Anda di halaman 1dari 16

A.

Bukti Audit

1. Pengertian Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 6)

Bukti audit adalah semua media atau simpulan informasi yang digunakan oleh
auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dan criteria.
Dalam buku Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach, Messier, Glower,
dan Prawitt (2006) menjelaskan bahwa bukti audit adalah seluruh informasi yang digunakan
oleh auditor untuk mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit dan mencakup
informasi yang terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
serta informasi lainnya. Sedangkan Mulyadi (2002) menyatakan bahwa bukti audit adalah
segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam
laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapatnya.
Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang digunakan
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Adapun jenis bukti audit yang diperlukan oleh seorang auditor terdiri
dari:
a. Data akuntansi
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi yaitu seperti: jurnal, buku besar, dan buku
pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum dan catatan tidak resmi.
b. Semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat,
konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui informasi yang diperoleh
auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, infeksi dan pemeriksaan fisik, serta
informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya
untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

2. Persuasivitas Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 6)


Persuasivitas dapat diartikan sebagai tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa bukti audit
dapat mendukung pendapat audit. Terdapat dua penentu persuasivitas bukti audit yakni
kompetensi bukti audit dan kecukupan bukti audit.
A. Kompetensi Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 7)
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat. Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas
pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi
dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Kompetensi informasi penguat
dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini:
1) Relevansi
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Suatu bukti mungkin relevan dalam
suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan dalam tujuan audit yang lain.
2) Sumber
Secara garis besar, sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi
bukti yang diperoleh adalah sebagai berikut:
 bukti audit berasal dari klien ataupun di luar organisasi klien;
 bukti yang diperoleh dari pihak independen lebih dapat diandalkan;
 efektivitas internal control. Semakin efektif internal control perusahaan, semakin
tinggi tingkat keandalan bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor; dan
 kualifikasi pemberi informasi.
3) Ketepatan Waktu
Faktor ini berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor. Untuk
saldo akun-akun neraca, bukti yang diperoleh yang dekat tanggal neraca memiliki tingkat
keandalan yang lebih tinggi. Untuk akun-akun lainnya, bukti lebih meyakinkan bila
diperoleh dari sampel yang dipilih sepanjang periode laporan.
4) Objektivitas
Faktor ini berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor. Untuk
saldo akun-akun neraca, bukti yang diperoleh yang dekat tanggal neraca memiliki tingkat
keandalan yang lebih tinggi. Untuk akun-akun lainnya, bukti lebih meyakinkan bila
diperoleh dari sampel yang dipilih sepanjang periode laporan.
B. Kecukupan Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 7-8)
Kecukupan berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit
adalah:
1) Materialitas dan Risiko
Akun yang memiliki saldo besar dalam laporan keuangan memerlukan jumlah bukti audit
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo kecil (tidak material).
Untuk akun yang mempunyai kemungkinan atau risiko salah saji yang tinggi untuk
disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki
kemungkinan kecil salah saji.
2) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi dapat dilihat dari pertimbangan mengenai segi waktu dan biaya.
Misalnya, dibandingkan dengan memeriksa seluruh bukti, meskipun dalam audit seorang
auditor hanya memeriksa jumlah bukti yang sedikit, tetapi asal dapat memberikan
keyakinan yang tinggi, maka dengan pertimbangan waktu dan biaya hal tersebut tepat
dilakukan.
3) Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi ditentukan oleh banyaknya item dalam populasi. Semakin besar
populasi semakin banyak bukti yang diperlukan. Karakteristik populasi ditentukan oleh
homogenitas anggota populasi. Semakin homogen suatu populasi maka jumlah bukti
audit yang dipilih lebih kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen.

3. Tipe Bukti Audit (Buku BAHAN AJAR AUDITING –1 (Penerapan Praktisi Jasa Audit) BUKU 1
oleh Andi Rustam, Andi Arif dan Muhammad Adil, LPP UNISMUH MAKASSAR , Halaman
55-56)
Tipe-tipe bukti audit dikelompokkan menjadi 2 bagian:
a) Bukti pendukung laporan keuangan
 Journal, ledger, subledger;
 Pedoman akuntansi; dan
 Memorandum, worksheets, rekonsiliasi.

b) Bukti penguat (corroborating evidence)


 Dokumen-dokumen seperti faktur, cek, dan kontrak
 Konfirmasi dan pernyataan tertulis lainnya
 Informasi yang diperoleh melalui inquiry, observation,inspection.”
4. Sifat Bukti Audit (Buku Auditing oleh Sukrisno Agoes, Buku 1 Edisi 5, Salemba Empat,
Halaman 179-181)
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan,
serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi
biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan
keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat
dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa
cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat
auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek;
catatan electronic fund system; faktur, surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi
tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangat
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang
diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih
diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor
secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan
inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence).

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua informasi penguat
yang tersedia bagi auditor.

Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan
seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini
seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang
cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan
data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek; catatan electronic
fund system; faktur, surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan
pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas
keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak
independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih diandalkan/dipercaya
keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin
efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi
dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence)
daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence).

Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:

1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence 6. Hearsay evidence

Physical Evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau diinspeksi,
dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-
bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik
surat berharga dan inventarisasi aset tetap.

Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi kepemilikan atau penilaian,
langsung dari pihak ketiga di luar klien. Contohnya adalah jawaban konfirmasi piutang, utang, barang
konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum
klien.

Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung
transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general ledger,
dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan
berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.

Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan
auditor. Misalnya footing, cross footing, dan extension dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi
beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk
rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut
buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi intercompany accounts dan lain-lain.

Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan
klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan audit, sebelum
melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa
dilakukan dalam bentuk:

1. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan tahun berjalan
dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan penurunan yang signifikan baik dalam jumlah
rupiah maupun persentase.
2. Common Size (Vertical) Analysis.

3. Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio
manajemen aset.

Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian
intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan lain-lain.

5. Evaluasi Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 8)


Kemampuan untuk mengevaluasi bukti audit secara tepat adalah keahlian penting lain yang
harus dikembangkan oleh seorang auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti membutuhkan
pemahaman auditor atas jenis yang tersedia dan keandalan relatif atau diagnosisnya. Auditor
harus mampu menentukan kapan jumlah yang cukup dari bukti kompeten yang telah didapat
dalam rangka memutuskan apakah kewajaran asersi manajemen dapat didukung.

6. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit (Makalah Bukti Audit Halaman 8-10)
Dalam memperoleh bukti audit, auditor dapat melakukan beberapa prosedur
berikut ini
a. Inpeksi
Inspeksi dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu inspeksi secara rinci terhadap
dokumen dan catatan-catatan atau inspeksi terhadap aktiva berwujud/kondisi fisik sesuatu.
Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan
dapat menaksir keaslian dokumen atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang
mungkin dilakukan.
b. Pengamatan (Observation)
Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat
pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas dari kepentingan dan independen.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe, yakni :
 Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik
informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
 Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika
informasi yang diterimanya tidak akurat.
d. Permintaan keterangan/tanya jawab
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta
keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan
dokumenter.
e. Penelusuran/Tracing
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran informasi sejak
mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan
pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
f. Prosedur analitis
Prosedur analitis merupakan pemeriksaan dokumen pendukung yang meliputi:
1) Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
2) Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
g. Perhitungan kembali
Perhitungan kembali merupakan pemeriksaan keakuratan matematis dari dokumen atau
suatu catatan.
h. Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih
mendalam.
i. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya
pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh
klien.
j. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu
menggunakan teknik audit berbantuan komputer dalam menggunakan berbagai prosedur
audit yang dijelaskan diatas. Teknik terkadang disamakan dengan atau merupakan bagian
proses dalam pelaksanaan prosedur penghitungan kembali.

7. Tingkatan Bukti audit (Makalah Bukti Audit Halaman 10)


Dari berbagai cara memperoleh bukti audit, secara umum dapat ditentukan hirarki atau
tingkatan jenis bukti audit berdasarkan keandalannya yaitu sebagai berikut:

Tingkat Keandalan Prosedur Perolehan Bukti


Tinggi Inspeksi
Reperformance
Penghitungan kembali
Teknik audit komputer
Sedang Inspeksi atas catatan dan dokumen
Scanning
Konfirmasi
Prosedur analitis
Rendah Tanya jawab
Pengamatan

Hierarki di atas merupakan panduan secara umum, dalam setiap jenis perusahaan tentu
dapat berbeda kondisinya atau terdapat beberapa pengecualian, misalnya konfirmasi dapat
dipandang sebagai bukti dengan tingkat keandalan tinggi jika dilakukan terhadap pihak ketiga
yang mempunyai kredibilitas tinggi dan inpendensi yang diakui banyak pihak.
8. Kompetensi Bukti Audit (: Buku BAHAN AJAR AUDITING –1 (Penerapan
Praktisi Jasa Audit) BUKU 1 oleh Andi Rustam, Andi Arif dan Muhammad
Adil, LPP UNISMUH MAKASSAR , Halaman 57-58)
Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti
tersebut. Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif , dan
relevan
Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada faktor berikut
1) Relevansi Bukti, Bukti audit yang relevan jika bukti tersebut jelas, memiliki hubungan
yang logis dan masuk akal dengan tujuan dan criteria audit, serta dapat dimengerti
dengan temuan audit tersebut.
2) Sumber Informasi Bukti, Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi
bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar entitas yang
independen merupakan bukti yang paling tepat dipercaya. Bukti semacam ini
memberikan tingkat keyakinan atas keandalan yang lebih besar daripada bukti yang
diperoleh dari internal entitas.
3) Ketepatan Waktu, Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pemakaian
bukti audit.
4) Objektivitas, Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliabel dan
kompeten daripada bukti audit yang bersifat subjektif

9. Compliance Test dan Substantive Test (Buku Auditing oleh Sukrisno Agoes, Buku 1
Edisi 5, Salemba Empat, Halaman 181-182)
Tes Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap
butki-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan
sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam
pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-nya tidak material,
auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap
efektivitas pengendalian intern.
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian
intern bisa di atasi dengan suatu "compensating control".
Kesalahan yang Kelemahan I/C Compensacing Control
Ditemukan
1. Bukti Timbul kemugkinan bukti 1. Subledger utang selalu di
pengeluaran kas pendukung digunakan untuk update dan setiap akhir
dan bukti bukti pembayaran yang kedua bulan direconcile dengan
pendukung tidak kalinya. saldo utang di buku besar.
di cap lunas. 2. Perusahaan memiliki
bagian internal audit yang
cukup kuat dan setiap
bulan memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas
3. Bukti Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan
pengeluaran kas penyalahgunaan bukti imprest fund system
tidak bernomor tersebut untuk keuntungan untuk pengeluaran s
urut tercetak pribadi. Rp750.000 untuk
jumlah> Rp750.000
dibayar dengan giro, yang
urutan nomornya selalu
diawasi

Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sampel yang Digunakan


 Penjualan  Sales Test  Faktur Penjualan
 Penerimaan Kas  Cash Receipts Test  Kuitansi
 Pengeluaran Kas  Cash Disbursements  Nomor Cek/Giro
 Pembeliaan Test  Purchase Order
 Pembayaran Gaji dan  Purchase Test  Daftar Gaji
Upah  Payrol Test  Jurnal Voucher
 Jurnal  Journal Test
Koreksi/Penyesuaian

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal


a. kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
b. kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
e. kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar
Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan bulu pada akhir tahun.
Contoh kertas kerja untuk tes transaksi pengeluaran kas bisa dilihat di Exhibit 6-2
Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan
Posisi Keuangan Ineracal dan Laporan Laba Rugi).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:
 inventarisasi aset tetap observasi atas stock opname
 konfirmasi piutang, utang dan bank
 subsequent collection dan subsequent payment
 kas opname
 pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain
Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan- kesalahan,
harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika
kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk
daftar audit adjustment). Jika usilan adjustment tidak disetujui klien, dan auditoryakin usulan
adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap per
mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi
opini akuntan publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perla membuat kertas kerja
dalam bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and Last, Top Schedule dan Supporting
Schedule.
10. Cara Pemilihan Sampel (Buku Auditing oleh Sukrisno Agoes, Buku 1 Edisi 5,
Salemba Empat, Halaman 182-184)
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa
keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya
yang besar.

Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara "test basis" atau secara
sampling. Dari keseluruhan "universe" diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari
hasil pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai "universe" secara
keseluruhan.

Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili
universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. ,

Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga
sampel tersebut betul-betul representative.

Menurut SA 530.2
Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.

Risiko sampling: Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel
dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi.

Risiko nonsampling: Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling.
"Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan
bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan
kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan "Kedua pendekatan
sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup

Menurut SA 530.3
Sampling statistik: Suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai
berikut.
(i) Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan
(i) Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur
risiko sampling

Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik-karakteristik (1) dan (ii) dianggap
sebagai sampling nonstatistik.

Menurut SA 530.7 dan 530.8


Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling
membutuhkan pertimbangan auditor; namun, ukuram sampel bukan merupakan kriteria
yang tepat untuk membedakan antara pendekatan statistik atau nonstatistik.

Menurut SA 530.10
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang
tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian awal
risiko tersebut. Untuk pengujian rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang
tidak diharapkan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa
terdapat kesalahan penyajian material dalam suatu golongan transaksi atau saldo akun,
kecuali bukti audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material.

Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun "sampling plan". Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan
adalah:

a. Random/Judgement Sampling

Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement si akuntan


publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor
menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan
Rp5.000.000 harus di-vouching, ditambah dua setiap bulan yang berjumlah di bawah
Rp5.000.000. Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam
memilih sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.

b. Block Sampling Dalam hal ini


auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel, misalnya bulan Januari,
Juni, dan Desember Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah, tetapi
sangat tergantung pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor,
semakin baik hasilnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul representative. Tetapi
jika auditor kurang pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative.

c. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun sampel
yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang lebih banyak,
statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar
dan mempunyai internal control yang cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai