Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH


Jl. Laksdya Leo Wattimena, Telp/Fax: 0911-361392, Ambon 97232.
Website: http://rskd.malukuprov.go.id E-mail: rskd.ambon@gmail.com, rskdmal@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU
NOMOR: 871/910.5

TENTANG

PANDUAN
PANDUAN PRE CONTRUCTIONS RISK ASSESMENT (PCRA)
RENOVASI BANGUNAN
DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


dan mengutamakan keselamatan pasien dan staf di
Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
b. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit
Khusus Daerah dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Panduan Pre Contructions Risk Assesment
(PCRA) Renovasi Bangunan Rumah Sakit Khusus Daerah
Provinsi Maluku
c. Berdasarkan poin a dan b diatas maka perlu ditetapkan
ditetapkan dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit
Khusus Daerah Provinsi Maluku.

Menimbang : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1575/Menkes/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan Nomor
56/MENLHK-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Manajemen Fasilitas Kesehatan dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
7 Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Manajemen Fasilitas Kesehatan
8 Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1999 tentang Manajemen Fasilitas Kesehatan
9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor
PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
14 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan
Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja
15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan
16 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.01.MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
17 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi RI PER.03/MEN/1978 tentang Persyaratan
Penunjukan dan Wewenang Serta Kewajiban Pegawai
Pengawas Keselamatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
18 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan
19 Instruksi Menkes RI Nomor 84/Menkes/Inst/2/2002
tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan
Sarana Kesehatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH


PROVINSI MALUKU NOMOR 871/910.5 TENTANG
PANDUAN PRE CONTRUCTIONS RISK ASSESMENT(PCRA)
RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH
PROVINSI MALUKU
KEDUA : Menetapkan Panduan Pre Contructions Risk Assesment
(PCRA) Renovasi Bangunan di Rumah Sakit Khusus Daerah
Provinsi Maluku

KETIGA : Dengan adanya Peraturan ini membatalkan Surat


Keputusan yang ada sebelumnya

KEEMPAT Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan


apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Ambon
Pada Tanggal : 09 November 2021
Lampiran Surat Keputusan
Nomor : 810/910.5
Tanggal : 090 November 2022

PANDUAN PRE CONTRUCTIONS RISK ASSESMENT (PCRA) RENOVASI


BANGUNAN
RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan renovasi adalah pekerjaan yang
melibatkan berbagai unsure keilmuan diantaranya, sumber daya manusia
(tenaga kerja), teknologi yang mencakup peralatan dengan metode kerja
dan disiplin ilmu sosial serta system pengelolaan yang mendukung
terlaksananya pekerjaan pembangunan dan renovasi. Upaya pengendalian
kecelakaan pembangunan dan renovasi harus memperhatikan semua
unsure tersebut diatas.

Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa


pembangunan dan renovasi adalah: Undang-Undang No. 18 Tahun 1999
tentang Jasa Kontruksi, Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, Peraturan Menteri Kesehatan No 66 Tahun 2016
tentang K3 rumah sakit, peraturan Pemerintah No. 29 / 2000 Pasal 30 ayat
(1), Demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Kontruksi Bangunan dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174
/MEN /1986 dan 104 /KPTS/ 1986. Walaupun keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kegiatan pembangunan dan renovasi telah
didukung, oleh peraturan dan perundang - undangan, standar nasional
maupun internasional lainnya, namun kecelakaan di bidang kontruksi
tetap tinggi. Kedua proses tersebut menimbulkan
resikoterkaitdengankeselamatan di RS ABCDEF. Untukitu, diperlukan
panduan keselamatan dalam pembangunan (PCRA) agar pengerjaan
pembangunan dan renovasi dapat berlangsung tanpa menimbulkan
bahaya terhadap pasien, staf maupun pengunjung RSKD Provinsi Maluku.
B. DEFINISI
Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak
terhindarkan dari operasional rumah sakit. Adapun proses yang ada pada
PCRA renovasi bangunan adalah
1. Pembangunan
Proses membuat struktur bangunan maupun prasarana yang
sebelumnya tidak ada dalam pembangunan RSKD Provinsi Maluku
menjadi ada.
2. Renovasi
Proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun prasarana yang
sebelumnya sudah ada dalam bangunan RSKD Provinsi Maluku.
3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem Tata
Udara
Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara.
4. Kelembaban nisbi
Parameter untuk menyatakan banyaknya uap didalam udara berupa
nisbah antara tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan uap
maksimum yang mungkin dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat
itu.
5. Kelembaban Udara
Banyaknya kandungan uap di atmosfer.
6. ICRA (Infection Control Risk Assesment)
Proses untuk menentukan potensial terjadinya penularan infeksi yang
dapat terjadi dari udara dan air melalui kontaminasi geologis di
fasilitas selama adanya kegiatan pemeliharaan, pembongkaran,
perbaikan.
a. Pembangunan dan renovasi bangunan dapat mempertimbangkan :
b. Identifikasi hazard
c. Analisa Resiko terkait hazard tersebut
7. Menentukan / memutuskan cara untuk mengeliminasi dan
mengendalikan hazard
Suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana dalam sebuah
bidang arsitektur atau tekhnik sipil

D. Tujuan
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun renovasi
dilingkungan RSKD Provinsi Maluku.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya
pengerjaan proyek
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi, kualitas
pelayanan, manajemen risk clinical govermance
E. Sasaran
Seluruh petugas dapat mengerti dan mampu melaksanakan
pembangunan maupun renovasi di lingkungan RSKD Provinsi Maluku
sesuai panduan pembangunan atau renovasi dengan mengutamakan
keselamatan pasien, karyawan dan masyarakat di sekitar RSKD Provinsi
Maluku.

F. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 TentangRumahSakit
a. Pasal 7 tentangpersyaratan
b. Pasal 8 Tentang Lokasi
c. Pasal 9 TentangBangunan
d. Pasal 10 Tentang Sarana
e. Pasal 11 TentangPrasarana
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2002TentangBangunan Gedung
3. Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 29/PRT/M/2006
TentangPedomanPersyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 66 Tahun
2016TentangK3 Rumah Sakit
5. Pedomanteknissarana dan prasaranaRumahSakitKelas B.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup dalam panduan ini adalah


1. Memastikan tidak adanya pencemaran udara akibat
kegiatan kontruksi atau renovasi serta terjaganya kualitas
udara di area ruamh sakit
2. Memastikan tidak terjadinya infeksi antar pekerja,
pengunjung atau antar pasien – pekerja sepanjang kegiatan
kontruksi/ renovasi berlangusng
3. Memastikan tidak terganggunya system utilitas di rumah
sakit sehingga pelayanan rumah sakit dapat terus berjalan
maksimal
4. Memastikan tidak terjadinya kebisingan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan ketertiban di area rumah
sakit akibat kegiatan kontruksi atau renovasi
5. Memastikan tidak terjadinya getaran yang mengganggu
kenyamanan pengunjung rumah sakit di saat kegiatan
kontruksi/renovasi
6. Memastikan bahan beracun dan berbahaya yang
digunakan pada kegiatan kontruksi /renovasi tidak
membahayakan pekerja, pengunjung, pasien atau
lingkungan rumah sakit
7. Memastikan keamanan di area proyek dan area rumah
sakit terjamin
8. Memastikan seluruh pekerja kontruksi/renovasi dapat
melakukan tindakan darurat bila terjadi kondisi darurat
yang terjadi
9. Memastikan agar tidak terjadinya bahaya lain di
sepanjang kegiatan kontruksi atau renovasi
BAB III
KEBIJAKAN

1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan


renovasi, kontruksi dan pemeliharaan bangunan di rumah
sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan sebelum pekerjaan
proyek dimulai dan assesment meliputi seluruh aktivitas
pekerjaan dari pelatakan batu pertama hingga serah terima
gedung.
2. Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan
melakukan assessment PCRA secara proaktif sejak fase awal
desain perencanaan sampai fase akhir proyek untuk semua
renovasi, kontruksi dan proyek-proyek pemeliharaan
banguan. Dalam pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh
bagian umum, IPSRS, penaggungjawab proyek dan
pengawas proyek yang akan bersama-sama mengawasi
jalannya kontruksi berlangsung serta memantau
berjalannya sistem pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Assessment PCRA difokuskan terutama pada pencegahan,
selain itu pemantauan, pengujian, dan intervensi ketika
teridentifikasi terjadinya suatu masalah.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI


Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh RS Khusus Daerah
Provinsi Maluku

Ka unit/ kasie
ruangan/instalasi

KaSubag TU /IPSRS Inspeksi oleh


1. Melakukan penggambaran Ka Unit IPSRS,
 Internal
2. Menyusun RAB (budget) K3RS,KPPI ,kesling
 Pihak
ketiga/vendor 3.Penyetujuan ke Direksi RS
4. Waktu pelaksanaan
5. Pemberitahuan/rapat ke
K3, KPPI Analisa Dampak
Hasil analisa dan RTL 6. dll terhadap pelayan
(Melibatkan K3RS,
KPPI, Kesling)

Pengerjaan Proyek
pembangunan /
Renovasi

Pembersihan
Evaluasi dari sisa Proyek
Serah Terima Komite K3

B. TIM PEMBUAT PCRA


Tim Pembuat PCRA rumahsakitterdiridari
1. Komite K3
2. IPSRS
3. Bagian Umum
4. Komite PPI
5. Kepala ruangan/Unit area proyek
6. Kontraktor
7. Kepala Seksi Pelayanan / perawatan

C. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA


PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI
1. Pelaksana pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan
sendiri oleh pihak RSKD Provinsi Maluku.
b. Pihak ketiga /vendor
Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain
diluar (pihak ketiga) tidak dilakukan oleh RSKD Provinsi
Maluku.
2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi
terdiri dari pihak RSKD Provinsi Maluku
a. Penanggung jawab :Bagian Umum
b. Tugas :
 Menyusun perencanaan proses pengerjaan ,
termasuk menyusun gambar teknik dan anggaran
 Melakukan analisa dampak terhadap proses
pelayanan bersama dengan Komite PPI, K3RS.
 Melakukan koordinasi dengan pihak user selama
proses pengerjaan
 Melakukan pengawasan terhadap pihak tukang
terutama di bidang aspek keselamatan kerja
 Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke
user setelah pekerjaan selesai
 Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan
kontraktor yang bertanggung jawab atas proses
pengerjaan.

b. Tugas
 Berkoordinasi dengan pihak RSKD Provinsi Maluku
dalam hal perencanaan pengerjaan sehubungan
dengan hasil analisa dampak serta melakukan
antisipasi terhadap kemungkinan dampak tersebut
 Berkoordinasi dengan pihak RSKD Provinsi Maluku
sehubungan dengan pengadaan dan penempatan
material yang diperlukan untuk proses konstruksi
dan renovasi yang akan dilakukan
 Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses
pengerjaan yang terjadi mengikuti standar
keselamatan dan pencegahan serta pengendalian
infeksi yang berlaku di RSKD Provinsi Maluku
 Mengawasi pengerjaan proyek dari hari ke hari
 Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung
sesuai dengan rencana
 Melakukan pembersihan berkala sesuai
perencanaan
 Melakukan koordinasi harian dengan pihak RSKD
Provinsi Maluku
 Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak
RSKD Provinsi Maluku
D. KICK OFF MEETING
Kick Off Meeting merupakan meeting yang dilakukan sebelum
proyek dimulai. Agenda Kick Off meeting berkisar tentang
identifikasi perencanan pembangunan atau kontruksi. Kick off
meeting wajib dihadiri oleh kontraktor dan Tim Pembuat
PCRA rumah Sakit.Saat Kick Off Meeting, Tim Pembuat PCRA
akan memberikan tugas kepada Kontraktor untuk membuat
Rincian Aktivitas Proyek dari mulai dikerjakan hingga serah
terima. Rincian aktivitas ini akan dikumupulkan
saatmelakukan meeting pembuatan PCRA.

E. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU


RENOVASI
Sebelum melakukan asesmen PCRA ada baiknya Tim
permbuat PCRA dan Kontraktor mengumpulkan data dan
dokumen berikut.
1. Garis besarproyek yang akandijalankan
2. Fasilitas yang akan dikerjakan
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam
gedung dengan menyebutkan unit atau area
3. Luas area yang akan dikerjakan
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
4. Aktivitas proyek yang dilakukan dari awal hingga serah
terima
5. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu
bata dll
6. Lama perkerjaan :hari, minggu, bulan, atau tahunan
7. Unit terkaitdalam pembuatan pembangunan atau renovasi
8. Ijin-ijin yang terkaitdengan pembanguan atau renovasi
contohnya : IMB, Ijin penggunaan air tanah dll
9. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS
dan KPPI
10. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi
seperti :terjatuh, tertimpa, terpotong, terlindas, dll

F. SOSIALISASI PCRA
Sosialisasi PCRA wajib dilakukan setiap ada kegiatan
kontruksi atau renovasi di rumah sakit. Sosialisasi PCRA
dilakukan oleh Komite K3 kepada peserta Kick Off Meeting.
Materi sosialisasi yang diberikan antara lain urgensi PCRA,
Form PCRA, Cara Pembuatan PCRA,Laporan PCRA dan 9 poin
wajib yang ada di PCRA yakni kualitas udara, pengendalian
infeksi, utilitas, kebisingan, getaran, B3, layanan darurat,
keamanan dan bahaya lainnya. Sosialisasi PCRA harap
dilakukan dokumentasi dengan baik mulai dari daftar hadir,
undangan, foto acara dan materi yang diberikan.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN PCRA RUMAH SAKIT


Langkah 1. Meeting Pembuatan PCRA
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait
proyek renovasi /pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas
mengenai proyek yang akan dilaksanakan, mulai dari denah
proyek, jadwal proyek, aktivitas proyek, pekerja proyek dan
jenis proyek.Tim PCRA akan meminta gambaran aktivitas
proyek dari kontraktor yang sudah diminta sebelumnya.
Secara garis besar ada 3 hal yang wajib dilakukan saat
pembuatan PCRA, yaitu :
1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan
mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari
suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi
dan siapa yang melakukan) sedatail mungkin
3. Tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan
atau mesin yang digunakan untuk melakukan aktifitas
harus sesuai dengan bahaya yang ada

Langkah 2 Review Aktivitas Proyek dari Mulai dilakukan


Hingga Serah Terima
Tim Pembuat PCRA akan meminta kontraktor untuk
menyerahkan susunan aktivitas proyek yang direncanakan.
Tim akan melakukan review terkait aktivitas tersebut. Review
sendiri meliputi apakah aktivitas yang dilakukan sudah tepat
untuk dilaksanakan di area rumah sakit.

Langkah 3 Lakukan Klasifikasi aktivitas Proyek kedalam 9


poin wajib PCRA
Setelah rencana aktivitas proyek disetujui oleh tim pembuat
PCRA, maka Selanjutnya adalah tahap mengklasifikasikan
seluruh aktivitas proyek tersebut ke 9 poin wajib PCRA.
Lakukan klasifikasi ini dengan tepat dan benar.

Langkah 4 Identifikasi Bahaya


Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap
aktivitas proyek, dari peletakan batu pertama hingga serah
terima hasil pekerjaan. Pada tahap ini diharapakkan tim
pembuat PCRA dan kontraktor dapat melakukan
brainstorming dan diskusi agar hasil identifikasi bahaya dan
asesmen resikonya dapat maksimal.

Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan


peringkatnya (grading) dengan memperhatikan :

1. Tingkat peluang/frekwensi kejadian (likelihood)


TINGKAT DESKRIPSI PELUANG/ FREKUENSI
RISIKO
1 Sangat jarang/rare(> 5 tahun/kali)

2 Jarang /unlikely(> 2–5tahun/kali)

3 Sedang(1-2tahun/kali)

4 Sering/Likely(beberapakali/tahun)

5 Sangat
sering/almostcertain(tiapminggu/bulan)

2. Tingkat dampak yang dapat/sudah ditimbulkan


(consequence)

Rating Tingkat Efek Efek Efek Pada


Konseku Konsek Terhadap Terhadap Lingkungan
ensi uensi Manusia Perusahaan
5 Fatality Cacat Perusahaan Menimbulkan
tetap berhenti kerusakan
atau /tutup atau lingkungan yang
dapat rugi mulai sangat besar dan
mengakib dari Rp 1 luas, bersifat
atkan milyar keatas permanen
kematian (berdampak jangka
panjang dan tidak
bisa direhabilitasi)
serta memberikan
dampak langsung
terhadap
masyarakat luas
4 Berat Epidemic, Menghentika Menimbulkan
Cidera n proses di kerusakan
yang beberapa/de lingkungan yang
berakibat partemen besar dan luas,
hari atau rugi terus menerus
hilang kurang dari dalam jangka
dan Rp 1 milyar waktu yang
berakibat dan panjang dapat
cacat mulaidari direhabilitasi tetapi
Sebagian Rp. memerlukan biaya
100.000.000 yang mahal
3 Sedang Cidera Menghentika Menimbulkan
yang n proses di kerusakan
berakibat suatu lingkungan yang
hari bagian/depa besar (melebihi
hilang rtemen atau nilai baku mutu
(lost time) rugi kurang lingkungan/ketent
tanpa dari Rp uan lainnya) dan
berakibat 100.000.000 luas (menyebar
cacat dan sampai keluar
mulaidari lokasi/tempat
Rp. kejadian) namun
1.000.000 tidak bersifat
permanen.
2 Ringan Cidera Menghentika Menimbulkan
ringan n proses kerusakan
mendapa sebagian lingkungan di
t P3K kecil atau wilayah setempat
atau rugi kurang yang dapat segera
perawata dari Rp ditangani dan
nmedis 1.000.000 tidak bersifat
dan dan mulai permanen
dapat dari Rp 1
bekerja
kembali
di waktu
shiftnya
1 Nearmis Hanya Tidak ada Tidak ada polusi
s memerlu pengaruh yang signifikan
kan dan dapat
penangan diabaikan
an P3K

Langkah 5 Analisa Resiko


Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan dan level
manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola
/mengendalikan risiko/tersebut termasuk dalam kategori
biru/ hijau/ kuning/ merah.
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi
lebih lanjut sesuai skor dangrading yang didapat dalam
analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan


yang sesuai, dan meliputiproses berikut:
a. Menilai secara obyektif beratnya /dampak /akibat dan
menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan /peluang
/frekuensi suatu peristiwa terjadi dan menentukan suatu
skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.


a. Resiko dinilai oleh Tim Pembuat PCRA, yang akan
mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan
pemeringkatan risiko.
b. Resiko dinilai oleh unit/ bagian/ instalasi/ bagian/
komite terkait.

Setelah resiko ditetapkan, maka kemudian resiko akan


dilakukan grading /pemeringkatan untuk
mendapatkan nilai tingkat peluang terjadi dan tingkat
dampaknya. Setelah didapat, maka akan dikalikan
dengan rumus berikut

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG


4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim Pembuat PCRA
b. Resiko dinilai oleh kontraktor
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan
menganalisa resiko tersebut dengan menggunakan Risk
Grading Matriks
Potencial Concequences
Frekuensi Nearmi Ringan Sedang Berat Fatal
/Likelyhood ss 2 3 4 5
1
Sangat Moderat Modera High Ekstre Ekstre
Sering e te m m
Terjadi
(Tiap
Minggu/Bul
an)
5
Sering Moderat Modera High Ekstre Ekstre
Terjadi e te m m
(Beberapa
kali/tahun)
4
Sedang Low Modera High Ekstre Ekstre
(Sekali te m m
dalam 1-2
tahun)
3
Jarang Low Low Modera High Ekstre
Terjadi te m
(Terjadi
dalam 2-5
tahunsekali)
2
Sangat Low Low Modera High Ekstre
Jarang te m
Terjadi
(Terjadi>5
tahun
sekali)
1

Keterangan :
Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan
terkait/setiap hari)
Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Moderate : Secara periodic dimonitor (Sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)\

Langkah 6 Menentukan Jenis Pengendalian Resiko


Setelah resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya
adalah menentukan jenis pengendalian resiko. Menurut
Hierarki Pengendalian Bahaya, ada lima jenis cara
pengendalian bahaya yaitu
1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Rekayasa
4. Administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD)

Langkah 7 Menentukan Grading Resiko Sisa Hasil


pengendalian
Ikuti Langkah 5 diatas

Langkah 8 Menentukan penanggung jawab dan tanggal


penyelesaian pengendalian resiko
Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk untuk
melaksanakan langkah pengendalian resiko dan untuk tanggal
penyelesaian adalah waktu yang ditentukan untuk batas akhir
pengerjaan langkah perbaikan sebelum pekerjaan proyek
dilaksanakan.

Langkah 9Pengesahan PCRA


Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap.
Dokumen PCRA sendiri terdiri dari
1. Form PCRA
2. Dokumen ICRA
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani
oleh Pimpinan Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS.
PCRA ini wajib dipajang di area kerja proyek.

Langkah 10 Monitoring Pengawasan Pelaksanaan PCRA


Komite K3 akan melaksanakan pengawasan pelaksanaan
PCRA melalui kegiatan inspeksi proyek yang dilakukan
secara berkala sesuai dengan durasi proyek. Inspeksi
dilakukan untuk mengecek kesesuaian antara PCRA yang
dibuat dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Inspeksi
dilakukan agar pengendalian bahaya yang dirumuskan
sebelumnya sudah dijalankan di area proyek.
BAB V
DOKUMENTASI

Pencatatan penilaian criteria risiko akibat dampak renovasi atau


konstruksi dengan menggunakan metode PCRA dilakukan oleh
kontraktor, IPSRS/Bagian Umum (instalasi Pemeliharaan Sarana)
dan Komite K3 Rumah Sakit bila terdapat proyek pemeliharaan,
perbaikan, pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di RS
Khusus Daerah Provinsi Maluku.

Anda mungkin juga menyukai