Anda di halaman 1dari 6

INSTRUMENT PENGKAJIAN PADA KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun oleh : Salsabilla Alief Azzalia Az-Zarah


NPM : 202201075
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengupayakan
pemberian kualitas hidup yang terbaik pada pasien menjelang kematiannya. Oleh
karena itu, perawatan komprehensif, tidak hanya perawatan fisik saja, namun
emosional, psikologis, spiritual pasien juga sangat penting untuk diberikan.
Walaupun begitu, perawatan spiritual kerap kali terabaikan dari rangkaian
perawatan. Spiritual distress merupakan perasaan tak bermakna dan putus asa yang
sering kali dirasakan oleh pasien dengan penyakit yang kian parah atau pasien
stadium lanjut dengan kualitas hidup buruk. Biasanya spiritual distress terjadi
karena proses pemulihan yang terasa lambat dan kurangnya penerimaan dari dalam
diri pasien.
B. Tujuan
• Menelusuri instrument pengkajian mengenai perawatan paliatif
• Menjelaskan instrument pengkajian menggunakan metode “HOPE”
• Menjelaskan instrument pengkajian menggunakan kuisioner SWBS
(spiritual well-being scale)
BAB II: PEMBAHASAN

A. Instrumen Pengkajian “HOPE”


Metode HOPE adalah metode pengkajian spiritual yang dikembangkan pada 2001
oleh Anandarajah dan Hight. Metode ini bertujuan untuk mengkaji tingkat spiritual
pada pasien. Terdiri dari 20 pertayaan yang akan diajukan dari 4 elemen yang
mencakup;
▪ H (hope): Sumber harapan, kekuatan, kenyamanan, makna, kedamaian
▪ O (organised): Fasilitas yang dapat diberikan pada pasien, seperti adanya
tempat ibadah yang nyaman dan adanya waktu yang cukup untuk beribadah
▪ P (personal spiritual dan praktek): Praktek keagamaan yang dilakukan secara
personal
▪ E (Effect on medical care): Cara pandang pasien terhadap efek perawatan serta
pengambilan kepeutusan untukkematiannya.

Dari jawaban yang diberikan oleh pasien, dapat diketahui keyakinan pasien baik
formal dan non-formal, praktek keagamaan yang dilakukan hingga focus pada isu
akhir hayat. Namun, instrument ini belum ada validasi secara luas, mengingat
instrument ini dikembangan di negara yang mayoritas beragama Kristen dan
Katolik, sehingga bias terhadap budaya karena lebih mengarah pada budaya barat
dan perlu dimodifikasi lagi untuk menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang
mayoritasnya beragama Islam.

B. Instrumen Pngkajian “SWBS”


Spiritual Well-Being Scale (SWBS) merupakan alat ukur yang dikembangkan
untuk menilai kesejahteraan religius dan eksistensial. Terdapat 2 model SWBS,
model Ellison dan model Fisher. Keduanya memiliki akar sejarah yang sama yaitu
adanya kepedulian dari pemerintah Amerika Serikat pada tahun 70an terhadap
proses penuaan masyarakat dan hubungannya dengan kehidupan spiritual.
Alat ukur SWBS model Ellison memiliki 2 dimensi yaitu Religious Well-Being
(RWB) dan Existential Well-being (EWB). RWB merupakan hubungan dengan
kekuatan tertinggi, yaitu Tuhan. Sementara EWB adalah hubungan atar sesema
manusia, elemen psikososial. Setiap dimensi diukur menggunakan 10 pertanyaan
dengan penilaian skor 1 (sangat tidak setuju) hingga skor 6 (sangat setuju). Hasil
skor mulai dari 20-120 untuk keseluruhan dimensi, skor yang tinggi menunjukkan
tingginya persepsi Spiritual Well-Being, sedangkan rendahnya skor menunjukkan
rendahnya persepsi Spiritual Well-Being. Model ini dapat digunakan untuk tujuan
klinis dan konseling pribadi maupun kelompok.
Sementara alat ukur model Fisher, lebih dikenal dengan Spiritual Well-Being
Questionaire (SWBQ). Berbeda dengan model sebelumnya, SWBQ memiliki 4
dimensi (personal, komunal, lingkungan dan transendental) skala 5, dengan total 20
pertanyaan. Maka tiap dimensi memiliki 5 pertanyaan. Setiap dimensi memiliki tiga
unsur yang sama, yaitu aspek pengetahuan (knowledge), inspirasi (inspiration) dan
ekspresi (expression). Model ini mengukur kualitas relasi seseorang dengan
keempat domain: diri sendiri, komunitas, lingkungan dan hal yang transenden.
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perawatan paliatif, perawatan spiritual merupakan salah satu aspek penting.
Pengkajian menggunakan alat ukur spiritual sangat membantu dalam
mengeksplorasi nilai keyakinan dan kepercayaan pasien baik mengenai
kehidupannya dalam rentang sehat dan sakitnya. Terdapat hubungan antara
kesejahteraan spiritual dengan depresi, semakin tinggi tingkat kesejahteraan
spiritualitas, semakin rendah tingkat depresinya, begitu pula dengan sebaliknya.
Beberapa metode pengkajian spiritual yang dapat digunakan pada pasien paliatif
yaitu metode hope questionnaire spirituality dan Spiritual Well-Being Scale
(SWBS) atau Spiritual Well-Being Questionaire (SWBQ).
B. Saran
Mengintegrasikan perawatan spiritual dalam perawatan paliatif dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dan membantu menghadapi masa akhir hidup
dengan ketenangan dan martabat. Penilaian spiritual dapat dilakukan secara rutin
untuk mengidentifikasi apakah terdapat perubahan kesejahteraan spiritual pasien
dari waktu ke waktu dan membantu mengarahkan perawatan yang tepat melalui
evaluasi rutin. Menggunakan metode pengkajian spiritual seperti Hope
Questionnaire Spirituality, Spiritual Well-Being Scale (SWBS), atau Spiritual
Well-Being Questionnaire (SWBQ) untuk membantu mengukur dan memahami
tingkat kesejahteraan spiritual pasien secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Tumanggor, R. O. (2019). ANALISA KONSEPTUAL MODEL SPIRITUAL WELL-BEING


MENURUT ELLISON DAN FISHER . Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
.

Yodang Yodang, N. N. (2020). INSTRUMEN PENGKAJIAN SPIRITUAL CARE PASIEN DALAM


PELAYANAN PALIATIF: LITERATURE REVIEW . Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan , 546-547.

Anda mungkin juga menyukai