Anda di halaman 1dari 14

NIM.

22315291323
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Minat belajar siswa kelas Kajian Literatur Berdasarkan dari kajian literatur dan hasil
X DPIB SMK Negeri 2 Wina Sanjaya (2007) wawancara dari pakar, teman sejawat
Tegalsari tidak maksimal minat belajar adalah aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang (guru) dan siswa dapat di simpulkan minat
/ rendah. dalam melakukan aktivitas tertentu. belajar siswa kelas X DPIB SMK Negeri 2
Tegalsari tidak maksimal / rendah
Slameto (2003) disebabkan oleh hal-hal berikut:
“minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada 1. Siswa mengalami masalah dari diri
suatu hal atau aktvitas tanpa ada yang menyuruh” siswa, terdiri dari keadaan rumah
tangga yang tidak lengkap
Verena diandra (2020) 2. Diri siswa yang masih ragu untuk
Alasan mengapa minat belajar anak rendah : belajar di kompetensi kejuruan yang
1. Menjadi korban bullying atau terlibat di dalamnya dijalani
2. Mengalami kelas dan guru yang buruk 3. Kecerdasan siswa yang beragam
3. Materi yang terlalu sulit atau terlalu mudah dalam kelas
4. Mengalami gangguan belajar 4. Suasana kelas tidak kondusif selama
5. Terganggu gadget dan kebanyakan main game proses pembelajaran
6. Penghargaan yang diberikan tidak menarik perhatian anak 5. siswa terganggu olah handphone dan
bermain game selama pembelajaran
Purwanto ( 2004),
faktor - faktor yang mempengaruhi minat belajar itu menjadi dua,
yaitu faktor individu atau internal (faktor dari dalam diri siswa,
meliputi kematangan / pertumbuhan, latihan, kecerdasan, motivasi
dan pribadi).
Faktor social atau eksternal (faktor diri dari luar diri siswa, terdiri dari
faktor keluarga / keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, dan alat - alat yang digunakan dalam belajar mengajar.

Hasil Wawancara
Pakar
Agung Rahmadi, S.Pd., M.Si
Minat belajar siswa rendah banyak di temukan pada siswa, hal ini
terjadi karena siswa tersebut membutuhkan perhatian dari orang tua
(guru saat disekolah). Setelah di telusuri lebih dalam memang ada
pengaruh kondisi keluarga yang sudah tidak sempurna lagi, dalam arti
orang tua bercerai dan masing – masing sudah menikah serta tinggal
bersama keluarga baru masing masing. Sehingga siswa tersebut tinggal
hingga di rawat oleh nenek.

Teman Sebaya (Guru)


Novi Krisnawati, S.Pd
Siswa masuk SMK dengan kompetensi keahlian DPIB tidak sesuai
dengan minat dan keinginan siswa, hal ini terjadi karena atas arahan
orang tua atau karana masuk ke pilihan ke – 2 sehingga berpengaruh
pada minat belajar siswa menurun. Maka guru perlu lebih exstra lagi
dalam memberikan motivasi tentang prospek kerja, kuliah hingga
berwirausaha setelah pendidikan SMK ini berakhir
Deby Ambara, S.T
Minat belajar siswa rendah terjadi pada siswa yang mempunyai
kemampuan kecerdasan tidak sebagus dengan siswa yang rajin / pintar
karena sejatinya kecerdasan mansia selalu berbeda antara satu dengan
yang lainya. Maka siswa tersebut merasa minder dan dan tidak percaya
diri saat pembelajaran berlangsung

Siswa
Afifur Rohman
Terciptanya suasana kelas yang kaku karena komunikasi antar siswa
dan guru tidak terlalu bagus. Apalagi materinya teori saja tanpa
disambungkan dengan kehidupan sehari – hari atau lingkungan sekolah
Yuston
Minat belajar rendah terjadi karena suasana kelas yang tidak kondusif
karena teman di sekitar saya bermain HP saat pembelajaran
berlangung.

Refrensi
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 69.

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka


Cipta, 2003), h. 180

https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/verena-diandra/
minat-belajar-kurang-8-penyebab-anak-memiliki-minat-belajar-
rendah/7

Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : remanarosdakarya

2 Rendahnya kesadaran Kajian Literatur Berdasarkan dari kajian literatur dan hasil
siswa kelas X DPIB Vanya Karunia Mulia Putri (2021) wawancara dari pakar, teman sejawat
SMK Negeri 2 Tegalsari Mengumpulkan tugas tepat waktu merupakan salah satu tindakan yang (guru) dan siswa dapat di simpulkan
untuk menyelesaikan disiplin, sekaligus kewajiban seorang pelajar. Tindakan atau kebiasaan rendahnya kesadaran siswa kelas X DPIB
tugas dengan tepat ini jika dilakukan secara rutin akan membawa dampak positif bagi diri SMK Negeri 2 Tegalsari untuk
waktu. pelajar maupun lingkungan sekitarnya. Tepat waktu mengumpulkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu
tugas dapat diartikan sebagai kegiatan menyerahkan atau disebabkan oleh hal-hal berikut:
mengumpulkan tugas sesuai waktu yang telah disepakati bersama atau 1. Tidak adanya kontrak belajar yang
ditentukan. disampaikan pada awal
pembelajaran
M. Sugeng Sholehuddin (2018) 2. Tugas tidak disesuaikan dengan
mengumpulkan tugas tepat waktu akan menuntun pelajar untuk bisa kemampuan siswa
belajar disiplin waktu serta menumbuhkan sikap konsisten. 3. Tugas tidak menjadikan guru dan
siswa terhubung.
Aulia Rahadyajati Sukarno (2017) 4. Kurangnya rasa disiplin dan
5 alasan siswa menunda mengupulkan tugas : tanggung jawab
1. Malas 5. Siswa menunda – nunda untuk
2. Bergantung pada orang ain mengerjakan tugas
3. Berambisi menyelesaikan tugas dengan baik 6. Siswa mengandalkan hasil pekerjaan
4. Berambisi untuk menyelesaikan semua tugas dalam waktu teman
semalam
5. Kesulitan

Hasil Wawancara
Pakar
Agung Rahmadi, S.Pd., M.Si
Siswa terlambat dalam mengumpulkan tugas hal ini terjadi karena
tidak adanya kesepakatan antara guru dengan siswa di awal
pembelajaran. Misal ada reward dan punishment. Ketika kesepakatan
ini di buat di awal pembelajaran siswa akan lebih semangat dan
antusian dalam menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.

Teman Sebaya (Guru)


Rusdha Aulia,S.Pd
Siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu terjadi karena :
1. Guru tidak konsisten menerapkan poin 1, akhirnya siswa
meremehkan tugas (akibat jauhnya siswa jadi meremehkan guru)
2. Tugas tidak disesuaikan dengan kemampuan siswa. Misal tugas
terlalu berat, terlalu banyak, terlalu sering, terlalu mepet deadline
dll
3. Kurangnya akses alat, bahan dalam mengerjakan tugas. Misal
materi yang didapat sedikit, kesulitan online, beli alat/bahan
mahal dll
4. Tugas tidak menjadikan guru dan siswa terhubung. Misal tugas
searah, siswa sungkan minta bantuan ke teman/guru, sehingga
menjadikan syarat administrasi.
Ariska Devi Nurrohma, S.Pd
Pengumpulan tugas tidak tepat waktu akibat dari siswa tidak disiplin,
disiplin dengan waktu yang telah disediakan.

Siswa
Afifur Rohman
Siswa terlalu mengandalkan hasil kerja teman, dengam maksud
menyonto sebelum jadwal pengumpulan
Yuston
Siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu karena siswa terlalu
sering menunda – nunda untuk menyelesaikan tugas. Seringkali tugas
baru di kerjakan semalam sebelum pengumpulan tugas, namun waktu
tidak cukup sampai pekerjaan tugas selesai, kemudian siswa meminta
tambahan waktu.

Refrensi
https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/20/140000369/alasan-
seorang-pelajar-wajib-mengumpulkan-tugas-tepat-waktu

M. Sugeng Sholehudin. 2018. Pengelolaan Dosen dan Budaya


Akademik. NEM

https://www.bernas.id/2017/12/59103/54986-5-alasan-siswa-
menunda-mengumpulkan-tugas-kamu-yang-mana/

3 Siswa kelas X DPIB Kajian Literatur Berdasarkan dari kajian literatur dan hasil
SMK Negeri 2 tegalsari Layyinatul fadlilah (2020) wawancara dari pakar, teman sejawat
kurang aktif pada saat Penyebab anak yang kurang aktif dalam kelas terjadi akibat: (guru) dan siswa dapat di simpulkan Siswa
pembelajaran dalam 1. Kurang percya diri kelas X DPIB SMK Negeri 2 tegalsari
kelas berlangsung 2. Tidak akrab dengan guru kurang aktif pada saat pembelajaran dalam
3. Tidak nyaman dengan lingkungan sekitar dan temanya kelas berlangsung yang tidak tepat
4. Jiwanya bermasalah disebabkan oleh hal-hal berikut:
5. Kurang tertarik dengan suasana kelas 1. Siswa kurang peraya diri untuk
6. Kurang kasih sayang orang tua bertanya atau menyampaikan
pendapat
Devi Anggraiani (2019) 2. Suasana kelas membosankan
Ketidakaktifan peserta didik di dalam kelas dapat dipengaruhi selama pembelajaran berlangaung
beberapa faktor, meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor 3. Model pembelajaran tidak tepat
internal merupakan keadaan peserta didik yang menyebabkan dengan karakter siswa
kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran, seperti: kondisi 4. Guru kurang bisa mengnali
kesehatan peserta didik kurang terlihat selama proses pembelajaran; karakter siswa
kesenangan dan kebiasaan minat belajar peserta didik kurang terlihat; 5. Tidak terjalinya komunikasi antar
kurangannya ketekunan, keuletan, dan semangat seorang guru dalam guru dengan siswa
memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.
Faktor penyebab lainnya yaitu dari faktor eksternal, seperti: hubungan
guru dengan peserta didik kurangnya kebiasaan guru memberikan
pujian terhadap peserta didik, terlalu sering memberikan hukuman,
ataupun teguran yang tepat terhadap peserta didik, peserta didik yang
tidak menunjukkan ketertarikannya pada media belajar yang digunakan
guru saat proses pembelajaran, serta metode yang digunakan kurang
menyenangkan dan kurang meningkatkan minat belajar peserta
didik[5] selain itu pembelajaran yang diterapkan monoton sehingga
dapat membuat peserta didik cepat muncul rasa jenuh dan bosan pada
peserta didik, kurangnya sarana pendidikan yang kurang memadai
sehingga peserta didik tidak dapat memaksimalkan kemampuan belajar
dan peserta didik tidak dapat mengeksplorasi semua potensi yang
dimiliki.

Anonim
Tidak adanya metode maupun strategi pembelajaran yang menarik bagi
siswa dalam mengikuti pelajaran juga akan berpengaruh terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mempelajari suatu materi.
Kurang memadainya sarana dan prasarana sekolah berpengaruh pula
terhahap semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil Wawancara
Pakar
Moh. Badrodin Zuhri, S.Pd.I
Guru memberikan suasana pembelajaran yang membosankan tidak
terlalu bervariatif, sehingga siswa enggan mendengarkan penjelasan
guru, yang terjadi saat sesi tanya jawab di buka siswa kebanyakan
diam yang bukan berarti bisa melainkan tidak tau apa yang mau
ditanyakan.

Teman Sebaya (Guru)


Rusdha Aulia,S.Pd
1. Guru mengajar tidak menarik (misal dari internal guru: pemarah,
monoton, tidak bersemangat) atau dari external guru: ppt tidak
ada, buku tidak ada/ tidak menarik secara visual, alat peraga ga
ada dll
2. Siswa tidak paham. Bisa jadi memang karna siswanya terlalu jauh
dari pemahamannya dari tingkat materi atau karna faktor guru
ngomong terlalu cepat dll
3. Kurang reward untuk siswa aktif. Misal hadiah, nilai tambah,
apresiasi buat meningkatkan penghargaan diri siswa. Atau siswa
takut terhakimi juga bisa misal dapat punishment (fisik/non fisik)
ketika salah menyampaikan.
4. Guru kurang bisa menggali siswa. Misal dengan pertanyaan yang
lebih variatif untuk tanya jawab. Atau kurang menggali dalam
menyeleraskan tingkat pemahaman dengan tingkat materi.
Kholida, S.Sos
Metode pembelajaran yang dipilih tidak tepat pada Kompetensi
kejuruan DPIB. Siswa SMK sepertinya lebih cocok menggunakan
model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yaitu untuk
menentukan kemampuan dalam menerapkan tori – teori pada
permasalahan baru / nyata.

Siswa
Julianti
Rasa peraya diri yang kurang untuk bertanya atau berpendapat di
hadapan teman sekelas.
Afifur Rohman
Komunkasi antara siswa dengan guru tidak terlalu baik, yang
mengakibatkan tidak berani mengacungkan tangan.

Refrensi
https://www.duniapgmi.com/2020/03/bagaimana-mengapa-anak-
kurang-aktif.html

https://www.duniapgmi.com/2019/10/faktor-yang-mempengaruhi-
kurangnya.html

http://eprints.ums.ac.id/24689/2/BAB_I.pdf

4 Komunikasi antara guru Kajian Literatur Dari kajian literatur dan wawancara
dan orangtua siswa kelas Triwardhani,dkk (2020) bersama pakar dan teman sejawat, dapat
X DPIB masih kurang Membangun kegiatan belajar mengajar yang efektif di sekolah dianalisa bahwa peran orangtua diperlukan
dan terbatas. memerlukan peran guru, anak dan juga orang tua oleh siswa untuk membangun kegiatan
(Axelsson, Hagglund, & Sandberg, 2015) belajar mengajar yang efektif di sekolah.
Setiap siswa pada dasarnya memiliki potensi, adalah tugas sekolah Peran dan keterlibatan orangtua juga
untuk mengembangkan setiap potensi tersebut, namun diperlukan untuk mengembangkan setiap
pengembangannya memerlukan strategi yang tepat dari pihak sekolah potensi yang ada ada diri setiap siswa.
yang sekaligus melibatkan orang tua untuk terlibat dalam pelaksanaan Terkait dengan masalah Komunikasi antara
kegiatan belajar mengajar guru dan orangtua siswa kelas X DPIB
masih kurang dan terbatas dapat
Refrensi disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini:
Triwardhani, I. J., Trigartanti, W., Rachmawati, I., & Putra, R. P. 1. sulit mencari orang tua dan rumah jauh,
(2020). Strategi Guru dalam membangun komunikasi dengan Orang 2. orang tua tidak perhatian,
Tua Siswa di Sekolah. Jurnal Kajian Komunikasi, 8(1), 99-113. 3. kesibukan orang tua,
http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/23620/13417 4. kurangnya respon dari orang tua dalam
proses komunikasi,
Axelsson, K., Hägglund, S., & Sandberg, A. (2015). Entrepreneurial 5. sulit menyesuaikan waktu dan kurang
learning in education preschool as a take-off for the entrepreneurial adanya kerjasama antara guru dan wali
self. Journal of Education and Training, 2(2), 40–58. 6. Sejauh ini komunikasi guru dan oragtua
https://doi.org/10.5296/jet.v2i2.735 siswa masih sebatas seremonial serah
terima raport dan administrasi siswa
Hasil wawancara 7. belum ada kesepakatan bersama untuk
Pakar bertemu secara intensif dengan
Drs. Masyudan orangtua siswa kecuali masalah
Menurut pendaat beliau komunikasi antara guru dan orangtua masih perijinan siswa tidak masuk sekolah.
kurang dan terbatas disebabkan karena beberaa faktor yaitu:
 sulit mencari orang tua dan rumah jauh,
 orang tua tidak perhatian,
 kesibukan orang tua,
 kurangnya respon dari orang tua dalam proses komunikasi,
 sulit menyesuaikan waktu dan kurang adanya kerjasama
antara guru dan wali,
Agung Rahmadi,S.Pd., M.Si
Sejauh ini komunikasi guru dan oragtua siswa masih sebatas
seremonial serah terima raport dan administrasi siswa. Belum ada
jadwal khusus untuk bertemu dengan orangtua siswa yang bertujuan
untuk sharing mengenai permasalahan pembelajaran siswa di sekolah.
Teman sebaya (Guru)
Novi Krisnawati, S.Pd
Komunikasi antara guru dan orangtua siswa kelas X DPIB masih
kurang dan terbatas karena belum ada kesepakatan bersama untuk
bertemu secara intensif dengan orangtua siswa kecuali masalah
perijinan siswa tidak masuk sekolah.
Kholidah Wahyuni, S. Sos
Komunikasi antara guru dan orangtua siswa kelas X DPIB masih
kurang dan terbatas karena keterbatasan akses serta sarana prasarana
dan juga perlu membangun hubungan dengan wali murid dengan baik.
5 Sarana dan prasarana Kajian Literatur Berdasarkan dari kajian literatur dan hasil
yang kurang mendukung Menurut Slameto (2010. hal 68), wawancara dari pakar dan teman sejawat
dalam kegiatan praktik perlengkapan alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar (guru) dapat di simpulkan Sarana dan
kelas X DPIB SMK siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu prasarana yang kurang mendukung dalam
Negeri 2 Teegalsari mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang kegiatan praktik kelas X DPIB SMK
diajarkan itu, peralatan yang lengkap dan tepat akan memperlancar Negeri 2 Teegalsari disebabkan oleh hal-
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa hal berikut:
mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan 1. Alat praktek yang di sediakan
menjadi lebih giat dan lebih maju. sekolah terbatas
2. Keadaan ekonomi siswa menegah
Anonim (2017) kebawah
Alat praktik sangat penting peranannya bagi siswa, karena nantinya
berkenaan dengan pengembangan kemampuan siswa/i yang dituntut
siap kerja.

Anonim,
Peralatan gambar teknik ini dibutuhkan agar dalam proses
perancangan atau desain gambar tidak terjadi kesalahan serta gambar
sesuai dengan apa yang diinginkan

Hasil Wawancara
Pakar
Drs. Sugiarto
Alat praktek yang tersedia di sekolah memang terbatas, ini bisa
menjadi penghampat dalam proses praktek. Guru diharuskan untuk
teetap mengendalikan pebelajaran praktek dengan menggunakan
peralatan yang tersedia.

Teman Sebaya (Guru)


Novi Krisnawati, S.Pd
Mengingat pentingnya alat praktek untuk pembelajaran jurusan DPIB,
guru harus mengusahakan untuk mengusulkan permohonan alat
praktek sesuai dengan jumlah siswa agar proses penyelesaian tugas /
desain gambar sesuai dengan target pembelajaran.

Sri hawati Utami, S.Pd


Alat praktek yang tersedia di sekolah terbatas untuk jurusan DPIB,
tugas praktek terus berlanjut dan siswa membutuhkan peralatan
praktek. Guru memberikan solusi siswa untuk menyediakan alat
praktek sendiri namun yang terjadi kondisi perekonomian siswa
rendah.

Refrensi
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2003), h. 68

https://otomotifzone.com/cara-smkn-1-cisarua-atasi-keterbatasan-alat-
praktik/

https://bpletiaracourse.net/yuk-mengenal-peralatan-dan-perlengkapan-
gambar-teknik/

6 Terbatasnya media Kajian Literatur Berdasarkan dari kajian literatur dan hasil
pembelajaran yang Mulyasa (2010) wawancara dari pakar dan teman sejawat
disediakan sekolah serta Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran (guru) dapat di simpulkan Terbatasnya
guru belom adalah belum dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara media pembelajaran yang disediakan
mengoptimalkan maksimal, baik oleh guru maupun peserta didik. sekolah serta guru belom mengoptimalkan
peanfaatan tknologi peanfaatan tknologi informasi (TIK)
informasi (TIK) Siahaan, (2008) disebabkan oleh hal-hal berikut:
Berdasarkan hasil identifikasi Sudirman Siahaan adalah bahwa: 1. Guru hanya menggunakan buku
 Mengajar dengan menggunakan buku teks saja menurut guru, para teks sebagai panduan mengajar
peserta didiknya sudah memperlihatkan prestasi belajar yang 2. Guru kurang menguasai teknologi
memadai dan bahkan membanggakan dan penggunaan TIK saat
 Mencari sumber-sumber belajar lainnya termasuk melalui pembelajaran
pemanfaatan TIK (di luar buku teks yang sudah ditetapkan) 3. Guru enggan mengupgrade
menurut guru tentulah menyita waktu dan biaya kemampuan TIK dengan mengikuti
 Keengganan guru untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar pelatihan / workshop TIK
termasuk pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran jika
tidak ada konsekuensi logis yang dapat mereka rasakan atau
peroleh

Miarso (2004)
Faktor yang berpengaruh atau mendukung terwujudnya proses
pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan adalah penggunaan atau pemanfaatan teknologi dalam
proses pendidikan dan pembelajaran

Surayya (2012)
Media pembelajaran yaitu alat yang mampu membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan atau
infoemasi yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan yang
telah direncanakan

Hasil Wawanara
Pakar
Janati, S.Pd
Benar adanya kalau media pembelajaran adalah satu hal penting dalam
menunjang pelajaran. Apalagi saat ini hanya dengan metode ceramah,
siswa cepat bosan serta kurang dukungan untuk memahami lebih cepat
dan lebih dalam terkait materi yang diajar.

Di era saat ini, tuntutan pemanfaatan TIK yang berkembang sangat


cepat memberi keuntungan dalam proses pembelajaran. Selain guru
dituntut untuk memahami kan materi, guru juga diharapkan
menjadikan TIK bagian dari hal yang bermanfaat dalam penerapan
kehidupan siswa. Misal menjadikan sosmed yang mereka miliki,
menjadi media ilmu dan kebaikan bagi mereka.

Teman Sebaya (Guru)


Kholida, S.Sos
Guru tidak memanfaatkan teknologi / TIK karena guru merasa kurang
menguasai teknologi tersebut dan tidak ada pelatihan khusus terhadap
pengembangan teknologi sehingga menyebabkan guru tidak bisa
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi tersebut.
Deby Ambara, S.T.
Guru tidak mengikuti perkembangan teknologi / TIK untuk proses
pembelajaran serta guru tidak mengikuti kegiatan – kegiatan
pengembangan pengetahuan dan peanfaatan teknologi / TIK

Refrensi
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Siahaan, S. 2011, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Pembelajaran. Jakarta: Pustekkomdiknas

Miarso, Y. 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:


Kencana
Surayya, E. (2012). Pengaruh media dalam proses pembelajaran. At-
Ta’lim, 3, 65-72.

Anda mungkin juga menyukai