MSDM Kelompok6.
MSDM Kelompok6.
1. Aini (223010302088)
2. Aridianto (223010302041)
3. Bertiliani Panjaitan (223010302046)
4. Cristian Danur Saputra (223010302071)
5. Dea Vionie (223010302024)
6. Elyana Maranatha Y (223010302021)
7. Elia Selvia (223010302056)
8. Ega Asswara Karliadi Dewel (223010302003)
9. Felicia Mizaa W (223010302070)
10. Febby Dawanty (223010302046)
11. Febby L (223010302035)
12. Marsha Denanda Putri (223010302075)
13. Nadila (223010302008)
14. Winda Harming Swari ( 223010302001)
PENDAHULUAN
Di era yang semakin digital, cara kita bekerja dan berkolaborasi telah berubah secara
signifikan. Salah satu perubahan terbesar adalah penerapan model kerja hybrid. Model kerja
ini menciptakan peluang unik bagi organisasi untuk menggabungkan manfaat pekerjaan fisik
di kantor dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh kerja jarak jauh.
Mendefinisikan model kerja hybrid untuk kolaborasi merupakan tantangan utama
bagi organisasi modern. Dalam konteks ini, kolaborasi tidak lagi terbatas pada ruang kantor
yang kaku (WFO). Sebaliknya, model kerja hybrid memungkinkan tim untuk berkerja dari
mana saja, termasuk dari rumah (WFH) didukung oleh teknologi yang semakin canggih.
Dalam pendahuluan ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek penting yang
terlibat dalam menyiapkan model kerja hybrid untuk kolaborasi PT. Bank DBS Indonesia. PT
Bank DBS Indonesia, salah satu bank terkemuka di Indonesia, saat ini tengah berupaya
menerapkan work from home bagi sebagian besar karyawannya. Mulai minggu ketiga Juni
2020, lebih dari 50% karyawan DBS Indonesia akan bekerja dari rumah. Hal ini didukung
oleh infrastruktur yang kuat dengan teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas,
pekerjaan dapat diselesaikan dan produktivitas tetap terjaga sekaligus meminimalkan risiko
kesehatan di tengah pandemi (PT Bank DBS Indonesia, 2020). Untuk mendukung karyawan
yang bekerja dari rumah (WFH), PT Bank DBS Indonesia juga menyediakan hampir 1.000
laptop baru untuk mendukung infrastrukturnya. Selain itu, PT Bank DBS Indonesia juga
menyediakan anggaran sekitar Rp 3.000.000 untuk setiap karyawannya. Sediakan anggaran
bagi karyawan untuk membeli perlengkapan pendukung WFH, seperti meja, kursi,
headphone, dan lain-lain (Wahyu, 2021). Pandemi Covid-19 telah mengubah cara dunia
usaha melakukan pekerjaan dan mempertimbangkan kembali penggunaan kantor fisik. Tidak
hanya mengubah cara pandang terhadap inisiatif work from home (WFH), pandemi Covid-19
juga membawa perubahan drastis pada perilaku dan pola pikir karyawan, melalui konsep ini,
karyawan dapat mengatur waktunya dengan lebih fleksibel (Gagua , 2021). Setelah pandemi
Covid-19 berakhir, dunia usaha harus memutuskan apakah mereka ingin melanjutkan kerja
jarak jauh atau kembali ke WFO, atau mungkin menggunakan model kerja hybrid yang
mencakup keduanya. Model kerja hibrid mengacu pada serangkaian pengaturan kerja
fleksibel di mana lokasi kerja dan/atau jadwal kerja karyawan tidak distandarisasi secara
ketat. Sistem kerja hybrid belum pernah diterapkan dalam skala yang lebih besar
dibandingkan saat ini di seluruh industri, organisasi, fungsi, dan karyawan. Karena potensi
risiko termasuk hilangnya hubungan karyawan dan ancaman terhadap kesetaraan dan
keadilan di tempat kerja. Karena potensi ini, model kerja hybrid sangat bervariasi
berdasarkan lokasi, cakupan pekerjaan, industri, dan negara (Economist Impact, 2021).
Kebutuhan pendidikan dan pelatihan terkadang diperlukan pada saat ada peningkatan
permintaan dan perubahan pelanggan teknologi. Persyaratan perubahan membutuhkan
peningkatan keterampilan karyawan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Model kerja
hybrid mengacu pada serangkaian pengaturan kerja yang fleksibel di dalamnya
Lokasi karyawan dan/atau jadwal kerja tidak distandarisasi secara ketat. Pekerjaan
hybrid tidak pernah mungkin dilakukan diterapkan dalam skala besar saat ini di seluruh
industri, organisasi, fungsi pekerjaan dan pekerja. Karena potensi risiko termasuk hilangnya
hubungan dan ancaman karyawan menuju kesetaraan dan keadilan di tempat kerja. Karena
potensi model kerja hybrid sangat bervariasi menurut lokasi, ruang lingkup pekerjaan,
industri, dan negara (Impact Economist, 2021).
Beberapa perusahaan kini telah menerapkan atau menciptakan kerangka peraturan
hibrid model kerja, termasuk PT Bank DBS Indonesia yang memperbolehkan karyawannya
bekerja di kantor atau di rumah, atau bisa digabungkan pada saat minggu kerja (3 hari WFO
dan 2 hari FMH) dengan tetap mengikuti protokol medis yang ketat. Kerangka lain dari
model kerja hybrid diberikan oleh PT Bank DBS Indonesia, perhatian harus diberikan pada
departemen ini sendiri memerlukan WFO atau WFH, misalnya bagian keuangan
memerlukan pencatatan akuntansi (menggunakan lembaran kertas) akan memungkinkan
WFO dan departemen bisnis untuk mengerjakannya. Bekerja tanpa harus aktif secara fisik
berkat WFH.
PEMBAHASAN
Isu Dan Alternatif Solusi
a. In House atau onsite training, berupa pelatihan di tempat kerja (on the job training),
seminar atau lokakarya, instruksi lewat media (video, tape recorder, dan satelit), dan
instruk yang berbasis komputer,
b. External atau outside training, terdiri dari kursus, semina dan lokakarya yang
diselenggarakan oleh asosiasi profesion dan lembaga pendidikan.
Tujuan yang ingin dicapai dari pelatihan adalah (Nasution, 1994: 73) :
1. Memperbaiki moral kerja karyawan:
2. Karyawan diharapkan melaksanakan pekerjaan lebih baik;
3. Karyawan diharapkan dapat memlihara/merawat mesin-mesin atau peralatan produksi
lebih baik;
4. Karyawan diharapkan dapat menekan pemborosan pemakaian bahan baku;
5. Karyawan diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja dengan bekerja lebih
hati-hati;
6. Pengawasan yang tidak perlu dapat dikurangi dan karyawan diharapkan bekerja lebih
mandiri.
• Beradaptasi dengan parameter model kerja hybrid. Bagian dari pelatihan karyawan
baru harus mencakup membantu karyawan bekerja dengan cara hybrid, dan di
beberapa perusahaan mereka meluncurkan pengaturan hybrid yang berbeda, sehingga
perusahaan harus memberikan informasi yang jelas tentang instalasi perusahaan yang
ada.
• Dukungan yang lebih baik bagi pendatang baru di minggu dan bulan pertama,
kesempatan belajar yang berharga untuk mengamati budaya, kolega, dan aktivitas
kerja secara langsung. Persepsi terhadap peluang pembelajaran baru dan metode
transfer pengetahuan di era hybrid perlu dikaji ulang untuk melihat apakah perlu
diganti dan di perbarui.
PT Bank DBS Indonesia saat ini terus menggunakan inisiatif pelatihan
serupa, dengan dua program tujuan yaitu ; di satu sisi untuk menciptakan atau
meningkatkan kesadaran , di sisi lain untuk mengisi kekosongan melalui
pemahaman kebutuhan karyawan . Untuk mengadaptasi model kerja hybrid,
pelatihan telah dilaksanakan akan dimodifikasi berdasarkan kebutuhan dan tujuan
pelatihan . Jika tujuannya hanya itu membuat peserta mengetahui dan memahami
materi yang ada sehingga pelatihan berlangsung secara online cukup, namun jika
tujuannya mengubah kebiasaan dan menciptakan hasil yang lebih maka akan lebih
efektif jika pelatihan dilakukan secara tatap muka atau offline.
Saat ini terdapat alat yang sangat penting untuk mendukung pelatihan dan
komunikasi antar grup PT Bank DBS Indonesia adalah aplikasi konferensi video
karena merupakan salah satu cara bagi peserta pelatihan dan pelatih untuk memiliki
kemampuan berkomunikasi dan bertukar ilmu pengetahuan.
B. Alternatif solusi :
Personnel planning and recruiting (Perencanaan Dan Rekruitmen Personalia)
C. Rekomendasi :
Pekerjaan hibrid kolaboratif mengacu pada kombinasi pekerjaan yang dilakukan
secara online dan offline. Berikut adalah beberapa rekomendasi mengenai kerja
kolaboratif hybrid:
2. Tetap berhubungan :
Komunikasi yang baik sangat penting dalam kerja kolaboratif. Pastikan Anda tetap
berhubungan secara rutin dengan kolega Anda melalui email, pesan instan, atau
konferensi video.
4. Tetap fleksibel :
Kerja kolaboratif memerlukan fleksibilitas. Pastikan Anda siap beradaptasi dengan
perubahan jadwal dan tugas yang mungkin timbul.
5. Menggunakan reflektor :
Lembar refleksi adalah bagian dari buku kerja yang digunakan untuk mencerminkan
pekerjaan yang telah selesai. Gunakan papan refleksi untuk melacak kemajuan proyek
dan memastikan semua orang di tim berada pada jalurnya.
Alwi, W. S. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik. Jatinangor:
Perpustakaan Nasional RI.
Arif Yusuf Hamali, S. M. (2016). Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Mengelola
Karyawan. Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Service).
Farhansyah, J. (2023, Maret 9). Ingin Menerapkan Model Kerja Hybrid Working? Ini Kelebihan dan
Kekurangannya. Retrieved from Insight Talenta: https://www.talenta.co/blog/model-kerja-
hybrid-working/
Ihsan Ainurrofiq, M. T. (2022, Maret 15). Penerapan hybrid working model terhadap perubahan
budaya kerja dan nilai organisasi. Retrieved from FAIR VALUE:
https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue/article/view/1387
Maharani, A. S. (2023, Januari 14). Mengenal Hybrid Working dan Dampaknya Terhadap
Perkantoran. Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/properti/read/2022/02/09/091237921/mengenal-hybrid-
working-dan-dampaknya-terhadap-perkantoran
Mubarok, E. S. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Pengantar Keunggulan Bersaing. Bogor:
Penerbit In MEDIA.