Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Gig Economy dan Flexible Work Arrangement terhadap Kinerja

Karyawan di Tahun 2024

1.1. Latar Belakang

Revolusi digital telah mengubah lanskap dunia kerja secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Kemajuan teknologi dan munculnya platform digital telah
menciptakan model pekerjaan baru yang menantang konsep tradisional tentang cara
karyawan terlibat dalam pekerjaan mereka. Di antara tren yang paling menonjol
adalah gig economy dan flexible work arrangement, yang telah menjadi topik
perbincangan hangat dalam lingkungan bisnis dan sumber daya manusia di tahun
2024.

Gig economy merujuk pada model pekerjaan lepas atau pekerjaan sementara
yang sering kali melibatkan penggunaan platform digital untuk menghubungkan
pekerja dengan pemberi kerja. Dalam konteks ini, pekerja diasosiasikan sebagai "gig
worker" yang memiliki fleksibilitas dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian dan preferensi mereka, serta mengatur jam kerja sendiri. Meskipun model ini
menawarkan kebebasan dan kemandirian, namun juga membawa tantangan seperti
ketidakpastian pendapatan, kurangnya tunjangan kerja, dan kurangnya jaminan
keamanan kerja.

Gig economy telah berkembang pesat dalam berbagai sektor, mulai dari
transportasi (seperti Uber dan Lyft), pekerjaan rumah tangga (seperti TaskRabbit),
hingga pekerjaan profesional (seperti Upwork dan Fiverr). Perusahaan-perusahaan ini
menawarkan kesempatan bagi individu untuk bekerja sebagai kontraktor mandiri,
menentukan jadwal kerja mereka sendiri, dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan
minat dan keahlian mereka.

Di sisi lain, flexible work arrangement mengacu pada praktik yang


memungkinkan karyawan untuk bekerja di luar jadwal kerja tradisional, baik dalam
hal waktu maupun lokasi. Ini dapat meliputi bekerja dari rumah, jam kerja fleksibel,
atau bekerja secara jarak jauh. Dengan adanya teknologi yang memfasilitasi
komunikasi dan kolaborasi virtual, semakin banyak perusahaan yang mengadopsi
flexible work arrangement sebagai strategi untuk menarik dan mempertahankan bakat
terbaik, serta meningkatkan kepuasan dan keseimbangan kehidupan kerja karyawan.

Kombinasi antara gig economy dan flexible work arrangement telah


menciptakan lanskap kerja yang semakin dinamis dan beragam. Namun, dampaknya
terhadap kinerja karyawan masih belum sepenuhnya dipahami. Di satu sisi,
fleksibilitas dapat meningkatkan kepuasan kerja, keseimbangan kehidupan kerja, dan
produktivitas karyawan. Karyawan yang merasa puas dan seimbang cenderung lebih
termotivasi dan berkomitmen terhadap pekerjaan mereka, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja mereka. Namun, di sisi lain, ketidakpastian dan kurangnya
interaksi tatap muka dapat menyebabkan stres, isolasi, dan kurangnya rasa
kepemilikan terhadap organisasi, yang dapat berdampak negatif pada kinerja
karyawan.

Dalam konteks tahun 2024, penelitian ini menjadi semakin relevan karena tren
gig economy dan flexible work arrangement diperkirakan akan terus berkembang.
Dengan semakin banyak generasi milenial dan generasi Z yang memasuki angkatan
kerja, preferensi mereka terhadap gaya hidup yang lebih fleksibel dan bebas dapat
mendorong adopsi model kerja baru ini secara lebih luas. Selain itu, COVID-19 telah
mempercepat pergeseran ke arah flexible work arrangement, karena banyak
perusahaan memperkenalkan kebijakan bekerja dari rumah untuk menjaga
keselamatan karyawan dan mematuhi protokol kesehatan.

Namun, transisi menuju model kerja baru ini tidak lepas dari tantangan.
Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki akses yang memadai
terhadap teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk bekerja secara efektif
dalam lingkungan virtual. Selain itu, masalah seperti keamanan data, privasi, dan
keseimbangan kehidupan kerja menjadi isu yang penting untuk dipertimbangkan.
Pemimpin organisasi harus memahami bagaimana mengelola tim yang tersebar secara
efektif dan memastikan bahwa karyawan tetap terlibat dan termotivasi meskipun
bekerja dalam lingkungan yang lebih fleksibel.

Selain itu, terdapat tantangan terkait dengan keamanan sosial dan


perlindungan bagi pekerja gig. Karena status mereka sebagai kontraktor mandiri,
pekerja gig seringkali tidak memiliki akses ke tunjangan seperti asuransi kesehatan,
dana pensiun, atau cuti sakit yang biasanya tersedia bagi karyawan tetap. Hal ini
dapat menciptakan ketidakpastian finansial dan menyebabkan stres bagi pekerja gig,
yang pada akhirnya dapat berdampak pada kinerja mereka.

Dari perspektif organisasi, adopsi gig economy dan flexible work arrangement
juga menghadirkan tantangan tersendiri. Perusahaan harus menemukan cara yang
efektif untuk mengelola tenaga kerja yang tersebar dan beragam, serta memastikan
bahwa semua karyawan, baik tetap maupun gig worker, memiliki akses yang sama
terhadap pelatihan, pengembangan, dan peluang karir. Selain itu, perusahaan harus
mempertimbangkan implikasi hukum dan kepatuhan terkait dengan penggunaan
tenaga kerja gig, serta memastikan kesetaraan dan keadilan dalam praktik manajemen
sumber daya manusia.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh gig
economy dan flexible work arrangement terhadap kinerja karyawan di tahun 2024.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam konteks ini,
perusahaan dan pembuat kebijakan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk memaksimalkan potensi positif dari model kerja baru ini, serta mengatasi
tantangan yang mungkin muncul. Penelitian ini akan memberikan wawasan berharga
bagi organisasi yang berupaya menavigasi lanskap kerja yang terus berevolusi dan
memastikan bahwa karyawan dapat berkinerja maksimal dalam lingkungan kerja
yang lebih fleksibel.
Dengan mengeksplorasi topik ini, penelitian ini berkontribusi pada
pemahaman yang lebih baik tentang dampak gig economy dan flexible work
arrangement terhadap kinerja karyawan di tahun 2024. Temuan penelitian dapat
digunakan sebagai dasar untuk membentuk kebijakan dan praktik sumber daya
manusia yang efektif, serta membantu organisasi dalam beradaptasi dengan
perubahan lanskap kerja yang dinamis. Pada akhirnya, penelitian ini dapat membantu
menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, inklusif, dan berkelanjutan, di
mana karyawan dapat berkembang dan berkontribusi secara optimal dalam era digital
yang terus berkembang. Dengan memahami tantangan dan peluang yang muncul dari
tren gig economy dan flexible work arrangement, organisasi dapat menciptakan
strategi yang tepat untuk memperkuat komitmen karyawan, mendorong produktivitas,
serta memastikan keberlanjutan bisnis dalam lanskap kerja yang berubah dengan
cepat. Penelitian ini akan memberikan pemahaman yang berharga bagi para
pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, manajer sumber daya manusia,
dan pemimpin organisasi, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat
untuk mempersiapkan angkatan kerja masa depan dan memastikan keberhasilan
perusahaan dalam menghadapi perubahan lanskap kerja global.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Gig Economy terhadap Kinerja Karyawan di
Tahun 2024?
2. Apakah terdapat pengaruh Flexible Work Arrangement terhadap Kinerja
Karyawan di Tahun 2024?
3. Bagaimana pengaruh Gig Economy dan Flexible Work Arrangement terhadap
Kinerja Karyawan di Tahun 2024
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penlitian penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Gig Economy terhadap Kinerja Karyawan di
Tahun 2024
2. Untuk mengetahui pengaruh Flexible Work Arrangement terhadap Kinerja
Karyawan di Tahun 2024
3. Untuk mengetahui pengaruh Gig Economy dan Flexible Work Arrangement
terhadap Kinerja Karyawan di Tahun 2024
1.4. Kontribusi Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka kontribusi penelitian ini sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoretis:
a. Memperkaya kajian teoretis dalam bidang manajemen sumber daya
manusia dan perilaku organisasi terkait pengelolaan angkatan kerja
dalam konteks gig economy dan flexible work arrangement.
b. Memberikan wawasan baru tentang faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja karyawan dalam lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan
dinamis.
c. Menjadi dasar bagi pengembangan konsep dan teori baru yang relevan
dengan lanskap kerja di era digital.
2. Kontribusi Praktis:
a. Membantu organisasi dalam memahami tantangan dan peluang yang
muncul dari gig economy dan flexible work arrangement, sehingga
dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
b. Memberikan rekomendasi kebijakan dan praktik sumber daya manusia
yang efektif untuk mengelola angkatan kerja yang beragam dan
tersebar secara geografis.
c. Menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi dan platform digital
dalam mendukung kolaborasi, komunikasi, dan manajemen kinerja
dalam lingkungan kerja yang fleksibel.
d. Membantu perusahaan dalam merancang strategi yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan karakteristik karyawan dari berbagai generasi,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sektor industri.
1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian
Objek penelitian ini berfokus pada perusahaan-perusahaan yang
beroperasi dalam industri yang telah mengadopsi gig economy dan flexible work
arrangement secara signifikan. Beberapa sektor industri yang menjadi objek
penelitian antara lain:
1. Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perusahaan-perusahaan di sektor ini, seperti perusahaan teknologi besar,
startup, dan perusahaan pengembangan perangkat lunak, merupakan
pelopor dalam mengadopsi gig economy dan flexible work arrangement.
Mereka memanfaatkan platform digital untuk merekrut tenaga kerja gig,
serta menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau jam kerja fleksibel
bagi karyawan tetap mereka.
2. Industri Jasa Profesional
Objek penelitian juga mencakup perusahaan-perusahaan di industri jasa
profesional, seperti konsultan, akuntan, hukum, dan desain. Perusahaan-
perusahaan ini sering menggunakan tenaga kerja gig untuk proyek-proyek
tertentu, serta menawarkan opsi flexible work arrangement kepada
karyawan tetap mereka sebagai strategi untuk menarik dan
mempertahankan bakat terbaik.
3. Industri E-commerce dan Ritel
Dengan pertumbuhan e-commerce, banyak perusahaan ritel dan e-
commerce yang menggunakan tenaga kerja gig untuk pekerjaan
pengiriman, penanganan pesanan, dan layanan pelanggan. Selain itu,
beberapa perusahaan juga mengizinkan karyawan tetap mereka untuk
bekerja dari rumah atau memilih jadwal kerja yang fleksibel.
4. Industri Transportasi dan Logistik
Perusahaan-perusahaan seperti Uber, Lyft, dan DoorDash merupakan
contoh nyata dari gig economy dalam industri transportasi dan logistik.
Mereka menghubungkan pengemudi atau kurir dengan pelanggan melalui
platform digital, memungkinkan individu untuk bekerja sebagai gig
worker sesuai dengan jadwal mereka sendiri.
5. Industri Kreatif dan Hiburan
Industri kreatif dan hiburan, seperti periklanan, media, seni, dan musik,
juga menjadi objek penelitian ini. Perusahaan-perusahaan di sektor ini
sering menggunakan tenaga kerja gig untuk proyek-proyek tertentu,
seperti desain grafis, videografi, atau pekerjaan kreatif lainnya.
Dalam penelitian ini, objek penelitian akan mencakup perusahaan-
perusahaan dari berbagai industri yang telah mengimplementasikan gig economy
dan flexible work arrangement secara signifikan dalam operasional mereka. Hal
ini dapat diukur dari persentase tenaga kerja gig yang dimiliki perusahaan, jumlah
karyawan tetap yang bekerja dengan flexible work arrangement, atau durasi
implementasi model kerja tersebut dalam organisasi.

Anda mungkin juga menyukai