Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN


ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY W
USIA 26 TAHUN P2A0 POST PARTUM SPONTAN
DENGAN VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREAN
DI RSUD WONOSARI
2023/2024

Dosen Pembimbing Pendidikan : Kharisah Diniyah, S.ST.,MMR

Disusun Oleh :
Trapsilaningtyas
2220106001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)


STASE PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY W


USIA 26 TAHUN P2A0 POST PARTUM SPONTAN
DENGAN VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREAN
DI RSUD WONOSARI
2023/2024

Dosen Pembimbing Pendidikan : Kharisah Diniyah, S.ST.,MMR

Wonosari, Agustus 2023

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik Mahasiswa

Kharisah Diniyah S.ST., MMR Sriyanti, S.ST Trapsilaningtyas


KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas Case Based Discussion dengan judul “asuhan
Kebidanan ibu bersalin dengan Vaginal Birth After Caesarean di Ruang bersalin RSUD
Wonosari” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi target untuk menyelesaikan praktik stase Persalinan.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan laporan ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Muhammad Ali Imron, S.Sos.,M.Fis selaku Dekan Universitas
‘AisyiyahYogyakarta.
3. Nidatul khofiyah S.Keb.,Bd.,MPH, selaku Ketua Prodi Program Sarjana Dan
Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Kharisah Diniyah S.ST.MMR, selaku dosen Pembimbing Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan laporan ini.
5. Sriyanti, S.ST sebagai Pembimbing klinik Di Ruang Bersalin RSUD Wonosari
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan
ini,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifatmembangun dari semua pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan
limpahanrahmatnya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan............................................................................................................ ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..iii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Teori........................................................................................................... 3
A. Pengertian......................................................................................................3
B. Indikasi..........................................................................................................3
C. Kontraindikasi………………………………………………………… …..3
D. Prasyarat…………………………………………………………………………...3
E. Faktor yang berpengaruh………………………………………………………… .4
F. Induksi VBAC…………………………………………………………….. 8
G. Risiko terhadap maternal…………………………………………..………8
H. Risiko terhadap anak……………………………………………………….9
I. Komplikasi VBAC…………………………………………………………9
Bab III Dokumentasi Soap Dan Rencana Tindak Lanjut....................................................11
A. Pengkajian Data Subyektif..........................................................................11
B. Pengkajian Data Obyektif........................................................................... 13
C. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 14
D. Diagnosa Kebidanan................................................................................... 14
E. Penatalaksanaan.......................................................................................... 14
Bab IV Pembahasan............................................................................................................22
Bab V Simpulan Dan Saran............................................................................................... 25
A. Kesimpulan................................................................................................. 25
B. Saran............................................................................................................25
Daftar Pustaka.....................................................................................................................26
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan normal
setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC menjadi isu yang sangat penting dalam
ilmu kedokteran khususnya dalam bidang obstetrik karena pro dan kontra akan tindakan ini.
Baik dalam kalangan medis ataupun masyarakat umum selalu muncul pertanyaan, apakah
VBAC aman bagi keselamatan ibu. Pendapat yang paling sering muncul adalah “Orang
yang pernah melakukan seksio harus seksio untuk selanjutnya.” Juga banyak para ahli yang
berpendapat bahawa melahirkan normal setelah pernah melakukan seksio sesarea sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan section adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak.
VBAC belum banyak diterima sampai akhir tahun 1970an. Melihat peningkatan
angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health Service, melalui Consensus
Development Conference on Cesarean Child Birth pada tahun 1980 menyatakan bahwa
VBAC dengan insisi uterus transversal pada segmen bawah rahim adalah tindakan yang
aman dan dapat diterima dalam rangka menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada
tahun 2000 menjadi 15% (Cunningham FG, 2001). Pada tahun 1989 National Institute of
Health dan American College of Obstetricans and Gynecologists mengeluarkan statemen,
yang menganjurkan para ahli obstetri untuk mendukung "trial of labor" pada pasien-pasien
yang telah mengalami seksio sesarea sebelumnya, dimana VBAC merupakan tindakan yang
aman sebagai pengganti seksio sesarea ulangan (O'Grady JP, 1995, Caughey AB, Mann S,
2001). Walau bagaimanapun, mulai tahun 1996 jumlah percobaan partus pervaginal telah
berkurang dan menyumbang kepada peningkatan jumlah partus secara seksio sesarea ulang.
Berbagai faktor medis dan nonmedis diperkirakan menjadi penyumbang kepada
penurunan jumlah percobaan partus pevaginam ini. Faktor-faktor ini sebenarnya masih
belum difahami dengan jelas. Salah satu faktor yang paling sering dikemukan para ahli
adalah resiko ruptur uteri. Pada tindakan percobaan partus pervaginal yang gagal, yaitu
pada maternal yang harus melakukan seksio sesarea ulang didapati resiko komplikasi lebih
tinggi berbanding VBAC dan partus secara seksio sesarea elektif. Faktor nonmedis
termasuklah restriksi terhadap akses percobaan partus pervaginal. (NIH Consensus
Development Conference Statement, 2010). Berikut adalah salah satu contoh kasus proses
melahirkan normal setelah pernah melakukan section sesarea. Dalam (Fitriani et al., 2023)

B. Tujuan
1. Umum
Memberikan asuhan komprehensif berdasarkan kasus dan tatalaksana sesuai
standar pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan

1
2. Khusus
a. Mampu melakukan Pengkajian Data, anamnesis, pemeriksaan dan diagnosis
pada ibubersalin dengan Vaginal Birth after caesarea.
b. Mampu melakukan tatalaksana kasus dengan Vaginal Birth after caesarea
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
c. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode
SOAP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian VBAC
VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan normal
setelah pernah melakukan seksio sesarea.
B. Indikasi VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 1999
dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya adalah berikut :
1. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
2. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
3. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
4. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan seksio
sesarea emergensi.
5. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :
1. Parut uterus yang tidak diketahui
2. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
3. Kehamilan kembar
4. Letak sungsang
5. Kehamilan lewat waktu
6. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram
C. Kontraindikasi VBAC
Menurut Depp R (1996) kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
1. Bekas seksio sesarea klasik
2. Bekas seksio sesarea dengan insisi T
3. Bekas ruptur uteri
4. Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
5. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
6. Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
7. Pasien menolak persalinan pervaginal
8. Panggul sempit
9. Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan
pervaginal
D. Prasyarat VBAC
Panduan dari American College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun 1999
dan 2004 tentang VBAC atau yang juga dikenal dengan trial of scar memerlukan kehadiran
seorang dokter ahli kebidanan, seorang ahli anastesi dan staf yang mempunyai keahlian

3
dalam hal persalinan dengan seksio sesarea emergensi. Sebagai penunjangnya kamar
operasi dan staf disiagakan, darah yang telah di-crossmatch disiapkan dan alat monitor
denyut jantung janin manual ataupun elektronik harus tersedia (Caughey AB, Mann S,
2001).
Pada kebanyakan center merekomendasikan pada setiap unit persalinan yang
melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk melakukan seksio sesarea emergensi
dalam waktu 20 sampai 30 menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal distress atau ruptur
uteri (Jukelevics N, 2000).
E. Faktor yang berpengaruh
Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio sesarea kembali
atau dengan persalinan pervaginal tergantung apakah syarat persalinan pervaginal terpenuhi
atau tidak. Setelah mengetahui ini dokter mendiskusikan dengan pasien tentang pilihan
serta resiko masing-masingnya. Tentu saja menjadi hak pasien untuk meminta jenis
persalinan mana yang terbaik untuk dia dan bayinya (Golberg B, 2000).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan VBAC telah diteliti selama
bertahun-tahun. Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan
persalinan pervaginal pada bekas seksio (Caughey AB, Mann S, 2001).
- Teknik operasi sebelumnya
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe insisi
ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas
seksio sesarae klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio
sesarea yang lalu misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi
melakukan VBAC. (Toth PP, Jothivijayani, 1996, Cunningham FG, 2001). Menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists (2004), tiada perbedaan dalam
mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio sesarea transversalis atau
longitudinalis.
- Jumlah sectio sesarea sebelumnya
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun
pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus
tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan
pervaginal (Flamm BL, 1997).
Resiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea
sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali
adalah sebesar 1.8 – 3.7 %. Pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko
ruptur uteri lima kali lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali (Caughey AB, 1999,
Cunningham FG, 2001).
Menurut Spaan (1997) mendapatkan bahwa riwayat seksio sesarea yang lebih satu
kali mempunyai resiko untuk seksio sesarea ulang lebih tinggi. Menurut Jamelle (1996)

4
menyatakan diktum sekali seksio sesarea selalu seksio sesarea tidaklah selalu benar,
tetapi beliau setuju dengan pernyataan bahwa setelah dua kali seksio sesarea selalu
seksio sesarea pada kehamilan berikutnya , dimana diyakini bahwa komplikasi pada ibu
dan anak lebih tinggi.
Menurut Farmakides (1987) dalam Miller (1994) melaporkan 77 % dari pasien yang
pernah seksio sesarea dua kali atau lebih yang diperbolehkan persalinan pervaginal dan
berhasil dengan luaran bayi yang baik. Menurut Cunningham (2001), American College
of Obstetricians and Gynecologists pada tahun 1999 telah memutuskan bahwa pasien
dengan bekas seksio dua kali boleh menjalani persalinan pervaginal dengan pengawasan
yang ketat. Menurut Miller (1994) melaporkan bahwa insiden ruptur uteri terjadi 2 kali
lebih sering pada VBAC dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih. Pada penelitian
ini, jumlah VBAC dengan riwayat seksio sesarea 1 kali adalah 83% manakala 2 kali atau
lebih adalah 17 %.
- Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
Pada seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui sayatan
horizontal, kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut insisi kulit vertikal.
Kemudian pemotongan dilanjutkan sampai ke uterus. Daerah uterus yang ditutupi oleh
kandung kencing disebut segmen bawah rahim, hampir 90 % insisi uterus dilakukan di
tempat ini berupa sayatan horizontal (seperti potongan bikini). Cara pemotongan uterus
seperti ini disebut "Low Transverse Cesarean Section". Insisi uterus ini ditutup/jahit
akan sembuh dalam 2 – 6 hari. Insisi uterus dapat juga dibuat dengan potongan vertikal
yang dikenal dengan seksio sesarea klasik, irisan ini dilakukan pada otot uterus. Luka
pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka
lagi sepanjang kehamilan atau persalinan berikutnya (Hill AD, 2002).
Menurut Depp R (1996) dianjurkan VBAC, kecuali ada tanda-tanda ruptur uteri
mengancam, parut uterus yang sembuh persekundum pada seksio sesarea sebelumnya
atau jika adanya penyulit obstetrik lain ditemui.
Pemeriksaan USG trans abdominal pada kehamilan 37 minggu dapat mengetahui
ketebalan segmen bawah rahim. Ketebalan segmen bawah rahim (SBR) 4,5 mm pada
usia kehamilan 37 minggu adalah petanda parut yang sembuh sempurna. Parut yang
tidak sembuh sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh sebab itu
pemeriksaan USG pada kehamilan 37 minggu dapat sebagai alat skrining dalam memilih
cara persalinan bekas seksio sesarea. (Cheung V, 2004).
Menurut Cunningham FG (2001) menyatakan bahwa penyembuhan luka seksio
sesarea adalah suatu generasi dari fibromuskuler dan bukan pembentukan jaringan
sikatrik. Menurut Cunningham FG (1993), dasar dari keyakinan ini adalah dari hasil
pemeriksaan histologi dari jaringan di daerah bekas sayatan seksio sesarea dan dari 2
tahap observasi yang pada prinsipnya :
1. Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan sikatrik pada uterus
pada waktu dilakukan seksio sesarea ulangan

5
2. Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau hanya ditemukan
suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam uterus tanpa ditemukannya sikatrik
diantaranya.
Menurut Schmitz (1949) dalam Srinivas (2007) menyatakan bahwa kekuatan
sikatrik pada uterus pada penyembuhan luka yang baik adalah lebih kuat dari
miometrium itu sendiri. Hal ini telah dibuktikannya dengan memberikan regangan yang
ditingkatkan dengan penambahan beban pada uterus bekas seksio sesarea (hewan
percobaan). Ternyata pada regangan maksimal terjadi ruptura bukan pada jaringan
sikatriknya tetapi pada jaringan miometrium dikedua sisi sikatrik. Dari laporan-laporan
klinis pada uterus gravid bekas seksio sesarea yang mengalami ruptura selalu terjadi
pada jaringan otot miometrium sedangkan sikatriknya utuh. Yang mana hal ini
menandakan bahwa jaringan sikatrik yang terbentuk relatif lebih kuat dari jaringan
miometrium itu sendiri (Srinivas S. 2007).
Dua hal yang utama penyebab dari gangguan pembentukan jaringan sehingga
menyebabkan lemahnya jaringan parut tersebut adalah :
1. Infeksi, bila terjadi infeksi akan mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Kesalahan teknik operasi (technical errors) seperti tidak tepatnya pertemuan
kedua sisi luka, jahitan luka yang terlalu kencang, spasing jahitan yang tidak
beraturan, penyimpulan yang tidak tepat, dan lain-lain.
Menurut Schmitz (1949) dalam Srinivas (2007) menyatakan jahitan luka yang
terlalu kencang dapat menyebabkan nekrosis jaringan sehingga merupakan penyebab
timbulnya gangguan kekuatan sikatrik, hal ini lebih dominan dari pada infeksi ataupun
technical error sebagai penyebab lemahnya sikatrik.
Pengetahuan tentang penyembuhan luka operasi, kekuatan jaringan sikatrik pada
penyembuhan luka operasi yang baik dan pengetahuan tentang penyebab-penyebab yang
dapat mengurangi kekuatan jaringan sikatrik pada bekas seksio sesarea, menjadi
panduan apakah persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea dapat dilaksanakan atau
tidak (Srinivas, 2007).
Pada sikatrik uterus yang intak tidak mempengaruhi aktivitas selama kontraksi
uterus. Aktivitas uterus pada multipara dengan bekas seksio sesarea sama dengan
multipara tanpa seksio sesarea yang menjalani persalinan pervaginal (Chua S,
Arulkumaran S, 1997).
- Indikasi operasi pada seksio sesarea sebelumnya
Indikasi seksio sesarea sebelumnya akan mempengaruhi keberhasilan VBAC.
Maternal dengan penyakit CPD memberikan keberhasilan persalinan pervaginal sebesar
60 – 65 % manakala fetal distress memberikan keberhasilan sebesar 69 – 73% (Caughey
AB, Mann S, 2001).
Keberhasilan VBAC ditentukan juga oleh keadaan dilatasi serviks pada waktu
dilakukan seksio sesarea yang lalu. VBAC berhasil 67 % apabila seksio sesarea yang
lalu dilakukan pada saat pembukaan serviks kecil dari 5 cm, dan 73 % pada pembukaan

6
6 sampai 9 cm. Keberhasilan persalinan pervaginal menurun sampai 13 % apabila seksio
sesarea yang lalu dilakukan pada keadaan distosia pada kala II (Cunningham FG, 2001).
- Usia maternal
Usia ibu yang aman untuk melahirkan adalah sekitar 20 tahun sampai 35 tahun.
Usia melahirkan dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko tinggi. Dari
penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai angka seksio
sesarea yang lebih tinggi. Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dengan bekas seksio
sesarea mempunyai resiko kegagalan untuk persalinan pervaginal lebih besar tiga kali
dari pada wanita yang berumur kecil dari 40 tahun (Caughey AB, Mann S, 2001).
Menurut Weinstein (1996) dan Landon (2004) mendapatkan pada penelitian mereka
bahwa faktor umur tidak bermakna secara statistik dalam mempengaruhi keberhasilan
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
- Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada plasenta previa
dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi uterus tidak
pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri yang mana
keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik (Salzmann B, 1994).
- Riwayat persalinan pervaginal
Riwayat persalinan pervaginal baik sebelum ataupun sesudah seksio sesarea
mempengaruhi prognosis keberhasilan VBAC (Cunningham FG, 2001).
Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginal
memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginal (Caughey AB, Mann S, 2001).
Menurut Benedetti TJ (1982) dalam Toth PP (1996), pada pasien bekas seksio
sesarea yang sesudahnya pernah berhasil dengan persalinan pervaginal, makin berkurang
kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan dan persalinan yang akan datang.
Walaupun demikian ancaman ruptur uteri tetap ada pada masa kehamilan maupun
persalinan, oleh sebab itu pada setiap kasus bekas seksio sesarea harus juga
diperhitungkan ruptur uteri pada kehamilan trimester ketiga terutama saat menjalani
persalinan pervaginal (Toth PP, 1996).
- Keadaan seviks pad saat partus
Penipisan serviks serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan VBAC (Flamm
BL, 1997). Menurut Guleria dan Dhall (1997) menyatakan bahwa laju dilatasi seviks
mempengaruhi keberhasilan penanganan VBAC. Dari 100 pasien bekas seksio sesarea
segmen bawah rahim didapat 84 % berhasil persalinan pervaginal sedangkan sisanya
adalah seksio sesarea darurat. Gambaran laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea
yang berhasil pervaginal pada fase laten rata-rata 0.88 cm/jam manakala fase aktif 1.25
cm/jam. Sebaliknya laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang gagal pervaginal
pada fase late rata-rata 0.44 cm/jam dan fase aktif adalah 0.42 cm/jam.

7
Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur uteri pada
maternal dengan bekas seksio sesarea (Plaut MM, et al, 1999). Dijumpai adanya 1 kasus
ruptur uteri bekas seksio sesaraea segmen bawah rahim transversal selama dilakukan
pematangan serviks dengan transvaginal misoprostol sebelum tindakan induksi
persalinan (Scott, 1997).
- Keadaan selaput ketuban
Menurut Carrol (1990) dalam Miller (1994) melaporkan pasien dengan ketuban
pecah dini pada usia kehamilan diatas 37 minggu dengan bekas seksio sesarea (56 kasus)
proses persalinannya dapat pervaginal dengan menunggu terjadinya inpartu spontan dan
didapat angka keberhasilan yang tinggi yaitu 91 % dengan menghindari pemberian
induksi persalinan dengan oksitosin, dengan rata-rata lama waktu antara ketuban pecah
dini sampai terjadinya persalinan adalah 42,6 jam dengan keadaan ibu dan bayi baik.
F. INDUKSI VBAC
Penelitian untuk induksi persalinan dengan oksitosin pada pasien bekas seksio
sesarea satu kali memberi kesimpulkan bahwa induksi persalinan dengan oksitosin
meningkatkan kejadian ruptur uteri pada wanita hamil dengan bekas seksio sesarea satu
kali dibandingkan dengan partus spontan tanpa induksi. Secara statistik tidak didapatkan
peningkatan yang bermakna kejadian ruptur uteri pada pasien yang melakukan akselerasi
persalinan dengan oksitosin. Namun pemakaian oksitosin untuk drip akselerasi pada
pasien bekas seksio sesarea harus diawasi secara ketat (Zelop CM, 1999).
Menurut Scott (1997) tingkat keberhasilan pemberian oksitosin pada persalinan
bekas seksio sesarea cukup tinggi yaitu 70% pada induksi persalinan dan 100% pada
akselerasi persalinan.
G. RESIKO TERHADAP MATERNAL
Menurut Kirt EP (1990) dan Goldberg (2000) menyatakan resiko terhadap ibu yang
melakukan persalinan pervaginal dibandingkan dengan seksio sesarea ulangan elektif
pada bekas seksio sesarea adalah seperti berikut :
1. Insiden demam lebih kecil secara bermakna pada persalinan pervaginal yang berhasil
dibanding dengan seksio sesarea ulangan elektif
2. Pada persalinan pervaginal yang gagal yang dilanjutkan dengan seksio sesarea
insiden demam lebih tinggi
3. Tidak banyak perbedaan insiden dehisensi uterus pada persalinan pervaginal
dibanding dengan seksio sesarea elektif.
4. Dehisensi atau ruptur uteri setelah gagal persalinan pervaginal adalah 2.8 kali dari
seksio sesarea elektif.
5. Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan pervaginal sangat
rendah
6. Kelompok persalinan pervaginal mempunyai rawat inap yang lebih singkat,
penurunan insiden transfusi darah pada paska persalinan dan penurunan insiden
demam paska persalinan dibanding dengan seksio sesarea elektif

8
H.RESIKO TERHADAP ANAK
Angka kematian perinatal dari hasil penelitian terhadap lebih dari 4.500 persalinan
pervaginal adalah 1.4% serta resiko kematian perinatal pada persalinan percobaan adalah
2.1 kali lebih besar dibanding seksio sesarea elektif namun jika berat badan janin < 750
gram dan kelainan kongenital berat tidak diperhitungkan maka angka kematian perinatal
dari persalinan pervaginal tidak berbeda secara bermakna dari seksio sesarea ulangan
elektif (Kirk, 1990).
Menurut Flamm BL (1997) melaporkan angka kematian perinatal adalah 7 per
1.000 kelahiran hidup pada persalinan pervaginal, angka ini tidak berbeda secara
bermakna dari angka kematian perinatal dari rumah sakit yang ditelitinya yaitu 10 per
1.000 kelahiran hidup.
Menurut Caughey AB (2001) melaporkan 463 dari 478 (97 %) dari bayi yang lahir
pervaginal mempunyai skor Apgar pada 5 menit pertama adalah 8 atau lebih. Menurut
McMahon (1996) bahwa skor Apgar bayi yang lahir tidak berbeda bermakna pada
VBAC dibanding seksio sesarea ulangan elektif. Menurut Flamm BL (1997) juga
melaporkan morbiditas bayi yang lahir dengan seksio sesarea ulangan setelah gagal
VBAC lebih tinggi dibandingkan dengan yang berhasil VBAC dan morbiditas bayi yang
berhasil VBAC tidak berbeda bermakna dengan bayi yang lahir normal.
I. KOMPLIKASI VBAC
Komplikasi paling berat yang dapat terjadi dalam melakukan persalinan pervaginal
adalah ruptur uteri. Ruptur jaringan parut bekas seksio sesarea sering tersembunyi dan
tidak menimbulkan gejala yang khas (Miller DA, 1999). Dilaporkan bahwa kejadian
ruptur uteri pada bekas seksio sesarea insisi segmen bawah rahim lebih kecil dari 1 %
(0,2 – 0,8 %). Kejadian ruptur uteri pada persalinan pervaginal dengan riwayat insisi
seksio sesarea korporal dilaporkan oleh Scott (1997) dan American College of
Obstetricans and Gynecologists (1998) adalah sebesar 4 – 9 %. Kejadian ruptur uteri
selama partus percobaan pada bekas seksio sesarea sebanyak 0,8% dan dehisensi 0,7%
(Martel MJ, 2005).
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan keluar
dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta ibu. Kadang-kadang harus
dilakukan histerektomi emergensi.
Kasus ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada seksio sesarea klasik
terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada segmen bawah rahim 0,5-1 % (Hill
DA, 2002).
Tanda yang sering dijumpai pada ruptur uteri adalah denyut jantung janin tak
normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi deselerasi lambat,
bradiakardia, dan denyut janin tak terdeteksi. Gejala klinis tambahan adalah perdarahan

9
pervaginal, nyeri abdomen, presentasi janin berubah dan terjadi hipovolemik pada ibu
(Miller DA, 1999).
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut : (Caughey AB, et al, 2001)
1. Nyeri akut abdomen
2. Sensasi popping ( seperti akan pecah )
3. Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
4. Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
5. Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
6. Perdarahan pervaginal
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginal karena resiko ruptur 2-10 kali dan kematian maternal dan perinatal
5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim
(Chua S, Arunkumaran S, 1997).

10
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Nomor register : 00696XXX


Tanggal masuk rumah sakit : 20 Agustus 2023 jam : 1 9 . 5 3 wib
Tanggal pengkajian : 20 Agustus 2023 jam : 2 1 . 5 5 wib
Tanggal partus : 20 Agustus 2023 jam : 22.30 wib
A. Pengkajian Data Subyektif
1. Identitas
ISTRI SUAMI
Nama : Ny. W Tn. WA
Umur : 26 Tahun 32 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta

1. Alasan ibu Masuk


Ibu masuk dengan keluhan kenceng kenceng mulai dirasakan sejak pukul 16..00
semakin malam semakin bertambah kuat kenceng kencengnya. Ibu mengatakan riwayat
melahirkan anak pertama dengan operasi caesarea dikarenakan gagal pacu.

2. Keluhan Utama
Ibu datang dengan membawa surat rujukan dari PMB Betty, datang ke IGD RSUD
Wonosari dengan keluhan merasakan mules atau nyeri perut tembus belakang.
Kenceng - kenceng semakin sering.riwayat persalinan dulu dengan opearsi sectio
caesarea karena gagal pacu.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lamanya : ± 6 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari
Teratur/tidak teratur : Teratur
Disminore : Tidak ada
4. Riwayat Pernikahan
Menikah : Ibu menikah sebanyak 1 kali dengan Tn “WA” pada tahun
2017, saat Ny“W” berusia 20 tahun dan Tn “WA” berusia 23 tahun
Lamanya : ± 9 Tahun

11
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

No Tahun Jenis Jenis BBL Penolong Tempat Keadaan


partus kelamin partus
1 2018 SC Laki laki 3200 Dokter RSUD Sehat
2 Hamil
ini

6. Riwayat Kehamilan sekarang


a. Hari pertama haid terakhir tanggal 1 Desember 2022
b. Hari tafsiran persalinan tanggal 8 September 2023
c. Umur kehamilan 37+4 minggu
d. Menurut ibu kehamilannya 9 bulan
e. Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat di rasakan pada perut sebelah kanan dan
dirasakan sampai sekarang.
f. Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 10 kali di bidan
1) Trimester I : 3 kali
2) Trimester II : 3 kali
3) Trimester III : 4 kali
4) Status TT

TT1 : SUDAH DILAKUKAN


TT 2 : SUDAH DILAKUKAN

5) Keluhan-keluhan :
Trimester I : mual dan muntah berlebihan
Trimester II : tidak ada keluhan
Trimestre III : sering kencing dan nyeri perut bagian bawah

7. Riwayat keluhan sekarang dan yang lalu


a. Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, asma dan hipertensi
b. Tidak ada riwayat penyakit menular, tuberculosis, malaria, dan penyakit menular
seksual
c. Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga tidak ada riwayat penyakt jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
asma dan penyakit serius lainnya.

9. Riwayat Sosial, Ekonomi,Psikososial Dan Spiritual


a. Yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah suami
b. Hubungan ibu dengan suami, keluarga maupun tetangga baik
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami

12
d. Ibu rajn beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya
10. Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3 bulanan selama 8 tahun
11. Riwayat Persalinan Sebelumnya
Ibu mengatakan pernah melahirkan satu kali
12. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi Kebiasaan
1) Pola makan : Nasi, sayur dan lauk
2) Rekuensi : 3 kali sehari
3) Kebutuhan nutrisi: 6-8 gelas per hari
4) Selama inpartu : Ibu makan, tetapi hanya sedikit demi sedikit dan lebih banyak
minum
b. Kebutuhan eliminasi Kebiasaan:
1) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda
2) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning
Selama inpartu :
1) BAK : ± 2 kali
2) BAB : ibu belum BAB
c. Personal hygineKebiasaan :

1. Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabunmandi


2. Sikat gigi : 2 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) dengan
menggunakan pasta gigi.
3. Keramas : 3 kali seminggu menggunakan shampo
4. Ganti pakaian : 2 kali sehari

13. Kebutuhan istirahat dan tidurKebiasaan:


a. Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jamSelama inpartu:
b. Ibu tidak pernah tidur
B. Pengkajian Data Obyejtif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran composmentis
3. Hari tafsiran persalinan tanggal 8 September 2023
4. Usia gestasi kehamilan 34 minggu
5. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 114/81 mmHg
Suhu :36 oC
Nadi : 90 x/m
pernapasan : 24 x/m
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan sekarang : 58 kg

13
Lingkar lengan atas (LILA) : 23 cm
6. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, rambut hitam dan lurus,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
b. Wajah : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema, tidak
ada nyeritekan
c. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, schlera putih,
kelopak matatidak bengkak
d. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak pengeluaran
secret, tidak oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
e. Mulut dan gigi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada
f. caries, tidak ada karang gigi, tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah, dan
tidak ada gigi yang tanggal
g. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada
peradangan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
i. Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, putting susu bersih dan
menonjol,tampak hiperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat pengeluaran kolostrum jika putting susu dipencet
j. Abdomen :
Leopold I : 30 cm
Leopold II : PUKA
Leopold III : kepala
Leopold IV : divergen
DJJ : 146 x/m
His : 2-3 x10 menit durasi 35 detik
k. Ekstremitas atas : jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada benjolan,
tidak adanyeri tekan
l. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, pergerakan aktif, tidak ada
benjolan, tidakoedema
m. Genitalia dan anus : tidak ada varises, nampak pengeluaran lendir dan
air ketuban,tidak ada oedema, tidak ada hemoroid
7. Pemeriksaan dalam
Vagina toucher (VT) tanggal 20 Agustus 2023 jam 21.55 wib

Vagina uretra tenang, dinding vagina licin, portio tebal, pembukaan 4 cm, ketuban
jernih (merembes), presentasi kepala, penurunan di hodge II, molase tidak ada,
penumbungan tidak ada, kesan panggul normal, pelepasan lendir dan darah.

8. Hasil laboratorium
HB/HCT 13,2 gr%/38

14
Leukosit 10.300
Trombosit 249.000
Batang/Basofil/eosinofil -/0,0/1,0
Limfosit/Monosit/Neutrofil 13%/7/81
Golongan darah B
Eritrosit 4,32
Glukosa sewaktu 67
Rapid test antigen negatif
Anti HIV nonreaktif
Hbsag non reaktif
Lakmus test positif

C. Analisa
Ny W usia 26 tahun hamil 37+4 minggu G2P1A0 dalam persalinan kala I fase aktif
dengan partus percobaan Vaginal Birth After caesarea

D. Penatalaksanaan
Tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.00 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Melakukan pemantauan ttv, his dan kemajuan persalinan
3. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG
4. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
5. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi 30 menit), denyut
jantung janin (DJJ) dan his tiap 1 jam pada kala I fase laten dan tiap 30 menit
pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka dilakukan 30 menit.
Waktu Nadi Suhu Tekanan DJJ HIS
darah
22.00 84x/m 36,8 110/87 132 x/m 2-3 x10 menit durasi
3 5 -40
22.30 82x/m 138 x/m 4-5 x10 menit durasi
5 5

6. Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi, ibu menarik
napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi
Hasil : ibu telah melakukannya dan tidak bingung saat ada kontraksi
7. Menganjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin
Hasil : kandung kemih telah kosong
8. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan partus percobaan dan
memberikan informed chooices dan informed consent kepada pasien dan
keluarga
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan diberikan dokter obsgyn

15
9. Memberi makan dan minum jika tidak ada his
Hasil : ibu telah diberi makan dan minum disela-sela his
10. Menganjurkan kepada ibu untuk senantiasa berdoa untuk kelancaran
persalinannya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti
Hasil : ibu selalu beristighfar saat ibu mrasakan sakit akibat kontraksi
11. Mencatat dalam partograf
Hasil : partograf telah dilengkapi

KALA II (pukul 22.30)


DATA SUBJEKTIF
1. Sakitnya bertambah kuat dan tembus belakang
2. Ibu merasa ingin buang air besar
3. Adanya dorongan kuat untuk meneran
4. Adanya tekanan pada anus
DATA OBJEKTIF
1. Perineum menonjol
2. Vulva dan vagina membuka
3. His 5x dalam 10 menit dengan durasi 50-55 detik
4. Pembukaan 10cm (lengkap)
5. Penurunan kepala hodge IV
6. Pelepasan lendir, darah dan air ketuban
ANALISA
Ny W umur 26 tahun, G2P1A0 hamil 37+4 minggu dengan partus percobaan dalam
persalinan kala II
PENATALAKSANAAN
Tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap ( adanya
tanda gejala kala II yaitu dorangan kuat untuk meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva dan vagina membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan 1
ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam wadah
partus set. Alatdan bahan yang dibutuhkan dalam pertolongan persalinan yaitu:
a. Partus set
Partus set terdiri atas 2 klem, handscoon steril, kateter nelaton, penjepit tali
pusat, kassa steril, spuit 3 cc dan gunting tali pusat.
b. Hecting set
Hecting set terdiri atas nelvuder, catgut, jarum, pinset anatomi, pinset sirurgi,
dan gunting benang
c. Obat dan bahan
Obat dan bahan terdiri atas cairan infus, oksitosin, lidokain, salep mata,

16
vitamin k hepatitis B dan betadin.
d. Diluar partus set
Adapun yang harus disiapkan diluar partus set yaitu air desinfeksi tingkat
tingkat tinggi dan kapas desinfeksi tingkat tinggi, larutan klorin 0,5%, tempat
sampah, delee, lenek, perlak, handuk kering, tensimeter, stetoskop dan
termometer.
e. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri terdiri dari topi, masker, kacamata, celemek, handscoon,
alas kaki tertutup/ sepatu boot
3. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai dan pastikan
denyutjantung janin dalam batas normal (120 - 160 kali per menit)
4. Memberi makan dan minum kepada ibu disela-sela his untuk memenuhi
kebutuhan energidalam proses persalinan
5. Meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
6. Setelah dipimpin ±20 menit, kepala bayi terlihat 5-6 cm didepan vulva
7. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibuHasil :
handuk bersihtelah diletakkan diatas perut ibu
8. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu atau
gunakanunderpad.
9. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
10. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.
11. Melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dengan satu
tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan
4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
12. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
13. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
14. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental,
menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
15. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
16. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong

17
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin)
17. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
Bayi lahir spontan tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.45 wib, dengan segera
menangis dan bernapas tanpa bantuan, bergerak dengan aktif dan APGAR score
8/9.
18. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/ kain yang kering serta membiarkan bayi di atas perut ibu.

KALA III
DATA SUBJEKTIF
a. Ibu lelah setelah melahirkan
b. Ibu merasakan nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF
a. Bayi lahir spontan tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.45 wib
b. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
c. Tinggi fundus uteri setinggi pusat
d. Perdarahan 200 ± cc
e. Kala II berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit serta tali
pusat masih nampak divulva.

ANALISA
Ny W umur 26 tahun P2A0 dalam persalinan kala III normal riwayat VBAC

PENATALAKSANAAN
Tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.46 wib
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3
paha atasbagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
5. Memotong dan mengikat tali pusat (dengan satu tangan mengangkat tali pusat
yang telah dijepit, kemudian melakukan pengguntingan talu pusat sambil
melindungi perut bayi diantara 2 klem

18
6. Mengikat tali pusat dengan benang desinfeksi tingkat tinggi atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya atau menjepit tali pusat dengan penjepit tali pusat
7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.
9. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso krainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 - 40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
10. Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso kranial).
11. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
12. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
13. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
14. Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 20 Agustus 2023, jam 22.50
wib
15. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
16. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
17. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
18. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
19. Berat bayi lahir 3130 gram, jenis kelamin laki-laki, panjang bayi lahir 47 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm, lila 10 cm, APGAR score 8/9, dan
telah disuntik vitamin K1 (IM) dipaha kiri anterolateral

19
KALA IV
DATA SUBJEKTIF
a. Ibu lelah setelah selesai persalinannya
b. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF
a. Ibu tampak lelah setelah menjalani persalinannya
b. Plasenta lahir lengkap pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 22.50 wib
c. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
d. Tinggi fundus uteri setinggi pusat
e. Perdarahan ± 105cc
f. kandung kemih kosong

ANALISA
N y W u m u r 2 6 t a h u n P2 A0 dalam persalinan kala IV normal riwayat VBAC

PENATALAKSANAAN
Tanggal 20 Agustus 2023 jam 23.00 wib
1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah terjadinya perdarahan pervaginam
2. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah, setiap 15 menit selam 1
jam pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca
persalinan Hasil:
Waktu Perdarahan
23.00 ± 15 cc
23.15 ± 10 cc
23.30 ± 10cc
23.45 ± 15 cc
24.00 ± 15 cc
00.30 ± 30 cc
01.00 ± 30 cc
Total ± 125 cc

4. Memeriksa tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus uteri,


kontraksi uterus, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan dan 30
menit pada 2jam pasca persalinan
No Waktu Tekanan nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung
darah uterus kemih

1 23.00 110/70 84 1 jari ↓ pusat keras Tidak penuh

20
2 23.15 110/70 84 1 jari ↓ pusat Keras Tidak penuh
3 23.30 110/70 84 1 jari ↓ pusat Keras Tidak penuh
4 23.45 110/70 84 2 jari ↓ pusat Keras Tidak penuh
5 24.00 120/80 82 2 jari ↓ pusat keras kosong
6 00.30 120/80 82 2 jari ↓ pusat Keras Kosong
7 01.00 120/80 83 2 jari ↓ pusat keras Kosong

5. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik.
6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
8. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
sisacairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
9. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
inginminum.
10. Melengkapi partograf
11. Dokumentasi

21
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Data subyektif
Vaginal Birth After caesarea adalah suatu proses melahirkan pervaginam dengan riwayat
operasi caesarea sebelumnya. Pada kebanyakan center merekomendasikan pada setiap unit
persalinan yang melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk melakukan seksio
sesarea emergensi dalam waktu 20 sampai 30 menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal
distress atau ruptur uteri (Jukelevics N, 2000). Vaginal Birth After Caesarea (VBAC)
adalah upaya mencoba persalinan pervaginam dimana wanita pernah SC yang sebelumnya
akan menjalani Trial Of Labour After Caesarea (TOLAC). Trial Of Labour After
Caesarea (TOLAC) adalah percobaan persalinan pervaginam pada kehamilan dengan
bekas SC jika syarat untuk persalinan pervaginam sudah terpenuhi. Jika menginginkan
persalinan VBAC akan menghadapi Trial Of Labour After Caesarea (TOLAC) terlebih
dahulu, jika tidak berhasil VBAC akan dilakukan SC darurat.8 Percobaan persalinan
pervaginam pada kehamilan dengan bekas SC menunjukkan angka keberhasilan sebanyak
60-80% dengan Vaginal Birth After Caesarea (VBAC).Menurut penelitian New England
Journal of Medicine, ada pendapat dari beberapa ahli kesehatan bahwa VBAC adalah
prosedur melahirkan yang aman untuk dilakukan. (Nurshabila et al., 2023). Pada data
diatas ditemukan bahwa riwayat melahirkan yang dahulu secara sectio caesarea atas
indikasi induksi gagal. Kenceng kenceng mulai dirasakan sejak sore dan riwayat persalinan
sebelumnya sectio caesraea. Jarak dari persalinan pertama >18 bulan. (Fitriani et al., 2023).

2. Data Obyektif
Berdasarkan data obyektif pada pasien, didapatkan data bahwa pasien sudah merasakan
kenceng kenceng sejak sore hari, ertmabha mulesnya, belum mengeluarkan cairan dari
jalan lahir. Dan pembukaan sampai di Ruang bersalin 4 cm. Vaginal birth after cesarian
section (vbac) dapat dipertimbangkan sebagai pilihan metode persalinan dan memiliki
tingkat keberhasilan yang baik. bagaimanapun, untuk mencapai keberhasilan vbac ibu perlu
dukungan dari tenaga kesehatan (lundgren et al., 2015). vbac adalah salah satu prediktor
untuk keberhasilan vbac ulang dan apabila dihubungkan dengan vbac terencana tingkat
kesuksesannya 85- 90% (rcog, 2015). faktor pendukung kesuksesan vbac yang dapat
digunakan adalah usia < 30 tahun, berat badan bayi saat lahir ≤ 4000 gram, jarak waktu
antara seksio sesarea dengan kelahiran sekarang > 18 bulan, dilatasi serviks saat masuk
rumah sakit ≥ 4 cm, posisi kepala bayi saat akan lahir oppicito anterior (Maharani, 2020)
dalam (Fitriani et al., 2023)

3. Analisa
Berdasarakan data yang diperolah dari data subyektif hingga obyektif, makan analisa pertis
percobaan VBAC adalah yang paling tepat. Upaya persalinan pervaginam pasca seksio
caesarea atau trial of labor after caesarian (tolac) merupakan salah satu alternatif

22
persalinan bagi ibu untuk mengurangi morbiditas ibu akibat re-sc. pada konferensi
konsensus tahun 2010, the national institutes of health (nih) melakukan penilaian mengenai
keamanan dan hasil luaran dari tolac serta faktor-faktor yang berhubungan dengan
penurunan rating, yang hasilnya panel nih menyadari bahwa tolac adalah pilihan rasional
bagi wanita dengan riwayat persalinan seksio caesarea untuk melahirkan bayinya secara
normal. american college of obstetrician and gynecologist menyatakan bahwa keuntungan
dari tolac adalah risiko infeksi lebih rendah, lebih sedikit kehilangan darah, dan masa
pemulihan yang lebih cepat dibandingakan dengan tindakan re-sectio caesarea elektif.
(Fitriani et al., 2023). Persalinan normal setelah sectio caesarea adalah umum dilakukan
pada masa sekarang. dulu sectio caesarea dilakukan dengan sayatan vertikal sehingga
memotong otot-otot rahim. Sectio caesarea sekarang ini umumnya melalui sayatan yang
mendatar pada otot rahim sehingga rahim lebih terjaga kekuatannya dan dapat menghadapi
kontraksi kuat pada persalinan normal berikutnya. (Jahrian, 2019)

4. Penatalaksanaan
Berdasarkan analisa yang ditetapkan, maka asuhan yang diberikan adalah edukasi
persalinan pervaginam dengan melihat pemeriksaan yang sudah dilakukan. Trial Of Labour
After Caesarea (TOLAC) adalah percobaan persalinan pervaginam pada kehamilan dengan
bekas SC jika syarat untuk persalinan pervaginam sudah terpenuhi. Jika menginginkan
persalinan VBAC akan menghadapi Trial Of Labour After Caesarea (TOLAC) terlebih
dahulu, jika tidak berhasil VBAC akan dilakukan SC darurat. Percobaan persalinan
pervaginam pada kehamilan dengan bekas SC menunjukkan angka keberhasilan sebanyak
60-80% dengan Vaginal Birth After Caesarea (VBAC).Menurut penelitian New England
Journal of Medicine, ada pendapat dari beberapa ahli kesehatan bahwa VBAC adalah
prosedur melahirkan yang aman untuk dilakukan. (Nursabila et al., 2023). tingkat
morbiditas maternal pada partus pervaginal adalah satu perlima jika dibandingkan dengan
sectio caesarea elektif dan risiko morbiditas semasa perinatal adalah dua kali lebih tinggi
pada vbac yang gagal jika dibandingkan dengan seksio sesarea ulang. salah satu tujuan
healthy people 2020 adalah untuk mengurangi angka elective repeat cesarean delivery atau
ercd hingga 63% bagi wanita berisiko rendah yang sebelumnya memiliki riwayat
persalinan operasi sesar. (Fitriani et al., 2023).
Upaya persalinan pervaginam pasca seksio caesarea atau trial of labor after caesarian
(tolac) merupakan salah satu alternatif persalinan bagi ibu untuk mengurangi morbiditas
ibu akibat re-sc. pada konferensi konsensus tahun 2010, the national institutes of health
(nih) melakukan penilaian mengenai keamanan dan hasil luaran dari tolac serta faktor-
faktor yang berhubungan dengan penurunan rating, yang hasilnya panel nih menyadari
bahwa tolac adalah pilihan rasional bagi wanita dengan riwayat persalinan seksio caesarea
untuk melahirkan bayinya secara normal. american college of obstetrician and gynecologist
menyatakan bahwa keuntungan dari tolac adalah risiko infeksi lebih rendah, lebih sedikit

23
kehilangan darah, dan masa pemulihan yang lebih cepat dibandingakan dengan tindakan re-
sectio caesarea elektif. Vaginal birth after cesarian section (vbac) dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan metode persalinan dan memiliki tingkat keberhasilan yang baik.
bagaimanapun, untuk mencapai keberhasilan vbac ibu perlu dukungan dari tenaga
kesehatan (lundgren et al., 2015). vbac adalah salah satu prediktor untuk keberhasilan vbac
ulang dan apabila dihubungkan dengan vbac terencana tingkat kesuksesannya 85- 90%
(rcog, 2015). faktor pendukung kesuksesan vbac yang dapat digunakan adalah usia < 30
tahun, berat badan bayi saat lahir ≤ 4000 gram, jarak waktu antara seksio sesarea dengan
kelahiran sekarang > 18 bulan, dilatasi serviks saat masuk rumah sakit ≥ 4 cm, posisi
kepala bayi saat akan lahir oppicito anterior. (Fitriani et al., 2023)

24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisis laporan di lahan praktik, bahwa vaginal Birth after Caesarea
merupakanVaginal Birth After Caesarea (VBAC) adalah upaya mencoba persalinan
pervaginam dimana wanita pernah SC yang sebelumnya akan menjalani Trial Of Labour
After Caesarea (TOLAC).7 Trial Of Labour After Caesarea (TOLAC) adalah percobaan
persalinan pervaginam pada kehamilan dengan bekas SC jika syarat untuk persalinan
pervaginam sudah terpenuhi. Jika menginginkan persalinan VBAC akan menghadapi
Trial Of Labour After Caesarea (TOLAC) terlebih dahulu, jika tidak berhasil VBAC
akan dilakukan SC darurat. Percobaan persalinan pervaginam pada kehamilan dengan
bekas SC menunjukkan angka keberhasilan sebanyak 60-80% dengan Vaginal Birth After
Caesarea (VBAC).Menurut penelitian New England Journal of Medicine, ada pendapat
dari beberapa ahli kesehatan bahwa VBAC adalah prosedur melahirkan yang aman untuk
dilakukan.
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pasien dengan kondisi partus percobaan
partus pervaginam dengan riwayat sectio caesarea.
2. Mahasiswa telah mampu membuat analisa dan rencana asuhan dengan berkolaborasi
dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi
B. Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Sebelum melakukan program hamil agar diperdalam terlebih dahulu terkait masa
petencanaan proses persalinan dikarenakan riwayat persalinan sebelumnya

2. Bagi RSUD Wonosari


Para bidan/tenaga kesehatan agar dapat memberikan asuhan dan pandangan tentang
vaginal birth after caesarea dengan cara menginformasikanya kepada seorang ibu
dengan baik, agar kedepanya ibu dapat mengetahui lebih jelas dan paham tentang
vaginal birth after caesarea.

3. Bagi Universitas
Institusi diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya
pada ibu hamil tentang vaginal birth after caesarea, untuk segala risiko dan
keuntungan yang terjadi dengan partus percobaan tersebut

25
DAFTAR PUSTAKA

Berhubungan, F. Y., Pervaginam, P., & Nurshabila, S. (2023). Factors Associated with The
Incidence of Vaginal Birth After Caesarea ( VBAC ) in 2020 at Budi Kemuliaan
Hospital. 3(1), 21–29.
Fitriani, N., Lestari, T., Rohmah, F., & Artikel, I. (2023). Journal of Midwifery Information
(JoMI) Hubungan Karakteristik Ibu dan Intermediet Outcome Persalinan Dengan
Keberhasilan Vaginal Birth After Caesarean (VBAC) di RSUD Nyi Ageng Serang.
Journal of Midwifery Information (JoMI), 3(2), 373–383.
Jahrian, N. (2019). Hubungan Riwayat Sectio Caesarea dengan VBAC ( Vaginal Birth
After Caesarean ) di Artikel Info Diterima : November 2018 Revisi : Desember 2018
Online : Januari 2019. Journal of Health Science and Prevention, 1(1), 25–28.
Maharani, B. (2020). Faktor Pendukung Kesuksesan Vaginal Birth After Caesarean (VBAC)
Pada Pasien di RSUP Sanglah periode Januari 2015-Juni 2016. Jurnal Medika
Udayana, 9(5), 42–45.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/61720/35527

26

Anda mungkin juga menyukai