Anda di halaman 1dari 12

Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

PENDAHULUAN

Maritim : Potensi Kejayaan yang Terlupakan, Nelayan Kurang Perhatian

Indonesia lahir, besar dan pernah berjaya sebagai bangsa maritim. Statemen

tersebut tidak berlebihan melihat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di

dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.504 pulau. Tercatat, luas daratan NKRI

sebesar 1,9 km2 dan luas laut mencapai 5,8 juta km2 dengan panjang pantai 104.000

km. Potensi laut dan perikanan Indonesia selama ini memang sangat besar, luas

lautannya yang terdiri dari Laut Teritorial seluas 0,3 juta km 2, Laut Nusantara di

antara kepulauan Indonesia seluas 2,6 juta km 2, ditambah dengan Zona Ekonomi

eksklusif Indonesia seluas 2,9 juta km2 untuk eksplorasi, eksploitasi, dan pengolahan

sumber daya hayati dan non hayati.1

Allah Subhanahuwata’ala, di dalam Al-Qur’an menyebutkan kata ‫ر‬11‫( بح‬laut)

sebanyak 41 kali di 40 ayat. Sedangkan kata ‫( اْلَبِّر‬daratan) disebutkan sebanyak 11x di

11 ayat, dan 8 diantaranya disebutkan secara bersamaan dengan kata ‫ر‬11‫ بح‬/ laut.

Secara tersirat, jumlah pengulangan kata laut yang jauh lebih banyak tersebut

mengajak kita untuk “membaca” pesan Allah yang ada di lautan, menganjurkan

manusia untuk mencari rezeki di laut, memakmurkan kehidupan di bumi yang

bersumber dari potensi kelautan dan mengintegrasikannya dengan perekonomian di

daratan.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki

pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan

maritim yang besar di bawah Kerajaan Sriwijaya kemudian Majapahit. Puncak

kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478 M). Di

bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil
1
sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka tahun 2011
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

menguasai dan mempersatukan Nusantara. Pengaruhnya hingga ke negara-negara

asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina Selatan

dan Indochina.2 Selain itu, banyak bukti prasejarah ditemukan di pulau Muna, Seram

dan Arguni yang diperkirakan merupakan hasil budaya Nusantara sekitar tahun

10.000 SM (Sebelum Masehi). Bukti sejarah tersebut berupa gua yang dipenuhi

lukisan perahu layar. Ada pula peninggalan sejarah sebelum masehi lainnya berupa

bekas-bekas kerajaan Marina di Madagaskar yang didirikan oleh perantau dari

Nusantara. Kekuatan maritim nusantara pada waktu itu tercermin dengan kemampuan

membuat armada tangguh dan mampu berlayar kurang lebih hingga 6.500 km yang

merentang antara Indonesia hingga Madagaskar.3

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, pada abad ke 17, masyarakat Indonesia

mulai dibatasi untuk berhubungan dengan laut, misalnya larangan berdagang selain

dengan pihak Belanda / VOC, dan adanya aturan tanam paksa. 4. Dengan demikian,

visi dan semangat kemaritiman perlahan tapi pasti mulai terkikis. Dampak dari hal

tersebut masih dirasakan hingga kini dimana kecenderungan pembangunan nasional

lebih menitikberatkan pada sektor agraris. Padahal 70% wilayah Indonesia adalah laut

dan 60% penduduknya tinggal di daerah pesisir (161 juta jiwa dari 250 juta penduduk

Indonesia).5

Angin segar mulai dirasakan setelah adanya tawaran dari Presiden RI, Susilo

Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB Rio+20

di Rio de Janeiro, Brasil, Juni 2012, tentang gagasan akan perlunya dikembangkan

blue economy dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Gagasan tersebut

2
Muh. Nurdin, dkk. Mari Belajar IPS. 2008. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional hal 185
3
Djoko Pramono.2005.Budaya Bahari. Jakarta : Gramedia Pustaka. Hal 3-4
4
Muh. Nurdin, dkk. Mari Belajar IPS. 2008. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional hal 230
5
BPS 2011
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

berisi ajakan kepada dunia agar berpaling ke laut dan guna mendorong kesadaran

global terhadap pengelolaan laut dan sumber daya pesisir. 6 Tawaran tersebut

kemudian dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikananan Republik

Indonesia dengan menyusun Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi

Biru pada bulan Desember tahun 2012.7Model ekonomi biru yang ditawarkan

memiliki 8 (delapan) strategi pengembangan yaitu pada sektor perhubungan laut,

industri kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi dan sumberdaya mineral,

bangunan kelautan, jasa kelautan, lintas sektor bidang kelautan. Konsep yang

digunakan dalam model tersebut mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja

sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi

justru memperkaya alam (shifting from scarcity to abundance), limbah dari yang satu

menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam

ekosistem menjadi seimbang, energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa

ekstraksi energi eksternal, bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk

mengalirkan nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan

kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya.

Kebijakan yang dikemukakan diatas diharapkan dapat menjawab persoalan

perekonomian bangsa dan dapat menopang Pembangunan Nasional. Akan tetapi,

sangat disayangkan ternyata kebijakan tersebut disusun dengan tindak lanjut

pembukaan investasi dan perdagangan bebas di ranah kelautan dan perikanan

Nusantara. Padahal, dominasi investasi asing dan integrasi perdagangan bebas hingga

saat ini telah melemahkan daya saing perekonomian Indonesia, dilihat dari kian

membanjirnya produk impor, dan berdampak pada neraca perdagangan yang semakin

6
Publikasi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia melalui www.setkab.go.id edisi 3 Januari 2013
7
Laporan Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan Tahun 2012
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

defisit.8 Selain itu, dalam konsep Ekonomi Biru yang diajukan oleh KKP tersebut

juga terdapat hal-hal prinsip yang bertolak belakang. Di satu sisi memperhatikan pada

aspek kelestarian lingkungan, akan tetapi pada aspek tawaran investasi bisnisnya

mengarah pada rencana eksploitasi pertambangan yang berada di wilayah laut secara

besar-besaran. Kegelisahan tersebut diperparah dengan ditetapkannya pembatasan

atau pengurangan subsidi bahan bakar solar bagi nelayan sebanyak 20% oleh BPH

Migas per tanggal 4 Agustus 2014 kemarin. Keadaan alam akhir akhir ini yang kurang

bersahabat dengan besarnya angin dan ombak di laut, membuat berkurangnya hasil

tangkapan ikan ditambah dengan pengurangan subsidi bahan bakar membuat banyak

nelayan mengalami krisis keuangan. Akibatnya, tidak sedikit terjadi kasus pencurian

solar yang dilakukan oleh oknum pedagang maupun oleh nelayan itu sendiri. 9 Selain

itu, kenaikan anggaran untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk 2014 yang

mencapai Rp5,60 triliun ternyata tidak terhubung langsung dengan masyarakat

nelayan tradisional. Sekjen Kiara (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) Abdul

Halim mengatakan hanya sekitar 0,01% anggaran yang dipergunakan untuk

kepentingan nelayan atau sekitar Rp258 miliar10

Oleh karena itu, keputusan yang diambil oleh pemerintah tersebut masih

diperlukan evaluasi dan pengembangan dalam sudut pandang yang lebih holistik dan

lebih ramah nelayan. Pada tulisan ini, mencoba mengkaji aksiologi prinsip-prinsip

ekonomi Islam untuk Indonesia sebagai Negara maritim yang ramah nelayan. Dari

sini diharapkan munculnya gagasan serta wawasan yang dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan kebijakan perekonomian Nasional kedepan.

PEMBAHASAN

Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan


8
Lihat Neraca Perdagangan RI, Kementerian Perdagangan RI di www.kemendag.go.id
9
Sumber : berita liputan 6 SCTV dan radio 94,8 MHz
10
Metronews.com 7 Januari 2014
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

A. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Begitu besarnya potensi dan kekayaan yang dimiliki Indonesia yang justru tidak

terefleksikan dengan kemakmuran rakyatnya, mencerminkan adanya salah urus dalam

mengelola bumi pertiwi ini. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk sejenak

melakukan sebuah koreksi, membuka mata, menengok kembali ajaran-ajaran Islam

yang banyak diabaikan untuk kembali dikaji dan dikembangkan demi kemashlahatan

bersama.

Pertimbangan ulang atas prinsip-prinsip ekonomi yang digunakan sebagai pijakan

awal dalam membangun sebuah Negara Maritim dirasa sangat krusial dan penting

guna memakmurkan nusantara ini. Sebab dari prinsip-prinsip dasar itulah sebuah

kebijakan akan dibentuk, kemudian ia bekerja dan menimbulkan multiplayer efek di

berbagai lini.

Adapun prinsip-prinsip ekonomi Islam yang akan dibahas dan ditawarkan sebagai

wacana perbaikan pembangunan kemaritiman Indonesia dalam makalah ini mengacu

pada pendapat yang dikemukakan oleh Umer Chapra. Terdapat tiga prinsip dasar

ekonomi Islam yang ia tawarkan adalah sebagai berikut; a). Ketauhidan, b). Khilafah

dan c). Keadilan. Tiga prinsip tersebut tidak bisa dipisahkan, dikarenakan saling

berkaitan untuk terciptanya prekonomian yang baik dan stabil. Teologi (Allah) harus

digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan

kebutuhan (need fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of

earning), distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata (equitable distribution

of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

1. Prinsip Tauhid
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

Fondasi tauhid yaitu manusia menyadari bahwa tidak ada pemilik langit, bumi dan

isinya melainkan Allah Ta’ala, karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya
11
termasuk satu-satunya pemilik manusia seluruhnya dan segala sumber daya yang

ada. Oleh karena itu, Allah adalah pemilik yang hakiki, sedangkan kepemilikan oleh

manusia sifatnya adalah amanah sekaligus ujian. Dalam Islam, segala sesuatu tidak

diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan. 12 Tujuan diciptakannya manusia

adalah untuk beribadah kepada Allah.13 Karena itu segala aktivitas manusia dalam

hubungannya dengan alam / sumber daya dan manusia (muamalah) dibingkai dalam

kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepadaNya kita akan

mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi dan

bisnis.14

2. Prinsip ‘Adl (Keadilan)

Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. 15 Dalam

Islam, adil didefinisikan sebagai “tidak menzalimi dan tidak dizalmi”. Implikasi

ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak diperkenankan untuk

mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam.

Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan.

Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi

manusia atas manusia.16 Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar

daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya. 17

11
QS 6 : 1-3.
12
QS 23 : 115
13
QS 51 : 56
14
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 35
15
QS 49:9, 60:8, 31;17, 3:104, 8:73, 8:25
16
QS 25:20
17
QS 89:20
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

3. Nubuwwah

Karena kasih sayang Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa

mendapatkan bimbingan. Karena itu diutuslah para nabi dan rasul untuk

menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang

baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali ke asal muasal

segalanya, yaitu Allah subhanahuwata’ala. Fungsi rasul adalah untuk menjadi

model terbaik yang harus diteladani manusia, agar mendapatan keselamatan di dunia

dan di akhirat.18 “Manusia model” yang diutus oleh Allah untuk generasi terakhir

menjelang kiamat adalah Nabi Muhammad saw. Beliau memiliki sifat-sifat yang

seyogyanya kita jadikan acuan utama.

a. Siddiq (benar, jujur)

Dari konsep sidiq muncul konsep turunan khas ekonomi dan bisnis, yakni

efektifitas (mencapai tujuan yang tepat dan benar) dan efisiensi (melakukan

kegiatan dengan benar, menggunakan metode yang tidak menyebabkan

kemubaziran).

b. Amanah (tanggung jawab, kredibel)

Syarat tercapainya keinginan untuk berjumpa dengan Yang Maha Benar

adalah kita harus berada dalam keadaan yang ridha dan diridhai. 19 Sedangkan cara

agar kita diridhaiNya adalah dengan memenuhi atau menepati amanah yang telah

dipikulkan kepada kita. Sifat amanah akan membentuk kredibilitas tinggi dan

sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu yang memilikinya. Kumpulan

individu dengan sifat amanah akan melahirkan masyarakat yang kuat, karena

18
QS 33:21
19
QS 89:28.
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

dilandasi dengan kepercayaan antar anggotanya. Sifat amanah memainkan

peranana yang penting dan fundamental dalam ekonomi dan bisnis.

c. Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas)

Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan kepada manusia

adalah akal (intelektualitas). Karena itu Allah dalam Alqur’an selalu menyindir

orang-orang yang menolak seruan untuk kembali (taubat) kepada-Nya dengan

kalimat “Apakah kamu tidak berfikir?”, “Apakah kamu tidak menggunakan

akalmu?”. Dan orang yang paling bertakwa justru adalah orang yang paling

mengoptimalkan potensi fikirnya.20 Bahkan peringatan paling keras adalah “dan

Allah menimpakan kemurkan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan

akalnya.21

Implikasi ekonomi dan bisnis dari sifat ini adalah bahwa segala aktivitas

harus dilakukan dengan ilmu, kecerdikan dan pengoptimalan semua potensi akal

yang ada untuk mencapai tujuan. Jujur, pintar, dan tanggung jawab saja tidak

cukup untuk berekonomi dan bisnis. Para pelaku harus pintar dan cerdik supaya

usahanya efektif dan efisien, dan agar tidak menjadi korban penipuan.

Bandingkan ini dengan konsep manajemen work hard vs work smart. Dalam

ekonomi Islam tidak ada dikotomi antara keduanya, karena yang dituntunkan

adalah work hard and smart.22

d. Tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran)

Jujur, cerdas, bertanggung jawab dan amanah dirasa tidak lengkap jika tidak

disempurnakan dengan sifat terbuka, pandai mengkomunikasikan segala


20
“yang paling takut diantara hambaKu adalahpara ulama” (QS 35:28)
21
QS 10:100
22
Adiwarman, 38-39.
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

sesuatu dan pandai mengajak (tabligh). Sifat ini bila sudah mendarah daging

di setiap muslim, apalagi yang bergerak dalam bidang ekonomi dan bisnis,

akan menjadikan setiap pelaku ekonomi dan bisnis sebagai pemasar-pemasar

yang tangguh dan lihai. Karena sifat tabligh merupakan prinsip-prinsip ilmu

komunikasi (personal maupun masal), pemasaran, penjualan, periklanan,

pembentukan opini massa, open management, iklim keterbukaan dan lain-lain

B. Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Utuk Indonesia Maritim Ramah


Nelayan
Aksiologi / manfaat dari adanya prinsip ini dalam pengambilan kebijakan

pengelolaan maritim Indonesia adalah berupa :

1. Kesadaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam.

Kesadaran untuk menunaikan amanah secara sungguh-sungguh dan benar

sesuai amanah yang diberikan. Kesadaran dalam menunaikan amanah secara

benar dan sungguh-sungguh adalah buah dari prinsip Aqidah, keadilan, dan

Amanah.Karena dengan mengetahui bahwa sejatinya hidup ini adalah milik Allah

SWT dan akan kembali serta dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT

menjadikan akan timbul kesadaran dan kehati-hatian dalam menjalankan amanah

sebagai suatu kewajiban dan sebagai suatu ujian.

2. Kebijakan Dalam Balutan Prinsip-Prinsip Islam.

Kebijakan yang diambil lebih untuk kepentingan dan kesejahteraan orang

banyak khususnya para pelaku kegiatan kelautan, dan tidak akan ada lagi
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

keinginan untuk menguntungkan diri pribadi.Hal ini dapat diaktualisasikan pada

beberapa kebijakan sebagaimana berikut :

a. Kebijakan Tarif BBM Khusus Bagi Nelayan.

Sebagaimana telah diuaraikan pada bagian sebelumnya bahwa potensi

ekonomi di laut begitu besar, menjadikan perlu adanya perhatian khusus

dalam mengembangkan aspek ekonomi di bidang kelautan.

Perhatian khusus tersebut diejawantahkan yang salah satunya dengan

membuat tarif khusus bahan bakar minyak bagi nelayan pada khususnya dan

bagi bidang kelautan lainnya pada umumnya. Tarif khusus yang dimaksud

disini adalah harga yang lebih murah dari harga bahan bakar minyak untuk

bidang lainnya. Dengan demikian biaya operasional nelayan bisa lebih

ditekan, sehingga diharapkan penghasilan nelayan dapat meningkat dan

sesuai Standart Hidup Layak yang ada.

b. Kebijakan Upah Minimum Anak Buah Kapal (UPMABK).

Masih dalam prinsip aqidah, berkeadilan, mensejahterakan, keterbukaan,

dan keadilan dalam kebijakan pengelolaan marintim Indonesia adalah

kebijakan megenai Upah Minimum Anak Buah Kapal. Dari temuan praktek

dilapangan, ada dua cara pembayaran bagi para nelayan oleh pemilik kapal.

Dua cara tersebut adalah secara bagi hasil, dan secara upah harian. Dengan

tidak adanya peraturan khusus dari pemerintah menjadikan para pemilik

kapal memiliki kuasa penuh untuk menentukan upah bagi para anak buahnya.

Hal ini cenderung membuka pintu kedholiman lebih besar terhadap para anak

buah kapal.
Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

Diharapkan dengan adanya kebijakan upah minimum bagi anak buah

kapal, terjadi keadilan dan keterbukaan dari pemilik kapal kepada para anak

buahnya.

c. Kebijakan Kemudahan Birokrasi Perijinan dan Sertifikasi bagi

Nelayan.

Keterbukaan, kemudahan, kebijaksanaan, dan keadilan merupakan

prinsip yang melahirkan kebijakan ini. Kemudahan yang dimaksud dalam

kebijakan ini adalah kemudahan proses perijinan dan sertifikasi bagi para

nelayan. Sehingga pengusahaan kenelayanan dapat lebih mudah dan cepat,

dan menjadikan kesempatan untuk mendapatkan penghidupan pun lebih

mudah bagi para nelayan.

Sertifikasi juga diperlukan bagi para nelayan agar ketrampilan yang

dimilikinya dapat diakui secara nasional maupun internasional. Karena

dengan diakuinya ketrampilan nelayan secara legal akan menjadikan

kesempatan untuk mencari pekerjaan lebih besar dan lebih dihargai.

Sehingga kondisi kehidupan nelayan pun akan lebih layak seperti halnya

karyawan pada perusahaan swasta maupun BUMN.

d. Kebijakan Perlindungan Perdagangan Ikan dan Produk Kelautan

Lainnya.

Kecerdasan, Keadilan, Amanah, Jujur, merupakan perpaduan yang dapat

kita lihat dalam kebijakan ini. Cerdas dalam menjaga hajat hidup orang

banyak dengan adanya perlindungan dalam proses perdagangan ikan dan

produk kelautan lainnya yang membuahkan suatu keadilan bagi setiap

masyarakat dan negara berlandaskan pada kejujuran dan keterbukaan sebagai


Aksiologi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam untuk Indonesia Maritim Ramah Nelayan

bentuk dari aqidah yang benar. Sehingga diharapkan tidak akan terjadi ironi

bagi negeri ini.

Ironi yang dimaksudkan adalah bahwa Indonesia sebagai negeri marintim

justru mengimport hasil laut dari negara lain yang harganya lebih mahal.

Seperti halnya yang terjadi pada beras. Dengan adanya perlindungan bagi

perdagangan ikan dan produk kelautan lainnya diharapkan dapat lebih

meningkatkan gairah kepedulian masyarakat kepada ekonomi kelautan yang

begitu besar potensinya.

Perlindungan yang dimaksud adalah perlindungan harga jual dan beli

ikan dan produk laut lainnya, perlindungan terhadap produk-produk kelautan

dari negara lain, dan perlindungan pasar.

e. Kebijakan Membuat Perusahan Negara Penangkapan Ikan.

Dari pengamatan di lapangan, mayoritas perusahaan penangkapan ikan di

Indonesia dimiliki oleh perorangan yang berkebangsaan china. Dengan

berdasarkan atas prinsip Aqidah, berkeadilan, dan kesejahteraan perlu

diberlakukan kebijakan pembuatan Perusahaan Negara Penangkapan Ikan

untuk mengelola kekayaan negara ini agar tidak diekploitasi oleh pihak

asing.

Dampak dari kebijakan ini adalah, hasil pemanfaatan kekayaan laut

Indonesia akan menjadi tambahan pemasukan bagi negara sehingga

diharapkan kesejahteraan akan lebih merata bukan hanya kepada perorangan

saja dan tidak dimonopoli oleh pihak asing.

Anda mungkin juga menyukai