Anda di halaman 1dari 35

Titrasi Iodo-idoimetri

SJ Raharjo
TiTrasi
iODOMETri
&
iODiMETri
Pemutih
Tujuan Pembelajaran

 Mendeskripsikan
pengertian titrasi iodo-
iodimetri

 Menjelaskan prinsip dasar


titrasi iodo-iodimetri
 Larutan standar
 Indikator
 Menjelaskan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam
titrasi iodo-iodimetri
DEFINISI
• Titrasi iodometri adalah salah satu metode
titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi
reduksi.
• Iodometri adalah analisa titrimetri yang secara
tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II, di mana
zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan dalam bentuk iodin
PRINSIP

Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi


dengan cara tidak langsung, dalam hal ini ion iodide
sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya
dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan
untuk penentuan oksidator. Pada oksidator ditambahkan
larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium
yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator,
digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri
apabila warna biru telah hilang.
Pengetahuan awal

No. Aspek Iodometri Iodimetri

1. Jenis Titrasi tidak langsung Titrasi langsung


2. Tujuan
Menentukan kadar oksidator Menentukan kadar
reduktor
3. Peniter Na2S2O3 I2
4. Indikator Amilum
Amilum (menjelang TAT)
(diawal sebelum titrasi)
5. TAT Biru menjadi tidak berwarna Tidak berwarna
menjadi biru
Prinsip Dasar Titrasi Iodometri

1 Titrasi tidak langsung yang menghasilkankan I2, lalu


dititrasi dg Na2S2O3

2 Untuk menetapkan kadar oksidator

semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya


direaksikan terlebih dahulu dengan ion iodide
berlebih (I-) sehingga terbentuk I2.

Oksidator + I- + H+ → I2 + hasil reduksi


Selanjutnya I2 yang dibebaskan ini dititrasi dengan
larutan standar sekunder Na2S2O3

S2O32- + I2 → S4O62- + I- 1
0

2
0

Na2S2O3
0

TAT : biru → hilang (bening) 4


0

5
0

Ex : penentuan Cu(II), Ca(OCl)2


dalam pemutih, kaporit
Prinsip Dasar Titrasi Iodimetri

1 Titrasi langsung yang menggunakan penitrasi I2

2 Untuk menetapkan kadar reduktor

reduktor yang akan ditetapkan kadarnya langsung


dititrasi dengan larutan iodium (I2 )

Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit,


Stibium (III), timah (II), dan ferosianida
Digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih kecil daripada sistem iodium-iodida
0

1
0

Reduktor → oksidator + e
2

I2
0

3
0

I2 + 2e → 2I-
0

5
0

TAT : terbentuk warna biru


syaraT DalaM TiTrasi iODO-iODiMETri ?
?
1. Titrasi harus dilakukan dalam keadaan dingin volatil

2. Titrasi tidak dapat dilakukan dalam kondisi basa kuat, karena


iod bereaksi dengan alkali
I2 + 2OH- → IO- + I- + H2O pH dijaga ≈ 8

S2O32- + 4IO- + 2OH- → 4I- + 2SO42- + H2O

3. Karena kelarutan iod di dalam air sangat kecil (0,00134 mol/L)


menyebabkan KI yang digunakan harus berlebih
syaraT DalaM TiTrasi iODO-iODiMETri ?
?

4. Penambahan indikator kanji


Iodometri : Sebaiknya dilakukan saat menjelang titik akhir
titrasi (larutan berwarna kuning)

Iodimetri : dapat ditambahkan sejak awal titrasi

5. Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisir


terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas

4I- + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O


Larutan Baku Natrium tiosulfat

 Dibuat dari garam Na2S2O3.5H2O (BM = 248,17)

 Relatif tidak stabil → standarisasi

K2Cr2O
7

KIO3

KBrO3

K3[Fe(CN)6

I2
Larutan Baku Natrium tiosulfat

Keasaman
• Tiosulfat stabil dalam suasana sedikit basa atau netral
• Jika terlalu asam akan membentuk hidrogen sulfit
• Jika terlalu basa akan membentuk natrium sulfit dan
natrium sulfida

Oksidasi oleh udara


• Tiosulfat mudah teroksidasi oleh udara
• Diencerkan menggunakan air bebas O2

Mikroorganisme
• Mencegah aktivitas bakteri → dipakai air yang sudah
dididihkan, ditambah pengawet (kloroform, natrium
karbonat, natrium benzoat, HgI2)
Larutan Baku
Iodium

Iod (I2) : zat padat sukar larut dalam air

0,0013 mol/L
pada 25°C

Sebagai pelarut digunakan KI

Larutan iod tidak stabil

As2O3 atau Na2S2O3


Natrium tiosulfat
Standarisasi

Kalium Dikromat

Kalium dikromat direduksi oleh larutan kalium iodida yang asam dan ion
dibebaskan.

Cr₂O₇²¯ + I¯ + H⁺ → Cr³⁺ + I₂ + H₂O

Kalium Iodat
Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

KIO + 5KI + 6HCl → 3I + 6KCl + 3H O

I + 2Na S O → 2NaI + Na S O
Standar primer untuk iodin
Standarisasi

Arsen (III) oksida, As2O3


Arsen (III) oksida merupakan standar primer yang baik dan paling sering
dipergunakan. Senyawa ini stabil, nonhigroskopis dan tersedia dengan
tingkat
kemurnian yang tinggi. Reaksi antara zat ini dan iod adalah reaksi
reversible :

Natrium TiosulfatHAsO2 + I2 + 2H2O H3AsO4 + 2H+ + 2I-


Natrium tiosulfat ini terlebih dahulu distandarisasi dengan kalium iodat atau
kalium dikromat.

2S2O32- + I2 2I- + S4O62-


Uji Kepahaman

Setarakan reaksi redoks berikut!

Cr₂O₇²¯ + I¯ + H⁺ → Cr³⁺ + I₂ + H₂O

S2O32- + I2 → I- + S4O62-
TiTrasi iODO-iODiMETri

Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu


kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada
konsentrasi konsentrasi iod yang sangat rendah.

Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :

Amilum + I2 → iod-amilum (biru)

Iod-amilum + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 + amilum


(biru) (tak berwarna)
TiTrasi iODO-iODiMETri

Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya


murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai
berikut :
(i) bersifat tidak dapat larut dalam air dingin;
(ii) ketidakstabilan suspensinya dalam air;
(iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut
dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu
dini dalam titrasi (karena itu, dalam titrasi iod larutan kanji
hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelum titik
akhir, ketika warna mulai memudar). Kanji natrium
glukonat
iODO-iODiMETri

Banyak digunakan untuk penentuan kadar analit


secara volumetri

Penentuan klor aktif dalam bubuk pemutih


Penentuan kadar Vit. C
Penentuan tembaga dalam tembaga sulfat
Penentuan arsen dalam larutan sodium
arsenit
REAKSI
• Pembakuan Na2S2O3
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3I2 + 3K2SO4 + 3H2O
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

• Penetapan kadar CuSO4.5H2O


2CuSO4.5H2O + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4 +
10H2O
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
METODE
Na2S2O3

0 0
1 1
2
0 2
0
3
0 3
0
+ H2SO4 + KI 4
0
5
0
+ Amilum 4
0
5
0
0 0

Sampel
• Melalui titrasi tak langsung ini, semua
oksidator yang akan ditetapkan
kadarnya direaksikan terlebih dahulu
dengan ion iodide berlebih (I-) sehingga
I2 dapat dibebaskan. Selanjutnya I2
yang dibebaskan ini dititrasi dengan
larutan baku sekunder Na2S2O3
dengan indikator amilum.
• Pada metode ini larutan harus dijaga
supaya pH < 8, karena dalam larutan
alkali iodium bereaksi dengan
hidroksida (OH-) menghasilkan ion
hipoiodit yang akhirnya menghasilkan
ion iodat menurut, reaksi :
I2 + OH- → HI + IO-
3IO- → IO3- + 2I-
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam jangka
waktu lama karena :
1. Keasaman, larutan ini mudah terurai menjadi ion
hydrogen sulfit (HSO3-) dan secara perlahan-lahan
terurai membentuk pentationat (S5O6-).
2. Oksidasi oleh udara, larutan ini mudah teroksidasi
membentuk sulfur.
3. Mikroorganisme, terdapat bakteri dari udara yang
menggunakan larutan natrium tiosulfat sebagai
sumber sulfur dalam metabolismenya dan
mengoksidasinya menjadi sulfat.
• Indikator kanji / amilum yang dipergunakan
harus ditambahkan mendekati titik akhir
titrasi. Penambahan amilum di awal titrasi
akan menyebabkan terbentuknya iod-amilum
akan membentuk kompleks warna biru yang
tidak larut dalam air dingin, sehingga akan
menyebabkan titran semakin bertambah
untuk memutuskan ikatan kuat senyawa
kompleks tersebut dan akan menganggu
penetapan kadar sampel.
PERHITUNGAN
IODOMETRI
Reaksi yang terjadi:

Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3

IO3- + I- + 6H+  3I2 + 3H2O


Penambahan Indikator Amilum
Pada Titik akhir titrasi

I2 + S2O32-  2I- + S4O62-

Anda mungkin juga menyukai