suatu gambar, atau menceritakan kembali
cerita yang telah disampaikan sebelumnya secara lisan atau secara tertulis. Dalam
penyelenggaraan tes berbicara secara bebas, peserta tes diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri masalah yang ingin dibicarakan.

B. PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIMAK


Penilaian keterampilan menyimak adalah bahwa yang dinilai adalah kemampuan “alat
pendengaran” siswa dalam memahami makna bahasa, bukan yang lain. Kemampuan
memahami makna bahasa lisan itulah yang merupakan sasaran dari tes menyimak. Pemahaman
bahasa lisan secara luas dapat meliputi semua bentuk dan jenis ungkapan lisan, mulai dari bunyi
bahasa fonem, suku kata, kata-kata lepas, frase, kalimat dan wacana yangn lebih utuh dan
lengkap. Khusus kalimat, dan wacana yang lebih lengkap dan panjang.
Tes menyimak diselenggarakan dengan memperdengarkan wacana lisan sebagai bahan tes.
Wacana itu dapat diperdengarkan secara langsung oleh seorang penutur, sedapat mungkin
penutur asli bahasa yang merupakan sasaran tes, atau melalui rekaman.

1. Menjawab Pertanyaan (Frasa, Kalimat, kata)


Contoh tes menyimak yang jawabannya berupa frasa atau kelompok kata.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikukt. Kemudian jawablah
pertanyaan-pertanyaan yang Ibu/bapak sampaikan.
Wacana yang : [ Suara A: Dok, saya sudah dua hari ini tidak enak makan. Saya
dipendengarkan tidak tahu mengapa.]
Pertanyaan : Dimanakah peristiwa dalam rekaman dialog itu terjadi?

Selanjutnya, contoh tes menyimak yang jawabannya berupa kalimat atau klausa.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikukt. Kemudian jawablah
pertanyaan-pertanyaan yang Ibu/bapak sampaikan.
Wacana yang : [ Yogyakarta terpilih sebagai tujuan wisata terbaik di indonesia
dipendengarkan dalam ajang indonesia Tourism award 2009. Selain pemkot
Yogya, sembilan daerah lain masuk kategori wisata terbaik]
Pertanyaan : Apa yang sudah diraih oleh Yogyakarta?

Yang terakhir, contoh tes menyimak yang jawabanya berupa kata atau leksikon.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikukt. Kemudian jawablah
Wacana yang : pertanyaan-pertanyaan yang Ibu/bapak sampaikan.
dipendengarkan [ Napoleon Bona parfe yang memerintah prancis (1799-1815)
menjadi sumber inspirasi besar bagi perkembangan dunia
fasion. Bahkan, jaket Bonaparte menjadi sumber inspirasi
busana pentas Michel Jackson.
Pertanyaan : Siapa yang menjadi sumber inspirasi dunia fasion?

2. Merumuskan Inti Wacana


Contoh tes menyimak yang jawaban berupa rumusan inti wacana.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikut. Kemudian rumuskanlah
secara singkat inti masalah yang diungkapkan di dalamnya.
Wacana yang : [ Hujan deras disertai angin kencang sejak beberapa hari terakhir
dipendengarkan mengakibatkan sungai citarum di kabupaten Bandung Jawa
Barat meluap kurang dari 1 meter. Meski air sungai tersebut
sampai ke pemukiman warga, ratusan penduduk, terutama
yang rumahnya berada di bantaran sungai citarum mulai
mengungsi ke lokasi aman, di antaranya kawasan
penggunungan, dan wilayah yang aman dari banjir.
Pertanyaan : Apakah inti dari simakan yang baru kalian dengar?

3. Menceritakan Kembali
Contoh tes menyimak yang isinya menceritakan kemmbali teks yang sudah didengar.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikut. Kemudian jawablah
Pertanyaan-pertanyaan yang Ibu/Bapak sampaikan.
Wacana yang : [ Sumber adalah salah satu dari 18 ribu pulau di indonesia. Pulau
dipendengarkan ini dikunjungi pulau Bali dan 400 kilometer lebih ke timur.
Terisolasi, sumba dapat lebih baik melindungi lingkungannya
pulai ini menjadi salah satu budaya yang paling memesona dan
misterius di seantero Indonesia]
Pertanyaan : Ceritakanlah kemballi wacana yang kalian dengar dengan
kalimatmu sendiri!

4. Menjawab Pertanyaan Wacana


Contoh tes menyimak yang isinya adalah menayakan isi yang ada di dalam wacana.
Perintah : Dengarkanlah baik-baik wacana berikut. Kemudian jawablah
Pertanyaan-pertanyaan yang Ibu/Bapak sampaikan.
Wacana yang : [ Aparat keamanan india meningkatkan pengaman di tajmahal
dipendengarkan seringdengan datangnya musim kunjungan wisatawan. Seorang
deputi inspektur jendearl polisi di Agra mengatakan bahwa
pengamanan di monumen yang dibangun pada abad ke-17 itu
ditingkatkan setelah pihak menerima laporan intelijen.
Tanggung jawab pengamanan monumen yang menyedot ratusan
ribu pengunjung per tahun itu dipegang pasukan kemanan
industri pusat. Kini, dengan dibantu polisi, mereka akan
bersiaga di dealapan menara pengawasan yang didirikan di
sekililingi Taj Mahal]
Pertanyaan : 1. Mengapa pengamanan Taj Mahal ditingkatkan?
2. Abad keberapakah Taj Mahal dibangun?
3. Siapakah yang bertanggung jawab dalam pengaman Taj
Mahal?

C. PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA


Keterampilan berbicara yang akan dinilai adalah aspek berbicara, bukan yang lainnya.
Tes berbicara dapat diselenggarakan secara terkendali atau secara bebas. Penyelengggaraan
tes yang terkendali dapat mengambil bentuk menceritkan suatu gambar, atau menceritakan
suatu gambar, atau menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan sbelumnya secara
lisan atau secara tertulis. Sebaliknya, dalam penyelenggaraan tes berbicara secara bebas
peserta tes diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang ingin dibicarakan.
Bentuk tes berbicara dapat berupa (1) bercerita singkat, (2) menceritakan kembali, dan (3)
berbicara bebas dan penutup.
KEGIATAN BELAJAR 3
Penilaian Keterampilan Berbahasa Tullisan

A. PENGANTAR
Membaca dan menulis merupakan kegiatan yang amat penting. Keduanya menjadi
semakin penting pada zaman modern dan pascamodern. Dalam pembelajaran, kemampuan
membaca dan menulis dilatihkan melalui keterampilan membaca dan menulis.
Membaca mengandalkan kemampuan berbahasa yang pada dasarnya bersifat reseptif-tulls.
Dengan membaca, seseorang pertama-tama berusaha untuk memahami informasi yang
disampaikan oleh orang lain dalam bentuk wacana tulis. Informasi tertulis yang dibaca dan
dipahami dapat diungkapkan dalam pelbagi bentuk penggunaan bahasa, mulai dari ungkapan
pendek seperti kalimat, sampai dengan ungkapan yang lebih lengkap dan lebih panjang seperti
paragraf, esai, sampai naskah lengkap atau buku. Semua merupakan pesan tertulis yang isi
dan maknanya hanya dapat dipahami dengan kemampuan membaca.
Dalam pengajaran,, tes menulis dapat dilakukan secara terbatas dan secara bebas. Pada tes
menulis terbatas, tulisan peserta tes dilakukan dengan batasan-batasan tertentu , misalnya
topik tulisan dan judul sudah tetapkan ada batasan waktu penyelesaian dan panjang tulisan.

B. PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA


Sebagaimana halnya tes untuk kemampuan berbahasa dan komponen bahasa yang lain, tes
untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami isi bacaan dapat diselenggarakan dengan
menggunakan berbagai format tes yang tersedia, tes, membaca dapat disajikan dalam bentuk
tes objektif, seperti tes melengkapi, menjodohkan, bentuk pilihan ganda, atau bentuk-bentuk
gabungan. Tes membaca juga dapat dijawab melalui jawaban panjang dan lengkap, atau
sekadar jawaban-jawaban pendek.
Beberapa bentuk tes membaca dipaparkan yaitu;
1. Melengkapi Wacana
2. Menjawab Pertanyaan
3. Merinngkas Isi bacaan
4. Penilaian Keterampilan Menulis
5. Menceritakan gambar
6. Membuat Ringkasan
7. Menulis bebas
8. Penutup

Anda mungkin juga menyukai