Disusun oleh :
Kelompok 3
b) Lingkungan Ekonomi
Sistem Ekonomi Pasar Bebas (Free market economy), merupakan suatu sistem perekonomian dimana
individu dan perusahaan swasta (privat) membuat keputusan penting terkait dengan produksi dan
konsumsi. Kegiatan perekonomian sistem ekonomi pasar bebas ini diatur menggunakan mekanisme
pasar. Mekanisme pasar adalah proses dimana individu atau perusahaan sepakat bertukar barang dan
jasa yang umumnya melaului pembayaran dalam bentuk uang. Pasar menentukan alokasi sumber daya,
berapa banyak yag harus dihasilkan, dan berapa harganya.
Sistem Ekonomi Komando, merupakan sistem ekonomi yang segala sesuatunya tentang ekonomi yang
diatur oleh pemerintahan pusat. Hal ini bermakna pemerintahan menentukan jenis dan jasa apa yang di
produksi, menggunakan metode atau cara apa suatu barang di produksi hingga siapa yang akan
mengkonsumsi barang dan jasa suatu barang. Sehingga dalam sistem ini, pemerintah akan lebih muda
mengendalikan inflasi, masalah pengangguran, serta masalah ekonomi lainnya.
c) Lingkungan Kebudayaan
Setiap negara dan organiasi memiliki budaya tersendiri. Budaya nasional merupakan prinsip dan sikap
dari warga di negara tertentu yang membentuk perilaku dan keyakinan mereka mengenai hal-hal yang
penting bagi mereka. Tiap-tiap bangsa mempunyai nilai, adat istiadat, dan tabu sendiri-sendiri. Penguasa
asing, jika ingin berhasil, harus meninggalkan etnoentrisme mereka dan mencoba memahami kultur dan
kebiasaan bisnis di negara tuan rumah, yang seringkali berbeda konsep waktu, ruang, dan tata caranya.
Bagaimana konsumen setempat memikirkan dan menggunakan produk tertentu harus diperhatikan oleh
penjuak sebelum merencanakan program pemasaran. Berikut ini beberapa contoh penererapannya yaitu,
Kaum Prancis rata-rata menggunakan kosmetik dan alat kecantikan hamper dua kali lebih banyak dari
pada istri mereka, Orang Jerman dan prancis makan spageti bungkusan lebih banya dari pada orang Itali,
dll.
Kerangka Kerja Hofstede untuk mekasir Budaya. Greet Hofstede mengembangkan salah satu
pendekatan yang paling banyak diacu secara luas dalam membantu para manajer lebih memahami
perbedaan-perbedaan yang ada dalam budaya-budaya nasional. Riset Hofstede menyimpulkan bahwa
setiap negara memiliki variasi dalam lima dimensi budaya nasional. Kelima dimensi ini yaitu:
Individualistik, merupakan masyarakat mengurus kepentingan diri sendiri dan keluarga.
Kolektivisik, merupakan masyarakat mengharapkan komunitas mengurusi dan melindungi
mereka.
Jarak yang tinggi terkait kekuasaan, yaitu menerima perbedaan yang lebar dalam kekuasaan,
respect yang besar bagi mereka yang berwenang
Jarak yang rendah terkait kekuasaan, yaitu mengkesampingkan ketidaksetraan. Contoh :
karyawan yang tidak takut untuk bergaul dengan dan tidak dibawah dominasi sang bos.
Sangat menghindari ketidakpastian, yaitu merasa terancam oleh ambiguitas dan mengalami
kecemasan yang tinggi.
Tidak terlalu menghindari ketidakpastian, yaitu terbiasa dengan risiko atau toleran terhadap
perbedaan perilaku dan berbagai opini.
Prestasi, Pelestarian prinsip-prinsip seperti asertivitas, menghasilkan uang dan barang serta
kompetisi.
Pengasuhan, Pelestarian prinsip-prinsip antara lain kebersamaan dan kepedulian terhadap
sesama.
Orientasi jangka Panjang, yaitu masyarakat yang masa depan dab menghargai sifat hemat dan
gigih.
Orientasi jangka pendek, yaitu masyarakat yang menghargai tradisi dan masa lalu.
Kerangka Kerja GLOBE untuk menaksir Budaya. Program riset GLOBE (Global Leadership and
Organizational Behavior Effectiveness) yang dipimpin oleh Robert House memperluas hasil karya
Hofstede melalui investigasi atas perilaku kepemimpinan lintas budaya. Dengan memakai data dari
sekitar 18.00o manajer di 62 negara, tim riset GLOBE telah mengidentifikasi sembilan dimensi
perbedaan dalam budaya-budaya nasional yaitu:
1. Jarak kekuasaan (power distance), Sejauh apa para anggota masyarakat menganggap bahwa
kekuasaan terbagi secara tidak merata.
2. Penghindraan ketidakpastian (uncertainty avoidance), masyarakat mengandalkan norma-norma
dan prosedur-prosedur sosiaal dalam rangka mengurangi ketidakpastian dalam meramalkan
kejadian di masa depan.
3. Asertivitas (assertiveness), Sejauh apa masyarakat mendorong individu agar lebih Tangguh,
konfrontatif, asertif, dan kompetitif ketimbang tenang dan ramah
4. Orientasi kemanusiaan (human orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
individu agar berlaku adil, tidak egois, tidak pelit, peduli, dan mengasihi sesame.
5. Orientasi masa depan, (future orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
perilaku berorientasi masa depan seperti perencanaan, investasi masa depan, dan penundaan
kepuasan.
6. Koletivisme institusional (institutional collectivism), sejauh apa individu didorong oleh institusi
social agar beintegrasi dalam kelompok dalam organisasi dan masyarakat
7. Difrensiasi gender, sejauh apa masyarakat memaksimalkan perbedaan-perbedaan-perbedaan
peran gender, yang diukur dengan sebesar apa status dan tanggung jawab pengambilan-
keputusan yang diemban oleh kaum wanitanya.
8. Kolektivisme dalam kelompok (in-group collectivism), sejauh apa para anggota masyarakat
merasa bangga atas keanggotaannya dalam kelompok-kelompok kecil, antara lain keluarganya,
kelompok teman dekatnya, dan organisasi tempatnya bekerja.
9. Orientasi kinerja (performance orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
para anggota kelompok agar meningkatkan dan memaksimalkan kinerja mereka.
PEMBAHASAN
Ada beberapa kesamaan antara Meksiko dan Indonesia. Keduanya adalah negara berkembang di
mana perusahaan harus menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan mereka kadangkala harus
bekerja dengan teknologi yang terbatas. Tetapi perbedaannya tampaknya jauh lebih besar. Sebagai
contoh, karakteristik budaya kedua negara itu sangat berbeda. Mayoritas agama (Katolik dan Islam),
selera musik, dan makanan adalah beberapa perbedaan yang harus dihadapi oleh para manajer Cemex.
Tidak mudah bagi para manajer Cemex untuk melakukan penyesuaian segera. Begitu pula bagaimana
pendekatan yang diperlukan agar orang Meksiko dan Indonesia dapat bekerjasama dengan sang manajer.
(Sumber: Robbins & Coulter, 2002)
SUMBER PUSTAKA
Saputri, Nofianti. 2013. Contoh Kasus Manajer dan Lingkungan Global. Di unduh 8 September
2022 http://ophiiciiduduth.blogspot.com/2013/04/contoh-kasus-manajer-dan-lingkungan.html
Ruchayat Reza. 2018. Praktek Manajemen dalam Lingkungan Global. Di unduh 11 September
2022 https://www.coursehero.com/file/74805984/KELOMPOK-3-PRAKTIK-MANAJEMEN-DI-
LINGKUNGAN-GLOBALdocx/