Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PANCASILA

Dosen Pengampu
Dr. H. Metroyadi, S.H, M.Pd
Zain Ahmad Fauzi, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Angela 2310125220081
M. Ajmul Nashir 2310125210076
Musdalifah 2310125320017
Nazwa Azkia Ramadhani 2310125320022
Nur Haliza 2310125320016
Nurlayalia Ramadhini 2310125220059
Nur Inayah 2310125120033
Rakhmadaniati Faznur 2310125220063
Siti Jamilah 2310125320026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2023
DAFTAR TUGAS

NAMA NIM TUGAS


Angela 2310125220081 Meresume subbab B.1 & Pemateri
M. Ajmul Nashir 2310125210076 Meresume subbab A.2 & Pemateri
Musdalifah 2310125320017 Meresume subbab B.4 & Pemateri,
Membuat Makalah
Nazwa Azkia Ramadhani 2310125320022 Meresume subbab B.5 & Pemateri,
Moderator
Nur Haliza 2310125320016 Meresume subbab A.1 & Pemateri
Nurlayalia Ramadhini 2310125220059 Meresume subbab B.6 & Pemateri,
Operator
Nur Inayah 2310125120033 Meresume subbab B.2, & Pemateri,
Membuat PPT
Rakhmadaniati Faznur 2310125220063 Meresume subbab B.3 & Pemateri
Siti Jamilah 2310125320026 Meresume subbab A.3 & Pemateri

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pancasila Sebagai Ideologi Nasional"
ini dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Nya mungkin makalah ini tidak dapat kami
selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila Dalam
Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Metroyadi, S.H, M.Pd. dan Zain
Ahmad Fauzi, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah
membimbing kami dalam belajar dan juga pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang kami miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya.
Akhir kata semoga Makalah "Pancasila Sebagai Ideologi Nasional" bermanfaat bagi
para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi usaha kami.

Banjarmasin, 11 Oktober 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Masalah...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian Asal mula Pancasila..................................................................
1. Asal Mula secara Langsung....................................................................
2. Asal Mula secara Tidak Langsung.........................................................
3. Bangsa Indonesia Ber-Pancasila dalam ‘Tri Prakara’.........................
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila..............................................................
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa........................................
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia...........................
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia...................
4. Pengertian Ideologi Terbuka dan Tertutup..........................................
5. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif...................................
6. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi.................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila telah menjadi ideologi resmi bangsa Indonesia yang telah disahkan oleh
PPKI serta tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Adapun Pancasila terbentuk
melalui proses yang sangat panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Jika ideologi Pancasila
yang diterapkan di Indonesia dibandingkan dengan ideologi-ideologi besar lainnya di dunia,
maka akan nampak suatu perbedaan diantaranya. Dengan membandingkan Pancasila dengan
ideologi-ideologi lain di dunia pada era globalisasi dapat memberikan wawasan yang
berharga mengenai keunggulan dan kelemahan ideologi ini.
Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia berakar pada pandangan hidup serta
budaya bangsa. Sehingga, nilai-nilai Pancasila harus dapat direalisasikan kedalam aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut didasarkan pada suatu
kenyataan secara filosofis dan objektif dimana bangsa Indonesia dalam hidup berbangsa dan
bernegara berdasar pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila.
Pengalaman dari nilai Pancasila merupakan hal yang penting dalam kehidupan
bernegara dikarenakan Pancasila merupakan suatu sendi, asas bahkan aturan hukum tertinggi.
Akan tetapi, kesetiaan warga negara Indonesia terhadap negaranya sendiri terlihat kurang,
terutama dalam tingkah laku dalam melakukan pelanggaran hukum dan rasa nasionalisme
yang lambat laun mulai memudar. Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi bangsa
diharapkan mampu menyaring pengaruh dari luar serta memperkokoh kekuatan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakasud dengan asal mula Pancasila langsung dan tidak langsung?
2. Apa saja kedudukan dan fungsi Pancasila?
3. Apa peranan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa?
4. Apa yang dimkasud dengan Ideologi terbuka dan tertutup?
5. Apa hubungan antara filsafat dan ideologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian asal mula Pancasila langsung dan tidak langsung.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Pancasila.
3. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
4. Untuk mengetahui pengertian ideologi terbuka dan tertutup.
5. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dan ideologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asal Mula Pancasila


Pancasila bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba atau hanya disusun oleh satu
individu saja seperti halnya dengan beberapa ideologi lain di seluruh dunia. Sebaliknya,
Pancasila berjembang melalui proses yang berjangka waktu cukup lama dalam sejarah bangsa
Indonesia dan serta menjadi dasar filosofis dan ideologis bagi negara.
Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, kebudayaan dan nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat
nilai-nilai tersebut dan kemudian dirumuskan serta dimusyawarahkan mufakat berdasarkan
moral yang luhur antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama dan sidang panitia
sembilan. Dari sidang tersebut menghasilkan piagam Jakarta yang memuat Pancasila pertama
kali dan dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum
sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan
kembali yang akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu agar dapat memiliki pengetahuan yang lebih lengkap mengenai proses
terjadinya Pancasila, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas. Maka
secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam, yaitu asal mula secara
langsung dan asal mula secara tidak langsung. Adapun pengertian asal mula tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Asal Mula Secara Langsung
Pengertian asal mula secara ilmiah filsafat dibedakan atas empat macam yaitu: Kausa
Materialis, Kausa Formalis, Kausa Efyicient dan Kausa Finalis (Notonogoro, 1975) (Bagus,
1996: 158). Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, Adapun berkaitan dengan
asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi
kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri negara sejak PPKI sampai
pengesahannya. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut Notanagoro
adalah sebagai berikut:
a.) Asal mula bahan (Kausa Meterialis)
Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila. sehingga Pancasila itu
pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari bangsa
Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Dalam pengertian inilah maka
Pancasila sebagai lokal wisdom bangsa Indonesia.
b.) Asal mula bentuk (Kausa formalis)
Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana bentuk Pancasila
itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Maka asal mula bentuk
Pancasila adalah Ir.Soekarno bersama-sama Drs.Moh. Hatta serta anggota BPUPK lainnya
sebagai pembentuk Negara merumuskan dan membahas a Pancasila terutama dalam hal
bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
c.) Asal mula karya (kausa Effisien)
Kausa effisien atau asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi dasar negara yang sah. Adapun asal mula karya adalah PPKI
sebagai pembentuk,negara dan atas kausa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila
menjadi dasar Negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam sidang Pancasila
(Notonagoro; 1975: 16,17). Berdasarkan pengertian tersebut maka ketiga asas yang
terkandung dalam Pancasila yaitu asas kultural, asas religius dan asas kenegaraan, bukan
merupakan suatu entitas nilai yang berdiri sendiri-sendiri melainkan dalam satu hubungan
yang bersifat koheren, yaitu hubungan kausalitas.
2. Asal Mula Secara Tidak Langsung
Jika ditinjau dari segi kausalitas, asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah asal
mula sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Yang berarti asal mula nilai-nilai
Pancasila yang terdapat pada adat-istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai agama bangsa
Indonesia, dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah Asal mula pancasila
yang terdapat pada kepribadian dan juga pada pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun asal mula tersebut dapat dirincikan sebagai berikut.
a.) Nilai-nilai seperti nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia
sebelum dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara.
b.) Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk sebuah negara, yang terdapat dalam nilai-nilai adat-istiadat, nilai kebudayaan
serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut dijadikan pedoman oleh bangsa Indonesia dalam
memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c.) Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung Pancasila pada
hakikatnya adalah bangsa Indonesia itu sendiri, atau dengan lain kata bangsa Indonesia
sebagai 'Kausa Materialis' atau sebagai asal mula tidak langsung dari nilai-nilai Pancasila.
Demikian tinjauan pancasila dari segi kausalitas, sehingga memberikan kita
pengetahuan dasar bahwa Pancasila itu pada hakikatnya adalah pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk sebuah negara, nilai-nilai
tersebut telah tercermin dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Tinjauan ini juga memberikan bukti secara ilmiah bahwa Pancasila bukan merupakan hasil
perenungan ataupun pemikiran seseorang, atau sekelompok orang bahkan Pancasila juga
bukan hasil sintesis dari berbagai paham besar dunia saja, melainkan nilai-nilai Pancasila
secara tidak langsung telah terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Proses terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia. Dengan demikian kita mendapatkan suatu kesatuan pemahaman
bahwa Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia secara
yuridis, dalam kenyataannya unsur-unsur Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia serta
telah melekat pada bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai-nilai
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Berdasarkan pengertian tersebut maka pada hakikatnya
bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga asas atau "Tri Prakara" yang rinciannya adalah
sebagai berikut:
Pertama : Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara
secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam adat-
istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan),
Kedua : Demikian unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa Indonesia sebagai asas-
asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) (Pancasila Asas Religius),
Ketiga : Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan sebagai cara saksama
oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia Sembilan. Setelah
bangsa Indonesia merdeka rumusan Pancasila calon dasar negara tersebut
kemudian disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia dan
terwujudlah Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila Asas Kenegaraan).
Oleh karena itu, Pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut atau "Tri Prakara"
yaitu Pancasila Asas Kebudayaan, Pancasila Asas Religius, serta Pancasila Asas Kenegaraan
dalam kenyataanya tidak dapat dipertentangkan karena ketiganya terjalin dalam suatu proses
kausalitas, sehingga ketiga hal tersebut pada hakikatnya merupakan unsur-unsur yang
membentuk Pancasila.
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Sebagai objek dari pembahasan ilmiah, Pancasila memiliki ruang lingkup yang sangat
luas, terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Pada hakikatnya, setiap
kedudukan dan fungsi Pancasila memiliki makna serta dimensinya masing-masing, yang
konsekuensinya, aktualisasinya pun juga memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun
hakikat dan sumbernya sama. Demikian pula, Pancasila memiliki pengertian yang berbeda
dengan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian hal ini
berlaku untuk kedudukan dan fungsi Pancasila yang lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila, sebagai titik sentral
pembahasan adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Sesuai dengan kausa finalis Pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara.
Pada hakikatnya, Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Namun, hendaklah
dipahami bahwa asal mula Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, digali dari
unsur-unsur yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri, yaitu
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dari berbagai macam kedudukan dan
fungsi Pancasila, sebenarnya dapat dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi
Pancasila yang pokok, yaitu sebagai dasar negara Republik Indonesia dan sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia.
Namun yang terpenting bagi kajian ilmiah ini adalah bagaimana hubungan secara
kausalitas di antara kedudukan dan fungsi Pancasila yang bermacam-macam tersebut. Oleh
karena itu, kedudukan dan fungsi Pancasila dapat dipahami melalui uraian berikut ini.
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki pengertian yang berbeda dengan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia. Demikian pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila yang lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebenarnya dapat dikembalikan
pada dua macam kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam perjuangan untuk
mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai luhur yang
dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap
kehidupan itu sendiri. Padangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan, baik untuk menata
kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam
sekitarnya.
Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan
pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara. Pandangan hidup bangsa
diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap
hidup pribadi warganya. Dalam negara Pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin
dalam kehidupan negara yaitu Pemerintah terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu
kewajiban pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita cita moral rakyat yang luhur
(Darmodiharjo, 1996 : 35).
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan
akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup Pancasila. Pandangan yang
ada pada masyarakat Indonesia tersebut kemudian menjelma menjadi pandangan hidup
bangsa yang telah terintis sejak zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian Sumpah Pemuda
1928, kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara dalam sidang BPUPKI,
Panitia Sembilan, serta sidang PPKI kemudian ditentukan dan disepakati sebagai dasar
negara Republik Indonesia, dan dalam pengertian inilah maka Pancasila sebagai Pandangan
Hidup Bangsa dan sekaligus sebagai Ideologi Negara.
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158).
Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila
dimanesfestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut didalamnya terkandung konsepsi
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itu, Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena
pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. Dengan
demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika
tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan
keanekaragaman.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi resmi Indonesia. Kata “Pancasila” berasal
dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu “panca” yang berarti lima dan “sila”
yang berarti prinsip atau dasar. Jadi, Pancasila secara harfiah berarti “lima prinsip” .
Pancasila dinyatakan dalam Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 dan kemudian
dijadikan dasar negara Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila
mencerminkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tujuan yang menjadi landasan ideologi negara
Indonesia. Adapun kedudukan pancasila sebagai dasar negara Indonesia itu sangat kuat dan
tidak bisa diganggu gugat. Berikut adalah penjelasan mengenai kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara.
a.) Tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pancasila secara resmi dijadikan dasar negara Indonesia dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan bahwa negara Indonesia mendirikan atas dasar Pancasila. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia mendirikan at dasar
Pancasila. Hal ini menegaskan kedudukan Pancasila sebagai pijakan utama dalam konstitusi
Indonesia .
b.) Konstitusi yang Tidak Dapat Diganggu Gugat
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi tertulis yang memiliki kedudukan
dan kekuatan hukum tertinggi di Indonesia. Dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar
1945 disebutkan bahwa Pancasila merupakan asas tunggal negara dan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada lembaga atau pihak manapun yang
mempunyai kewenangan untuk mengubah atau menggantikan Pancasila sebagai Dasar
Negara.
c.) Keputusan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Indonesia (MK) telah menegaskan dan memperkuat kedudukan
Pancasila sebagai Dasar Negara dalam keputusan-putusannya. Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa perubahan terhadap Pancasila hanya dapat dilakukan melalui mekanisme
amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan oleh MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat) .
d.) Keberadaan dan Pengamalan Sehari-hari
Pancasila bukan sekedar simbol atau dokumen formal, tetapi juga harus tercermin
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Pancasila menjadi acuan dalam berbagai
bidang, seperti pendidikan, politik, hukum, sosial, ekonomi, dan budaya. Pengamalan nilai-
nilai Pancasila menjadi tanggung jawab semua warga negara Indonesia .
e.) Bendera dan Lambang Negara
Pancasila secara visual juga menjadi bagian yang penting dalam simbol-simbol
nasional Indonesia. Lambang negara Garuda Pancasila dan Bendera Merah Putih
menunjukkan keberadaan Pancasila sebagai Dasar Negara yang dihormati dan dijunjung
tinggi.
Dengan demikian, Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tak tergoyahkan
sebagai Dasar Negara Indonesia. Landasan Pancasila menjadi moral, ideologi, dan identitas
nasional yang menjadi pijakan untuk membangun masyarakat yang adil, beradab, dan
demokratis.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Ideologi merupakan sebuah konsep yang selalu menarik untuk dikaji karena akan
menyentuh persoalan-persoalan yang fundamental dan aktual. Fundamental karena hampir
semua bangsa dan seluruh hidup dan kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
ideologi. Aktual karena pembicaraan, diskusi dan kajian terhadap ideologi tidak pernah usang
dan ketinggalan jaman. Oleh karena itu, setiap individu sebisanya mengerti dan memahami
arti, fungsi, dan karakteristik ideologi. Pemahaman dan pengertian ini tidak hanya terbatas
pada ideologi yang diyakini kebenarannya, tetapi juga yang diyakini oleh orang lain.
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti ‘gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita’ dan kata ‘logos’ yang beararti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari bahasa Yunani
yaitu ‘eidos’ yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata ‘idein’ yang artinya ‘melihat’.
Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas),
atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehan-hari, ‘idea’
disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat
tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan
dasar, pandangan atau faham. Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu
sebenarnya merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena adanya cita-cita yang ingin
dicapai. Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan atas suatu landasan, asas atau dasar yang
telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide,
pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara istilah ‘idea’ pertama kali di pakai dan dikemukakan oleh
seorang Perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1795. Seperti halnya Leibnitz, de Tracy
mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistern pengetahuan. Apabila Leibnitz
menyebutkan impian-impiannya sebagai ‘one great system of truth’, dimana tergabung segala
cabang ilmu dan segala kebenaran ilmu, maka de Tracy menyebutkan ‘ideologie’, yaitu
‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional
dalam masyarakat Perancis. Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai suatu khayalan
belaka, yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak
akan menemukan kenyataan (Pranarka, 1985).
Perhatian kepada konsep ideologi menjadi berkembang lagi antara lain karena
pengaruh Karl Marx. Ideologi menjadi vokabular penting di dalam pemikiran politik maupun
ekonomi. Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelasas sosial tertentu dalam bidang politik atau
sosial ekonomi. Dalam arti ini, ideologi menjadi bagian dari apa yang disebutnya Uberbau
atau suprastruktur (bangunan atas) yang didirikan di atas kekuatan-kekuatan yang memiliki
faktor-faktor produksi yang menentukan coraknya dan karena itu mencerminkan suatu pola
ekonomi tertentu. Oleh karena itu kadar kebenarannya relatif, dan semata-mata hanya untuk
golongan tertentu. Dengan demikian maka ideologi lalu merupakan keseluruhan ide yang
relatif, karena itu mencerminkan kekuatan lapisan tertentu.
Disamping beberapa pengertian di atas, terdapat banyak lagi pengertian ideologi yang
dikemukakan oleh para pakar, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Ideologi adalah sebagai kompleksitas pengetahuan dan nilai, yang sacara keseluruhan
menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat), untuk memahami jagat raya dan bumi
seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk mengelolanya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya, seseorang menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang
dinilai baik dan tidak baik. (Poespowardojo, 1992: 47).
2. Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol kelompok masyarakat
atau suatu bangsa, yang menjadi pegangan dan pedoman kerja atau perjuangan, untuk
mencapai tujuan masyarakat bangsa itu (Mubyarto, 1992: 239).
3. Ideologi adalah keharusan untuk melaksanakan dalam sikap, perilaku dan perbuatan
penganutnya, kemudian juga usaha dapat diundangkannya secara legal, dan dihubungkan
dengan suatu badan kelembagaan, yang didirikan untuk merealisasikan pola kepercayaan
trsebut (Tjokroamidjojo, 1992: 285).
4. Ideologi sebagai seperangkat gagasan, yang menjelaskan atau melegalisasikan tatanan
sosial, struktur kekuasaan, atau cara hidup, dilihat dari segi tujuan, kepentingan atau status
sosial dari kelompok atau kolektivitas, di mana ideologi itu muncul. (Newman, 1973: 52).
5. Ideologi merupakan seperangkat asumsi dasar, baik normatif maupun empiris, mengenai
sifat dan tujuan manusia atau masyarakat, agar dapat dipakai untuk mendorong serta
mengembangkan tertib politik. Dengan demikian ideologi merupakan seperangkat prinsip
pengarahan (guiding principle) yang dijadikan dasar. Memberi arahan dan tujuan yang akan
di capai di dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan negara, serta
mencakup seluruh aspek eksistensi manusia (Anthony dalam Cheppy dan Suparlan, 1982).
Dari berbagai pengertian Ideologi seperti dikutip di atas, dapat disimpulkan bahwa
ideologi merupakan seperangkat ide dasar masyarakat, bangsa, yang dijadikan pengangan,
dalam meencapai tujuan atau cita-cita bersama. Ada beberapa karakteristik yang terdapat
dalam Ideologi sebagai pandangan masyarakat. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis;
2. Ideologi memiliki jangkauan yang luas, beragam dan terprogram;
3. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan;
4. Ideologi memiliki pola pemikiran yang sistematis;
5. Ideologi cenderung eksklusif, absolut dan universal;
6. Ideologi memiliki sifat empiris dan normatif;
7. Ideologi dapat dioperasionalkan dan didokumentasikan konseptualismenya; dan
8. Ideologi biasanya terjalin dalam gerakan-gerakan politk. (Hidayat, 2001: 83).
Oleh sebab itu maka ideologi dengan karakteristik tersebut memiliki beberapa fungsi
antara lain, sebagai:
a. Norma-norma yang menjadi pedoman bagi individu, masyarakat, atau bangsa untuk
melangkah dan bertindak;
b. Kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat dan bangsa,
untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan;
c. Sebagai upaya untuk menghadapi berbagai persoalan yang sedang dan akan dihadapi
seseorang, masyarakat, dan bangsa di segala aspek kehidupan.
Oleh sebab itu Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia, pada hakikatnya,
merupakan suatu hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang. Karena
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta nilai religius, yang terdapat
dalam pandangan hidup masyaraakat Indonesia.
Selanjutnya pengertian ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide-ide, keyakinan, serta
kepercayaan yang bersifat sistematis, yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti:
a. Bidang politik ( termasuk bidang pertahanan dan keamanan)
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan
Sedangkan pengertian ideologi dalam arti cita-cita negara, atau cita-cita, yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan, untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan, pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri
sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagi nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu dia merupakan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pandangan hidup
yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dan dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Dengan demikian makna ideologi dalam negara dan bangsa, adalah sebagai kesatuan
dari gagasan, cita-cita dan ide-ide dasar dari segala aspek kehidupan manusia, di dalam
berkehidupan berkelompok. Peran dan posisi ideologi pada suatu negara sangat penting,
karena dia menggambarkan dasar negara, tujuan negara, sekaligus proses pencapaian tujuan
negara.
Bagi negara Indonesia, tujuan negara secara material dirumuskan sebagai “ ...
melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia … “, harus
diarahkan kepada terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam
keadilan, sesuai dengan semangat dan nilai-nilai ideologi Pancasila. Demikian juga dengan
proses pencapaian tujuan tersebut serta perwujudannya, dari mulai perencanaan, pengembilan
kebijakan, keputusan politik, tetap harus memperhatikan dimensi-dimensi yang tercermin
dalam watak dan wawasan Pancasila.
Dengan demikian, makna ideologi Pancasila bagi negara jelas, yakni sebagai
keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilainilai bangsa Indonesia, yang secara
normatif perlu diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Sedangkan penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “
Politik”. Oleh sebab itulah sering terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk merebut kekuasaan.
Dapat diketahui, bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
bukan hanya merupakan hasil pemikiran, atau perenungan oleh seseorang atau oleh
sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia ini, namun Pancasila diangkat
dari nilai-nilai yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan, dalam nilai religius,
yang ada sejak negara ini belum berdiri. Pancasila juga pada hakikatnya adalah untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri-ciri khas dari
pancasila itulah, maka dia memiliki kesesuaian dengan semua bangsa Indonesia.
3. Pengertian Ideologi Terbuka dan Tertutup
Ideologi merupakan sebuah sistem pemikiran (system of thought) yang kemudian
terbagi menjadi ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Adapun kedua ideologi ini
berhubungan dengan pendekatan terhadap suatu pandangan atau keyakinan politik.
a.) Ideologi Terbuka
didalam ideologi terbuka hanya berisi tentang orientasi dasar, sedangkan
penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan serta norma-norma sosial-politik selalu dapat
dipertanyakan dan disesuaikan kepada nilai dan prinsip moral yang tidak dapat ditentukan
secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. dengan sendirinya ideologi
terbuka bersifat inklusif atau tidak totaliter serta tidak dapat dipakai sebagai pengakuan
kekuasaan suatu golongan. Ideologi terbuka hanya dapat mengada dalam sistem yang
demokratis (Mustaqiem, 2013: 65).
Adapun di dalam ideologi terbuka memiliki berbagai macam ciri-ciri yang khas yaitu
diantaranya:
1.) Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakatnya.
2.) Nilai serta cita-citanya berasal dari masyarakatnya sendiri.
3.) Merupakan hasil dari musyawarah dan konsensus masyarakat.
4.) Memiliki isi yang tidak oparasional karena tidak menjabarkan konstitusi perundangan.
5.)Terbuka terhadap perubahan akan tetapi tetap berintegritas.
6.) Cita-cita yang terwujud tidak dipengaruhi oleh paksaan elite penguasa.
b.) Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup merupakan ajaran maupun pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik serta sosial yang ditetapkan sebagai
kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan, melainkan harus dapat diterima sebagai sesuatu
yang sudah jadi dan harus dipatuhi (Emron, dkk., 1994: 14).
Kebenaran dari suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-
nilai dan prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat
diubah maupun dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi tidak
mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain. Ideologi tertutup bersifat dogmatis yang
berarti mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid (fanatik) sedangkan apriori berarti
berprasangka lebih dahulu akan suatu keadaan (berasumsi). Ideologi tertutup tersebut juga
bersifat dipaksakan dan harus dipatuhi yang berlaku kepada setiap masyarakat yang atur oleh
golongan elit tertentu. Hal ini juga bersifat otoriter serta dijalankan dengan cara totaliter
yang berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan (Mustaqiem, 2013: 68).
Adapun di dalam ideologi tertutup memiliki berbagai ciri-ciri yang khas yaitu
diantaranya:
1.) Merupakan cita-cita kelompok yang mendasari program pembaharuan masyarakat.
2.) Mengorbankan sesuatu demi kepentingan ideologi masyarakatnya.
3.) Terdiri atas tuntutan konkret dan operasional yang mutlak.
4.) Ketaatan yang mutlak bahkan kadang menggunakan kekuatan dan kekuasaan.
Tanda pengenalan lain mengenai ideologi tertutup adalah bahwa isinya bukan hanya
berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan intinya terdiri dari tuntutan yang konkret
dan operasional.Yang berlaku bagi ideologi tertutup maka tidak berlaku bagi ideologi
terbuka.
4. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Dalam segi sosiologis, Karl Mannheim membedakan dua macam kategori ideologi
yaitu ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.
a.) Ideologi Partikular
Ideologi ini didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn secara
sistematis dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
Adapun contoh dari ideologi partikular adalah seperti ideologi komunis yang membela kelas
proletary serta ideologi liberalis yang hanya memperjuangkan kebebasan individu saja.
b.) Ideologi Komprehensif
Ideologi ini didefinisikan sebagai suatu system pemikiran yang menyeluruh mengenai
semua aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan
untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu. Akan
tetapi, ideologi komprehensif tetap berada dalam batasan-batasan yang realistis dan berbeda
dengan ideologi ‘utopia’ yang hanya berisi gagasan-gagasan besar namun hampir tidak
mungkin dapat ditransformasikan dalam kehidupan praksis.
Dari kedua ideologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ideologi pancasila
berada ditengah-tengah antara ideologi partikular dan ideologi komprehensif yang artinya
ideologi pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta
ideologi pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa
Indonesia yang mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam
masyarakat yang bersifat majemuk.
6. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai yang
secara epistemologis menjadi landasan atau pedoman bagi manusia dalam memandang
realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara, serta menjadi pedoman bagi
manusia dalam memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan. Dalam pengertian ini,
filsafat telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang menyangkut
praksis, karena dijadikan landasan dalam menata kehidupan manusia atau masyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan. Artinya filsafat telah berubah dan menjadi sebuah ideologi.
Ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh
saling menjalin menjadi suatu sistem pemikiran (System of thought) yang logis, dengan
bersumber kepada filsafat. Dengan kata lain, ideologi sebagai suatu system of thought
mendapatkan nilai, norma, dan cita-cita dari filsafat yang bersifat mendasar dan nyata untuk
diwujudkan, artinya secara potensial dapat menimbulkan pengaruh positif karena mampu
menciptakan dinamika masyarakat ke arah kemajuan. Ideologi juga dapat disebut sebagai
konsep operasionalisasi dari suatu pandangan atau filsafat, berupa norma ideal yang
mendasari ideologi dan diekspresikan dalam perilaku, kelembagaan sosial, politik, ekonomi,
pertahanan, keamanan dan sebagainya. Oleh karena itu, Filsafat menjadi landasan dan sumber
perumusan ideologi, yang mencakup juga strategi dan doktrin dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; termasuk menentukan
sudut pandang dan sikap dalam menghadapi berbagai aliran atau sistem filsafat yang lain.
Dari uraian dapat dilihat bahwa persoalan ideologi bukan hanya mengenai kefilsafatan
saja tetapi juga sekaligus menyangkut persoalan praksis. Ideologi memiliki kadar
kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan norma, dan sekaligus praksis karena menyangkut
operasionalisasi, strategi dan doktrin. Ideologi juga menyangkut hal-hal berdasarkan satu
ajaran menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, yang ditentukan secara konkrit
bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak. Ideologi tidak hanya menuntut agar setiap
orang bertindak adil, saling tolong-menolong, saling menghormati antara sesama manusia,
lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan dan sebagainya, melainkan ideologi akan menuntut ketaatan kongkrit, harus
melaksanakan ini atau itu, dan bahkan seringkali menuntut dengan mutlak orang harus
bersikap dan bertindak.
Dari tradisi sejarah filsafat Barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti
liberalismne, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun naziisme dan fasisme, adalah
bersumber kepada aliran-aliran filsafat yang berkembang di sana. Persepsi mengenai
kebebasan yang tumbuh pada zaman Renaisance dan Aufklarung mengakibatkan tumbuh dan
berkembangnya ideologi liberal dan kapitalis di Barat. Demikian pula dengan pemikiran-
pemikiran Karl Marx dan Engels yang historis materialistik dan dialektik telah menumbuh
suburkan ideologi marxisme/Leninisme/komunisme di negara-negara sosialis komunis.
Begitu pula dengan pemikiran Nietzche tentang Ulbermenshe (superman) dan Wille zur
Macht (kehendak untuk berkuasa) telah mendorong Hitler untuk mengembangkan Naziisme
yang militeristis. Namun harus dikemukakan pula adanya aliran-aliran filsafat terutama yang
timbul di Barat tidak berfungsi sebagai ideologi dalam suatu negara. Begitu pula juga negara-
negara yang tidak menganut pada suatu ideologi tertentu. Hanya unsur-unsur suatu aliran
filsafat yang dikembangkan secara aktif, sistematis dan dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menjelma menjadi ideologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan ideologi nasional Indonesia yang memiliki akar sejarah yang
dalam dan peran yang sangat penting dalam pembentukan dan pengelolaan negara. Asal mula
Pancasila terletak pada gagasan Soekarno dalam pidatonya pada tahun 1945, yang
menggabungkan nilai-nilai budaya, agama, dan filosofi yang ada di Indonesia menjadi lima
sila atau prinsip dasar. Pancasila memiliki kedudukan yang ditetapkan sebagai dasar negara
dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang berarti bahwa semua hukum dan kebijakan harus
sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Fungsi Pancasila meliputi membentuk identitas nasional,
menjadi dasar negara, menjamin kebebasan dan kesetaraan, mempromosikan harmoni sosial,
dan memberikan panduan dalam perumusan kebijakan.
Pancasila bukan hanya sekadar ideologi, tetapi juga menjadi katalisator untuk
kesatuan, keadilan, dan kesejahteraan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila membantu
mengintegrasikan keberagaman budaya dan agama dalam suatu entitas bangsa yang kokoh.
Oleh karena itu, Pancasila tidak hanya memainkan peran penting dalam politik dan
pemerintahan, tetapi juga dalam membentuk karakter dan sikap positif warga negara
Indonesia. Dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman, Pancasila tetap menjadi pilar
utama yang mengikat bangsa Indonesia dalam semangat persatuan, keberagaman, dan
kemajuan menuju masa depan yang lebih baik.
B. Saran
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat menggambarkan identitas bangsa Indonesia.
Pancasila dijadikan sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia dalam bertindak maupun dalam
menggambarkan jati diri bangsa karena merupakan Dasar Negara Republik Indonesia.
Sebagai identitas nasional, Pancasila hendaknya dapat membuat bangsa Indonesia disegani
oleh dunia Internasional.
Nilai-nila dari Pancasila hendaknya dapat diterapkan secara utuh oleh masyarakat
Indonesia kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama pada kalangan mahasiswa.
Karena mahasiswa merupakan ‘agen of change’ didalam kehidupan bermasyarakat yang
mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan penerapan nila-nilai Pancasila
maka dapat meminimalisir sebuah konflik perbedaan serta dapat menyatukan bangsa
Indonesia kedalam kesatuan yang utuh, sehingga dapat menggambarkan identitas suatu
bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila, Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai Pancasila,


Rasa Kebangsaan dan Cinta Tanah Air. Yogyakarta: Paradigma.
Notonogoro. 1975. Pemboekaan Oendang-Oendang Dasar 1945 (Pokok Kaidah
Fundamentil Negara Indonesia. Pidato Dies Natalis 11. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Darmodihardjo darji, dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum
Indonesia. Jakarta; Rajawali.
Nurwardani, Paristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Offset.
Kaderi, A. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin: IAIN Antasari
Press.
Mustaqiem. 2013. Pendidikan Pancasila, Ideologi Negara Indonesia dalam Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara. Yougyakarta: Buku Litera.

Anda mungkin juga menyukai