Anda di halaman 1dari 7

JATUH

Gangguan keseimbangan dan jatuh merupakan salah satu masalah yang sering terjadi
pada orang berusia lanjut akibat berbagai perubahan fungsi organ, penyakit, dan faktor
lingkungan. Akibat yang ditimbulkan oleh jatuh tidak jarang tidak ringan, seperti cedera
kepala, cedera jaringan lunak, sampai dengan patah tulang. Jatuh juga seringkali merupakan
petanda kerapuhan (frailty), dan merupakan faktor prediktor kematian atau penyebab tidak
langsung kematian melalui patah tulang.
Jatuh terjadi ketika sistem kontrol postural tubuh gagal mendeteksi pergeseran dan
tidak mereposisi pusat gravitas terhadap landasan penopang pada waktu yang tepat untuk
menghindari hilangnya keseimbangan. Kegagalan ini antara lain disebabkan oleh pergeseran
pusat gravitasi tubuh yang besar, cepat, dan terjadi tiba-tiba; gangguan lingkungan; serta
faktor intrinsic seperti hilangnya fungsi sensorik yang esensial untuk mendeteksi gerakan
pusat gravitasi tubuh, gangguan kemampuan sistem saraf pusat untuk mengorganisasi dan
menghantarkan respons postural, dan respon postural yang tidak efektif akibat terganggunya
sistem neuromuskular, gaya jalan abnormal, refleks postural tidak memadai, instabilitas
sendi, dan kelemahan otot.
Berbagai faktor berperan untuk terjadinya gangguan keseimbangan dan jatuh.
Umumnya merupakan kombinasi beberapa faktor yang saling berinteraksi dengan masalah
lingkungan.
Tabel 1. Faktor-faktor terkait penuaan dalam instabilitas dan jatuh.
A. PENYEBAB
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang
usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor risiko intrinsik
(faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di
lingkungan).
Tabel 2. Penyebab jatuh.

B. DIAGNOSIS
Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang rinci, pemeriksaan
fisik, pengkajian cara berjalan dan keseimbangan, pengkajian terhadap kondisi lingkungan
tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium.
Riwayat penyakit seyogyanya difokuskan pada riwayat medis umum dan pengobatan
yang dijalani pasien, pencapat pasien tentang penyebab jatuh yang dialami mereka,
lingkungan tempat pasien jatuh, gejala dan tanda yang menyertai (seperti palpitasi akibat
aritmia atau gejala neurologis fokal akibat TIA), dan apakah terdapat riwayat kehilangan
kesadaran. Manakala terdapat riwayat hilangnya kesadaran perlu dipertimbangkan adanya
kejang (terutama bila terdapat inkontinensia) maupun kelainan jantung seperti aritmia sesaat
atau blok jantung (heart block).
Pengkajian cara berjalan dan keseimbangan juga merupakan komponen penting dalam
pemeriksaan fisik. Pengkajian sederhana berupa 'get up dan go test’ mungkin cukup praktis
dalam mengkaji cara berjalan dan keseimbangan.
Pemeriksaan laboratorium tidak selalu diperlukan, tergantung data yang diperoleh dari
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Jika diduga terdapat penyakit akut yang mendasari
terjadinya instabilitas atau jatuh, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksan
darah perifer lengkap, elektrolit, ureum, foto toraks, atau elektrokardiogram. Jika dicurigai
adanya aritmia sesaat atau blok jantung, elektrokardiogram perl dikerjakan.
Ekokardiografi perlu dilakukan bila dicurigai terdapat murmur jantung lebih keras dari
derajat 2. Pencitraan dengan CT scan dan elektroensefalogram perlu dikerjakan bila dicurigai
kuat terdapat lesi intrakranial atau kejang.
Tabel 3. Evaluasi pada Pasien Usia Lanjut yang Jatuh.
 Pemeriksaan Keseimbangan dan Mobilitas Fungsional
1. Uji The Timed Up and Go
Uji TUG dapat digunakan untuk mengukur mobilitas, keseimbangan, dan
pergerakan pada usila. Fungsi mobilitas fungsional dasar tersebut diukur dari berapa
detik waktu yang diperlukan subyek untuk melakukan aktivitas berturut-turut:
bangkit dari kursi bertinggi duduk 46 cm dengan sandaran lengan dan punggung,
berjalan sepanjang 3 meter, berbalik arah kembali menuju kursi, dan duduk kembali.
Nilai <10 detik menunjukkan kemandirian penuh, nilai 10 - <20 detik umumnya
mandiri untuk berbagai aktivitas mobilitas seperti aktivitas mandi, mampu untuk
naik tangga, dan bepergian sendiri, nilai 20-29 detik terdapat variasi dalam mobilitas
dan keseimbangan, sedangkan nilai 30 detik atau lebih menunjukkan mobilitas
terganggu dan ketergantungan pada kebanyakan aktivitas karena risiko jatuh tinggi.
2. Uji Menggapai Fungsional
Uji ini menilai kontrol postural dinamis dengan mengukur jarak terjauh seseorang
yang berdiri mampu menggapai atau mencondongkan badannya ke depan tanpa
melangkah. Nilai normal untuk usia 41- 69 tahun pada laki-laki 14,98 inci ± 2,21
dan perempuan 13,81 inci ± 2,2; sedangkan untuk usia 70-87 tahun pada laki-laki
13,16 inci ± 1,55 dan perempuan 10,47 inci ± 3,5. Pada individu berusia 70 tahun
atau lebih, nilai 6 inci atau kurang berkorelasi dengan kecepatan berjalan dan risiko
untuk jatuh. Uji ini mudah dilakukan, namun hanva mengukur satu komponen dari
keseimbangan dinamik
3. Uji Keseimbangan Berg
Uji in merupakan uji aktivitas dan keseimbangan fungsional yang menilai
penampilan mengerjakan 14 tugas, diberikan angka 0 (tidak mampu melakukan)
sampai 4 (mampu mengerjakan dengan normal sesuai dengan waktu dan jarak yang
ditentukan) dengan skor maksimum 56. Tugas-tugas yang dinilai adalah duduk tanpa
bantuan, bangkit dari duduk ke berdiri, berdiri ke duduk, transfer, berdiri tanpa
bantuan, berdiri dengan
mata tertutup, berdiri dengan kedua kaki rapat, berdiri dengan kedua kaki dalam
posisi tandem, berdiri dengan satu kaki, rotasi punggung saat berdiri, mengambil
obyek
tertentu dari lantai, berputar 360°, melangkahi kursi tanpa sandaran, dan menggapai
ke arah depan saat berdiri.
C. TATALAKSANA
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah
mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh; mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh; memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara
berialan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai; mengubah lingkungan
agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup; pegangan; lantai yang tidak licin, dan
sebagainya.
Latihan fisik (penquatan otot, fleksibilitas sendi, dan keseimbangan), latihan Tai Chi,
adaptasi perilaku (bangun dari duduk perlahan-lahan, menggunakan pegangan atau perabot
untuk keseimbangan, dan teknik bangun setelah jatuh) perlu dilakukan untuk mencegah
morbiditas akibat instabilitas dan jatuh berikutnya.
Perubahan lingkungan acapkali penting dilakukan untuk mencegah jatuh berulang.
Lingkungan tempat orang usia lanjut tinggal seringkali tidak aman sehingga upaya perbaikan
diperlukan untuk memperbaiki keamanan mereka agar kejadian jatuh dapat dihindari.
Tabel 4. Penilaian Klinis dan Tatalaksana yang Direkomendasikan Bagi Orang Usia Lanjut yang Berisiko Jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapany DL. Penatalaksanaan di bidang ilmu
penyakit dalam panduan praktik klinis. Jakarta: Interna Publishing; 2015

Anda mungkin juga menyukai