Anda di halaman 1dari 10

Praktik Manajemen di Lingkungan Global

Disusun oleh :
Kelompok 3

Friendy Pasangemas 142220312


Stefanus Ardian Wikantiyoso 142220313
Aura Ayudifa Halliza 142220314

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta
2022
BAB 4
Praktik Manajemen di Lingkungan Global

4.1 Bagaimana Perspektif Global Anda?


Parokialisme yaitu menilai dunia hanya melalui penglihatan dan perspektifnya sendiri. dengan sikap
parokial tidak menyadari bahwa orang lain memiliki cara-cara berbeda dalam berkehidupan dan bekerja.
Mereka mengabaikan prinsip dan kebiasaan orang lain serta secara kaku mengaplikasikan sikap "yang
ada pada kami lebih baik dari yang ada pada mereka" terhadap budaya-budaya luar. Tipe sikap yang
sempit dan terbatas ini dapat dipilih oleh manajer, tapi bukan satu-satunya. Faktanya, ada tiga
kemungkinan sikap global. Mari kita bahas ketiganya satu per satu.
Pertama ada pandangan etnosentris, pandangan etnosentris adalah keyakinan parokialisme bahwa
pendekatan dan praktik kerja terbaik adalah yang dimiliki oleh negara asal atau home country. Para
manajer yang berpandangan etnosentris meyakini bahwa orang-orang di negara-negara lain tidak
memiliki kemampuan, keahlian, pengetahuan, atau pengalaman yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan bisnis terbaik, seperti yang dimiliki oleh orang-orang dari negara sendiri. Mereka tidak dapat
mempercayakan keputusan atau teknologi penting kepada para karyawan dari negara lain.
Kedua ada pandangan polisentris, yaitu memandang bahwa para karyawan di negara tuan rumah atau
host country mengetahui pendekatan dan praktik kerja terbaik untuk menjalankan bisnis di negara
tersebut. Para manajer berpandangan polisentris menganggap bahwa semua operasi luar negeri bersifat
berbeda dan sulit dipahami. Maka, mereka cenderung mempersilakan para karyawan di negara tuan
rumah menyimpulkan cara terbaik perusahaan beroprasi
Terakhir ada pandangan global yang mungkin dimiliki oleh para manajer adalah pandangan geosentris
sebuah pandangan berorientasi dunia yang berfokus untuk menggunakan pendekatan dan orang terbaik
dari seantero dunia. Para manajer berpandangan geosentris memiliki wawasan global dan mencari
pendekatan dan orang terbaik, tanpa memandang asal negaranya.

4.2 Mamahami Lingkungan Global


World Trade Organization
Dalam melakukan perdagangan secara internasioanal, kadang kala terjadi hal-hal atau perilaku yang
tidak profesional. Terdapat kemungkinan akan terjadinya sebuah kecurangan-kecurangan antara negara
yang terlibat dalam perdagangan global tersebut. Dengan demikian, kiranya perlu untuk membentuk
lembaga yang secara hukum ditaati oleh semua negara yang terlibat dan kemudian bisa memberikan
peraturan yang dapat menertibkan jalannya proses perdagangan. Dalam hal ini, oraganisasi yang
bernama World Trade Organization (WTO) didirikan untuk mengatasi masalah tersebut. WTO
diresmikan pada tahun 1995, WTO berevolusi dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT),
sebuah perjanjian dagang yang berlaku sejak akhir Perang Dunia II. Kini, WTO adalah satu-satunya
organisasi global yang berwenang terkait peraturan dagang antarnegara. Pada awal terbentuk, jumlah
anggota WTO adalah sebanyak 154 negara. Pada tahun 2020, anggota WTO berkembang hingga
berjumlah 164 negara di seluruh dunia.. Tujuan WTO adalah menolong negara-negara untuk
menjalankan perdagangan melalui sebuah sistem aturan dagang. Meskipun para kritikus telah
melancarkan protes keras kepadanya, dengan klaim bahwa perdagangan global mengacaukan bidang
pekerjaan dan lingkungan alamiah, WTO berperan penting dalam memonitor dan mempromosikan
perdagangan global.

4.3 Berbisnis Secara Global


Berbagai Tipe Organisasi Internasional
Perusahaan multinasional atau Multinational Corporation (MNC)
Perusahaan multinasional mencakup semua perusahaan internasional yang menjalankan operasi di
banyak negara. Perusahaan multinasional memiliki beberapa tipe, yaitu:
Perusahaan multidomestik adalah perusahaan internasional yang menjalankan desentralisasi manajemen
dan keputusan-keputusan lainnya ke negara lokal. Tipe globalisasi ini mencerminkan pendekatan
polisentris. Perusahaan multidomestik tidak berusaha membuat replika kesuksesan domestiknya dengan
cara menjalankan manajemen operasi luar negerinya dari dalam negeri. Sebaliknya, karyawan lokal
umumnya dipekerjakan untuk menjalankan manajemen bisnisnya, dan strategi-strategi pemasaran dibuat
sesuai karakteristik unik negara tersebut. Contoh, Nestle yang berbasis di Swiss adalah perusahaan
multidomestik yang menjalankan operasi di hampir setiap negara di dunia. Para manajernya
mencocokkan produk Nestle dengan konsumennya; misalnya di beberapa negara Eropa, Nestle
memasarkan produk yang tidak dipasarkannya di Amerika Serikat atau Amerika Latin. Contoh lain
adalah Frito-Lay, divisi PepsiCo, memasarkan chip Doritos di pasar Inggris dengan rasa dan tekstur
yang berbeda dibandingkan dengan versi yang dipasarkan di A.S. dan Kanada. Banyak perusahaan
produk konsumen yang mengelola bisnis global mereka dengan pendekatan seperti ini karena mereka
harus mengadaptasi produk mereka terhadap permintaan pasar lokal.
Perusahaan global adalah perusahaan internasional yang mensentralisasi manajemen dan keputusan-
keputusan lainnya di negara asal. Tipe globalisasi ini mencerminkan pendekatan etnosentris. Perusahaan
global menganggap pasar dunia sebagai kesatuan utuh dan mereka berfokus pada kebutuhan akan
efisiensi global. Meskipun perusahaan seperti ini mungkin memiliki cukup banyak properti global,
keputusan-keputusan manejemen yang implikasinya mencakup keseluruhan perusahaan itu ditetapkan di
markas besar di negara asal. Beberapa contoh perusahaan global adalah Sony, Deutsche Bank AG, dan
Merril Lynch.
Organisasi transnasional/tanpa batas wilayah adalah perusahan-perusahaan lain memakai pengaturan
yang mengeliminasi halangan geografis artifisial. Tipe globalisasi ini mencerminkan pedekatan
geosentris. Sebagai contoh, IBM meninggalkan struktur organisasi yang berbasis negara dan
mereorganisasinya menjadi grup-grup industri. Ford Motor Company sedang mewujudkan konsepnya
yang disebut One Ford seiring pengintegrasian operasi-operasi perusahaan ini di seantero dunia.
Perusahaan lain, Thomson SA, yang secara hukum berbasis di Prancis, memiliki delapan lokasi utama di
seantero dunia. CEO Thomson berkata, "Kami tidak ingin konsumen berpikir bahwa kami berpusat di
satu tempat tertentu saja." Para manajer memilih pendekatan ini dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektivitas di pasar global yang kompetitif.

Cara Organisasi Go Internasional


Manajer mungkin ingin memasuki pasar global dengan investasi minimal, mugkin mereka mengawali
dengan global sourcing atau sering di sebut juga dengan global outsourcing yaitu mengumpulkan bahan
mentah atau tenaga kerja dari seantero dunia berdsarkan biaya termurah. Tujuannya adalah
memanfaatkan keuntungan biaya yang lebih murah dalam rangka menjadi lebih kompetitif. Misalnya,
Massachussets General Hospital bekerja sama dengan para ahli radiologi di India dalam
menginterpretasikan hasil CT scan. Meskipun global sourcing adalah langkah pertama dalam go
international bagi banyak perusahaan, seringkali mereka terus memanfaatkan praktik ini karena
keuntungan kompetitif yang dimilikinya. Namun, masing-masing tahap berikutnya dalam proses go
international memerlukan lebih banyak investasi sehingga mengandung lebih banyak risiko bagi
perusahaan bersangkutan.
Langkah berikutnya dalam proses go internasional adalah mengekspor produk-produk organisasi ke
negara lain artinya memprodiksi secara domestik lalu menjual keluar negeri. Selain itu organisasi akan
mengimpor yaitu membeli produk buatan luar negeri dan mejualnya di pasar domestik. Baik
mengekspor dan mengimpor pada umumnya mengandung investasi dan resiko yang menimal sehingga
banyak bisnis kecil yang sering memakai cara ini dalam berbisnis secara global.
Para manajer juga dapat memanfaatkan pemberian lisensi dan pembentukan waralaba, yaitu organisasi
yang memberikan hak kepada organisasi lain untuk memakai merek, teknologi, atau spesifikasi produk
dengan imblan berupa pembayaran harga tertentu bisanya berdasarkan penjualan. Perbedaan dari kedua
cara ini adalah lisensi kebanyakan di gunakan oleh organisasi manufaktur yang membuat atau menjual
produk organisasi lain, sedangkan franchise kebanyakan di gunakan oleh organisasi jasa yang akan
memakai nama dan metode operasi organisasi lain. Contohnya, konsumen di New Delhi dapat
menikmati sandwich Subway, penduduk Hong Kong dapat makan di Shakey's Pizza, dan warga
Malaysia dapat mengkonsumsi Sandwich Deli Schlotzky's-semua karena adanya lokasi-lokasi franchise.
Di lain pihak. Anheuser-Busch InBev telah memberi lisensi atas hak menyuling dan memasarkan bir
Budweiser-nya kepada pihak penyuling, seperti Kirin di Jepang dan Crown Beers di India.
Para manajer biasanya mulai memutuskan untuk mengambil keuntungan melalui investasi langsung.
Salah satu cara berupa aliansi strategis, rekanan antara sebuah organisasi dengan rekan dengan
perusahaan luar negerinya dalam konteks saling berbagai sumber daya dan pengetahuan untuk
mengembangkan produk baru atau membangun fasilitas produksi. Contohnya, Hewlett-Packard telah
membentuk banyak joint venture dengan banyak supplier di seantero dunia untuk mengembangkan
berbagai komponen komputernya. Rekanan ini menjadi cara mudah bagi perusahaan-perusahaan untuk
bersaing secara global.
Para manajer juga memilih berinvestasi langsung di luar negeri dengan mendirikan cabang di luar negeri
(foreign subsidiary) yang berdiri sendiri dan independen. Manajemen cabang ini dapat berupa organisasi
multi domestik atau organisasi global. Dapat disimpulkan bahwa pengaturan ini melibatkan komitmen
sangat besar terkait sumber daya dan risiko. Sebagai contoh, United Plastic Group dari Westmont,
Illinois, membangun tiga fasilitas injection-molding di Suzhou, China. Meskipun demikian, wakil
presiden eksekutif bidang pengembangan bisnis perusahaan ini menyatakan bahwa besarnya investasi
tersebut memang diperlukan karena "investasi itu mewujudkan tujuan kami untuk menjadi pemasok
global bagi para pelanggan global kami".

4.4 Menjalankan Manajemen di Lingkungan Global


a) Lingkungan Politik Hukum
Sistem politik yang dimaksud adalah sistem pemerintahan dari sebuah negara terdapat dua dimensi yang
digunakan untuk mengukur sistem politik yaitu, pada tingkat penekanan pada kolektivisme dan tingkat
penekanan pada demokrasi.
Kolektivisme, merupakan sistem yang mendahulukan kepentingan atau tujuan kolektif (bersama/umum)
daripada kepentingan/kebebasan individu (pribadi) dan lawan dari kolektivisme adalah individualisme.
Demokrasi, merupakan sistem yang mengarah pada ketentuan bahwa pemerintahan dilakukan oleh
orang-orang yang dipilih melalui pemilihan. Lawan dari demokrasi adalah totalitarianisme.
Totaliatarisme adalah bentuk pemerintahan yang menguasai pengendalian secara mutlak atau diktrator

b) Lingkungan Ekonomi
Sistem Ekonomi Pasar Bebas (Free market economy), merupakan suatu sistem perekonomian dimana
individu dan perusahaan swasta (privat) membuat keputusan penting terkait dengan produksi dan
konsumsi. Kegiatan perekonomian sistem ekonomi pasar bebas ini diatur menggunakan mekanisme
pasar. Mekanisme pasar adalah proses dimana individu atau perusahaan sepakat bertukar barang dan
jasa yang umumnya melaului pembayaran dalam bentuk uang. Pasar menentukan alokasi sumber daya,
berapa banyak yag harus dihasilkan, dan berapa harganya.
Sistem Ekonomi Komando, merupakan sistem ekonomi yang segala sesuatunya tentang ekonomi yang
diatur oleh pemerintahan pusat. Hal ini bermakna pemerintahan menentukan jenis dan jasa apa yang di
produksi, menggunakan metode atau cara apa suatu barang di produksi hingga siapa yang akan
mengkonsumsi barang dan jasa suatu barang. Sehingga dalam sistem ini, pemerintah akan lebih muda
mengendalikan inflasi, masalah pengangguran, serta masalah ekonomi lainnya.

c) Lingkungan Kebudayaan
Setiap negara dan organiasi memiliki budaya tersendiri. Budaya nasional merupakan prinsip dan sikap
dari warga di negara tertentu yang membentuk perilaku dan keyakinan mereka mengenai hal-hal yang
penting bagi mereka. Tiap-tiap bangsa mempunyai nilai, adat istiadat, dan tabu sendiri-sendiri. Penguasa
asing, jika ingin berhasil, harus meninggalkan etnoentrisme mereka dan mencoba memahami kultur dan
kebiasaan bisnis di negara tuan rumah, yang seringkali berbeda konsep waktu, ruang, dan tata caranya.
Bagaimana konsumen setempat memikirkan dan menggunakan produk tertentu harus diperhatikan oleh
penjuak sebelum merencanakan program pemasaran. Berikut ini beberapa contoh penererapannya yaitu,
Kaum Prancis rata-rata menggunakan kosmetik dan alat kecantikan hamper dua kali lebih banyak dari
pada istri mereka, Orang Jerman dan prancis makan spageti bungkusan lebih banya dari pada orang Itali,
dll.
Kerangka Kerja Hofstede untuk mekasir Budaya. Greet Hofstede mengembangkan salah satu
pendekatan yang paling banyak diacu secara luas dalam membantu para manajer lebih memahami
perbedaan-perbedaan yang ada dalam budaya-budaya nasional. Riset Hofstede menyimpulkan bahwa
setiap negara memiliki variasi dalam lima dimensi budaya nasional. Kelima dimensi ini yaitu:
 Individualistik, merupakan masyarakat mengurus kepentingan diri sendiri dan keluarga.
Kolektivisik, merupakan masyarakat mengharapkan komunitas mengurusi dan melindungi
mereka.
 Jarak yang tinggi terkait kekuasaan, yaitu menerima perbedaan yang lebar dalam kekuasaan,
respect yang besar bagi mereka yang berwenang
Jarak yang rendah terkait kekuasaan, yaitu mengkesampingkan ketidaksetraan. Contoh :
karyawan yang tidak takut untuk bergaul dengan dan tidak dibawah dominasi sang bos.
 Sangat menghindari ketidakpastian, yaitu merasa terancam oleh ambiguitas dan mengalami
kecemasan yang tinggi.
Tidak terlalu menghindari ketidakpastian, yaitu terbiasa dengan risiko atau toleran terhadap
perbedaan perilaku dan berbagai opini.
 Prestasi, Pelestarian prinsip-prinsip seperti asertivitas, menghasilkan uang dan barang serta
kompetisi.
Pengasuhan, Pelestarian prinsip-prinsip antara lain kebersamaan dan kepedulian terhadap
sesama.
 Orientasi jangka Panjang, yaitu masyarakat yang masa depan dab menghargai sifat hemat dan
gigih.
Orientasi jangka pendek, yaitu masyarakat yang menghargai tradisi dan masa lalu.

Kerangka Kerja GLOBE untuk menaksir Budaya. Program riset GLOBE (Global Leadership and
Organizational Behavior Effectiveness) yang dipimpin oleh Robert House memperluas hasil karya
Hofstede melalui investigasi atas perilaku kepemimpinan lintas budaya. Dengan memakai data dari
sekitar 18.00o manajer di 62 negara, tim riset GLOBE telah mengidentifikasi sembilan dimensi
perbedaan dalam budaya-budaya nasional yaitu:
1. Jarak kekuasaan (power distance), Sejauh apa para anggota masyarakat menganggap bahwa
kekuasaan terbagi secara tidak merata.
2. Penghindraan ketidakpastian (uncertainty avoidance), masyarakat mengandalkan norma-norma
dan prosedur-prosedur sosiaal dalam rangka mengurangi ketidakpastian dalam meramalkan
kejadian di masa depan.
3. Asertivitas (assertiveness), Sejauh apa masyarakat mendorong individu agar lebih Tangguh,
konfrontatif, asertif, dan kompetitif ketimbang tenang dan ramah
4. Orientasi kemanusiaan (human orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
individu agar berlaku adil, tidak egois, tidak pelit, peduli, dan mengasihi sesame.
5. Orientasi masa depan, (future orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
perilaku berorientasi masa depan seperti perencanaan, investasi masa depan, dan penundaan
kepuasan.
6. Koletivisme institusional (institutional collectivism), sejauh apa individu didorong oleh institusi
social agar beintegrasi dalam kelompok dalam organisasi dan masyarakat
7. Difrensiasi gender, sejauh apa masyarakat memaksimalkan perbedaan-perbedaan-perbedaan
peran gender, yang diukur dengan sebesar apa status dan tanggung jawab pengambilan-
keputusan yang diemban oleh kaum wanitanya.
8. Kolektivisme dalam kelompok (in-group collectivism), sejauh apa para anggota masyarakat
merasa bangga atas keanggotaannya dalam kelompok-kelompok kecil, antara lain keluarganya,
kelompok teman dekatnya, dan organisasi tempatnya bekerja.
9. Orientasi kinerja (performance orientation), sejauh apa masyarakat mendorong dan menghargai
para anggota kelompok agar meningkatkan dan memaksimalkan kinerja mereka.

Manajemen Global dalam Dunia Masa Kini


Tuntutan go global telah menyebar luas. Para pendukungnya menggemborkan keuntungan ekonomi dan
social yang datang seiring globalisasi. Globalisasi yang dimaksud untuk membuka perdagangan dan
menghapuskan halangan geografis antarnegara. Namun, Tindakan membuka diri tersebut mendatangkan
hal positif dan negative. Namun, seiring dengan itu, globalisasi menghadirkan tantangan yang
diakibatkan oleh keterbukaan yang menjadi syarat dari praktik globalisasi itu sendiri. Salah satunya
yaitu meningkatkan ancaman terorisme yang dijalankan oleh jaringan terror global sejati. Tantangan lain
dari keterbukaan adalah adanya interdepensi ekonommi antarnegara dalam perdagangan.Jika
perekonomian salah satu negara mengalami krisis, hal tersebut berpotensi memicu efek domino terhadap
negara-negara lain yang sedang berbisnis dengan negara tersebut.
Tantangan-tantangan yang jauh lebih serius bagi para manajer berasal dari kuatnya perbedaan
kebudayaan yang bersifat mendasar dan pokok-perbedaan-perbedaan yang mecakup tradisi, sejarah,
keyakinan religious, dan prinsip yang sudah sangat mengakar. Meskipun globalisasi telah lama
disanjung berkaitan dengan keuntungan ekonomi yang dihasilkannya, ada kalangan yang menganggap
bahwa globalisasi hanya sekedar eufemisme untuk “Amerikanisasi” yaitu, anggapan bahwa prinsip
kebudayaan A.S. dan filosofi bisnis A.S. sedikit demi sedikit menjangkiti seluruh dunia.
Manajer yang semula berperan “memerintah dan mengawasi” saat ini harus berperan menjadi “pelatih”
agar setiap karyawan mampu diberdayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Manajer juga harus
memiliki seuumlah ide, gagasan, strategi, dan metode untuk membantu orang lain menyesuaikan diri
dalam kondisi seperti ini. Selain itu, manajer juga harus menyesuaikan startegi perekrutan, penyeleksian,
pemberi kompensasi, pengembangan karier, Teknik motivasi, serta Teknik mengawasi karyawan agar
semuanya terintegrasi mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Para manajer perlu mencocokkan gaya
kepemimpinan dan pendekatan manajemen mereka untuk mengakomodasi tanggapan yang beragam itu.
CONTOH KASUS
Perusahaan Cemex, adalah produsen semen ketiga terbesar di dunia dan telah menjadi unggul di
pasar global dengan secara terus-menerus bekerja untuk meningkatkan layanan yang diberikan kepada
para pelanggannya, dimana pun mereka berada. Cemex (www.cemex.com), berpusat di Monterrey,
Meksiko, mengikuti prinsip-prnsip tertentu yang diyakini membuat “Cemex” menjadi berbeda”. Prinsip
itu mencakup peningkatan layanan pelanggan, teknologi yang berfokus pada pelanggan, efisiensi
operasi, pengembangan manajemen, efisiensi ekologi, memberdayakan orang-orang, kepemimpinan
pasar, berpikiran strategis, bersemangat untuk belajar, dan berpandangan global.
Cemex yakin bahwa untuk berhasil dalam lingkungan global yang ketat persaingannya, manajer
memerlukan sudut pandang yang multi budaya. Perusahaan itu telah melaksanakan beberapa inisiatif
yang mencangkup program pendidikan yang mendorong komunikasi yang efektif dan penyatuan kantor-
kantor Cemex di seluruh dunia, program ekspatriat yang melalui program itu para eksekutif dari negara-
negara yang berbeda diberi posisi kunci di sejumlah fasilitas di negara asing, dan kegiatan lain yang
memberi peluang para manajer untuk memperbanyak pengalaman globalnya. Manajer perusahaan
seperti Raymundo Gonzales, seorang manajer divisi perdagangan internasional, menemukan betapa
pentingnya memahami pengelolaan dalam lingkungan global.
Walaupun ditempatkan di Monterrey, Meksiko, Gonzales akan sering bekerja di operasi Camex
di Asia, terutama di Indonesia, Semen Gresik. Perusahaan yang beroperasi di bidang pabrikasi itu
merupakan yang terbesar bagi Cemex di luar Meksiko. Sebelumnya secara resmi bergabung dengan
Gresik, Cemex telah banyak melakukan perdagangan semen di Asia. Tidak diragukan lagi bahwa bisnis
di Asia tersebut penting bagi rencana masa depan Cemex.

PEMBAHASAN
Ada beberapa kesamaan antara Meksiko dan Indonesia. Keduanya adalah negara berkembang di
mana perusahaan harus menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan mereka kadangkala harus
bekerja dengan teknologi yang terbatas. Tetapi perbedaannya tampaknya jauh lebih besar. Sebagai
contoh, karakteristik budaya kedua negara itu sangat berbeda. Mayoritas agama (Katolik dan Islam),
selera musik, dan makanan adalah beberapa perbedaan yang harus dihadapi oleh para manajer Cemex.
Tidak mudah bagi para manajer Cemex untuk melakukan penyesuaian segera. Begitu pula bagaimana
pendekatan yang diperlukan agar orang Meksiko dan Indonesia dapat bekerjasama dengan sang manajer.
(Sumber: Robbins & Coulter, 2002)
SUMBER PUSTAKA

Saputri, Nofianti. 2013. Contoh Kasus Manajer dan Lingkungan Global. Di unduh 8 September
2022 http://ophiiciiduduth.blogspot.com/2013/04/contoh-kasus-manajer-dan-lingkungan.html
Ruchayat Reza. 2018. Praktek Manajemen dalam Lingkungan Global. Di unduh 11 September
2022 https://www.coursehero.com/file/74805984/KELOMPOK-3-PRAKTIK-MANAJEMEN-DI-
LINGKUNGAN-GLOBALdocx/

Anda mungkin juga menyukai