Anda di halaman 1dari 4

Nama: Arini Shella Mita

Nim: 220410189
Mata Kuliah: Kemalikussalehan
Kelas: I.D Kemalikussalehan

RIWAYAT SINGKAT SULTAN MALIKUSSALEH

Sultan Malikussaleh adalah sultan pertama Kesultanan Samuera Pasai. Ia memerintah mulai
tahun 1267. Sultan Malikussaleh satu-satunya raja yang bisa membaca Al-quran pada abad
13 dahulu. Maka, beliau mulanya bernama Meurah Silu akhirnya bergelar Malikkussaleh
yang artinya Malik yang saleh. Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum Peuet. Sukee Imeum
Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat maharaja/meurah bersaudara yang berasal
dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-
Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak di Aceh
Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan Jeumpa di Bireuen, Syahir Poli (Pau-Ling)
yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan
Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar. Nama Malikussaleh kini diabadikan
sebagai Bandar Udara Malikus Saleh dan Universitas Malikussaleh (UNIMAL) di Kota
Lhokseumawe.

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Nazimuddin
Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M
untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk dijadikan tempat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan
satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat
menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada. Beliau mengangkat Meurah Silu
sebagai Raja Pasai pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar
Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh sampai beliau wafat
pada tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.

Berdasarkan cerita-cerita kunjungan negara lain. Ada perbedaan pendapat mengenai


kerajaan ini. Hal ini disebabkan karena ada yang memisahkan antara nama Pasai dan
Samudera. Tapi catatan Tiongkok tidak memisahkan nama kerajaan ini dan meyakini ini
adalah satu kerajaan. Sedangkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya menulis daftar
kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat
nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).

Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari
Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I.
Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa keemasan.
Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan
kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai
tempat penyebaran agama Islam.

Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali
dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan
Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu yang
menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan Samudera pada tahun 1270
Masehi. Makam Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdul Kadir Ia menikah dengan Ganggang
Sari, seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan itu, lahirlah dua putranya
yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur. Setelah keduanya beranjak dewasa,
Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia mendirikan
kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir menggabungkan
kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.

Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari
Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di
pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai. Perdagangan Selain
sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi pusat perkembangan Islam di Nusantara.
Kebanyakan mubalig Islam yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari Pasai.

Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Jawa juga
terlihat dari sejarah dan latar belakang para Wali Songo. Sunan Kalijaga memperistri Dewi
Saroh anak dari Maulana Ishaq dengan putri Sultan Pasai, dan Dewi Saroh dikaruniai anak
bernama Sunan Muria. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah yang gigih melawan penjajahan
Portugis lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke
Pasai. Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal pada tahun 1980-an,
sebelum konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah. Menurut
Yakub, juru kunci makam Sultan Malikussaleh, nama besar sang sultan turut mengundang
rasa keingintahuan para peziarah dari Malaysia, India, sampai Pakistan. Negara-negara itu
dulunya menjalin hubungan dagang dengan Pasai.

Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat sejumlah situs makam para
pendiri kerajaan dan keturunannya di makam raja-raja Pasai itu. Makam itu menjadi saksi
satu-satunya karena peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan
Malikussaleh dan cucunya, Ratu Nahrisyah, adalah dua kompleks situs yang tergolong masih
terawat. Makam Malikul Zahir Menurut Christiaan Snouck Hurgronje, hubungan langsung
Arab dengan Indonesia baru berlangsung abad 17 pada masa kerajaan Samudra
Pasai, Banten, Demak dan Mataram Baru. Samudra Pasai sebelum menjadi kerajaan Islam
merupakan kota pelabuhan yang berada dalam kekuasaan Majapahit, yang pada masa itu
sedang mengalami kemunduran. Setelah dikuasai oleh pembesar Islam, para pedagang dari
Tuban, Palembang, malaka, India, Cina dan lain-lain datang berdagang di Samudra Pasai.
Menurut Ibnu Batutah: Samudera Pasai merupakan pelabuhan terpenting dan Istana Raja
telah disusun dan diatur secara indah berdasarkan pola budaya Indonesia dan Islam
Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam sejarah tercatat sebagai Kerajaan Islam pertama di
Nusantara yang menjadi cikal bakal pusat pengembangan dan penyebaran agama Islam di
kawasan Nusantara dan Asia Tenggara, yang juga merupakan pusat Pendidikan Islam dan
Ilmu Pengetahuan ternama yang mewariskan semangat pejuang bagi generasi penerusnya
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya sebagaimana
tuntunan Islam, telah menghasilkan Syech (Guru Besar) serta berbagai ilmuan aplikatif
lainnya. Kecemerlangan pemikiran mereka pada saat itu telah memberi dampak besar
dengan terjadinya era kemakmuran dan kejayaan (welfare state) “Baldatun Thayyibatun Wa
Rabbun Ghafur" suatu Negeri Indah, Adil, dan Makmur yang diridai Allah Subhana Wataala.

Sultan Malikussaleh bukan saja telah meletakkan fundamen dasar yang kokoh pada
masanya, namun gaung dan kecendikiawannya mampu mewarnai watak serta spirit bangsa
hingga saat ini. Hal tersebut membuktikan bahwa ulama yang kharismatis tersebut selalu
dapat memancarkan energi positif meskipun jasatnya sudah kebali kepada Allah Swt.
Kerajaan Samudera Pasai secara organisasi telah lenyap dan Malikussaleh juga telah wafat,
namun semangat dan jiwa kepeloporan, kedinamisan, serta patriotismenya masih tetap
terukir di sanubari dan menjadi spirit perjuangan bangsa.

Sejarah yang menjiwai serta semangat untuk membangun peradaban yang menjadi
tumpuan harapan bagi generasi penerus merupakan landasan utama bagi Universitas
Malikussaleh dalam membangun sumber daya manusia. Anugerah terhadap sumber daya
alam yang melimpah, merupakan momentum yang harus diambil oleh Universitas
Malikussaleh agar mengelola dengan baik untuk kemakmuran bangsa dan Negara.

Universitas Malikussaleh hingga kini telah memiliki beberapa fakultas yaitu Fakultas
Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas
Hukum dan Fakultas Kedokteran.

Kondisi politik di Aceh dahulu yang kelam dikarenakan konflik berkepanjangan telah
menimbulkan dampak yang serius dan mendalam terhadap sendi-sendi kehidupan
masyarakat. Untuk mengembalikan harkat dan martabat masyarakat yang telah digilas oleh
degradasi nilai-nilai sosial yang semakin memprihatinkan dan semakin menjauhkan dari
suasana masyarakat madani (civil society), maka perlu upaya kongkrit dan komprehensif,
agar tidak menimbulkan ancaman terhadap disintegrasi bangsa.

Untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat Aceh kepada Pemerintah Pusat yang
berkesinambungan dalam suasana masyarakat madani, diperlukan tambahan lembaga
pendidikan tinggi universitas negeri untuk dapat mempererat ikatan persaudaraan bangsa di
Samudera Pasai khususnya.

Upaya ini merupakan bagian dari proses penyelesaian konflik Aceh yang menyeluruh
sebagai suatu kebijakan strategis politik, mengingat wilayah Samudera Pasai yang terdiri
dari Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie, Aceh Timur, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara
yang sebahagian wilayahnya merupakan daerah pusat konflik paling bergolak, serta paling
intensif menyuarakan perilaku ketidakadilan dalam pengelolaan negara pemerintah pusat
masa tersebut.

Aceh yang memiliki deposit sumber daya alam yang melimpah seandainya mampu dikelola
oleh putra putri Aceh tentu akan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk
mempercepat peningkatan kualitas sumberdaya manusia Aceh, tamabahan perguruan tinggi
yang mumpuni menjadi suatu keharusan.

Dengan dinegerikannya Universitas Malikussaleh pada hari Sabtu Tanggal 8 September 2001
di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh oleh Presiden Republik Indonesia Megawati
Soekarno Putri menjadi tonggak baru pembangunan peradaban sebagai pusat
pengembangan sumber daya manusia bagi Masyarakat Aceh, dengan harapan Allah
Swt meridhai upaya kita bersama dalam mencerdaskan bangsa. Universitas Malikussaleh
yang disingkat dengan UNIMAL setiap menggali kebenaran dari berbagai riset yang
dilakukan, tidak akan meninggalkan rujukan sunatullah (hukum alam) yang menjadi
landasan dengan mengharapkan keberkahan dalam menggapai kesuksesan.

Peta jalan yang telah dirintis oleh Kesultanan Malikussaleh merupakan petunjuk nyata
dalam membangun peradaban bangsa yang bermartabat. Semoga Universitas Malikussaleh
yang mengambil nama besar Kesultanan Islam pertama tersebut, selalu menjadi mesin
produktif yang mampu melahirkan insan paripurna yang merupakan titisan dari aura
pejuang kharismatik yang juga merupakan ulama besar Sultan Malikussaleh.

Anda mungkin juga menyukai