Anda di halaman 1dari 27

HSE PLAN

PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX


7E

Dok. Nomor: Nomor 00 Hal 1


HSE/001/AMPJ/23 Rev :

KLIEN : PT TOTAL PERSADA INDONESIA

KONTRAKTOR : PT. ADE MITRA PRIMAH JAYA

NAMA PROYEK : BATAM SIMATELEX 7E

LOKASI : BATAMINDO MUKA KUNING BATAM

00 25 Oktober Diterbitkanuntuk
2023 Proposal
rev Tanggal Keterangan Disiapkan oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 2


HSE/001/AMPJ/23

ISI

1. JUDUL
2. TUJUAN
3. CAKUPAN
4. DEFINISI / ISTILAH (PT. ADE MITRA PRIMAH JAYA)
5. INFORMASI PROYEK
6. IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO PENENTUAN KONTROL & ANALISIS
KESELAMATAN KERJA
7. TUJUAN HSE
8. SISTEM MANAJEMEN & ADMINISTRASI HSE
9. ORIENTASI / INDUKSI HSE
10. RAPAT HSE
11. INSPEKSI HSE
12. PENGATURAN MEDIS
13. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
14. KAMPANYE BANTUAN VISUAL/HSE
15. PROGRAM PENCEGAHAN KEBAKARAN
16. PROGRAM PENCEGAHAN INSIDEN DAN TANGGUNG JAWAB
17. PERTANGGUNGAN
18. RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH
19. RENCANA KESIAPSIAGAAN & RESPONS DARURAT
20. KOMITMENT MANAGEMENT DAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN
21. STRUKTUR ORGANISASI
22. FORM JSA DAN ISI
23. ALAT PELINDUNG KERJA
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 3


HSE/001/AMPJ/23

1. JUDUL:
HSE PLAN untuk Proyek Pekerjaan Tanah Batam Simatelax 7E

2. TUJUAN:
2.1 Memberikan panduan kepada tim manajemen proyek dalam menyusun
rencana K3L proyek sebagai gambaran umum persiapan dan perencanaan
K3L proyek yang akan diterapkan dan dilaksanakan pada proyek, untuk
menentukan dan memastikan bahwa seluruh aktivitas K3L telah sesuai
dengan dan di bawah kendali kebutuhan internal perusahaan dan mematuhi
persyaratan HSE klien.
2.2 Pentingnya dan hakikat PHSEP ini adalah untuk pembinaan, pemantauan dan
pengendalian HSE dan tahap persiapan operasional lainnya, kegiatan tahap
pra operasi dan operasi pada Proyek dengan cara dan lingkungan yang aman,
sesuai dengan penampilan kinerja tinggi dan koordinasi kerja tim secara
internal dalam lingkungan. manajemen proyek dan manajemen perusahaan.

2.3 PHSEP berisi perencanaan kerja Kesehatan, Lingkungan dan Keselamatan


yang dikorelasikan dengan ruang lingkup pekerjaan dan tipikal proyek serta
kebutuhan klien.

3. CAKUPAN:
Rencana HSE Proyek (PHSEP) ini akan dilaksanakan oleh Proyek PT Ade Mitra Primah
Jaya.

4. DEFINISI /ISTILAH (PT Ade Mitra Primah Jaya)


HSE : Health, Safety & Environment

PHSEP : Project Health, Safety and Environmental Management Plan

PT AMPJ : PT Ade Mitra Primah Jaya.

PPE/APD : P e r s o n a l P r o t e c ti v e

E q u i p m e n t / Alat pelindung diri.

SRA : Scope, Responbility and

Autority

CETV-M : Contruction. Equipment, Tool,Vehicle, and Machinery

WBS : Work Break Down Structure

JSA : Job Safety Analysis


HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 4


HSE/001/AMPJ/23

HIRADC : Hazard Identification, Risk assessment & Determining Control.

MSDS : Material Safety Data Sheet.

SWA : Stop Work Autority.

D&A : Drug & Alcohol Policy

5. INFORMASI PROYEK
Informasi proyek berisi informasi sebagai berikut:

Nama Proyek : Proyek Pekerjaan Tanah Batam


Simatelex 7E

Scope Pekerjaan : Pekerjaan Tanah

Lokasi Proyek : Batamindo Muka Kuning Batam

Klien : PT TOTAL PERSADA INDONESIA

Ruang lingkup pekerjaan untuk proyek ini dan rincian lebih lanjut harus mengacu pada
kontrak dan spesifikasi teknis klien.

Lingkup pekerjaan tertentu atau pekerjaan tambahan apa pun disertakan dalam bagian
lain.

Rincian lingkup pekerjaan HSE harus disertakan dalam rencana pengelolaan HSE ini
sebagai referensi.

Detail proyek, lihat spesifikasi kontrak.

6. IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO PENENTUAN KONTROL & ANALISIS


KESELAMATAN KERJA :

6.1 Untuk menjelaskan langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proyek Ade
Mitra Primah Jaya untuk identifikasi bahaya, dan untuk penilaian dan
pengendalian risiko HSE.

6.2 Metodologi identifikasi aspek HSE dan penilaian risiko harus dilakukan
dengan mempertimbangkan ruang lingkup pekerjaan, peraturan pemerintah,
standar dan perjanjian kontrak.

6.3 Insinyur, supervisor harus melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian penentuan (HIRADC) untuk semua pekerjaan (rutin/non rutin)
dan analisis keselamatan kerja (JSA).
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 5


HSE/001/AMPJ/23

7. TUJUAN HSE

PT Ade Mitra Primah Jaya menyatakan komitmennya dalam menerapkan


pengelolaan HSE, selain itu juga harus melakukan tindakan preventif terhadap segala
kemungkinan yang dapat merugikan manusia, merusak harta benda, alat/peralatan
kerja dan lingkungan. Untuk memenuhi komitmen tersebut, PT ADE MITRA PRIMAH
JAYA akan menyediakan dan memelihara lingkungan kerja serta selalu menerapkan
praktik kerja yang aman, kondisi kerja yang aman dan selalu berupaya semaksimal
mungkin untuk meminimalkan bahaya yang mungkin terjadi, dengan menetapkan
target pencapaian sebagai berikut:

1. Tidak ada kecelakaan kerja yang fatal = 0 (“nihil kematian”).


2. Tingkat Frekuensi Cedera = maksimum 10 kasus per 1 juta jam kerja
3. Tingkat Keparahan Cedera = maksimum 20 hari hilang per 1 juta jam kerja
4. Tingkat Frekuensi Nearmiss = maksimum 10 kasus per 1 juta jam kerja
5. Lingkungan = Ikuti Peraturan Pemerintah

8. SISTEM MANAJEMEN & ADMINISTRASI HSE.

8.1. Laporan Kegiatan Proyek HSE:

Kinerja aktivitas HSE harian, mingguan, dan bulanan harus dipantau dan
dilaporkan secara berkala, tepat waktu, dan ditingkatkan dari waktu ke
waktu.

Sistem pelaporan HSE adalah sebagai berikut;

1. Laporan Harian HSE – Supervisor/Inspektur HSE bertanggung jawab


untuk mencatat dan melaporkan berisi pengamatan kinerja harian,
temuan di bawah standar/kelemahan dan kelebihan HSE dalam
periode satu hari kerja. Laporan harus diserahkan kepada Pemimpin
HSE proyek menggunakan log laporan inspeksi HSE harian.
2. Laporan Kinerja HSE Bulanan – menggunakan formulir laporan resmi
PT Ade Mitra Primah Jaya dengan tembusan ke Manajemen Proyek
diserahkan ke Departemen HSE PT Ade Mitra Primah Jaya di Kantor
Pusat
3. Laporan Kinerja HSE Klien Bulanan – menggunakan Formulir Laporan
Bulanan resmi klien harus diserahkan tepat waktu sesuai peraturan
dan kebutuhan klien.
4. Laporan Insiden oleh Supervisor – Supervisor/pimpinan bagian wajib
melaporkan secara singkat melalui media komunikasi apapun kepada
pihak PT. Leader HSE AMPJ, sehubungan dengan terjadinya suatu
kejadian kerja (apa, siapa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana);
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 6


HSE/001/AMPJ/23

5. Laporan Awal Insiden – laporan singkat (tertulis dan lisan) oleh


Pemimpin HSE proyek melalui media komunikasi apa pun kepada
Kepala Departemen HSE di Kantor Pusat dan diteruskan kepada
Manajer Proyek, dan Perwakilan HSE klien pada waktu yang sama
selambat-lambatnya 12 jam setelahnya. kejadiannya (untuk laporan
tertulis). Laporan lisan wajib dilaporkan paling lambat 1 jam setelah
kejadian.
6. Laporan Kecelakaan Kerja Terperinci – berisi rincian temuan
investigasi untuk dianalisis untuk tindakan perbaikan, mendapatkan
bukti-bukti di bawah standar untuk mengambil langkah tindakan
perbaikan lebih lanjut, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia,
kemampuan, kompetensi dll, disampaikan kepada kantor pusat
perusahaan paling lambat 36 jam setelah kejadian, keterangan saksi,
surat keterangan/keterangan dokter, polisi (jika diperlukan), data
rinci korban dan data otentik lainnya dilampirkan pada laporan.
7. Laporan Insiden Terperinci Tertulis Klien – berisi rincian temuan
investigasi sesuai kebutuhan untuk dilaporkan kepada klien dengan
menggunakan formulir laporan insiden resmi klien.
8. Laporan Insiden CEVTM - Laporan ini harus dilengkapi untuk setiap
insiden yang melibatkan kendaraan bermotor berlisensi ketika terjadi
cedera badan atau kerusakan properti. Kerusakan pada kendaraan itu
sendiri harus dilaporkan pada formulir “Laporan Kerusakan atau
Kehilangan” yang digunakan untuk melaporkan kehilangan alat dan
perlengkapan.
9. Laporan Identifikasi Bahaya – berisi observasi risiko/potensi bahaya
tinggi, yang harus digunakan untuk mengidentifikasi HSE di bawah
standar untuk menghindari kerusakan properti lebih lanjut. Tugas
kritis/pekerjaan berisiko tinggi
– identifikasi bahan berbahaya (yaitu area kerja berbahaya kritis,
pengangkatan kritis/pekerjaan panas/entri ruang terbatas) harus
disertakan dan dilaporkan di sini.
10. Peraturan SMK3 – Laporan kinerja SMK3 dibuat dan diserahkan
kepada instansi pemerintah daerah; setiap 3 (tiga) bulan, dengan
tembusan kepada Pimpinan Proyek.
Laporan kinerja SMK3 harus ditinjau dan disetujui oleh manajemen
proyek sebelum diserahkan.
8.2. Program HSE
1. Rencana konsultasi & komunikasi – pertemuan kotak alat, pembicaraan
pagi, pertemuan mingguan, observasi, patroli.

2. Program praktek kerja aman – HIRADC, JSA, prosedur & instruksi kerja,
alat pelindung diri, LOTO.

3. Sistem Manajemen Lalu Lintas dan Perjalanan / Peraturan Lalu Lintas.


HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 7


HSE/001/AMPJ/23

a. Batasan kecepatan, rambu lalu lintas, dll.


b. Manajemen jalan raya untuk kendaraan & peralatan konstruksi.
c. Dokumentasi Sistem Manajemen Perjalanan.
4. Program mengemudi defensif untuk seluruh karyawan berlaku bagi
mereka yang mengemudi.

5. Kebijakan narkoba & alkohol.

6. Program dan peraturan pencegahan kebakaran.

a. ALAT PEMADAM API.

b. Tidak ada aturan merokok.

c. Aturan merokok yang dibatasi.

d. Aturan makan dan minum.

7. Jalan keluar pabrik/evakuasi darurat, tempat berkumpul dan


pelaksanaan latihan darurat rutin (merujuk pada peraturan klien dan
atau peraturan darurat perusahaan)

8. Fasilitas Darurat & Medis.

a. Ketersediaan fasilitas medis klien.

b. Ketersediaan PT. Fasilitas P3K Ade Mitra Primah Jaya.

c. Ketersediaan fasilitas kesehatan umum.

d. PT. Tim & fasilitas kesiapsiagaan & tanggap darurat Ade Mitra
Primah Jaya.

9. Izin kerja (panas, dingin, pelepasan gas, penggalian, masuk listrik dan
ruang terbatas).

10. Pengendalian lingkungan – penyimpanan B3, penyimpanan sementara


limbah B3, Lembar Data Keamanan Material (MSDS), housekeeping,
fasilitas pembuangan.

11. Inspeksi Peralatan, Kendaraan, Perkakas, dan Mesin Konstruksi


(CEVTM).

12. Area parkir.


HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 8


HSE/001/AMPJ/23

8.3. Pekerjaan - Tata Letak Proyek

Sebelum pekerjaan dimulai, Tim Fasilitas Sementara harus merencanakan


HSE ke dalam tata letak proyek pekerjaan. Ini harus diikuti dengan survei
proyek oleh anggota tim manajemen proyek.
1. Area kerja.
a. Merencanakan wilayah kerja yang memadai; jalan setapak & landasan
pacu, termasuk pintu keluar darurat dan stasiun pengumpulan.
b. Rencanakan tangga, tangga, atau elevator yang memadai,
penerangan, perlindungan cuaca.
c. Rencana Pencegahan Kebakaran.
d. Rencanakan informasi HSE, arahan, tanda peringatan, papan dan
poster informatif HSE yang memadai.
2. Keperluan.
a. Lokasi kantor, gudang, gudang peralatan, peletakan material, area
pembuangan, area fabrikasi, bengkel pemeliharaan, dll., di tempat
yang aman dan nyaman.
b. Pengaturan yang aman untuk segala sarana listrik, pertimbangkan
lokasi saluran tegangan tinggi (atur untuk dipindahkan, dimatikan,
atau dipasang penghalang jika ada kemungkinan terjadi kontak).
c. Lokasi fasilitas sanitasi harus memenuhi persyaratan kebersihan, daya
air minum, dan lain-lain, demi keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan.
d. Lokasi area merokok.
Merokok tidak diperbolehkan di proyek selama tahap konstruksi
kecuali di area khusus merokok.

3. Kendaraan.
a. Merencanakan manajemen keselamatan transportasi yang memadai.
b. Tentukan tempat parkir, area bongkar muat yang tepat.
c. Jelaskan dan temukan rambu lalu lintas, sinyal, dll., untuk
mengarahkan kendaraan saat bekerja.
4. Jadwal.
a. Bahan keselamatan untuk berbagai tahap pekerjaan harus
direncanakan, dipantau dan dipesan sehingga tersedia sesuai
kebutuhan; misalnya: peralatan penyelamat jiwa, alat pelindung diri,
peralatan ventilasi, dll.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 9


HSE/001/AMPJ/23

9. ORIENTASI / INDUKSI HSE

9.1. Orientasi HSE dilakukan sebelum personel ditugaskan untuk mulai bekerja.

9.2. Bagian HSE akan melakukan orientasi/induksi HSE kepada karyawan baru
pada saat perekrutan dan setiap personel harus menandatangani pernyataan
pemahaman dan komitmen.
9.3. Semua personel juga harus menghadiri orientasi HSE klien sesuai program.

9.4. Semua petugas harus didaftarkan dan disimpan oleh Departemen HSE, pusat
orientasi dan pelatihan diatur seperti ruang kelas dengan meja dan kursi.

9.5. Uraikan Program HSE kepada karyawan baru tersebut dan informasikan
kepada mereka bahwa kondisi kerja yang paling penting adalah kepatuhan
yang ketat terhadap peraturan & regulasi HSE.
9.6 Pada saat orientasi, karyawan harus diinstruksikan untuk segera melaporkan
semua cedera kepada supervisor, betapa pun kecilnya cedera tersebut.

9.7. Pada saat penugasan kerja, Supervisor harus menginstruksikan dan memberi
pengarahan kepada semua pekerja baru tentang bahaya tertentu di tempat
kerja; memastikan bahwa semua personel memahami cara melakukan
praktik kerja yang aman.

9.8. Tujuan dari orientasi HSE standar untuk personel proyek adalah:

1. Tetapkan standar dan persyaratan HSE.

2. Pastikan pendekatan yang konsisten terhadap orientasi kualitas.

3. Memastikan kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur HSE proyek.

9.9. Sikap personel terhadap pencegahan insiden sangat bergantung pada sikap
supervisor. Supervisor harus memberikan perhatian aktif kepada personel
baru, memastikan bahwa informasi HSE yang diperlukan telah disediakan dan
personel baru tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
proyek. Langkah-langkah tindakan pembinaan yang merupakan bagian dari
orientasi supervisor terhadap personel baru, terdiri atas:

a. Tanyakan tentang proyek terakhir.


b. Jelaskan proyek baru tersebut.
c. Tunjukkan personel di sekitar area kerja; menunjukkan bahaya.
d. Perkenalkan personel kepada orang lain.
e. Meliputi aturan dan peraturan kerajinannya.
f. Berikan bawahannya uji coba pada peralatan dan perlengkapan.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 10


HSE/001/AMPJ/23

g. Awasi personel baru selama beberapa hari pertama.


h. Periksa dan periksa kembali untuk mengetahui kemajuan individu.

9.10. Semua supervisor yang ditugaskan pada proyek atau dipromosikan dari tenaga
kerja lapangan harus diindoktrinasi mengenai tanggung jawab mereka dalam
waktu satu minggu setelah penugasan mereka. Informasi yang dicakup
meliputi:

a. Tanggung jawab HSE Supervisor.


b. Pelatihan program observasi HSE pelatihan/penegakan aturan HSE (jika
ada).
c. motivasi HSE.
d. Praktik yang aman untuk kerajinan tertentu.
e. Teknik investigasi kecelakaan/insiden.
f. Menyelenggarakan pertemuan HSE yang efektif.
g. Hak Personil, untuk mengetahui zat berbahaya dan peraturan perundang-
undangannya.
h. Persyaratan klien dan pemerintah.
i. Pengaruh insiden terhadap produktivitas.
j. Pelatihan penyalahgunaan narkoba dan alkohol.

9.11. Orientasi untuk Pengawas

1. Semua supervisor harus mempelajari dan menegakkan semua


peraturan dan ketentuan HSE PT Ade Mitra Primah Jaya yang berlaku
pada pekerjaan mereka.
2. Mereka harus memberikan teladan kepemimpinan yang baik kepada
bawahan dan rekan kerja mereka dengan mematuhi peraturan kerja
dan kepemimpinan agresif mereka di HSE.
3. Semua pengawas harus mengetahui semua persyaratan izin kerja, dan
harus menjamin tidak ada pekerjaan yang berlangsung tanpa izin atau
penetapan bahwa izin tidak diperlukan untuk rencana tersebut.
4. Pendidikan dan komunikasi mengenai bahaya penyalahgunaan zat di
tempat kerja, serta kebijakan perusahaan dan peraturan kerja,
diberikan secara rutin.
5. Semua pengawas lapangan harus dibekali dengan pengetahuan dasar
tentang HSE sebelum proyek dimulai.
10. RAPAT HSE

10.1. Pertemuan Pagi HSE & Tool Box

HSE Morning Talk dilaksanakan minimal seminggu sekali: Seluruh karyawan


wajib hadir; Pembicaraan Pagi HSE akan direkam & dilaporkan oleh Bagian
Proyek HSE. Pertemuan ini dilakukan untuk informasi umum HSE, dengan
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 11


HSE/001/AMPJ/23

pembicara yang dirotasi membentuk seluruh leader / engineer /Supervisor


dan harus dimasukkan dalam instruksi kerja khusus tentang pembicaraan
pagi HSE.
Tool Box Meeting akan dilakukan setiap hari. Supervisor harus
menginstruksikan personelnya untuk bekerja dengan aman di proyek,
selama rapat tool box, dan jika diperlukan.
Rapat Kotak Alat:

1. Melanjutkan pendidikan HSE di proyek melalui “Pertemuan Tool Box


harian” yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini perusahaan
memutuskan penggunaan “TBM”.
2. “TBM” adalah pola komunikasi dua arah yang menginformasikan
kepada setiap karyawan jika ada pesan HSE tambahan atau baru yang
tidak disampaikan selama periode indoktrinasi; pengarahan
menentukan tugas, bahaya/risiko pada tugas yang akan dilakukan;
alat dan perlengkapan yang akan digunakan, kesiapan personel baik
fisik maupun mental; Rinciannya harus dicatat oleh personel yang
ditugaskan di setiap kelompok; Supervisor yang bertugas memantau
dan menyimpan dokumentasi kelompoknya.
3. Informasi dari Bagian HSE, informasi tentang aspek umum lainnya,
dan subjek baru apa pun harus diteruskan ke supervisor WBS, yang
pada gilirannya memberi instruksi kepada bawahannya. Jika ada
informasi atau pertanyaan HSE yang dimiliki pekerja, harus
disampaikan kepada atasan mereka, untuk ditindaklanjuti secara
langsung atau diteruskan kepada Pengawas.
4. “TBM” akan dianggap sebagai sarana komunikasi dua arah.
Mewujudkan TBM yang efektif dan efisien.
5. Meliputi topik yang berkaitan dengan aspek HSE dalam tugasnya dan
pencegahan untuk menghindari cedera/kerusakan:
a. HSE pekerja (fisik & mental) pada pekerjaan.
b. Langkah-langkah penting, Bahaya di tempat kerja dan pencegahan
bahaya (JSA).
c. Kondisi alat dan perlengkapan.
d. Pemahaman para pekerja bagaimana bekerja dengan aman –
sadar dan serius.
e. Pengumuman semangat – tema harus sesuai dengan kampanye
HSE yang diluncurkan.
f. Waktu selama pertemuan Tool Box tidak boleh digunakan untuk
pengelompokan umum atau percakapan sosial, namun
digunakan untuk penyampaian informasi berharga yang
konstruktif.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 12


HSE/001/AMPJ/23

6. TBM dipimpin oleh Supervisor


a. Supervisor memimpin rapat untuk personelnya, menugaskan
orang untuk mencatat dan memperoleh daftar hadir yang
ditandatangani seluruh peserta untuk setiap rapat.
b. Catatan dan daftar kehadiran diberikan setiap hari kepada
administrator Bagian HSE.
c. TBM tidak boleh melebihi waktu 10 - 15 menit.

10.2. Rapat Koordinasi HSE

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa supervisor dan personel WBS


selalu mengetahui permasalahan K3L proyek tertentu, dan untuk
memperkuat standar K3LL secara rutin.

1. Site Manager harus mengadakan pertemuan HSE dengan Field


Supervisor / Section Leader minimal seminggu sekali.
2. Rapat HSE dapat digabungkan dengan rapat staf mingguan atau
diadakan secara terpisah.

10.3. Pertemuan Eksternal

Rapat Koordinasi HSE Klien disesuaikan dengan kebutuhan klien.

10.4 Individu Kontak HSE, Konsultasi & Komunikasi Interpersonal

1. Dalam program HSE, Supervisor harus melakukan kontak HSE


individual dengan karyawan yang berada di bawah supervisinya.
2. Ini adalah kontak pelatihan HSE lisan yang direncanakan antara
Supervisor dan salah satu karyawan, yang tujuannya adalah untuk
mendidik karyawan bagaimana bekerja dengan aman dan
mempertahankan tingkat kesadaran HSE dan kesadaran bahaya yang
tinggi.
3. Kontak individu HSE adalah salah satu cara paling efektif untuk
menyampaikan keselamatan kepada pekerja karena memiliki
sentuhan pribadi, Supervisor dijamin akan menjadi pendengar yang
penuh perhatian, dan Supervisor dapat menyesuaikan pendekatannya
terhadap orang yang dihubungi dan bahaya spesifik dari pekerja
tersebut. bekerja.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 13


HSE/001/AMPJ/23

11. INSPEKSI HSE

11.1. Inspeksi Umum

Orang-orang berikut harus melakukan inspeksi HSE secara berkala:


1. Patroli jalan-jalan setiap hari oleh Personil Proyek HSE – tugasnya
adalah memastikan penerapan sistem HSE.
2. Pengamatan HSE harian – tugasnya adalah memastikan praktik kerja
yang aman dan menjaga lingkungan kerja yang aman, serta
kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi HSE.
3. Patroli Komite HSE Proyek Mingguan – bertugas meninjau laporan
observasi kinerja minggu lalu.
4. Perwakilan HSE Patroli Gabungan Mingguan.
5. Tinjauan K3L Manajemen Kuartalan oleh Departemen HSE – tinjauan
tugas keseluruhan atas kinerja K3L kuartal terakhir.
11.2. Inspeksi CETVM

Apakah pemeriksaan wajib terhadap semua peralatan, kendaraan,


perkakas, dan mesin harus dilakukan sesuai dengan persyaratan HSE PT
Ade Mitra Primah Jaya dan klien untuk CEVTM; mencakup seluruh aspek
HSE yang diatur untuk CEVTM.

1. Pemeriksaan Alat Konstruksi Berat (Dozer, Ekskavator, Grader dll).


2. Inspeksi Alat Berat seperti Crane, Lifting & Hauling dll.
3. Pemeriksaan Kendaraan Berat yaitu Trailer, Truk, Forklift dll.
4. Pemeriksaan Kendaraan Ringan yaitu Jeep, Pick-up, dll.
5. Perkakas listrik dan alat pengangkat/penopang yaitu sling, shackle,
rantai/tuas/blok katrol dll.
6. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dan peralatan perlindungan
lainnya, dll.
7. Inspeksi Perancah
8. Inspeksi Mesin yaitu genset, mesin las, dll.
9. Pemeriksaan alat khusus yaitu gerinda, mesin bor, dan lain-lain.

12. PENGATURAN MEDIS:

1. Fasilitas pertolongan pertama harus disediakan oleh HRD Proyek dan HSE;
melalui kerjasama dengan klinik atau rumah sakit setempat. Tanggung jawab
utamanya adalah untuk menangani keadaan darurat, misalnya cedera akibat
kecelakaan kerja, namun tidak terbatas pada penanganan penyakit/penyakit
karyawan lainnya.
2. Pengaturan umum fasilitas medis harus ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
klien dan kebutuhan proyek. Wajib dilakukan untuk pertolongan pertama
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 14


HSE/001/AMPJ/23

fasilitas/stasiun dan perbekalan serta untuk perawatan medis lebih lanjut harus
dirujuk ke rumah sakit setempat atau provinsi terdekat.
3. Menyediakan kendaraan yang berfungsi sebagai fasilitas ambulans di proyek,
khusus untuk pengangkutan/evakuasi medis korban.
4. Tim tanggap darurat di proyek akan bertugas 7 hari seminggu. Tim tanggap
darurat dapat menangani bantuan medis darurat.
5. Daftar alamat kontak darurat yang berisi nama orang yang dapat dihubungi,
alamat/lokasi rinci dan nomor telepon – Dokter Lokal / Provinsi, Pemadam
Kebakaran, Polisi dan Militer, Badan SAR Nasional harus dipasang dan dapat
dilihat oleh siapa pun.
6. Alamat kontak rumah sakit umum dan layanan ambulans darurat terdekat
harus dipasang dan dapat dilihat oleh siapa pun.
7. Bahan Pertolongan Pertama dan Pelayanan Medis

Manajemen Proyek bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan


pertama yang memadai bagi semua pekerja di proyek.

Untuk membantu upaya ini, mempertimbangkan kebutuhan minimum


peralatan pertolongan pertama dan daftar perbekalan.

Pentingnya memberikan pertolongan pertama yang memadai adalah untuk


membantu korban luka ringan, misalnya kasus goresan atau serpihan yang
tidak dikirim ke dokter, namun tidak ada alasan untuk melengkapi proyek
secara berlebihan dengan persediaan berlebih yang tidak diperlukan.

8. Ketentuan Umum:

Bagian Proyek HSE harus memeriksa isi kotak P3K sebelum dikirim ke setiap
WBS di proyek dan setiap minggu catatan dikirim ke HSE untuk memastikan
bahwa barang yang dikeluarkan diperbarui untuk penggantian.

9. Persediaan dan Peralatan:

Petugas pertolongan pertama harus melakukan inventarisasi informal


seminggu sekali atas semua perlengkapan dan instrumen medis sehingga dia
dapat mengganti barang-barang yang diperlukan.

Status bulanan dan laporan penutupan pekerjaan penggunaan peralatan dan


perbekalan kesehatan serta saldo persediaan harus dicatat, didokumentasikan
dan dilaporkan ke Bagian HSE dengan tembusan ke bagian HRD-Personil.

10. Angkutan:

Manajemen Lokasi Proyek harus menunjuk setidaknya satu kendaraan yang


akan digunakan untuk transportasi pertolongan pertama dari proyek pekerjaan
ke pusat pertolongan pertama proyek pekerjaan.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 15


HSE/001/AMPJ/23

Kendaraan ini harus selalu tersedia pada saat pekerjaan sedang dilakukan pada
proyek pekerjaan.

Bagian HRD-Personil Proyek bertanggung jawab untuk mengatur transportasi


bagi orang yang terluka jika diperlukan perawatan oleh dokter.

Bagian HRD-Personil Proyek bertanggung jawab mengatur transportasi untuk


kunjungan dokter selanjutnya bila diperlukan.

11. Nomor darurat:

Nomor telepon berikut harus dipasang oleh setiap proyek pekerjaan:

a. Ambulans
b. RSUD
c. Departemen Kepolisian
d. Pemadam kebakaran
Hal ini akan memungkinkan penelepon untuk mempercepat layanan medis
darurat jika terjadi insiden bencana.

13. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) :

1. Setiap karyawan harus menerima Alat Pelindung Diri yang diperlukan untuk
pekerjaannya.
2. Jika peralatan tambahan diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
ditugaskan dengan aman, peralatan tersebut harus diminta jika tidak tersedia
dalam stok atau dikeluarkan dari gudang atas permintaan tanda tangan resmi
Supervisor dan Pemimpin/Koordinator HSE.
3. Supervisor/Superintendent dengan bantuan Pemimpin Proyek HSE harus
menentukan jenis alat pelindung diri yang diperlukan untuk pekerjaan.
4. Pencatatan Pembagian APD :
a. Semua APD yang dikeluarkan dari Gudang harus diketahui dan disetujui
oleh Supervisor Lini terkait, Pemimpin Proyek HSE harus mengetahui,
mencatat dan mendokumentasikan permintaan tersebut agar data
distribusi APD selalu diperbarui dengan benar untuk memantau
pengendalian kehilangan. Tanggung jawab dan wewenang ini diatur
dalam bentuk instruksi kerja lapangan.
b. Administrasi Proyek HSE harus mengembangkan instruksi tertulis untuk
memantau permintaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi APD. Hal ini harus dilakukan melalui koordinasi dengan Bagian
Gudang proyek.
c. APD tersebut bersifat wajib dan harus dipakai setiap saat di proyek.
Tanda-tanda wajib untuk mengingatkan semua personel harus
ditempatkan di lokasi yang ditentukan di mana APD wajib digunakan
untuk menghindari cedera pada orang.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 15


HSE/001/AMPJ/23

d. Peralatan tambahan dan perlengkapan keselamatan serupa mungkin


diperlukan tergantung pada sifat pekerjaan dan area kerja yang terlibat.
e. Jika ada kemungkinan partikel lepas atau proyektil terbang, perangkat
perlindungan keselamatan yang tepat harus dipakai.
5. Jenis APD :
a. Helm ; setiap pekerja satu Satu
b. Baju Kerja / Rompi
c. Sepatu Safety / Sepatu karet
d. Sarung Tangan
6. Merk APD : B&D, dengan estimasi jumlah APD, Helm, Baju kerja / Rompi, dan
Sepatu safety satu ( 1 ) setiap tenaga kerja. Untuk sarung tangan untuk project
2 bulan di perlukan kurang lebih 20 Dosen.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 17


HSE/001/AMPJ/23

14. KAMPANYE VISUAL/HSE

Alat bantu visual harus menjadi bagian wajib dari setiap program pencegahan insiden.
Berikut adalah beberapa alat bantu visual yang sebaiknya digunakan:

1. Poster HSE (semua ukuran) - Poster harus dipajang di seluruh lokasi kerja
selama proyek berlangsung.
2. Poster HSE tersedia di Bagian HSE proyek, Departemen HSE klien, Departemen
Tenaga Kerja Provinsi atau dari publikasi lembaga nasional atau internasional
lainnya.
3. Rambu HSE - rambu yang terbuat dari bahan yang tahan terhadap kondisi
cuaca harus dipajang di seluruh proyek di mana pun bahaya fisik memerlukan
penggunaannya.

4. Tampilan Papan Buletin HSE - papan buletin yang digunakan untuk


menampilkan berita terkini HSE, informasi program baru, insiden & cedera,
kinerja bulanan dan masalah manajemen, agar semua personel mendapat
informasi lengkap tentang informasi terkini yang mereka perlukan.

15. PROGRAM PENCEGAHAN KEBAKARAN.

1. Peralatan portabel proteksi kebakaran yang diperlukan harus disediakan untuk


setiap proyek.
2. Tergantung pada lokasi pekerjaan, umumnya penggunaan dan ketersediaan
peralatan portabel pemadam kebakaran jenis A, B, C dan Karbon Dioksida,
harus dipasang, dan ditandai dengan jelas sehingga dapat dilihat oleh siapa
pun.
3. Prosedur pasti untuk pembakaran/pemotongan pekerjaan panas harus
ditetapkan dan sarana proteksi kebakaran harus dipelihara jika pekerjaan harus
dilakukan.
4. Di semua area berbahaya kebakaran wajib dipasang tanda “DILARANG
MEROKOK dan BAHAYA KEBAKARAN”.
5. Untuk mengendalikan pekerjaan panas/pengelasan, pembakaran dan
pemotongan di area berbahaya, berlaku sistem Izin Kerja Panas.
6. Pekerjaan panas tidak boleh dilakukan tanpa izin tertulis yang disetujui oleh
pemilik proses / Bagian HSE.
7. Pengaturan harus dilakukan dengan Klien dan Pasukan Pemadam Kebakaran
HSE setempat untuk bantuan lebih lanjut jika ada kemungkinan besar terjadi
kebakaran.
8. Di lokasi di mana regu pemadam kebakaran diperlukan, dukungan harus diminta.
9. Di beberapa lokasi terpencil, mungkin perlu untuk melatih personel kelompok
agar mengetahui cara mereka sendiri dalam menangani proteksi kebakaran.
10. Pelatihan dan latihan rutin harus diprogram.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 18


HSE/001/AMPJ/23

16. PROGRAM PENCEGAHAN INSIDEN DAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP K3

1. Tanggung jawab dan akuntabilitas untuk pencegahan insiden berada di tangan


Manajer Proyek. Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, wewenang
dilimpahkan sebagai berikut:
a. Site Manager bertanggung jawab kepada Sr. Project Manager untuk
pencegahan insiden di seluruh area kerja.
b. Dalam menetapkan program pencegahan insiden proyek, faktor-faktor
berikut ini, antara lain, harus dipertimbangkan:
1. Jumlah karyawan.
2. Jenis Pekerjaan
3. Persyaratan klien.
4. Peraturan perusahaan.
5. Persyaratan pemerintah (Negara, Provinsi, Lokal).
6. Isolasi.
7. Personil yang tidak terlatih.
8. Bahaya khusus.
9. Kondisi wilayah/masyarakat
2. Bantuan Staf: Tergantung pada faktor-faktor yang disebutkan, organisasi
berikut ini didirikan:

1. Bagian Proyek HSE.


2. Komite Proyek HSE/P2K3L.
3. Personel berikut mungkin bertanggung jawab dalam organisasi Komite HSE
Proyek:
1. Manajer Lokasi akan diangkat menjadi Ketua Dewan Komite HSE.
2. Pemimpin Proyek HSE akan diangkat menjadi Sekretaris Dewan Komite HSE.
3. Insinyur Proyek akan dijadikan Anggota Tetap Dewan Komite HSE.
4. Pimpinan Fungsi dan Unit Pendukung diangkat menjadi Anggota Tetap
Dewan Komite HSE.
5. Risalah seluruh rapat harus dicatat oleh Sekretaris Komite dan
didistribusikan dengan baik kepada anggota Komite dan HSSE.

17. PERTANGGUNGAN

1. Asuransi yang menjamin cedera pribadi didasarkan pada skema asuransi 24


jam.

2. Asuransi yang menjamin pengobatan, rawat inap dan penyakit/sakit kesehatan


non-kerja yang diperoleh PT Ade Mitra Primah Jaya mengacu pada peraturan
skema kesehatan perusahaan.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 19


HSE/001/AMPJ/23

18. RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH

Rencana ini berlaku untuk setiap kelebihan bahan (padat, cair, atau campuran)
sebagai sisa kebutuhan selama pekerjaan konstruksi atau pekerjaan pemeliharaan.

1. Limbah Berbahaya (B3): mengandung bahan yang terkontaminasi pelarut


hidrokarbon, kayu yang diolah secara kimia, bahan bakar, minyak, pelumas, cat,
pelapis, residu, logam berat, dan bahan beracun serupa termasuk limbah medis.

2. Limbah Tidak Berbahaya: Termasuk kayu yang tidak diolah, sampah, limbah
padat, besi tua, dan limbah lainnya yang tidak ditetapkan sebagai berbahaya
berdasarkan AMDAL, standar RKL.

Limbah non-B3 harus dipindahkan ke area pengumpulan limbah yang telah


ditentukan dan kemudian dipilah

3. Pemisahan Sampah.

Mengingat sifat kompleks dari sampah yang diperkirakan ada dalam proyek,
pemilahan sampah harus dilaksanakan dengan melibatkan pemilahan dan
pemisahan sampah berdasarkan karakteristiknya.

Bahan limbah harus dipisahkan dari sumbernya dengan menyediakan tempat


penyimpanan limbah yang diberi tanda (dengan simbol universal dan tulisan
dalam bahasa Inggris/Bahasa Indonesia) sebagai berikut:

a. Limbah berbahaya.

b. Organik.

c. Non organik.

Tempat sampah harus diberi label yang secara jelas menguraikan simbol bahasa
Inggris, Indonesia, dan Internasional, jenis sampah dan tindakan pencegahan
dalam menangani sampah.

Tempat sampah harus ditempatkan di kantor, proyek konstruksi, pusat mess, dan
klinik. Tempat pengumpulan sampah tidak boleh meluap sebelum dikosongkan,
dan wadah penyimpanan sampah harus segera diganti jika terjadi kerusakan.

Jumlah tempat sampah yang cukup harus ditempatkan untuk setiap jenis sampah
di tempat pengumpulan sampah, tergantung pada jenis dan kuantitas sampah
yang diharapkan dari lokasi tersebut.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 20


HSE/001/AMPJ/23

Tempat sampah HSE harus ditempatkan dan dikosongkan secara efektif dan
tepat waktu di berbagai area pembuangan limbah.

4. Pengumpulan dan Kebersihan.

Semua limbah padat harus dikelola dan dikemas serta dibuang dengan benar.
Perkemahan dan proyek kerja harus dijaga dalam kondisi rapi, bersih dan aman
serta membuang dan membuang semua puing dan sampah dengan benar.

19. RENCANA KESIAPSIAGAAN & RESPONS DARURAT.

1. Rencana tindakan darurat mengatasi keadaan darurat yang diperkirakan akan


terjadi sehubungan dengan jenis proyek dan lokasi fisik.

a. Proyek ini harus mengembangkan rencana evakuasi darurat, sesuai dengan


kebutuhan Klien dan rencana tata letak proyek yang ada, selama fase
permulaan dan rencana tersebut harus diinformasikan kepada karyawan
ketika mereka menerima orientasi K3L proyek.

b. Rencana evakuasi darurat harus dididik kembali dalam latihan rutin agar
personel mendapat informasi yang baik mengenai prosedur atau bila terjadi
perubahan dalam pelaksanaannya.

c. Manajer Lokasi dan Pemimpin Proyek HSE harus bertindak sebagai konsultan,
memandu manajemen pengawasan melalui proses mengidentifikasi potensi
kejadian darurat dan mengembangkan rencana utama untuk meresponsnya.

d. Personil pengawas PT Ade Mitra Primah Jaya harus dilatih secara ekstensif
untuk bertindak sebagai pemimpin evakuasi sehingga karyawan dapat
dengan cepat dipindahkan dari lokasi berbahaya ke lokasi aman yang telah
ditentukan.

e. Setidaknya satu supervisor harus ditugaskan sebagai Pengawas Darurat untuk


masing-masing 20 [dua puluh] karyawan di tempat kerja untuk memberikan
bimbingan dan instruksi yang memadai selama situasi darurat.

f. Mereka harus siap bereaksi dengan menggunakan prosedur proyek untuk


menyelamatkan orang-orang yang tidak diperhitungkan.

g. PT. Manajemen Proyek Ade Mitra Primah Jaya bertanggung jawab untuk
mengelola proses evakuasi untuk sub - tingkatannya.

h. Denah lantai atau peta tempat kerja yang secara jelas menunjukkan rute
evakuasi darurat, perlu dipasang untuk personel PT Ade Mitra Primah Jaya.
Warna
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 21


HSE/001/AMPJ/23

pengkodean peta HSE dan rute keluar terkait akan membantu karyawan dalam
menentukan penetapan rute mereka.

2. Rencana Aksi Khusus

Rencana aksi spesifik harus ditinjau sebagai bagian dari proses orientasi.

Pernyataan berorientasi tindakan singkat itu efektif.

Manajemen dan karyawan harus terus diperbarui mengenai revisi atau modifikasi
rencana ini.

Informasi rinci dapat dibahas dalam pelatihan atau dalam bagian prosedur yang
direvisi pada Rencana Tindakan Darurat.

Hal-hal berikut harus ditujukan kepada karyawan lama dan baru.

a. Siapa yang bertanggung jawab melaksanakan rencana tersebut?


b. Tindakan pencegahan dan batasan apa yang harus diperhatikan?
c. Apa tindakan yang harus diambil?
d. Bagaimana personel mengevakuasi fasilitas tersebut?
e. Dimana personel evakuasi harus melapor untuk bertemu?
f. Di manakah lokasi peralatan darurat dan komunikasi?

3. Daftar periksa panggilan darurat:

Selama keadaan darurat, sangat penting untuk memberikan informasi yang benar
dan tepat kepada petugas tanggap darurat.

Simpan daftar informasi darurat di dekat telepon jika terjadi krisis. Daftar

periksa penelepon langsung ke….. [Penerima kontak darurat];

a. Identifikasi personel, berikan nama dan jabatan.

b. Berikan nama Bagian/Departemen dan lokasi tepatnya.

c. Jelaskan keadaan daruratnya dengan jelas.

d. Jelaskan situasinya sehingga peralatan dan personel yang tepat dapat dikirim.

e. Untuk keadaan darurat medis – identifikasi korban berdasarkan jenis


kelamin, usia, dan masalah medis yang diketahui. Jelaskan cedera atau gejala
penyakitnya.

f. Untuk keadaan darurat kebakaran - Berikan lokasi pastinya, ukuran relatif


api, dan jenis bahan apa yang sedang atau akan segera terbakar.
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 22


HSE/001/AMPJ/23

g. Untuk keadaan darurat keamanan - Bila ada orang yang mencurigakan atau
mengancam di lokasi, jelaskan kepada Keamanan atau polisi jenis kelamin,
ras, warna kulit, rambut, tinggi badan, berat badan, dan pakaian orang
tersebut. Jika orang tersebut bersenjata, sertakan informasi ini.

h. Rencana khusus untuk Proyek Darurat harus dikembangkan di setiap Proyek.


HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Lembar : 22 dari 21


HSE/001/AMPJ/23

20. KOMITMEN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN

1. Komitmen Manajemen

Komitmen Manajemen adalah bentuk kesanggupan dan kesungguhan Top


Manajemen terhadap upaya untuk menihilkan deviasi atau mengendalikan
kerugian,utamanya pada manusia dan lingkungan.

2. Kebijakan Perusahaan:
KEBIJAKAN LK3 PT AMPJ

Kami berkomitmen untuk:


1. Menjalankan pakta komitmen Keselamatan d a n K e s e h a t a n Kerja yang
telah ditandatangani oleh Pimpinan perusahaan.
2. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga kerja, tamu, masyarakat
sekitar di sekitar tempat kerja.
3. Melakukan perbaikan keberlanjutan terhadap sistem Manajemen dan Kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna meningkatkan budaya Keselamatan
Kerja yang baik di tempat kerja.
Untuk mencapainya, kami akan:
1. Membangun dan memelihara sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, serta sumber daya yang relevan.
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan
Kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja perusahaan.
Kebijakan Penghentian Pekerjaan
1. Dalam rangka menjaga lingkungan kerja pekerjaan yang aman dan
berkeselamatan terhadap risiko bahaya cidera ringan, sedang dan berat pada
pekerja, kerusakan aset/properti, publik dan lingkungan, setiap personil berhak
untuk memberhentikan pekerjaan apabila melihat perilaku tidak selamat atau
kondisi tidak aman dalam melakukan pekerjaan.
2. Pekerjaan Konstruksi yang telah diberhentikan karena perintah penghentian
pekerjaan tidak akan dilanjutkan sampai semua aspek keselamatan konstruksi
dipenuhi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
3. Perintah penghentian pekerjaan konstruksi harus diterapkan dengan itikad baik
dan bertanggungjawab.
4. Personil yang menyerukan perintah penghentian pekerjaan tidak boleh dan
tidak akan dikenai sanksi apabila setelah diverifikasi bahwa perintah
penghentian tersebut dianggap tidak perlu atau bahkan berdampak
mengganggu kemajuan pekerjaan.
5. Semua personil bertanggung jawab atas pencegahan kecelakaan.

Disahkan,
Batam, 05 September 2023
PT ADE MITRA PRIMAH JAYA

DIREKTUR
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 22


HSE/001/AMPJ/23

21. STRUKTUR ORGANISASI

Berikut ini Struktur Organisasi dari Proyek Pekerjaan Tanah Batam Simatelex 7E :

1. Site Manajer

a. Nama : Zulfaimar Rajab

b. No tlp/hp : 081286197901

2. HSE

a. Nama : Ekoleksono

b. No tlp : 085231174247

3. Engineer

a. Nama : M. Arif Kudadiri

b. No tlp : 081261408607

4. Supervisor

a. Nama : Gunawan

b. No tlp : 081274041009

5. Surveyor

a. Nama : Arif Rahman

b. No tlp : 081363612879
HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 23


HSE/001/AMPJ/23

22. Form JSA dan Isi


HSE PLAN
PROYEK PEKERJAAN TANAH BATAM SIMATELEX
7E

Dok. Nomor: Nomor rev : 00 Hal 24


HSE/001/AMPJ/23

23. Alat Pengaman Kerja


Alat pengaman kerja yang di maksud adalah alat / sarana untuk melindungi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bagi pekerja berupa sarana pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Da
untuk Project Pekerjaan Tanah Btam Simatelex 7E ini kami memakai APK sebagai berikut:
a. Barricade kuning hitam,dan merah putih. Barricade Kuning hitam 5 gulung dan
merah putih 2 gulung
b. APAR,
Untuk APAR menggunakan yang 3 kg, tersedia di masing masing alat berat dan
area direksi kit
c. Kotak P3k
Tersedia di masing masing alat berat dan direksi kit

Anda mungkin juga menyukai