Edhy SST Journal Manager Technoscientia Vol 13 No 02 11 Hal 083 094 Abdullah Kuntaarsa Zubaidi Achmad
Edhy SST Journal Manager Technoscientia Vol 13 No 02 11 Hal 083 094 Abdullah Kuntaarsa Zubaidi Achmad
Masuk: 25 Juli 2020, Revisi masuk: 23 Agustus 2020, Diterima: 24 Agustus 2020
ABSTRACT
Indonesia has various natural resources for traditional medication which have been used
hereditary. One of them is Curcuma aeruginosa Roxb. It contains essential oil which has not
been optimally utilized. Based on some researches, there are some types of essential oil which
have been proved to gain both physical and emotional condition of somebody.
The research of temu ireng essential oil is conducted by extracting the oil using volume
and solvent variances. The solvents variance and its volume are ethanol (250 ml, 300 ml, 350
ml, 400 ml, dan 450 ml) dan n-hexane (250 ml, 300 ml, 350 ml, 400 ml, dan 450 ml).
Subsequently, the extract oil is purified by using distillation apparatus in order to generated
Curcuma aeruginosa Roxb essential oil. The analysis of absorbance in each cycle of volume
variant and solvent is conducted in this research.
Based on this research, it results several types of essential oil in accordance to its solvent
and volume variances. By using ethanol as the solvent, it results 250 ml oil (91,433%), 300 ml
(91,582%), 350 ml (91,731%), 400 ml (92,030%), and 450 ml (92,179%). Meanwhile, by using
n-hexane as the solvent, it results 250 ml oil (91,113%), 300 ml (91,435%), 350 ml (92,081%),
400 ml (92,242%), and 450 ml (92,565%).
INTISARI
Indonesia mempunyai kekayaan sumber bahan obat-obatan tradisional yang berasal dari
alam yang digunakan secara turun-temurun. Salah satu rimpang yang telah digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah temu ireng. Temu ireng sendiri
memiliki kandungan minyak atsiri yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut
sejumlah penelitian, beberapa jenis minyak atsiri sudah terbukti memiliki efek positif untuk
meningkatkan kondisi fisik dan emosional seseorang.
Penelitian minyak atsiri dari temu ireng ini dilakukan dengan cara mengekstrak minyak
dengan menggunakan varian volume dan pelarut. Pelarut dan volume yang dipakai adalah
etanol (250 ml, 300 ml, 350 ml, 400 ml, dan 450 ml) dan n-heksana (250 ml, 300 ml, 350 ml,
400 ml, dan 450 ml). Kemudian hasil ekstrak dimurnikan menggunakan alat destilasi agar
didapat minyak murni temu ireng. Dalam penelitian ini dianalisis absorbansi dari tiap siklus di
varian volume dan minyak murninya.
Penelitian ini mendapat hasil minyak dengan berbagai varian. Hasil dengan pelarut etanol
adalah 250 ml (91,433%), 300 ml (91,582%), 350 ml (91,731%), 400 ml (92,030%), dan 450
ml (92,179%). Sedangkan hasil dengan pelarut n-heksana adalah 250 ml (91,113%), 300 ml
(91,435%), 350 ml (92,081%), 400 ml (92,242%), dan 450 ml (92,565%).
kimia dari rimpang temu ireng adalah Menurut Yuniarti (2008) tanaman temu
saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak ireng dalam tata nama atau sistematika
atsiri. Sesquiterpene dan monoterpene juga (taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung
terkandung dalam temu ireng yang dapat diklasifikasi sebagai berikut:
dimanfaatkan sebagai anti bakteri. Melihat Kingdom: Plantae
kandungan zat-zat tersebut, temu ireng Sub kingdom: Tracheobionta
mempunyai manfaat yang ekonomis. Super divisi: Spermatophyta
Kebutuhan ekspor minyak atsiri berdasarkan Divisi: Magnoliophyta
indeks value unit menurut data BPS tahun Kelas: Liliopsida
2019 dan 2020 adalah 114,12 dan 119,69. Sub kelas: Commelinidae
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan Ordo: Zingiberales
minat masyarakat terhadap minyak atsiri.
Famili: Zingiberaceae
Saat ini pemanfaatan temu ireng masih
Genus: Curcuma
terbatas pada obat tradisional yaitu
minuman bubuk yang dikonsumsi sebagai Spesies: Curcuma aeruginosa Roxb
obat batuk dan penambah nafsu makan. Bentuk fisik rimpang temu ireng dapat dilihat
Temu ireng memiliki kandungan minyak pada Gambar 1.
atsiri yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Minyak atsiri dari temu ireng
mempunyai aroma herbal yang bermanfaat.
Menurut sejumlah penelitian, beberapa jenis
minyak atsiri sudah terbukti memiliki efek
positif untuk meningkatkan kondisi fisik dan
emosional seseorang. Terlebih temu ireng
sangat mudah didapatkan dan harganya
murah. Istilah “minyak atsiri” atau “minyak
eteris” adalah sebutan yang digunakan
untuk minyak mudah menguap dan . Gambar 1. Rimpang temu ireng
diperoleh dari tanaman dengan cara
penyulingan uap. Dalam kehidupan sehari- Morfologi Temu ireng
hari, minyak atsiri digunakan untuk aroma Temu ireng merupakan tanaman asli dari
terapi, balsam, dan sabun karena kawasan Asia Tenggara berbatang semu
kemampuannya memberikan efek relaksasi. dengan ketinggian mencapai 1,5 m.
Permasalahan penelitian dalam ekstraksi Tanaman ini mempunyai rimpang berwarna
minyak atsiri adalah bagaimana pengaruh gelap dan memiliki aroma khas. Daun
pelarut yang berbeda yaitu etanol dan n- tunggalnya berbentuk bulat telur dengan
heksana terhadap perolehan minyak atsiri helaian daun berwarna hijau, bertulang daun
yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan menyirip, dan permukaan bagian atas terlihat
untuk memisahkan minyak atsiri dari temu garis-garis cokelat membujur. Pelepahnya
ireng, memurnikan minyak atsiri dari pelarut, melekat satu dengan yang lain hingga
dan mengetahui pengaruh volume pelarut membentuk batang. Sementara bunga
pada hasil ekstraksi. Selain itu, untuk majemuk berwarna ungu merah dengan
mengetahui hasil dari beberapa uji analisis tangkai yang panjang mencapai 35 cm
minyak atsiri pada ekstraksi. terutama di Pulau Jawa dari ketinggian 400-
1.750 meter di atas permukaan laut dan
Taksonomi Temu ireng tumbuhan ini menyukai tanah subur.
Temu ireng (Curcuma aeruginos Roxb) Daunnya berbentuk lanset lebar dengan
adalah sejenis tumbuhanan yang helaian daun yang tipis, warna daun hijau
rimpangnya dimanfaatkan sebagai sampai coklat keunguan agak gelap.
campuran obat/jamu. Temu ireng dikenal (Mursito, 2003).
pula sebagai temu erang, temu ireng, atau
temu lotong. Temu ireng terdapat di Burma, Kegunaan Temu ireng
Kamboja, Indocina, dan menyebar sampai Rimpang rasanya pahit, tajam, dingin,
ke Pulau Jawa. Selain ditanam di berkhasiat untuk membangkitkan nafsu
pekarangan atau di perkebunan, temu ireng makan, melancarkan keluarnya darah kotor
juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan setelah melahirkan, penyakit kulit seperti
jati, dan padang rumput. kudis, dan borok, perut mules (kolik),
84
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
sariawan, batuk, sesak nafas, dan cacingan, ireng komponen terbanyak adalah 2,2,5-
encok, kegemukan badan (Achmadi, 2005). Trimetil-2’(H)-5’-6’-Dihidropira-no [3’,4’,9’]
Rimpang temu ireng mengandung indan-1-on sebanyak 40,11% dan 1.8-sineol
saponin, minyak atsiri, flavonoid, (Gambar 2) sebanyak 13,23%. Minyak atsiri
kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, temu ireng yang diperoleh dengan distilasi
mineral, minyak dan saponin. Kandungan mendapatkan yield 0.17% minyak.
minyak atsiri terbesar terdapat pada irisan
temu ireng dan kadar minyak atsiri maksimal
terdapat pada waktu rimpang belum
bertunas dan mengeluarkan batang atau
daun yang tumbuh (Widyawati dkk., 2003).
Minyak atsiri adalah bagian komponen
tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Gambar 2.Sineol
Salah satunya manfaat dalam bidang
kesehatan yaitu sebagai anti bakteri. Minyak
atsiri berupa cairan kental kuning emas
mengandung Monoterpen dan Sesquiterpen.
Monoterpen Curcuma aeruginosa terdiri dari
Monoterpen Hidrokarbon (alfa pinen, D-
kamfen), Monoterpen Alkohol (D-borneol), Gambar 3. 2,2,5-Trimetil-2’(H)-5’-6’-
Monoterpen Keton (D-kamfer), dan dihidropirano[3’,4’,9’]indan-1-on
Monoterpen Oksida (sineol). Dari hasil
penelitian dikemukakan bahwa minyak atsiri Tabel 1 menampilkan karakteristik minyak
memiliki anti mikroba terhadap S. aureus atsiri temu ireng, Tabel 2 menampilkan
dan E.coli (Khoridah, 2007). Minyak atsiri komponen minyak atsiri temu ireng.
adalah minyak yang mudah menguap dan
diperoleh dari tanaman penghasilnya. Tabel 1. Karakteristik minyak atsiri temu ireng
Minyak atsiri banyak digunakan dalam Karekteristik Keterangan
industri 6 sebagai bahan pewangi atau Titik didih 140-260 °C
penyedap. Beberapa jenis minyak atsiri Densitas 0,81-0,88 gr/ml
dapat digunakan sebagai bahan antiseptik. Warna Kuning kecoklatan,
Minyak atsiri dari suatu tanaman tertentu coklat, coklat tua
secara umum mempunyai komposisi kimia Aroma Aromatik
tertentu yang pada prinsipnya memberikan Monoterpeniods/hydrocarbons 59,26%
aktivitas anti mikroba yang spesifik Sesquiterpeniods/oxygenated 40,74
khususnya untuk bakteri S. aureus. compounds
Komposisi dari minyak atsiri sangat Indeks bias 1,4877-1,4964
bervariasi, dan terdiri dari beberapa
komponen yang sangat kompleks, tetapi Tabel 2. Komponen minyak atsiri temu ireng
sebagian besar minyak atsiri terdapat dalam Komponen Kandungan (%)
bentuk terpena. Terpena hidrokarbon α-pinene 2,41
dibedakan menjadi hemiterpena, Sabinene 2,40
monoterpena, seskuiterpena, diterpena, α-terpine 31,50
tritepena, politerpena (Triayu, 2009). Camphor 15,58
Borneol 4,48
Minyak Atsiri Temu Ireng Isoborneol 2,53
Minyak atsiri adalah salah satu hasil sisa Tumerone 2,71
proses metabolisme dalam tanaman, yang Artumerone 1,50
terbentuk karena reaksi antara berbagai Zerumbone 8,75
persenyawaaan kimia dengan adanya air.
Minyak atsiri bersifat nonpolar. Dalam Pelarut
keadaan segar dan murni, umumnya minyak Pelarut merupakan salah satu faktor
atsiri adalah salah satu hasil sisa proses yang menentukan dalam proses ekstraksi,
metabolisme dalam tanaman, yang sehingga banyak faktor yang harus
terbentuk karena reaksi antara berbagai diperhatikan dalam pemilihan pelarut
persenyawaaan kimia dengan adanya air. (Guenther, 2006). Terdapat dua
Menurut Yusnita (2014), pada rimpang temu pertimbangan utama dalam memilih jenis
85
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya Ekstraksi dapat menggunakan pelarut
larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya tunggal atau campuran. Pelarut campuran
atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan yang biasa digunakan yaitu campuran air
dalam ekstraksi harus dapat melarutkan dan etanol, campuran air dan metanol, dan
ekstrak yang diinginkan saja, mempunyai campuran air dan eter. Menurut Saputra
kelarutan yang besar, tidak menyebabkan (2015) syarat pelarut yang digunakan harus
perubahan secara kimia pada komponen bersifat selektif artinya pelarut harus dapat
ekstrak, dan titik didih kedua bahan tidak melarutkan semua senyawa dengan cepat.
boleh terlalu dekat (Guenther 2006). Tabel 3 Syarat kedua harus mempunyai titik didih
menampilkan titik didih berbagai macam yang cukup rendah. Hal ini supaya pelarut
pelarut dan komponen terlarut. Di antara mudah dapat diuapkan tanpa
pelarut-pelarut tersebut yang paling sering menggunakan suhu tinggi, namun titik didih
digunakan adalah air, etanol, etil asetat, pelarut tidak boleh terlalu rendah karena
petroleum eter, kloroform, dan heksana. akan menyebabkan kehillangan akibat
penguapan. Syarat ketiga bersifat inert
Tabel 3. Jenis pelarut dan komponen terlarut artinya pelarut tidak bereaksi dengan
serta titik didihnya komponen minyak. Syarat keempat
Jenis Pelarut Titik Didih (°C) harganya murah dan mudah didapatkan.
Air 100
Etanol 78,8 Etanol
Etil Asetat 77
Petroleum Eter 70
Etanol atau sering juga disebut dengan
Heksana 69 alkohol adalah suatu cairan transparan,
Asam Askorbat > 190 mudah terbakar, tidak berwarna, mudah
Karotenoid > 580 menguap, dengan rumus kimia C2H5OH
Alkaloid > 100 (Gambar 4), dapat bercampur dengan air,
Steroid > 135 eter, dan kloroform, yang diperoleh melalui
Sumber: Scheflan & Morris (1983), Weissenberg (2001). fermentasi karbohidrat dari ragi yang disebut
juga dengan etil alcohol (Mardoni, 2007).
Menurut Sutriani (2008), pelarut yang baik
untuk ekstraksi adalah yang mempunyai
daya melarutkan yang tinggi terhadap zat
yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran Gambar 4. Struktur etanol
pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) termasuk
bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar kelompok hidroksil yang memberikan
dan sebaliknya. Pelarut organik berdasarkan polaritas pada molekul dan mengakibatkan
konstanta elektrikum dapat dibedakan meningkatnya ikatan hidrogen
menjadi dua, yaitu polar dan nonpolar. intermolekuler. Etanol mempunyai kelarutan
Konstanta dielektrikum dinyatakan sebagai yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga
gaya tolak menolak antara dua pertikel yang tidak bereaksi dengan komponen lainnya.
bermuatan listrik dalam suatu molekul. Kelemahannya harganya mahal (Mardoni,
Semakin tinggi konstanta dielektrikumnya 2007). Etanol memiliki massa jenis 0.7893
maka pelarut bersifat semakin polar g/mL. Titik didih etanol pada tekanan
(Sudarmadji dkk., 1989). Tabel 4 menampilkan atmosfer adalah 78.32°C. Indeks bias dan
konstanta dielektrikum pelarut organik. viskositas pada temperatur 20°C adalah
1.36143 dan 1.17 cP. Etanol adalah pelarut
Tabel 4. Konstanta dielektrikum pelarut organik volatile bersifat semipolar karena dapat
Pelarut Konstanta Dielektrikum melarutkan baik senyawa polar maupun
n-heksana 2,0 nonpolar. Gugus -OH polar dan -CH3CH2
Etil Asetat 6,0
Khloroform 4,8
bersifat nonpolar. Karbon pendek pada
Asam asetat 6,2 etanol ini menyebabkan sifat nonpolar.
Benzen 2,3 Mengingat pemanfaatan etanol beraneka
Etanol 24,3 ragam, sehingga grade etanol yang
Metanol 33,1 dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan
Air 80,4 penggunaannya. Untuk etanol dengan grade
(Sumber: Sudarmadji dkk., 1989). 90-96,5% dapat digunakan pada industri,
86
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
sedangkan etanol yang mempunyai grade Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh
96-99,5% dapat digunakan sebagai ukuran partikel bahan. Bahan yang
campuran untuk miras dan bahan dasar diekstrak sebaiknya berukuran seragam
industri farmasi. Besarnya grade etanol yang untuk mempermudah kontak antara bahan
dimanfaatkan sebagai campuran bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung
bakar untuk kendaraan sebesar 99,5- 100%. dengan baik (Sudarmadji, 1996). Terdapat
Perbedaan grade akan berpengaruh dua macam ekstraksi padat-cair, yaitu
terhadap proses konversi karbohidrat dengan cara sokhlet dan perkolasi dengan
menjadi gula (glukosa) larut air (Indyah, atau tanpa pemanasan (Muchsony, 1997).
2007). Menurut Muchsony (1997) metode lain
yang lebih sederhana dalam mengekstrak
N-Heksana padatan adalah dengan mencampurkan
N-Heksana adalah hidrokarbon alkana seluruh bahan dengan pelarut, lalu
rantai lurus yang memiliki 6 atom karbon memisahkan larutan dengan padatan tak
dengan rumus molekul C6H14. Isomer n- terlarut. Menurut Yustina (2008) metode
heksana tidak reaktif dan digunakan secara maserasi digunakan untuk mengekstrak
luas sebagai pelarut inert dalam reaksi jaringan tanaman yang belum diketahui
organik karena n-heksana bersifat nonpolar. kandungan senyawanya yang
N-Heksana didapatkan dari hasil kemungkinan bersifat tidak tahan panas,
penyulingan minyak mentah dimana untuk sehingga kerusakan komponen dapat
produk industrinya ialah fraksi yang dihindari. Kekurangan dari metode ini
mendidih pada suhu 65-70 °C. N-heksana adalah waktu yang relatif lama dan
biasa digunakan untuk mengekstrak minyak membutuhkan banyak pelarut. Ekstraksi
dan lemak yang memiliki kepolaran yang dengan metode soxhlet menggunakan
sama. n-Heksana merupakan salah satu prinsip kelarutan. Prinsip kelarutan adalah
pelarut yang baik untuk mengekstraksi like dissolve like, yaitu pelarut polar akan
senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar. melarutkan senyawa polar, demikian juga
Dalam keadaan standar senyawa ini sebaliknya pelarut nonpolar akan
merupakan cairan tak berwarna yang tidak melarutkan senyawa nonpolar, selain itu
larut dalam air. Tabel 5 menmapilkan pelarut organik akan melarutkan senyawa
karakteristik n-heksana. organik. Ekstraksi senyawa aktif dari suatu
jaringan tanaman dengan berbagai jenis
Tabel 5. Karakteristik n-heksana pelarut pada tingkat kepolaran yang
Karakteristik Syarat berbeda bertujuan untuk memperoleh hasil
Bobot molekul 86,2 gram/mol yang optimum, baik jumlah ekstrak maupun
Warna Tidak berwarna senyawa aktif yang terkandung dalam
Wujud Cair contoh uji. Prosedur klasik untuk
Titik lebur 95°C
Titik didih 69°C
memperoleh kandungan senyawa organik
Densitas 0,6603 gr/ml pada 20°C dari jaringan tumbuhan kering adalah
melalui ekstraksi berkesinambungan atau 6
Ekstraksi bertingkat menggunakan beberapa pelarut
Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang berbeda tingkat kepolarannya
dua zat atau lebih dengan menggunakan (Yustina 2008). Ekstraksi ini dilakukan
pelarut yang tidak saling campur. secara berturut-turut dimulai dengan
Berdasarkan fase yang terlibat, terdapat dua pelarut nonpolar (misalnya n-heksana atau
jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
ekstraksi padat-cair. Pemindahan komponen semipolar (etil asetat atau dietil eter)
dari padatan ke pelarut pada ekstraksi kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar
padat-cair melalui tiga tahapan, yaitu difusi (metanol atau etanol). Pada proses
pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal
sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan (crude extract) yang mengandung berturut-
padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir turut senyawa nonpolar, semipolar, dan
adalah pemindahan larutan dari pori-pori polar (Hostettmann dkk., 1995).
menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair Hasil ekstrak yang diperoleh tergantung
dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah
digunakan, pengadukan, dan banyaknya senyawa tersebut, metode ekstraksi yang
pelarut (Wilson dan Walker, 2000). digunakan, ukuran partikel contoh uji, kondisi
87
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
Distilasi
Untuk memurnikan campuran senyawa
dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan memiliki titik didih yang jauh
Gambar 6. Rangkaian alat ekstraksi
berbeda. Jika campuran dipanaskan maka
Keterangan:
komponen yang titik didihnya lebih rendah
1. Kondensor
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan
2. Timbal
titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
3. Pipa F
kecenderungan sebuah substansi untuk
4. Sifon
menjadi gas. Distilasi adalah teknik
5. Labu leher tiga
pemisahan kimia untuk memisahkan dua
6. Kompor
atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu
campuran dapat dipisahkan dengan distilasi
biasa ini untuk memperoleh senyawa murni.
Senyawa yang terdapat dalam campuran
akan menguap saat mencapai titik didih
masing-masing. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi
sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol. Rangkaian alat
distilasi sederhana nampak pada Gambar 5.
89
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
dengan pelarut etanol dapat dibuat Pada kolom pelarut etanol 250 ml
persamaan standar yaitu: menunjukkan absorbansi minyak atsiri yang
Y = 0.0134X + 0,2538. diperoleh berbanding lurus terhadap waktu
dimana: Y= absorbansi, X= konsentrasi siklus. Absorbansi mencapai nilai konstan
pada waktu siklus ketujuh yaitu 0,263.
Tabel 8. Uji Absorbansi dengan pelarut etanol Semakin tinggi nilai absorbansi, maka
Konsentrasi (%) Absorbansi semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri
10 0,382 yang diperoleh. Dengan pelarut etanol 250
20 0,519 ml dapat menghasilkan minyak atsiri dengan
30 0,646
40 0,771
konsentrasi 0,687.
50 0,895 Pada kolom pelarut 300 ml nilai
60 1,103 absorbansi konstan pada waktu siklus
70 1,231 ketujuh dengan nilai 0,262. Waktu siklus
80 1,358 berbanding lurus terhadap nilai absorbansi
90 1,467 minyak atsiri. Konsentrasi minyak atsiri temu
100 1,526 ireng yang didapatkan dengan pelarut 300
ml adalah 0,612.
2. Hasil absorbansi pelarut N-heksana Pada kolom 350ml menunjukkan
Kurva standar kedua dibuat dengan absorbansi minyak atsiri yang diperoleh
pelarut n-heksana murni 100% dengan berbanding lurus terhadap waktu siklus.
cara mengencerkan minyak atsiri temu Absorbansi mencapai nilai konstan pada
ireng komersial dengan konsentrasi waktu siklus ketujuh yaitu 0,261. Semakin
100% hingga 10%. Berdasarkan hasil tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi
pengamatan dengan alat spektrometer konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh.
pada Tabel 9 didapatkan hasil Dengan pelarut etanol 350ml dapat
absorbansi tiap konsentrasi sehingga menghasilkan minyak atsiri dengan
kurva standar dengan pelarut n-heksana konsentrasi 0,537.
dapat dibuat persamaan standar yakni: Pada kolom 400 ml nilai absorbansi
Y = 0,0062 X + 0,9171. konstan pada waktu siklus ketujuh dengan
dimana Y = konsentrasi, X = absorbansi. nilai 0,260. Waktu siklus berbanding lurus
terhadap nilai absorbansi minyak atsiri.
Tabel 9. Uji Absorbansi dengan pelarut n- Konsentrasi minyak atsiri temu ireng yang
heksana didapatkan dengan pelarut 400ml adalah
Konsentrasi (%) Absorbansi
0,463.
10 0,976
20 1,044
Pada kolom 450 ml menunjukkan
30 1,102 absorbansi minyak atsiri yang diperoleh
40 1,167 berbanding lurus terhadap waktu siklus.
50 1,220 Absorbansi mencapai nilai konstan pada
60 1,294 waktu siklus ketujuh yaitu 0,259. Semakin
70 1,356 tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi
80 1,412 konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh.
90 1,476 Dengan pelarut etanol 450ml dapat
100 1,533
menghasilkan minyak atsiri dengan
konsentrasi 0,388.
Uji Indeks Bias Tiap Waktu Siklus Etanol
Konsentrasi didapat dari persamaan Uji Indeks Bias Tiap Waktu Siklus n-
garis yang didapat dari kurva standar Heksana
minyak atsiri sesuai pelarutnya. Persamaan Konsentrasi didapat dari persamaan
garisnya adalah: garis yang di dapat dari kurva standar
Y = 0,0134x + 0,2538 minyak atsiri sesuai pelarutnya. Persamaan
dimana: Y= absorbansi, X= konsentrasi. garisnya adalah:
Berdasarkan pengamatan menggunakan Y = 0,0062X + 0,9171
alat spektrometer didapat hasil absorbansi dimana: Y= absorbansi, X= konsentrasi.
minyak atsiri temu ireng. Dari Tabel 10 dapat Berdasarkan pengamatan menggunakan
dibuat persamaan hubungan antara waktu alat spektrometer didapat hasil absorbansi
siklus dengan absorbansi minyak atsiri temu minyak atsiri temu ireng. Dari Tabel 11 dapat
ireng tiap volume pelarut yang berbeda. dibuat persamaan hubungan antara waktu
90
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
siklus dengan absorbansi minyak atsiri temu waktu siklus ketujuh yaitu 0,920. Semakin
ireng tiap volume pelarut yang berbeda. tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi
Kolom 250 ml menunjukkan absorbansi konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh.
minyak atsiri yang diperoleh berbanding Dengan pelarut heksana 350ml dapat
lurus terhadap waktu siklus. Absorbansi menghasilkan minyak atsiri dengan
mencapai nilai konstan pada waktu siklus konsentrasi 0,468. Namun perbedaannya
ketujuh yaitu 0,921. Semakin tinggi nilai dengan etanol adalah pelarut heksana bisa
absorbansi, maka semakin tinggi mengambil minyak pada siklus pertama
konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh. lebih banyak.
Dengan pelarut heksana 250 ml dapat Pada kolom 400 ml menunjukkan
menghasilkan minyak atsiri dengan absorbansi minyak atsiri yang diperoleh
konsentrasi 0,629. Namun perbedaannya berbanding lurus terhadap waktu siklus.
dengan etanol adalah pelarut heksana bisa Absorbansi mencapai nilai konstan pada
mengambil minyak pada siklus pertama waktu siklus ketujuh yaitu 0,920. Semakin
lebih banyak. tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi
Terlihat pada kolom 300 ml menunjukkan konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh.
absorbansi minyak atsiri yang diperoleh Dengan pelarut heksana 400ml dapat
berbanding lurus terhadap waktu siklus. menghasilkan minyak atsiri dengan
Absorbansi mencapai nilai konstan pada konsentrasi 0,468.
waktu siklus ketujuh yaitu 0,921. Semakin Pada kolom 450 ml menunjukkan
tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi absorbansi minyak atsiri yang diperoleh
konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh. berbanding lurus terhadap waktu siklus.
Dengan pelarut heksana 300ml dapat Absorbansi mencapai nilai konstan pada
menghasilkan minyak atsiri dengan waktu siklus ketujuh yaitu 0,920. Semakin
konsentrasi 0,629. Namun perbedaannya tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi
dengan etanol adalah pelarut heksana bisa konsentrasi minyak atsiri yang diperoleh.
mengambil minyak pada siklus pertama lebih Dengan pelarut heksana 450ml dapat
banyak. Pada kolom 350ml menunjukkan menghasilkan minyak atsiri dengan
absorbansi minyak atsiri yang diperoleh konsentrasi 0,468.
berbanding lurus terhadap waktu siklus.
Absorbansi mencapai nilai konstan pada
91
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
sifatnya yang non polar. Pada volume Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara
pelarut 450ml, dengan pelarut n- kromatografi dan Mikroskopi, Edisi
heksana mampu menghasilkan Terjemahan Bandung: ITB.
92,564516% minyak dibandingkan Sudarmadji, S, Haryono, B., dan Suhardi,
dengan menggunakan pelarut etanol 1989, Analisa Bahan Makanan dan
yaitu 92,179104% minyak. Pertanian, Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sudarmadji, S., 1996, Prosedur Analisa
DAFTAR PUSTAKA untuk Bahan Makanan dan Pertanian,
Achmadi, A. S., 2005, http://intra.lipi.go.id/ Yogyakarta: Liberty.
masuk.cgi, diunduh 21 Januari 2019. Sutriani, L., 2008, Ekstraksi, https://bit.ly/
Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi untuk 2OYiy4b.
Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, Triayu, S., 2009, Aktivitas Minyak Atsiri dan
Yogyakarta: Penerbit Andi. Uji Daya Antibakteri Secara in Vitro,
Amarowicz, R., Naczk, M., and Shahidi, F., Skripsi, Universitas Muhammadiyah
1991, Antioxidant Activity of Crude Surakarta.
Tannis of Canola and Rapeseed Hulls, Widyawati, M., Darsono, F.I., dan Senny,
JAOCS, 77, 957-961. Y.E., 2003, Penentuan Kadar
Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid I, Kurkuminoid dari ekstrak Temu Hitam
Edisi Terjemahan, Jakarta: UI-Press. Secara Densitometri. http://www.perpus.
Hostettmann, K., Hostettman, M., Marston wima.ac.id.
M.D.A, 1995, Cara Kromatografi Wilson, K. and Walker, J., 2000, Principles
Preparatif Penggunaan pada Isolasi and Techniques of Practical Biochemistry
Senyawa Alam, Bandung: ITB. Fifth Edition, United Kingdom: Cambridge
Indyah, 2007,Teknologi Proses Produksi University Press.
Bio Ethanol, http://www.google.co.id/sear Yuniarti, T., 2008, Ensiklopedia Tanaman
ch?num=20&hl=id&client=firefoxa&chann Obat Tradisional, Cetakan Pertama
els&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial Yogyakarta: MedPress.
&as_qdr=all&q=bioetanol+f Yusnita, D., 2014, Minyak Atsiri Rimpang,
iletype%3Apdf&btn=, diunduh 5 Februari Batang, dan Daun Temu Hitam
2019 (Curcuma aeruginosa Roxb) Sebagai
Khoridah, S., 2007, Pengaruh Perbedaan Antibakteri Streptococcus Mutans dan
Konsentrasi Ekstrak Etanolik Rimpang Pendegradasi Biofilm pada Gigi, Skripsi.
Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) Bogor: IPB.
dalam Sediaan SalepTerhadap Sifat Fisik Yustina, S.H., 2008, Daya Antibacteria
dan Daya Antibakteri, Skripsi, Universitas Campuran Ekstrak Etanol Buah Adas
Wahid Hasyim. (Foeniculum vulgare.Mill) dan Kulit
Mardoni, 2007, Perbandingan Metode Batang Pulasari (Alyxiareindwartii BL),
Kromatografi Gas dan Berat Jenis pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penetapan Kadar Etanol Dalam
Minuman Anggur, http://www.usd. BIODATA PENULIS
ac.id/06/publ_dosen/far/mardoni.pdf Ir. Abdullah Kunta Arsa, M.T. lahir di
Muchsony, M.I., 1997, Potensi Bioaktif Yogyakarta tanggal 16 Februari 1957,
Ekstrak Ranting Tumbuhan Betung menyelesaikan pendidikan S1 bidang
(Dysoxylum excelsum) Terhadap ilmu Teknik Kimia dari UPN ”Veteran”
Mortalitas Larva Udang (Artemiasalina Yogyakarta tahun 1988, dan S2 bidang
L), Skripsi, Bogor: IPB. ilmu Teknik Kimia dari Universitas
Mursito, B., 2003, Ramuan Tradisional untuk Gadjah Mada tahun 2000. Saat ini
Pelangsing Tubuh, Jakarta: Penerbit tercatat sebagai Dosen Tetap Jurusan
Swadaya. Teknik Kimia, Universitas Pembangunan
Rukmana, R., 2004, Temu-temuan Apotik Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan
Hidup di Pekarangan, Yogyakarta: jabatan akademik Lektor pada bidang
Kanisius. minat teknik kimia.
Saputra, I., 2015, Sistem Kendali Suhu, Ir. Zubaidi Achmad, M.T., lahir di Bantul
Kelembaban, dan Level Air pada tanggal 3 Oktober 1959, menyelesaikan
Pertanian Pola Hidroponik, Jurnal pendidikan S1 bidang Teknik Kimia di
Coding, 3(1): 1-10. UPN “Veteran” Yogyakarta tahun 1987
dan S2 bidang Teknik Kimia di
93
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 13 No. 1 Agustus 2020 E-ISSN: 2714-8025
94