Anda di halaman 1dari 39

Geometrik Jalan

Alinyemen Vertikal
Semester III – Pertemuan ke-9 – 10
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat merencanakan alinyemen vertikal dan
mengkoordinasikan dengan alinyemen horizontal dengan
benar.
IV. Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal
◼ Alinyemen vertikal adalan garis potong yang dibentuk oleh
bidang vertikal terhadap sumbu jalan atau bidang tegak
melalui sumbu jalan.
◼ Profil ini menggambarkan perencanaan terhadap adanya
jalan naik atau turun untuk memberikan pertimbangan akan
kemampuan kendaraan bermuatan penuh melalui jalan
tersebut.
◼ Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau
landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).
◼ Kemungkinan pelaksanaan pembangunan secara bertahap
harus dipertimbangkan, misalnya peningkatan perkerasan,
penambahan lajur, dan dapat dilaksanakan dengan biaya
yang efisien.
◼ Sekalipun demikian, perubahan alinyemen vertikal dimasa
yang akan datang sebaiknya dihindarkan.

Konstruksi Jalan Raya 1 2


IV. Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal
◼ Gambar alinyemen vertikal ini biasa disebut
”Gambar penampang memanjang” yang
umumnya terdiri dari rangkaian garis lurus
yang berupa landai jalan, satu sama lain
dihubungkan dengan lengkung vertikal.
◼ Potongan memanjang berpengaruh terhadap
kecepatan, kemampuan percepatan,
kemampuan berhenti, jarak pandangan dan
kenyamanan.
◼ Berbeda dengan alinyemen horizontal, pada
alinyemen vertikal perhatian tidak hanya pada
bagian lengkung, tetapi juga pada bagian lurus
yang berupa landai jalan.
Konstruksi Jalan Raya 1 3
IV. Alinyemen Vertikal

Kelandaian
◼ Adalah nilai untuk menunjukkan besarnya
kenaikan atau penurunan vertikal dalam
suatu jarak horizontal yang biasa dinyatakan
dengan persen
◼ Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat
berjalan dengan baik dengan kelandaian 7 –
8 % tanpa ada perbedaan dibandingkan pada
bagian datar,
◼ Tetapi untuk kendaraan truk pada kelandaian
ini sudah tampak pengaruhnya terhadap
kecepatan.
Konstruksi Jalan Raya 1 4
IV. Alinyemen Vertikal

Kelandaian Maksimum & Minimum


◼ Pembatasan kelandaian maksimum dimaksudkan untuk
memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan
kecepatan yang berarti,
◼ Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk
yang bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan
semula tanpa harus menggunakan gigi rendah
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimum (%)
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga, 1997

◼ Kelandaian minimum diberikan pada jalan yang


menggunakan kerb di tepi perkerasannya untuk keperluan
kemiringan dasar saluran drainase. Besarnya kelandaian
minimum ditetapkan 0,5% memanjang jalan

Konstruksi Jalan Raya 1 5


IV. Alinyemen Vertikal

Panjang Landai Kritis


◼ Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus
disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan
kecepatannya sedemikian sehingga penurunan kecepatan
tidak lebih dari separuh VR.
◼ Panjang landai kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang
kelandaian maksimum yang mengakibatkan penurunan
kecepatan kendaraan berat sebesar 15 km/jam
◼ Lama perjalanan dalam panjang landai kritis tidak lebih dari 1
menit
Kecepatan pada awal Kelandaian (%)
tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga, 1997
◼ Apabila panjang landai kritis terlampaui, maka dapat dibuat
lajur pendakian
Konstruksi Jalan Raya 1 6
IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian
◼ Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung
truk-truk yang bermuatan berat atau kendaraan lain
yang berjalan lebih lambat (kec. < VR) dari
kendaraan-kendaraan lain pada umumnya (VR),
agar kendaraan-kendaraan lain dapat mendahului
kendaraan lambat tersebut tanpa harus berpindah
lajur atau menggunakan jalur arah berlawanan.
◼ Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan
yang mempunyai kelandaian yang besar, menerus
dan volume lalulintasnya relatif padat.

Konstruksi Jalan Raya 1 7


IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian
Berdasarkan TPGJAK 1997:
◼ Disediakan pada jalan arteri atau kolektor

◼ Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR >


15.000 smp/hari, dan persentase truk > 15 %.
◼ Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.

◼ Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan


kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter dan
berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan
serongan sepanjang 45 meter
◼ Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1.5 km

Konstruksi Jalan Raya 1 8


IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian
Serong Serong
Lajur Pendakian

30 45 > 200 50 45

TAMPAK ATAS

Panjang Lajur Pendakian

Akhir Lajur
Awal Lajur
Pendakian

Pendakian
Tanjakan

Tanjakan
Akhir
Awal

POTONGAN MEMANJANG

Konstruksi Jalan Raya 1 9


IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian
Lajur Lajur
Serong Serong
Pendakian 1 Pendakian 2

30 45 50 45

TAMPAK ATAS

Jarak Antara dua Lajur Pendakian


Minimal 1.5 km
Pendakian 1

Pendakian 2
Tanjakan 1

Tanjakan 2
Akhir Lajur

Awal Lajur
Akhir

Awal

POTONGAN MEMANJANG

Konstruksi Jalan Raya 1 10


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 11


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal
◼ Untuk menghubungkan dua kelandaian yang
berbeda diperlukan suatu lengkung vertikal.
◼ Lengkung cembung: A
“titik potong
kelandaian berada di L/2
L
atas lengkung”
◼ Lengkung cekung:
“titik potong L

kelandaian berada di L/2

bawah lengkung”

Konstruksi Jalan Raya 1 12


IV. Alinyemen Vertikal

Rumus Dasar
g2 %

◼ Lengkung yang biasa digunakan adalah PTV

lengkung parabola sederhana.


◼ Tinggi titik lengkung ditentukan dengan
persamaan: Y = aX2 + bX + c X^2

E
bX
PPV
PLV Y

X
g1 %
Lv/2 Lv/2
Lv

Konstruksi Jalan Raya 1 13


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal
◼ Y = tinggi lengkung
◼ X = jarak horizontal dari PLV
◼ b = g1 = kelandaian 1
◼ c = tinggi PLV
◼ g2 = kelandaian 2
◼ Lv = panjang lengkung
◼ PLV = awal lengkung
◼ PPV = titik potong kelandaian
◼ PTV = akhir lengkung

Konstruksi Jalan Raya 1 14


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal
◼ Untuk memperoleh Y maka perlu dicari besarnya a,
dengan cara:
❑ Tinggi PTV = Tinggi PPV + g2 x Lv/2
= PPV + g2.Lv/200
❑ Tinggi E = Tinggi PPV + g1 x Lv/2
= PPV + g1.Lv/200
❑ aX2 = Tinggi PTV – Tinggi E
= g2.Lv/200 - g1.Lv/200
= (g2 – g1).Lv/200
❑ X untuk titik PTV = Lv
❑ a.Lv2 = (g2 – g1)Lv/200
❑ a = (g2 – g1)/200.Lv

Konstruksi Jalan Raya 1 15


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal
◼ Lengkung vertikal harus disediakan pada
setiap lokasi yang mengalami perubahan
kelandaian, dengan tujuan :
a. Mengurangi goncangan akibat perubahan
kelandaian, dan
b. Menyediakan jarak pandang henti
◼ Panjang Lengkung (Lv)
❑ Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan
berdasarkan syarat-syarat keamanan,
kenyamanan dan keluwesan bentuk.

Konstruksi Jalan Raya 1 16


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


◼ Panjang minimum lengkung vertikal cembung
yang dapat memenuhi syarat keamanan
adalah yang dapat menyediakan jarak
pandangan yang cukup sesuai syarat jarak
pandangan.
◼ Untuk menentukan panjang lengkung ini ada
dua kemungkinan yang terjadi
❑ Jarak pandang (S) < Panjang lengkung (Lv)
❑ Jarak pandang (S) > Panjang lengkung (Lv)

Konstruksi Jalan Raya 1 17


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


1. Jarak Pandang < Panjang Lengkung (S<Lv)

A S2
Lv =
100  ( 2h1 + 2h2 )
2

Konstruksi Jalan Raya 1 18


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


2. Jarak Pandang > Panjang Lengkung (S>Lv)

Lv = 2S −
(
200 h1 + h2 )
2

Konstruksi Jalan Raya 1 19


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


❑ Lv = panjang lengkung vertikal (m)
❑ A = perbedaan aljabar landai (%)
❑ S = jarak pandang (m)
❑ h1 = tinggi mata pengemudi (=1.05 m)
❑ h2 = tinggi penghalang (m)
◼ h2 = 0.15 m untuk jarak pandang henti
◼ h2 = 1.05 m untuk jarak pandang menyiap

Konstruksi Jalan Raya 1 20


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 21


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cekung


◼ Berbeda dengan lengkung vertikal cembung,
lengkung vertikal cekung panjangnya
ditentukan oleh faktor keamanan pada
malam hari (penyinaran pada malam hari)
dan faktor kenyamanan karena pengaruh
penambahan gaya berat oleh gaya
sentripetal.

Konstruksi Jalan Raya 1 22


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cekung


1. Jarak Pandang < Panjang Lengkung (S<Lv)

A S 2
Lv =
150 + 3.5  S

Konstruksi Jalan Raya 1 23


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cekung


2. Jarak Pandang > Panjang Lengkung (S>Lv)

150 + 3.5  S
Lv = 2S −
A
Konstruksi Jalan Raya 1 24
IV. Alinyemen Vertikal

Kenyamanan
◼ Kenyamanan sebagaimana diketahui adalah
dipengaruhi oleh timbulnya percepatan
sentripetal yang menambah percepatan
gravitasi.
◼ Rumus yang digunakan:
A V 2
Lv =
1300  a
❑ Lv = panjang lengkung vertikal (m)
❑ A = selisih aljabar landai (%)
❑ V = kecepatan (km/jam)
❑ a = percepatan sentripetal (=0.3 m/det2)
Konstruksi Jalan Raya 1 25
IV. Alinyemen Vertikal

Kontrol Bawah Lintasan


◼ Adalah panjang lengkung yang disyaratkan
untuk lintasan dimana terdapat penghalang
bangunan di atas jalan:
1. Jarak pandangan lebih kecil dari panjang lengkung
(S<Lv)
A S
2
Lv =
800  C − 400 (h1 + h2 )
2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang lengkung

800  C − 400(h1 + h2 )
(S>Lv)
Lv = 2  S −
A
Konstruksi Jalan Raya 1 26
IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 27


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 28


IV. Alinyemen Vertikal

Koordinasi Alinyemen
◼ Alinyemen vertikal, alinyemen horisontal dan
potongan melintang jalan arteri perkotaan harus
dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan
suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan
kendaraannya dengan aman dan nyaman.
◼ Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut
diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk
kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat
melakukan antisipasi lebih awal.

Konstruksi Jalan Raya 1 29


IV. Alinyemen Vertikal

Koordinasi Alinyemen
◼ Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen
horisontal harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Lengkung horisontal sebaiknya berhimpit dengan
lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen
horisontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen
vertikal.
2. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung
vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung
vertikal cembung harus dihindarkan.
3. Lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus
dan panjang, harus dihindarkan.
4. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horisontal harus dihindarkan.
5. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang
lurus dan panjang harus dihindarkan.

Konstruksi Jalan Raya 1 30


IV. Alinyemen Vertikal

Koordinasi Alinyemen

Konstruksi Jalan Raya 1 31


IV. Alinyemen Vertikal

Koordinasi Alinyemen

Konstruksi Jalan Raya 1 32


IV. Alinyemen Vertikal

Pemilihan Alternatif Alinyemen


a. Keselamatan dan kenyamanan bagi
pengemudi, penumpang dan pejalan kaki
b. Kesesuaian dengan keadaan topografi,
geografi dan geologi di sekitar jalan
c. Koordinasi antara alinyemen horisontal dan
vertikal
d. Ekonomi dan lingkungan

Konstruksi Jalan Raya 1 33


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung (JPH)

Konstruksi Jalan Raya 1 34


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung (JPM)

Konstruksi Jalan Raya 1 35


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cekung

Konstruksi Jalan Raya 1 36


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cekung

Konstruksi Jalan Raya 1 37


IV. Alinyemen Vertikal

LATIHAN:
Suatu rencana kelandaian jalan + 4% bertemu
dengan kelandaian jalan -5% pada sta. 1+500
dan pada elevasi +325 meter
Rencanakan lengkung vertikal pada pertemuan
kelandaian tersebut jika kecepatan rencana 80
km/jam, berdasarkan jarak pandangan henti.
Hitung tinggi rencana pada sta. 1+400; 1+450;
1+500; 1+550; dan 1+600.

Konstruksi Jalan Raya 1 38


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 39

Anda mungkin juga menyukai