05 Alinyemen Vertikal
05 Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal
Semester III – Pertemuan ke-9 – 10
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat merencanakan alinyemen vertikal dan
mengkoordinasikan dengan alinyemen horizontal dengan
benar.
IV. Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal
◼ Alinyemen vertikal adalan garis potong yang dibentuk oleh
bidang vertikal terhadap sumbu jalan atau bidang tegak
melalui sumbu jalan.
◼ Profil ini menggambarkan perencanaan terhadap adanya
jalan naik atau turun untuk memberikan pertimbangan akan
kemampuan kendaraan bermuatan penuh melalui jalan
tersebut.
◼ Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau
landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).
◼ Kemungkinan pelaksanaan pembangunan secara bertahap
harus dipertimbangkan, misalnya peningkatan perkerasan,
penambahan lajur, dan dapat dilaksanakan dengan biaya
yang efisien.
◼ Sekalipun demikian, perubahan alinyemen vertikal dimasa
yang akan datang sebaiknya dihindarkan.
Alinyemen Vertikal
◼ Gambar alinyemen vertikal ini biasa disebut
”Gambar penampang memanjang” yang
umumnya terdiri dari rangkaian garis lurus
yang berupa landai jalan, satu sama lain
dihubungkan dengan lengkung vertikal.
◼ Potongan memanjang berpengaruh terhadap
kecepatan, kemampuan percepatan,
kemampuan berhenti, jarak pandangan dan
kenyamanan.
◼ Berbeda dengan alinyemen horizontal, pada
alinyemen vertikal perhatian tidak hanya pada
bagian lengkung, tetapi juga pada bagian lurus
yang berupa landai jalan.
Konstruksi Jalan Raya 1 3
IV. Alinyemen Vertikal
Kelandaian
◼ Adalah nilai untuk menunjukkan besarnya
kenaikan atau penurunan vertikal dalam
suatu jarak horizontal yang biasa dinyatakan
dengan persen
◼ Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat
berjalan dengan baik dengan kelandaian 7 –
8 % tanpa ada perbedaan dibandingkan pada
bagian datar,
◼ Tetapi untuk kendaraan truk pada kelandaian
ini sudah tampak pengaruhnya terhadap
kecepatan.
Konstruksi Jalan Raya 1 4
IV. Alinyemen Vertikal
Lajur Pendakian
◼ Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung
truk-truk yang bermuatan berat atau kendaraan lain
yang berjalan lebih lambat (kec. < VR) dari
kendaraan-kendaraan lain pada umumnya (VR),
agar kendaraan-kendaraan lain dapat mendahului
kendaraan lambat tersebut tanpa harus berpindah
lajur atau menggunakan jalur arah berlawanan.
◼ Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan
yang mempunyai kelandaian yang besar, menerus
dan volume lalulintasnya relatif padat.
Lajur Pendakian
Berdasarkan TPGJAK 1997:
◼ Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
Lajur Pendakian
Serong Serong
Lajur Pendakian
30 45 > 200 50 45
TAMPAK ATAS
Akhir Lajur
Awal Lajur
Pendakian
Pendakian
Tanjakan
Tanjakan
Akhir
Awal
POTONGAN MEMANJANG
Lajur Pendakian
Lajur Lajur
Serong Serong
Pendakian 1 Pendakian 2
30 45 50 45
TAMPAK ATAS
Pendakian 2
Tanjakan 1
Tanjakan 2
Akhir Lajur
Awal Lajur
Akhir
Awal
POTONGAN MEMANJANG
Lengkung Vertikal
◼ Untuk menghubungkan dua kelandaian yang
berbeda diperlukan suatu lengkung vertikal.
◼ Lengkung cembung: A
“titik potong
kelandaian berada di L/2
L
atas lengkung”
◼ Lengkung cekung:
“titik potong L
bawah lengkung”
Rumus Dasar
g2 %
E
bX
PPV
PLV Y
X
g1 %
Lv/2 Lv/2
Lv
Lengkung Vertikal
◼ Y = tinggi lengkung
◼ X = jarak horizontal dari PLV
◼ b = g1 = kelandaian 1
◼ c = tinggi PLV
◼ g2 = kelandaian 2
◼ Lv = panjang lengkung
◼ PLV = awal lengkung
◼ PPV = titik potong kelandaian
◼ PTV = akhir lengkung
Lengkung Vertikal
◼ Untuk memperoleh Y maka perlu dicari besarnya a,
dengan cara:
❑ Tinggi PTV = Tinggi PPV + g2 x Lv/2
= PPV + g2.Lv/200
❑ Tinggi E = Tinggi PPV + g1 x Lv/2
= PPV + g1.Lv/200
❑ aX2 = Tinggi PTV – Tinggi E
= g2.Lv/200 - g1.Lv/200
= (g2 – g1).Lv/200
❑ X untuk titik PTV = Lv
❑ a.Lv2 = (g2 – g1)Lv/200
❑ a = (g2 – g1)/200.Lv
Lengkung Vertikal
◼ Lengkung vertikal harus disediakan pada
setiap lokasi yang mengalami perubahan
kelandaian, dengan tujuan :
a. Mengurangi goncangan akibat perubahan
kelandaian, dan
b. Menyediakan jarak pandang henti
◼ Panjang Lengkung (Lv)
❑ Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan
berdasarkan syarat-syarat keamanan,
kenyamanan dan keluwesan bentuk.
A S2
Lv =
100 ( 2h1 + 2h2 )
2
Lv = 2S −
(
200 h1 + h2 )
2
A S 2
Lv =
150 + 3.5 S
150 + 3.5 S
Lv = 2S −
A
Konstruksi Jalan Raya 1 24
IV. Alinyemen Vertikal
Kenyamanan
◼ Kenyamanan sebagaimana diketahui adalah
dipengaruhi oleh timbulnya percepatan
sentripetal yang menambah percepatan
gravitasi.
◼ Rumus yang digunakan:
A V 2
Lv =
1300 a
❑ Lv = panjang lengkung vertikal (m)
❑ A = selisih aljabar landai (%)
❑ V = kecepatan (km/jam)
❑ a = percepatan sentripetal (=0.3 m/det2)
Konstruksi Jalan Raya 1 25
IV. Alinyemen Vertikal
800 C − 400(h1 + h2 )
(S>Lv)
Lv = 2 S −
A
Konstruksi Jalan Raya 1 26
IV. Alinyemen Vertikal
Koordinasi Alinyemen
◼ Alinyemen vertikal, alinyemen horisontal dan
potongan melintang jalan arteri perkotaan harus
dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan
suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan
kendaraannya dengan aman dan nyaman.
◼ Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut
diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk
kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat
melakukan antisipasi lebih awal.
Koordinasi Alinyemen
◼ Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen
horisontal harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Lengkung horisontal sebaiknya berhimpit dengan
lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen
horisontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen
vertikal.
2. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung
vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung
vertikal cembung harus dihindarkan.
3. Lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus
dan panjang, harus dihindarkan.
4. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horisontal harus dihindarkan.
5. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang
lurus dan panjang harus dihindarkan.
Koordinasi Alinyemen
Koordinasi Alinyemen
LATIHAN:
Suatu rencana kelandaian jalan + 4% bertemu
dengan kelandaian jalan -5% pada sta. 1+500
dan pada elevasi +325 meter
Rencanakan lengkung vertikal pada pertemuan
kelandaian tersebut jika kecepatan rencana 80
km/jam, berdasarkan jarak pandangan henti.
Hitung tinggi rencana pada sta. 1+400; 1+450;
1+500; 1+550; dan 1+600.