Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA BERANCAH


KABUPATEN BENGKALIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

NORATIKAH
NIM: 182118008I

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
TAHUN 2022/1444M
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km dan

perairan pantai seluas 5.600.000 km². Cakupan wilayah pantai yang luas tersebut

memiliki potensi sumberdaya hayati dan nonhayati yang besar. Dewasa ini salah

satu sektor yang dapat menghasilkan devisa yang besar adalah sektor perikanan.

Semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka

usaha pemanfaatan lahan tambak, khusunya budidaya air payau (tambak udang)

diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan. Utojo

menyebutkan bahwa salah satu kegiatan di kawasan pesisir adalah usaha

perikanan budidaya (tambak). Kegiatan dibidang budidaya tambak yang berada di

daerah pesisir pantai dapat menjadi devisa untuk negara dan sumber pendapatan

bagi masyarakat. 1

Perikanan menjadi faktor yang cukup penting dalam pembangunan

nasional, karena sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga

budidaya yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan (Dinas

Perikanan dan Kelautan,2006). Untuk mengoptimalkan perikanan budidaya,

pemerintah telah mengembangkan kegiatan budidaya produk perikanan,

khususnya udang pada awal tahun 1980-an.

1
Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Perkembangan Budidaya Tambak Udang di Pesisir Tuban
1980-2015 (Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya), hlm 1-2
2

Perikanan budidaya masih menjadi tumpuan produksi kelautan dan

perikanan Indonesia. Potensi lahan yang dimiliki masih sangat besar untuk dapat

dikembangkan yang meliputi tambak, kolam, perairan umum, sawah, dan laut.

Perpaduan antara potensi yang ada dengan ketersediaan teknologi yang prospektif

tentunya dapat menunjang peningkatan produksi. Peningkatan aktivitas perikanan

budidaya belakangan ini menjadi perhatian berbagai pihak khususnya masalah

dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan perairan. Dampak kegiatan

budidaya harus diminimalkan atau bahkan dapat dihilangkan. Oleh sebab itu

segala kegiatan budidaya perikanan harus berwawasan lingkungan sehingga

aktivitas budidaya perikanan tersebut dapat berkelanjutan. Dalam rangka

mengontrol pengembangan perikanan budidaya yang tidak ramah lingkungan,

pemerintah telah merumuskan dan mesosialisasikan aturan yang sesuai,

diantaranya berbudidaya ikan yang baik (CBIB) dan pengembangan perikanan

budidaya yang berwawasan lingkungan (ecosystem approach to aquaculture).2

Budidaya udang di wilayah Indonesia telah menjadi bahan kajian para

peneliti, antara lain Ismayani yang membahas tentang faktor pendukung

peningkatan jumlah produksi dalam usaha budidaya adalah tenaga kerja, luas

tambak dan jenis pakan. Menurut Ismayani fungsi-fungsi manajemen

(perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan) sangat berpengaruh

terhadap pengelolaan usaha budidaya udang. Peningkatan produksi tidak lepas

dari manajemen yang baik dalam pengelolaannya semakin lemah penerapan

2
Nyoman Radiarta, dkk. 2015 “Analisis Pengembangan Perikanan Budidaya Berbasis
Ekonomi Biru Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) Approach” J. Sosek KP
Vol. 10 No. 1. hlm 48
3

fungsi-fungsi manajemen, produksi semakin rendah, sebaliknya semakin baik

penerapan fungsi-fungsi manajemen produksi semakin tinggi.

Pembudidayaan udang merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

untuk memelihara, membesarkan, atau memperkembangbiakkan udang dengan

maksud untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan atau aktivitas tersebut.

Kegiatan budidaya pada dasarnya ialah budidaya udang, budidaya ikan, dan lain

sebagainya. Penambakan atau pembudidaya udang ini mempunyai nilai cukup

tinggi sehingga budidaya udang bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang luas

seperti usaha pembenihan, pabrik pakan, peralatan tambak dan lain sebagainya.

Sebutan “Ekonomi Islam” menimbulkan berbagai kesan yang beragam.

Bagi sebagian kalangan, kata ‘Islam’ memposisikan ekonomi Islam pada tempat

yang sangat eksklusif sehingga menghilangkan nilai kefitrahannya sebagai tatanan

bagi semua manusia. Bagi sebagian lainnya, ekonomi Islam digambarkan sebagai

ekonomi hasil racikan antara aliran kapitalis dan sosialis, sehingga ciri khas

khusus yang dimiliki oleh ekonomi Islam itu sendiri hilang, padahal yang

sesungguhnya ekonomi Islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan

ciri khasnya sekaligus. Dengan fitrahnya, ekonomi Islam merupakan satu sistem

yang dapat mewujudkan keadilan ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan ciri

khasnya, ekonomi Islam dapat menunjukkan jati dirinya dengan segala kelebihan

pada setiap sistem yang dimilikinya.

Allah melapangkan dan memperbanyak rezeki bagi sebagian hamba-Nya

yang dikehendaki-Nya sehingga mereka memperoleh rezeki yang lebih dari


4

keperluan mereka sehari-hari. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang rajin

dan terampil dalam mencari harta, dan melakukan bermacam-macam usaha.

Selain itu, mereka hemat dan cermat serta pandai mengelola dan mem-pergunakan

harta bendanya. Sebaliknya, Allah juga menyempitkan rezeki dan membatasi bagi

sebagian hamba-Nya sehingga rezeki yang mereka peroleh tidak lebih dari apa

yang diperlukan sehari-hari. Mereka ini biasanya orang yang pemalas dan tidak

terampil dalam mencari harta atau tidak pandai mengelola dan mempergunakan

harta tersebut sebagaimana firman Allah dalam Surah Ar-Ra’d (13) ayat 26:3

       


      
  

Artinya: “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkan bagi siapa yang Dia
kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan
dunia itu (disbanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang
sedikit).”

Alam beserta isinya diciptakan Allah agar dapat dipergunakan untuk

mencukupi kebutuhan manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-

Baqarah (2) ayat 29:

         
        
 

3
Veithzal Rivai, Islamic Economics, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm 3
5

Artinya: “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit, dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”

Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka Ekonomi Islam meminjam istilah

dari Ismail Al-Faruqi yang mempunyai sumber “nilai-nilai normative-imperatif”,

sebagai acuan yang mengikat. Dengan mengakses kepada aturan Ilahiah, setiap

perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia

tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan moral yang baik,

dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya.

Bengkalis merupakan Kabupaten yang terletak di Pesisir Timur Sumatera,

mempunyai wilayah yang strategis di Provinsi Riau karena berbatasan langsung

dengan negara Malaysia. Kabupaten Bengkalis mencakup area seluas 11.481,77

km² dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Selat

Melaka, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Siak, Sebelah Barat dengan Kota

Dumai dan Sebelah Timur dengan Kabupaten Karimun dan Pelalawan. Kabupaten

Bengkalis memiliki kawasan pesisir dan laut yang luas dengan keanekaragaman

sumberdaya alam yang tinggi dan potensial untuk pengembangan perikanan dan

kelautan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Karena disebabkan

ketersediaan data dan informasi tentang potensi perikanan dan kelautan kurang

akurat sehingga tidak ideal untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan

bagi pemerintah daerah. 4

4
Pareng Rengi, dkk, 2010 “Penentuan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Di Perairan Bengkalis” Jurnal Teknobiologi, hlm 36-37
6

Diantara usaha ternak budidaya udang vannamei yang terletak di Desa

Berancah Kabupaten Bengkalis merupakan pembudidaya udang. Jenis udang yang

banyak dibudidayakan pada saat ini adalah udang putih atau dalam bahasa

latinnya udang vannamei. Karena udang putih mempunyai kelebihan jika

dibandingkan dengan jenis udang yang lainnya. Seperti yang telah diketahui

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) mencatat Bengkalis mempunyai potensi

lahan tambak udang vannamei sekitar 1.300 hektare. Namun, saat ini yang baru

dimanfaatkan hanya sekitar 100 hektare. Bersumber pada informasi yang

didapatkan peneliti usaha tersebut telah berjalan selama 6 tahun.

Peluang usaha budidaya udang vannamei sangatlah besar, mengingat

tingginya minat masyarakat pada menu berbahan udang. Udang vannamei

merupakan komoditi ekspor yang sangat potensial. Bahkan tingkat konsumsi

udang vannamei terus meningkat, baik untuk rumah tangga maupun usaha kuliner.

Sumber yang dihasilkan oleh udang vannamei adalah protein, omega 3 dan 6,

serta kaya akan kalsium, potasium, dan fosfor. Budidaya udang vannamei

memang sangat menguntungkan dan tidak jarang risiko yang dialami juga sangat

tinggi. Tetapi tidak sedikit pula modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha

tersebut.

Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan rencana

penelitian lebih lanjut dengan judul “ANALISIS USAHA BUDIDAYA UDANG

VANNAMEI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA

BERANCAH

KABUPATEN BENGKALIS”.
7

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Di dalam berjalannya waktu, usaha pembudidayaan udang mengalami

permasalahan yaitu usaha budidaya udang ini memerlukan biaya yang cukup

dalam menjalankannya.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran tujuan, maka

perlu permasalahannya di batasi. Hal ini perlu dilakukan agar penelitian ini

tidak terlalu luas dalam pembahasannya, maka penulis akan memberi batas

terhadap masalah yang diteliti, yaitu “Analisis Usaha Budidaya Udang

Vannamei Dalam Perspektif Ekonomi Islam Di Desa Berancah

Kabupaten Bengkalis”.

3. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka penulis menyajikan pokok masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana Pendapatan yang Diterima dari Usaha Kelompok

Budidaya Udang Vannamei di Desa Berancah Kabupaten

Bengkalis?

b. Bagaimana Analisis Pendapatan Usaha Kelompok Budidaya

Udang Vannamei Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Desa

Berancah Kabupaten Bengkalis?


8

C. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan penulis memilih judul adalah :

1. Masalah ini menarik untuk diteliti karena menurut sepengetahuan

penulis belum pernah diteliti terutama bagi mahasiswa Jurusan

Syari’ah dan Ekonomi Islam STAIN Bengkalis.

2. Atas pertimbangan waktu, dana dan kemampuan lokasi terjangkau

oleh penulis untuk mengadakan penelitian.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan yang diterima dari usaha

kelompok budidaya udang vannamei di Desa Berancah Kabupaten

Bengkalis.

b. Untuk mengetahui bagaimana analisis pendapatan usaha kelompok

budidaya udang vannamei dalam perspektif ekonomi islam di Desa

Berancah Kabupaten Bengkalis.

2. Kegunaan Penelitian

a. Menambah pengetahuan, wawasan, cakrawala dan keilmuan bagi

penulis.

b. Menjadi sarana pembelajaran bagi penulis dalam mengidentifikasi

masalah yang dihadapi oleh pengusaha pembudidayaan udang .


9

Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan penulis sebagai

perwujudan dari aplikasi ilmu yang telah diperoleh.

c. Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi para pengusaha

udang untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan usaha pembudidayaan udang. Dengan begitu

diharapkan pengusaha pembudidayaan udang dapat

mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya sehingga

pengusaha pembudidayaan udang tersebut benar-benar

memberikan hasil yang maksimal.

d. Untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan

studi pada program Ekonomi Syariah STAIN Bengkalis.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

perlu adanya penegasan istilah. Beberapa istilah yang terkait dengan judul

penelitian ini adalah pendapatan usaha budidaya udang dalam tinjauan

ekonomi islam.

a. Analisis adalah usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail

dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau

menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.

b. Usaha adalah energi yang disalurkan gaya kesebuah benda sehingga

benda tersebut bergerak.


10

c. Budidaya adalah pengembangan dan pembiakan yang dapat dibagi

menjadi pertanian dan peternakan.

d. Udang Vannamei merupakan udang putih yang disebut dengan

whiteleg shrimp. Vannamei sering juga disebut dengan Litopenaeus

vannamei yang merujuk pada subgenus Litopenaeus.

e. Perspektif adalah cara bagaimana objek terlihat pada manusia

berdasarkan sifat spasial, atau dimensinya dan posisi mata relatif

terhadap objek atau disebut juga dengan cara pandang.


11

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis

1. Konsep Usaha

Disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami

perkembangan yang cepat diberbagai bidang seperti industri, perdagangan,

pendidikan, kesehatan dan pada bidang lain. Kewirausahaan adalah ilmu

yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup (usaha). Menurut Zimmerer dan scarborough,

1998 kewirausahaan merupakan ilmu yang memiliki obyek kemampuan

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.5

Definisi lain mereka juga menyebutkan bahwa wirausahawan adalah

seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan

ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara

mengindentifikasi peluang dan menggambungkan sumberdaya yang

dimiliki.6

Peter Drucker berpendapat bahwa entrepreneurship (kewirausahaan)

dan inovasi merupakan hal sentral dalam proses kreatif perekonomian.

Inovasi adalah fungsi spesifik dari entrepreneurship, sebagai sebuah cara

menciptakan sumberdaya baru yang mendayagunakan sumberdaya yang ada

untuk menghasilkan kekayaan. Proses kewirausahaan secara tipikal sama


5
R Heru Kristanto HC, Kewirausahaan Entrepreneurship Pendekatan Manajemen dan
Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), hlm 1
6
Ibid., hlm 2
12

dengan proses manajemen strategi. Pendapat lain mengungkapkan

wirausahawan adalah orang yang menciptakan usaha untuk mendapatkan

laba dan terus berkembang yang lebih menekankan risiko keuangan sebgai

karakteristik kunci dalam mengambil keputusan. 7

Cantillon mendefinisikan wirausahawan adalah seorang pengambil

risiko, dicontohkan pada petani, pedagang, pengrajin dan pemilik usaha

lainnya yang berani membeli produk baku pada harga tertentu dan

menjualnya pada harga yang belum ditentukan sebelumnya, oleh karena itu

orang-orang ini bekerja pada situasi dan kondisi berisiko.8

Kewirausahaan adalah suatu aktivitas dengan memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki seseorang atau organisasional yang bertujuan

memberikan nilai tambah pada sumber daya tersebut menuju pada

pertumbuhan nilai (value) ekonomi secara berkelanjutan. 9

Dari definisi tersebut penulis berpendapat bahwa hakekat

kewirausahaan adalah seseorang atau sekelompok manusia yang

mempunyai ide usaha dan mempunyai potensi keberanian yang tinggi dalam

diri sehingga bisa membuat lapangan pekerjaan gunanya untuk memperoleh

keuntungan atau hasil dari kegiatan usaha yang dilakukan baik untuk diri

sendiri maupun orang lain.

7
Ibid., hlm 2
8
Sonny Sumarsono, Kewirausahaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 1
9
Agus Trihatmoko, Kewirausahaan Membentuk dan Mengembangkan Unit Bisnis Handal
dan Mapan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2017) hlm 21
13

Usaha pertanian dan peternakan adalah sebuah unit bisnis yang

menggunakan sumber daya alam sebagai tempat atau proses produksi

(pembibitan, penangkaran dan penanaman) untuk menghasilkan panen

sebagai komoditas. Usaha ini sering disebut sebagai agrobisnis dan

peternakan. Usaha pertanian dan peternakan investasi terbesar pada lahan

atau lokasi dan infrastrukturnya. Untuk investasi bibit dan benih relative

sedang, demikian juga investasi modal kerja untuk benih dan obat-obatan

juga relative sedang10.

Subsektor peternakan dalam mewujudkan program pembangunan

peternakan secara operasional diawali dengan pembentukan atau penataan

kawasan melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan

kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan salah satu alternatif

program terobosan yang diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan

pembangunan peternakan yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat.11

Menurut Rahardi dan Hartono (2006), kondisi peternakan saat ini

masih menghadapi berbagai tantangan antara lain keterbatasan modal, usaha

belum mencapai skala ekonomis, masih bersifat tradisional, penggunaan

teknologi belum dilaksanakan secara terpadu serta adanya persaingan global

terhadap produk impor.

10
Ibid., hlm 35-36
11
Suyudi, dkk. 2016 “Strategi Dan Model Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Rancah” Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2, hlm 25
14

2. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun

berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang

dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu.

Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup

dan penghidupan seorang secara langsung maupun tidak langsung.

Pendapatan terdiri atas upah, gaji, sewa, deviden, keuntungan dan

merupakan suatu arus yang diukur dalam jangka waktu tertentu. Misalnya

seminggu, sebulan, setahun atau jangka waktu yang lama. Arus

pendapatan tersebut muncul sebagai akibat dari adanya jasa produktif

(Productive service) yang mengalir kearah yang berlawanan dengan aliran

pendapatan yaitu jasa produktif yang mengalir dari masyarakat ke pihak

bisnis yang berarti bahwa pendapatan harus di dapatkan dari aktivitas

produktif. 12

Cara menghitung pendapatan bersih usaha ternak udang terlebih

dahulu harus diketahui tingkat pendapatan total dan pengeluaran pada

periode tertentu. Pendapatan total petani didekati dengan persamaan yaitu:

Pd = TR – TC

Dimana:

12
Rio Christoper, dkk. 2017 “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Wanita
?

Sebagai Ibu Rumah Tangga”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 15 (1). hlm 38
15

Pd= Pendapatan Usaha Tani dinyatakan dalam Rupiah

TR= Total Penerimaan (Total revenue) dinyatakan dalam Rupiah

TC= Total Biaya (Total cost) dinyatakan dalam Rupiah

Dari definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendapatan adalah imbalan yang didapatkan atas jerih payah terhadap

sesuatu pekerjan yang telah dilakukan selama dalam beberapa waktu yang

telah ditentukan.

3. Sumber Pendapatan Islam

Allah SWT menegaskan tentang imbalan ini dalam Quran Surah

At-Taubah ayat 105: 13

     


     
     

Artinya: Dan katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya


serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan ghab dan yang
nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.”

Dalam Surah At-Taubah ayat 105 menjelaskan bahwa Allah SWT

memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah pasti membalas semua apa

yang telah kita kerjakan. Dan Hadits Riwayat Ibnu Majah, artinya:

Hendi Herijanto, 2016 “Pengupahan Perspektif Ekonomi Islam Pada Perusahaan


13

Outsourcing” Jurnal Islaminomic. Vol. 7 Np, hlm 15


16

“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya

kering.”(HR. Ibnu Majah). Maksud dari ayat dan hadits tersebut adalah

bersegeralah menunaikan hak pekerja setelah selesai pekerjaan, begitu

juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.

Al Munawi berkata “Diharamkan menunda pemberian gaji padahal

mampu menunaikannya tepat waktu”.

Sumber-sumber pendapatan dalam islam yakni meliputi:

a. Ijarah

Al-Ijarah mengambil dari bahasa arab yang mempunyai makna

upah, sewa, jasa,atau imbalan. Al-ijarah merupakan salah satu format

muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-

menyewa, kontrak atau memasarkan jasa perhotelan dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat syara’ mempunyai arti “aktivitas akad untuk

mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan

membayar sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dengan syarat-

syarat tertentu.” 14

Islam menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi imbalan

dalam pekerjaan yang sama, serta imbalan yang akan diterima seseorang

disesuaikan dengan ikhtiyar yang dilakukannya secara baik (sesuai

Akhmad Faroh Hasan, Fiqh Muamalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Malang:
14

UIN-Maliki Press, 2018), hlm 49


17

dengan prosedur) dan benar (tidak bertentangan dengan ketentuan

syara’). 15

Sementara menurut Abdurrahman Al-Maliki upah adalah

kompensasi dari manfaat jasa pekerjaan yang akan disesuaikan dengan

nilai manfaat di pasar umum terhadap manfaat itu. Nilai manfaat tenaga

dari pekerja itulah yang menjadi pijakan utama dalam menentukan upah

baik mencukupi kebutuhannya atau tidak, sebab manfaatlah merupakan

objek pertukaran sedangkan tenaga yang dicurahkan hanya untuk

mendapatkan manfaat tersebut. Demikian upah dalam perspektif Islam

adalah imbalan atau kompensasi yang diterima seseorang pekerja atas

manfaat atas manfaat pekerjaan yang telah dikerjakannya dengan baik

dan benar dalam bentuk imbalan materi di dunia adil dan layak dalam

bentuk imbalan pahala akhirat.

Prinsip pengupahan dalam Islam tidak terlepas dari prinsip dasar

kegiatan ekonomi (mu’amalah) secara umum, terutama prinsip keadilan

(al-adl) dan prinsip moralitas (al-akhlak). Keadilan dalam khazanah

islam adalah keadilan ilahi, yaitu keadilan yang tidak terpisah moralitas,

didasarkan pada nilai-nilai absolut yang diwahyukan Tuhan dan

penerimaan manusia terhadap nilai-nilai tersebut merupakan suatu

kewajiban. Nilai-nilai keadilan itu harus diterapkan secara menyeluruh

dalam bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi.

15
Armansyah Waliam, 2017 “Upah Berkeadilan ditinjau Dari Perspektif Islam” Jurnal
Bisnis dan Manajemen Islam. Vol 5. No. 2, hlm 267
18

Keadilan dapat diperhatikan sebagai mempersamakan antara satu

dengan yang lainnya (al-musawah) dari segi nilai maupun ukuran,

sehingga sesuatu itu tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain

atau keseimbangan antara individu dengan materi, spiritual yang

dimilikinya, keseimbngan antara individu dan masyarakat, antara satu

masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Firman Allah dalam Quran Surah Al-Baqarah (2) ayat 286 yang

berkenaan dengan arti adil diantaranya: 16

         


   

Artinya:“Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sepadan dengan


kemampuannya. Bagi seseorang pahal (dari kebajikan) yang ia buat dan
baginya pula dosa yang ia buat.”
Dan dalam Surah An-Nisa (4) ayat 58 Allah berfirman:

        


        
          

Artinya:“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Allah telah
memberimu nasihat yang baik. Allah maha mendengar lagi maha melihat.”
Upah dalam Islam berdasarkan prinsip keadilan yang melarang

keras unsur-unsur penindasan seperti memperlambat ataupun menunda

16
Ibid., hlm 270
19

pembayaran upah terutama sekali jika majikan berkemampuan untuk

memenuhinya karena perbuatan penundaan seperti itu merupakan

kezaliman yang terlarang. Prosedur pembayaran upah boleh dibayar

secara tunai atau tidak tunai (dalam bentuk cek atau sebagainya). Apabila

disepakati upah tersebut diberikan sesuai dengan tempo masa tertentu

(hari/minggu/bulan) maka harus diberikan sesuai dengan kesepakatan

yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. 17


Konsep Islam menyerahkan

upah dilakukan sesegera mungkin dan tidak boleh ditunda-tunda, sebab

ditakutkan pekerja sangat membutuhkannya untuk keperluan hidup dan

tanggungannya.

Ijarah terbagi dua macam, yaitu sebagai berikut:

1) Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa-menyewa.

Dalam ijarah ini objek akadnya ialah; manfaat dari

suatu benda.

2) Ijarah atas pekerjaan, disebut juga upah-mengupah.

Dalam ijarah ini, objek akadnya adalah amal atau

pekerjaan seseorang.

b. Keuntungan

Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha

dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien

mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Keuntungan ini

17
Ibid., hlm 281
20

mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya keproses

produksi tertentu. 18

Tujuan dari setiap bisnis disetiap industri, manufacturing dagang

serta jasa ada 3 yaitu: (1) keuntungan dan pertumbuhan; (2) menciptakan

generasi pekerja dan (3) kepuasan pelanggan. Laba dapat berarti hasil dari

bersabar, mensucikan diri, beriman, berdakwah, berittiba’, berinfaq, dan

laba adalah hidayah dariAllah. Semua terakumulasikan dalam jannah dan

kebahagiaan kekal di akhirat. Perusahaan hanya bisa mengendalikan

beban dan menggunakan untuk kepentingannya memaksimalkan

pencapaian keuntungan dan tidak boleh menganggap segala sesuatu

pengeluaran yang terjadi sebagai akibat usaha untuk mengahsilkan

pendapatan dianggap sebagai beban usaha. 19

4. Biaya

Biaya investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam-

penanam suatu modal oleh perusahaan untuk membeli barang-barang

modal dan juga perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan juga jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian. Investasi dalam arti luas adalah mengorbankan

dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Investasi dapat

dilakukan dalam berbagai bidang usaha.20

18
Erlina Rukaidah, Ilmu Ekonomi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hlm 64
19
Bamban Sugiharto, 2020 “Distribusi Laba Dalam Pandangan Islam” Jurna; Ilmiah
Dunia Ilmu Vol. 6. No. 1
20
Ade Suhartini, dkk, 2021 “Pengaruh Biaya Produksi Dan Harga Terhadap Pendapatan
Budidaya Tambak Udang” Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan. Vol. 18. No. 2, hlm
21

Menurut Mulyadi, 2012 biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Hongren mendefinisikan

biaya adalah sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan

(forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk

memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk

menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Biaya

produksi dapat dibedakan kedalam dua macam yaitu, Biaya tetap (fixed

cost) dan Biaya variabel (variabel cost). Dalam analisis biaya produksi

perlu memperhatikan biaya-biaya produksi rata-rata, dan biaya variabel

rata-rata; dan biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang

harus dikeluarkan untuk menambah salah satu unit produksi.

Dalam jangka pendek perusahaan biasa beroperasi dengan satu

skala produksi. Satu skala produksi bisa dinotasikan dengan satu unit

bisnis, yaitu satu unit usaha yang menjadi sumber profit. Dalam kaitannya

dengan biaya untuk jangka pendek atau biaya untuk satu skala produksi,

terdapat beberapa jenis biaya yang perlu diketahui:

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara

tetap oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu, misalnya

gaji karyawan tetap, biaya listrik, biaya telpon dan lain-lain.

122
22

2. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang dikeluarkan

secara berubah-ubah seiring dengan perubahan produksi,

seperti biaya bahan baku, upah tenaga kerja tidak tetap, biaya

marketing dan lain-lain.

3. Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk menandanai aktivitas

produksi. Biaya total dianggap sebagai akumulasi dari biaya

tetap dan biaya variabel.

TC = FC + VC

Dimana:

TC = biaya total

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

5. Penerimaan

Penerimaan penjualan (total revenue) adalah hasil kali antara

jumlah barang dan jasa yang dijual dengan harga jual per-unit. Total

Revenue (TR) adalah penggandaan antara harga jual per-unit (P) dengan

jumlah terjual (Q). 21

TR = P x Q

21
Ristiana Restuti, dkk, 2021 “Analisis Efensiensi Teknis Usaha Tambak Udang Vanname
Petambak Mandiri EKS Plasma PT Central Pertiwi Bahari Di Kabupaten Tulang Bawang” Jurnal
Ilmu Ilmu Agribisnis, hlm 221
23

Dimana:
P = harga output per unit;

Q = jumlah output.

6. Budidaya Udang

Akuakultur atau budidaya adalah bentuk usaha pemeliharaan dan

pembesaran berbagai macam hewan atau tumbuhan perairan yang

menggunakan air sebagai komponen pokoknya dan bertujuan untuk

memperoleh keuntungan ekonomi.

Peningkatan produksi udang Indonesia berada di atas kenaikan

rata-rata produksi udang dunia. Kenaikan rata-rata produksi udang dunia

selama 10 tahuun adalah sebesar 8,02 persen. Sementara kenaikan rata-rata

udang Indonesia sebesar 13,57 persen. Kenaikan rata-rata sebesar tersebut

adalah yang terbesar kedua di bawah negara Ekuador yang kenaikan rata-

ratanya sebesar 15,05 persen pertahunnya.

Budidaya udang vanamei (Litopenaeus vannamei) telah

berkembang sebagai biota di Indonesia, baik pada teknologi tradisional plus,

semi intensif, maupun intensif. Namun sebagian besar budidaya vanamei

dilakukan dengan sistem pertambakan. Dalam kurun lima waktu terakhir,

produksi udang nasional meningkat cukup signifikan, yaitu 13,9 persen per

tahun. Udang merupakan salah satu komoditas yang mengalami peningkatan

di atas 20 persen per tahun, yaitu 20 persen. Produksi udang nasional tahun
24

2015 ditargetkan sebesar 785,900 ton atau meningkat sekitar 32 persen, dari

produksi udang tahun 2014.22

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berasal dari daerah

subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico

bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua,

Kosta Rika di Amerika Tenggah hingga ke Peru di Amerika Selatan.23

Udang vannamei resmi diizinkan masuk ke Indonesia melalui SK

Menteri Kelautan dan Perikanan RI NO. 41/2001, dimana produksi udang

windu menurun sejak 1996 akibat serangan penyakit dan penurunan kualitas

lingkungan. Pemerintah kemudian melakukan kajian pada komoditas udang

laut jenis lain yang dapat menambah produksi udang selain udang windu di

Indonesia.

Vaname mempunyai beberapa keunggulan dibanding spesies

udang lainnya, antara lain: benur SPF (specific pathogen free), tahan

terhadap kepadatan tinggi (hidup di kolom air), berasal dari induk yang

sudah terdomestifikasi, lebih tahan penyakit, dan konversi pakan rendah.

Pemberian nama ilmiah udang vaname atau udang putih pertama

kali dilakukan oleh Boone pada tahun 1931 dengan nama Penaeus vannanei

(Holthuis, 1980). Nama lain udang vaname menurut FAO adalah : whiteleg

shrimp (Inggris), crevette pattes blanches (Prancis), dan camaron patiblanco


22
Sapto Purnomo Putro, Konsep Aplikasi Budidaya Sistem Polikultur Terintegrasi
Biomonitoring Menuju Akuakultur Produktif Berkelanjutan , (Yogyakarta: plantaxia, 2016), hlm
20
23
Idham Malik, Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah(IPAL) (Jakarta: WWF-NIndonesia, 2014), hlm 2
25

(Spanyol). Taksonomi udang vaname menurut Holthuis (1980) adalah

sebagai berikut:24

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Natantia

Infraordo : Penaeidea

Superfamili : Penaeoidea

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : Liopenaeus vannamei Boone, 1931

Morfologi udang vaname memiliki tubuh yang ditutupi kulit tipis

keras dari bahan chitin bewarna putih kekuning-kuningan dengan kaki

bewarna putih. Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

bagian cephalotorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen

yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalotorax dilindungi oleh kulit chitin

yang tebal atau disebut juga dengan karapas (carapace). Abdomen terdiri

atas enam ruas dan satu ekor (telson). Bagian rostrum bergerigi dengan 9

gerigi pada bagian atas dan 2 gerigi pada bagian bawah. Sementara itu,

dibawah pangkal kepala terdapat sepasang mata.25

24
Supono, Teknologi Produksi Udang (Yogyakarta: plantaxia, 2017), hlm 8
25
Deni Aulia, Budidaya Udang Vaname (Jakarta: AMAFRAD Press, 2018), hlm 3-4
26

Udang vaname memiliki 10 pasang kaki terdiri dari 5 pasang kaki

jalan dan 5 pasang kaki renang (kaki yang menempel pada perut udang). Di

bagian kepala terdapat antena, antenula, flage antenna, dan dua pasang

maksila. Tubuh udang vaname dilengkapi dengan 3 pasang maxipiled yang

sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan.

Bagian perut udang vaname terdapat sepasang uropoda (ekor) yang

berbentuk seperti kipas.

7. Sistem Budidaya

Berdasarkan penggunaan air, sistem budidaya udang dibagi

menjadi 4 yaitu open system, closed system, semi closed system, dan closed

resirculating system. Open system (sistem terbuka) merupakan sistem

budidaya udang secara konvensional dimana air yang digunakan untuk

budidaya tidak ada perlakuan pengobatan/sterilisasi dari carrier dan

predator. Air dari laut hanya diendapkan dari kolam tendon/reservoar

sebelum masuk ke kolam budidaya. Kelebihan dari sistem ini biaya lebih

murah (efisien), air tersedia setiap saat dengan kualitas yang baik. Namun,

sistem ini memiliki kelemahan yaitu resiko terserang penyakit sangat tinggi

terutama jika terjadi wabah penyakit di lingkungan sekitar.26

Pada closed system mengharuskan sterilisasi air yang digunakan

untuk budidaya selama masa pemeliharaan, mulai dari persiapan air sampai

panen. Air yang masuk ke tambak pembesaran disterilkan dari agen

penyakit, carrier dan predator. Penambahan air ke kolam pembesaran


26
Supono, Op. Cit., hlm 20-22
27

dilakukan melalui kolam karantina. Keuntungan dari sistem ini adalah agen

penyakit terutama virus dapat ditekan. Kelemahan dari sistem ini antara lain:

biaya produksi tinggi, kualitas air mengalami penurunan pada pertengahan

dan akhir budidaya serta sering mengalami kekurangan air karena

keterlambatan pengobatan/sterilisasi. Biasanya ada perlakuan bakteri

(probiotik) untuk bioremediasi, penerangan less water exchange, biosecurity

dan fasilitas laboratorium.

Semi closed system merupakan paduan antara open system dengan

closed system. Pada sistem ini, sterilisasi air hanya dilakukan pada saat

persiapan air dan budidaya pada bulan pertama dan kedua, pada bulan

berikutnya menggunakan sistem terbuka. Penggunaan sistem ini bertujuan

untuk mengantisipasi serangan penyakit pada awal budidaya yang

merupakan fase kritis dan mengatasi penurunan kualitas dan kuantitas air

pada pertengahan dan akhir budidaya. Sistem ini sekarang paling sering

digunakan oleh petambak. Selain ketercukupan air sepanjang periode

budidaya, penyakit dapat ditekan dan biaya produksi tidak terlalu tinggi.

Ada perlakuan bakteri yang menguntungkan (probiotik) untuk membantu

menguraikan senyawa-senyawa toksik dalam tambak.

Closed resirculating system atau CRS Merupakan salah satu

kemajuan dalam perkembangan sistem budidaya udang. Sistem ini muncul

karena meningkatnya serangan penyakit dan tingginya biaya untuk sterilisasi

air selama budidaya berlangsung. Pada sistem ini, penerapan biosecurity

sangat ketat, air maupun peralatan tambak disterilkan. Sterilisasi air


28

berlangsung selama periode budidaya. Air buangan dari tambak diolah

kembali melalui kolam pengendapan (sedimentation pond), kolam perlakuan

secara biologi (biofiltration pond), dan kolam rekondisi (reconditioning

pond) sebelum masuk ke kolam budidaya (culture pond). Biofiltration pond

menggunakan beberapa jenis ikan herbivora atau omnivora seperti ikan nila

salin dan kerang hijau. Kolam rekondisi menggunakan aerator/kincir air

untuk meningkatkan kualitas air terutama oksigen terlarut. Hal penting yang

dilakukan dalam sistem ini adalah perbandingan antara kolam budidaya

(tambak) dengan kolam perlakuan (treament pond).

8. Penebaran Benih

Pemilihan benih sehat dan berkualitas merupakan salah satu syarat

keberhasilan dalam usaha budidaya udang. Benih udang yang baik untuk

di gunakan di tambak menurut SNI 01-7252-2006 yaitu umur minimal PL

10, panjang minimal 8,5 mm, keseragaman ukuran minimal 80%,

prevalensi nekrosis terhadap populasi maksimal 5%, pravalensi parasit

terhadap populasi maksimal 20%, penurunan salinitas dari 30 g/1 ke 0 g/1

selama 5 menit minimal 80%, serta perendaman formalin 200 ml/m3

selama 30 menit minimal 80%.27

Pada budidaya udang vaname secara intensif, penebaran benih

udang vaname dilakukan dengan kepadatan 80-100 ekor/m2. Padat

penebaran untuk tambak intensif 120 ekor/m dan padat tebar intensif II

yaitu 100-150 ekor/m2. Penentuan padat tebar disesuaikan dengan daya


27
Deni Aulia, Op. Cit., hlm 17-18
29

dukung lahan, sarana dan prasarana yang digunakan, modal yang

diinvestasikan dan mengacu sistem yang berwawasan lingkungan. Ukuran

padat tebar vaname lebih baik menggunakan satuan m3 karena udang ini

banyak berada pada badan air.

Penebaran benur sebaiknya dilakukan pada saat kondisi cuaca

teduh, yaitu pada pagi hari antara jam 06.00-08.00 atau pada malam

hari.penebaran benur harus dilakukan secara hati-hati supaya tidak

menimbulkan kematian karena parameter air media transportasi biasanya

berbeda dengan media pemeliharaan. Sebelum benur ditebar terlebih

dahulu dilakukan aklimatisasi. Aklimatasi berguna untuk mencegah

terjadimya shock pada suatu organisme bila dipindahkan dari sesuatu

lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya.

Aklimatasi dilakukan terutama terhadap suhu, salinitas dan pH

perairan. Aklimatasi sangat menentukan tingkat kelulushidupan udang

terutama jika terjadi perbedaan yang menyolok kualitas air di hatchery dan

tambak. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan yang cukup drastis

antara kualitas air di tempat pembenihan dan tambak pembesaran.

Aklimatasi terhadap kualitas air dilakukan selama 30-60 menit. Benur

yang masih berada dalam plastik dimasukkan ke dalam tambak sambil

dibasahi/diperciki dengan air sampai sekitar 30 menit kemudian dibuka.

Air tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam plastik benur

sampai kualitas air di dalam plastik dan tambak hampir sama yang

ditandai dengan keluarnya benur dari plastik. Aklimatasi untuk budidaya


30

vaname dengan salinitas rendah membutuhkan metode gradual

acclimation, yaitu penyesuaian salinitas secara perlahan-lahan (graduasi).

9. Manajemen Pakan

Semula digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam

bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus. Dari hasil

penelitian terhadap usus udang menunjukkan bahwa udang putih adalah

karnivora yang memakan crustacea kecil, amphipoda dan polychaeta. Cumi-

cumi adalah gastrophoda jenis trochus, cacing laut, molusca dan artemia

penting dalam diet matang gonad. Jenis ini suka memangsa sesamanya

(kanibal), tipe pemakan lambat namun terus menerus (contiuos feeder) dan

juga mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor). Larva vannammei

setelah habis memakan cadangan kuning telur, akan merubah pola

makanannya yaitu mulai memakan mikroalga seperti Chaetoceros dan

Skeletonema. Beberapa jenis larva udang dapat mencerna zooplankton

berukuran kecil seperti rotifer atau naupli Artemia. Artemia sendiri sangat

disukai larva ikan dan krustasea.28

Dalam hal budidaya udang putih membutuhkan makan dengan

kandungan protein sekitar 35% lebih kecil dibandingkan udang-udang Asia

seperti Penaeus monodon dan Penaeus japonicus yang membutuhkan pakan

dengan kandungan protein hingga 45%. Dan ini akan sangat berpengaruh

dalam menekan harga pakan daan biaya produksi. Jika induk udang yang

28
Mohammad Irham, dkk, 2011 “Fauna Indonesia”, Jurnal Bidang Zoologi. Vol 10 (2),
hlm 4
31

diberikan pakan campuran (alami dan buatan) akan menghasilkan produksi

larva yang lebih baik.

10. Panen dan Pasca Panen

Udang vaname dipanen saat udang mencapai umur pemeliharaan

> 4 bulan atau memiliki bobot > 18 g/ekor. Pemanenan dilakukan pada

malam atau pagi hari untuk menghindari kerusakan/kemunduran pada mutu

daging udang. Untuk menghindari moulting/ganti kulit dilakukan

peningkatan pH air hingga 9 dengan aplikasi kapur, tidak melakukan

pergantian air 2 hari sebelum panen, dan melakukan pembuangan air secara

cepat (terutama pada pagi hari). Sebelum panen melakukan penyiponan

tambak plastik agar bersih dan lumpur tidak menyebar ke seluruh petakan

tambak. 29

Besarnya limbah yang dihasilkan dalam budidaya udang tidak

terlepas dari rendahnya efesiensi pakan dan buruknya manajemen

pemberian pakan yang berakibat tingginya nilai rasio konversi pakan.

Konversi pakan untuk budidaya udang vannamei yang dipelihara secara

intensif mempunyai konversi pakan sekitar 1,4. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap 1,4 kg pakan berat basah (kandungan air 10%) menghasilkan 1 kg

udang berat basah. Namun demikian angka tersebut tidaklah

menggambarkan kondisi yang sesungguhnya karena persentase berat kering

29
Supito, Teknik Budidaya Udang Vaname (Jepara: Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau, 2017), hlm 14
32

pakan dan udang tidak sama. Pakan mempunyai berat kering rata-rata 90%,

sedangkan udang mempunyai berat kering sekitar 25%.

11. Luas Lahan

Ukuran tambak udang bervariasi berdasarkan tingkan manajemen

yang diterapkan. Tambak tradisional biasanya memiliki ukuran 1-1,5 ha

dengan kedalaman sekitar 0,8 m. Tambak-tambak intensif memiliki ukuran

yang lebih kecil, yaitu 1.000 m2 – 5.000 m2 dengan kedalaman1,2-2,0 m.

Kedalaman air dipengaruhi oleh kepadatan penebaran udang, semakin tinggi

populasi udang, semakin tinggi level air. 30

B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis mencoba mancari dan

memahami beberapa judul skripsi yang dilakukan sebelumnya sebagai bahan

pertimbangan skripsi yang penulis teliti. Agar tidak terjadi kesalahfahaman

terhadap judul skripsi yang penulis teliti. Hal ini sebagai bukti bahwa skripsi

yang dibahas peneliti terjamin keaslinya.

Tabel II. 1

Hasil Penelitian Terdahulu

30
Supono, Op. Cit., hlm 24
33

Peneliti (Tahun Judul Hasil


No
Penelitian) Penelitian Penelitian
Surya Hamdani Analisis Usaha Hasil penelitian masalah pertama
(2019) Tambak diketahui pola kemitraan yang
Universitas Udang terjalin antara petani udang
Muhammadiyah Vaname (Studi vanname yang bermitra dengan PT.
Sumatera Utara Kasus Petani Pokphand adala pola kemitraan
Medan Mitra Antara kerjasama operasional agribisnis
PT. Pokphand (KOA), dimama pihak petani
Desa Suka Jadi menyediakan lahan tambak dan
Kecamatan tenaga kerja, sedangkan PT.
Tanjung Pokphand menyediakan sarana
Beringin produksi seperti bibit/benur, pakan,
Kabupaten dan obat-obatan, selain itu pihak
Serdang PT.pokphand juga menanggung
Bedagai). biaya angkut dan serta memberikan
bimbingan teknis dan budidaya
hingga pasca panen dan
memberikan jaminan kepastian
pasar kepada petani mitranya.
1 Untuk hasil penelitian masalah
kedua pendapatan rata-rata yang
diterima oleh petani tambak udang
vaname di Desa Suka Jadi
Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai adalah
sebesar Rp. 25.490.674 dari luasan
tambak rata-rata sebesar 651,852
m2, nilai tersebut menunjukan
keuntungan bagi petani. Untuk
masalah ketiga faktor-faktor yang
berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usaha tambak udang
vaname adalah jumlah produksi
(X2). Faktor-faktor yang
berpengaruh tidak nyata terhadap
pendapatan usaha tambak udang
vaname adalah umur petani (X1)
dan lama bermitra (X3).
2 Ahmad Guslan Analisis Hasil dari penelitian ini
(2016) Strategi menunjukkan Pelaku Usaha
Universitas Saluran Budidaya Udang Windu di Desa
Mulawarman Pemasaran Pegat Batumbuk. (1) Penampung
Usaha udang windu, strategi yang tepat
Budidaya digunakan untuk tetap
34

Udang Windu meningkatkan hasil pemasaran


Di Desa Pegat yaitu strategi WO (Mendukung
Batumbuk Strategi Turn-Around) strategi
Kecamatan memanfaatkan peluang dan
Pulau Derawan meminimalkan kelemahan yang
Kabupaten ada. (2) Pembudidaya udang windu,
Berau. strategi yang tepat digunakan untuk
tetap meningkatkan hasil
pemasaran yaitu strategi WT
(Mendukung Strategi Defensif)
dengan berdasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis strategi saluran
pemasaran dalam meningkatkan
nilai tambah udang windu yang
dihasilkan oleh pelaku usaha
budidaya windu di Desa Pegat
Batumbuk Kecamatan Pulau
Derawan Kabupaten Berau.
Yuni Kristina Analisis Dalam penelitiannya
(2014) Institut Faktor-Faktor mengindentifikasi bahwa tambak
Pertanian Bogor Yang udang vaname di Kecamatan
Mempengaruhi Pasekan ini banyak dibudidayakan
Produksi Dan secara tradisional. Tujuan
Pendapatan penelitian ini adalah mengetahui
Budidaya faktor-faktor produksi yang
3 Tambak berpengaruh terhadap produksi
Udang budidaya tambak udang vaname
Vaname Di secara tradisiosnal dan
Kecamatan menganalisis perbandingan
Pasekan pendapatan budidaya udang
Kabupaten vaname berdasarkan sumber modal,
Indramayu. yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman dari tengkulak.

C. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah definisi dari semua variabel yang dapat

diperiksa dan bukan merupakan definisi konseptual dari variabel yang diteliti.

Oleh karena itu, variabel operasional yang didefinisikan yang menggambarkan


35

dan mengukur variabel-variabel ini lebih mudah untuk mengidentifikasi dan

mengumpulkan data saat sedang beroperasi dan dapat diukur atau diamati. 31

Konsep operasional dapat ditemukan dalam tabel berikut.

Tabel II. 2
Konsep Operasional

Tim Pusat Penjamin Mutu (P2M), Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Bengkalis,
31

STAIN, 2015), hlm 10


36

Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator

Usaha - Pendapatan - Bagaimana


Budidaya pendapatan yang
Udang diterima dari hasil
budidaya udang

Pendapatan - Bagaimana
- Keuntungan
keuntungan yang
didapatkan dalam
usaha budidaya
udang

- Biaya tetap - Bagaimana biaya


tetap yang
dikeluarkan seperti
gaji karyawan dan
biaya lain dalam
usaha budidaya
udang

- Biaya variabel - Bagaimana biaya


Biaya produksi yang
dikeluarkan dalam
usaha udang tersebut

- Total biaya - Bagaimana jumlah


biaya keseluruhan
yang dikeluarkan
dalam usaha tersebut

Benur - Jenis benur - Jenis benur


bagaimana yang
sesuai dalam usaha
37

budidaya udang

- Jenis pakan - Jenis pakan


bagaimana yang baik
Pakan
dalam budidaya
udang

- Waktu panen - Bagaimana waktu


yang sesuai yang
siap dipanen dalam

Panen usaha tersebut

- Umur udang - Berapa lama umur


kondisi udang yang
siap dipanen

- Ukuran lahan - Bagaimana ukuran


Luas lahan lahan yang sesuai
untuk budiaya udang
38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni

penelitian deskriptif (deskriptif research) adalah penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa

adanya. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian,

semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti adanya. 32

2. Pendekatan Penelitian

Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah

pendekatan kuantitatif adalah apabila data yang dikumpulkan berupa data

kuantitatif atau jenis data lain yang dapat dikuantitatifkan dan diolah

dengan menggunakan teknik statistik. 33

32
Hartono, Metodologi Penelitian (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2019), hlm 20
33
Andi Ibrahim, dkk, Metodologi Penelitian (Makassar: Gunadama Ilmu, 2018), hlm 21
39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Berancah Kecamatan

Bantan Kabupaten Bengkalis.

2. Waktu Penelitian

Untuk waktu penelitian ini dilakukan ketika surat permohonan izin

penelitian telah dikeluarkan oleh pihak intitusi terkait.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek adalah informan atau narasumber yang menjadi sumber

data riset. Sementara subjek dalam penelitian ini adalah kelompok

Budidaya Udang Vannamei di Desa Berancah Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis.

2. Objek penelitian

Objek adalah permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Adapun

objek dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan yang diperoleh dari

usaha kelompok budidaya udang Vannamei.


40

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang

mengambil sumber pengambilan sampel; sekumpulan orang yang

memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Atau keseluruhan subjek penelitian dapat berupa orang maupun

wilayah.34 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kelompok

budidaya udang vannamei di Desa Berancah Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis ini berjumlah 10 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian atau contoh dari

keseluruhan populasi penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. 35


Sementara sampel dalam penelitian ini adalah

teknik sampling jenuh. Sampling jenuh merupakan teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30

orang.36

34
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: SUKA-Press, 2021),
hlm 58
Ibid., hlm 59
35

Anak Agung Putu Agung, Metodologi Penelitian Bisnis Kuantitatif Dan Kualitatif
36

(Denpasar: CV. Noah Aletheia, 2019), hlm 47


41

E. Data, Jenis Data dan Skala Pengukuran

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder.

a) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

atau lembaga tertentu langsung dari sumbernya. Dalam penelitian

ini mendapatkan data primer dari lapangan yaitu dari anggota

kelompok pengusaha budidaya udang vannamei di desa Berancah.

Data ini merupakan data utama yang penulis gunakan untuk

mencari informasi mengenai bagaimana tingkat pendapatan

kelompok usaha budidaya udang vannamei tersebut.37

b) Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan antara lain

mencakup jurnal, buku-buku hasil penelitian yang berwujud

laporan dan sebagainya serta bahan lain yang terkait dengan

penelitian yang dilakukan.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat atau

berbentuk angka-angka.

37
Ibid., hlm 63
42

3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

ordinal. Skala ordinal adalah skala yang mencakup skala pendapatan dan

skala preferensi. Skala ini mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah

suatu urutan. Skala ordinal dapat dipakai jika postulat mengenai

transitivitas dapat dipenuhi. Postulat ini menyatakan bahwa: jika a lebih

besar daripada b dan b lebih besar daripada c. Pemakaian skala ordinal

mengungkapkan suatu pernyataan mengenai “lebih daripada” atau

“kurang daripada” (suatu pernyataan kesamaan juga bisa) tanpa

menyatakan berapa lebih besar atau kurang.38

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.39

38
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Depok: Rajawali Pers, 2019) hlm 123
39
Rifa’i Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, hlm 67
43

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui

penelaah sumber tertulis seperti buku, laporan, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya yang memuat data atau informasi

yang diperlukan peneliti.40

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis

kuantitatif. analisis data kuantitatif dilakukan pengolahan data menggunakan alat

bantu berupa software computer melalui program Microsoft Excel 2010. Teknik

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga

dapat dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain.41

1. Analisis pendapatan

Menurut Soekartawi keuntungan atau pendapatan merupakan

selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan merupakan

hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga produk tersebut.

Sedangkan biaya produksi merupakan hasil perkalian antara jumlah faktor

produksi dengan harga faktor produksi tersebut. Pendekatan total petani

didekati dengan persamaan yaitu :

Pd= TR – TC

40
Ibid., hlm 114
41
Ibid., hlm 121
44

Dimana:

Pd = pendapatan usaha tani dinyatakan dalam rupiah

TR= Total Penerimaan (Total revenue) dinyatakan dalam rupiah

TC= Total Biaya (Total cost) dinyatakan dalam rupiah.

Untuk mendapatkan total penerimaan (TR) terlebih dahulu hasil

kali antara jumlah barang dan jasa yang dijual dengan harga jual per-unit.

Total Revenue (TR) adalah penggandaan antara harga jual per-unit (P)

dengan jumlah terjual (Q).

TR = P x Q

Dimana:
P = harga output per unit;

Q = jumlah output.

Sementara untuk mendapatkan hasil dari biaya total (TC) terlebih

dahulu melakukan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dengan

persamaan pendekatan sebagai berikut:

TC = FC + VC

Dimana :

TC = biaya total
45

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel
46

Anda mungkin juga menyukai