Anda di halaman 1dari 15

9G

TUGAS MAKALAH IPS


’j 'j

Peranan Indonesia dalam gerakan non blok

Disusun oleh:
• Mulyo
• Fajrin
- Sofia
• Nasywa
SMP NEGERI 14 TANGERANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-NYA dan pemberkatan-NYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Makalah ini kami buat dengan harapan agar makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
terutama mengenai peranan Indonesia dalam Gerakan Non Blok
(GNB) dan dapat lebih memaknai dan semakin mencintai NKRI tercinta ini.
Kami juga berharap agar untuk ke depannya dapat memperbaiki makalah ini
dalam bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi
dalam hal isi sehingga lebih informatif bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................... 3

BAB I :
PENDAHULUAN............................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
BAB n :
APA ITU GERAKAN NON BLOK..................................................................................5
BAB III :
KONFERENSI ASIA AFRIKA SEBAGAI CIKAL BAKAL GERAKAN NON-BLOK 5
A. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KAA...................................................5
B. KONFERENSI PENDAHULUAN SEBELUM KAA..........................................6
C. KONFERENSI ASIA AFRIKA.............................................................................7
BAB IV :
PENDIRI GERAKAN NON BLOK.................................................................................9
BAB V :
PERANAN INDONESIA DALAM GNB DAN KTTX GNB........................................10
A. PERANAN INDONESIA DALAM GNB...........................................................10
B. INDONESIA SEBAGAI TUAN RUMAH KTT X DAN KETUA GNB...........I 1
BAB VI :
PENUTUP...................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka.................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Berakhirnya Perang Dunia II tidak saja berhasil menghancurkan Nazizme


Jerman, Fasisme Italia, dan Militerisme Jepang, tapi juga memberikan pukulan hebat
terhadap kubu penjajahan dan sekaligus meniupkan kekuatan luar biasa kepada
gerakan pembebasan dan kemerdekaan di Asia dan Afrika. Selain itu, juga muncul 2
kekuatan utama di dunia. Uni Soviet dengan paham komunisnya, serta kubu AS.
Inggris, dan Perancis sehingga menyebabkan munculnya "Perang Dingin' antara kedua
kubu tersebut.

Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin
dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi
dan beberapa pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang teijadi pada
masa tersebut adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.

Akhirnya, dibentuklah suatu gerakan atau organisasi berupa GNB yang


berharap dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul pada saat itu yang
disebabkan oleh “peperangan” kedua kubu tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Indonesia sebagai salah satu negara pendiri dari GNB tentu memiliki peranan
yang penting dalam Gerakan Non-Blok dalam kampanye untuk
tidak memihak pada blok manapun. Muncullah pertanyaan mengenai
peranan Indonesia dalam GNB tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh Indonesia dalam usaha pembentukan Gerakan Non-Blok ?


2. Bagaimanakah proses teijadinva Gerakan Non-Blok ?
3. Peranan apa saja yang dilakukan oleh Indonesia sepanjang sejarah Gerakan Non-
Blok ?

BAB II

APA ITU GERAKAN NON-BLOK ?

Gerakan Non-Blok adalah suatu organisasi yang dibuat oleh negara- negara Asia
dan Afrika yang pada saat itu menentang adanya pertentangan antara kubu Amerika
Serikat dan sekutunya dengan kubu Uni Soviet.

Gerakan ini bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah
konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara-
negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Gerakan Non Blok
dibentukpada tahun 1961 oleh beberapa negara yang cinta damai dan ingin berperan
aktif dalam mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian dan
keamanan dunia. Dengan tujuan utama mempersatukan Negara-negara yang tidak
ingin beraliansi dengan Negara-negara adidaya peserta Perang Dingin yaitu USA dan
Uni Soviet. Gagasan untuk mendirikan GNB merupakan upaya cerdas untuk
meredakan ketegangan antara Blok Barat dengan Blok Timur. Sekaligus mewujudkan
kehidupan dunia yang tertib, aman, dan damai berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan
untuk menentukan cita-citanya.

BAB III

KONFERENSI ASIA AFRIKA SEBAGAI CIKAL BAKAL


GERAKAN NON BLOK

A. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KAA


Pasca perang dunia ke-2 banyak negara-negara di kawasan asia dan afrika
masih dijajah oleh penjajahnya. Contoh : Malaysia dan Singapura masih dijajah
oleh Inggris, Kongo masih dijajal) Belgia, dan masih banyak lagi. Di daerah jajahan
masih hidup dalam kekurangan, miskin, tidak berpendidikan, dan diliputi perasaan
rendah diri. Sebagai pemlik sah bumi, alam negerinya sendiri, mereka tidak dapat
memanfaaatkan kekayaan tersebut karena mereka dijajah.

Selain itu bangsa-bangsa Asia yang sudah merdeka masih belum mendapat
kesadaran untuk bersatu. Misalnya. China bersengketa dengan taiwan untuk
memperebutkan pulau Quemoi. Ditambah lagi PBB tidak mampu menyelesaikan
persengketaan antara bangsa-bangsa yang bersengketa. Sementara itu dunia sedang
diliputi oleh adanya persengketaan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet beserta
sekutu- sekutunya mengenai perkembangan persenjatan modern. Hal-hal itulah
yang menjadi latar belakang penyebab berdirinya Konferensi Asia Afrika. Perdana
Menteri Ali Sastroamidjojo sadar bahwa diperlukannya usaha dalam mendukung
negara-negara di Asia dan Afrika serta juga meningkatkan kerja sama antar negara-
negara tersebut dalam ikut serta untuk mewujudkan perdamaian di dunia, sehingga
pada tanggal 23 Agustus 1953. beliau mengusulkan di depan Dewan Perwakilan
Rakyat untuk menggalang kerja sama antara negara-negara di Asia dan Afrika.
Tujuan utama pembentukan KA\ adalah untuk saling membantu antar negara yang
baru merdeka, setelah lama dijajal) oleh bangsa asing. Serta membantu negara yang
sedang mempeijuangkan kemerdekaannya.

B. KONFERENSI PENDAHULUAN SEBELUM KAA

(1) PERTEMUAN TUGU

Pertemuan Tugu diadakan pada tanggal 9-22 April 1954 di Wisma TUgu, Puncak.
Jawa Barat. Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kote lawala,
mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo). dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima
baik oleh semua pemimpin pemerintah negara tersebut.
Pada kesempatan itu. R esiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada
Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide
diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut.
Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30
tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah
dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.

Sehubungan dengan diundangnya Indonesia oleh Perdana Menteri Ceylon,


maka Pemerintah Indonesia mengadakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para
kepala perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma
Tugu, Puncak. Jawa Barat. Pertemuan ini diketuai oleh Menteri Luar Negeri
Indonesia. Sunario. membahas rumusan-rumusan yang akan menjadi bahan bagi
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam forum Konferensi Kolombo. sebagai
dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat
Asia Afrika.

Rumusan hasil Pertemuan Tugu :

D Menolak pembentukan dua blok di dunia : Blok Barat dan Blok Timur, serta
menolak ikut serta dalam aktivitas dua kekuatan besar tersebut
2) Mengusulkan untuk membentuk kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan
dan kemakmuran dalam sebuah keija sama yang didasari oleh kepentingan
bersama untuk melawan kekuatan imperialis- kolonialis
3) Mengusahakan terselenggaranya konferensi anti imperial is-kolon ia lis
4) Meyakinkan peserta untuk memperhatikan sikap pol it ik dunia dan kerja sama
Asia Afrika
5) Membawa kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan kebijakan bertetangga
baik.

(2) KONFERENSI KOLOMBO (KONFERENSI PANCANEGARA I)

Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo. ibu kota


negara Sri Lanka pada tanggal 28 April-2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima
orang perdana menteri dari negara sebagai berikut :
a) Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
b) Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotclawala
c) Pendana Menteri Burma (Myanmar): U Nu
d) Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
c) Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru

Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk


menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi
Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika
dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang
wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama
Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi Kolombo
juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.

(3) KONFERENSI BOGOR (KONFERENSI PANCANEGARA II)

Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal


22-29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-
negara peserta Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai
berikut :

a) Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24


April 1955.
b) Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang
sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
c) Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
d) Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.

C. KONFERENSI ASIA AFRIKA

Setelah menyepakati akan dibentuknya Konferensi Asia Afrika. Pemerintah


Indonesia segera mensosialisasikan konsep dari Konferensi Asia Afrika kepada 18
negara lain yang ada di Asia dan Afrika. KAA mendapat sambutan positif dari
negara-negara yang ada. terutama karena sebagian besar dari negara-negara tersebut
adalah negara yang baru saja merdeka.

Pemerintah Indonesia mengundang 25 negara di Asia dan Afrika


sebagai peserta dari Konferensi Asia-Afrika. meski Afrika Tengah pun menolak
karena belum siap mengikuti Konferensi tersebut. Konferensi Asia Afrika pun
diikuti oleh 29 negara dari Asia dan Afrika. Konferensi Asia Afrika pun
dilaksanakan pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka di Bandung.

KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah- masalah


dunia waktu itu dan berupaya menformulasikan kebijakan bersama negara-negara
baru tersebut pada tatanan hubungan internasional. Sejak saat itu. proses pendirian
GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang
memegang peran

kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Presiden Ghana
Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia
Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini
kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB. Dalam Pertemuan tersebut, 29 kepala
Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama,
termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh
kekuatan “barat’'. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika
atau sering pula disebut sebagai Konferensi Bandung.

Konferensi Asia Afrika pun akhirnya menghasilkan konsesus atau kesepakatan


yang dituangkan dalam komunike akhir yang terisi :

1. Kerja sama ekonomi:


2. Kerja sama kebudayaan:
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri:
4. Masalah rakyat jajahan:
5. Masalah-masalah lain:
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang dituangkan dalam komunike akhir ini pun disebut dengan
Dasasila Bandung yang berisi poin-poin sebagai berikut :

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas- asas yang
termuat di dalam piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan dan integrits territorial semua bangsa:
3. Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun
kecil:
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
orang lain:
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendiri atau kolektif sesuai dengan piagam PBB:
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar. Dan tidak melaukan tekanan
terhadap Negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu Negara.
8. Menyelesaikan segila perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau cara damai
lain berdasarkan pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam
PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

BAB IV

PENDIRI GERAKAN NON BLOK


Kata “non-blok” sendiri pertama kali digunakan di Srilangka tahun
1954 oleh PM India Jawaharlal Nehru. Dalam pidato yang disampaikan oleh PM India,
dia menjelaskan lima pilar prinsipil yaitu : o Saling menghormati integritas teritorial dan
kedaulatan.
o Perjanjian non-agresi
o Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain o Kesetaraan dan keuntungan
bersama o Menjaga pendamaian

GNB bermula di KAA 1955, di mana banyak Negara menjelaskan


ketidakinginan mereka untuk terlibat dalam Proxy' war. GNB didirikan oleh beberapa
tokoh seperti : Soekarno (Indonesia) , Gamal Abdul Nasser (Arab- Mesir), Pan di th
Jawaharlal Nehru (India). Joseph Broz Tito (Yugoslavia), Kwame Nkrumah (Ghana).
Ada beberapa factor kenapa mereka mencanangkan hal ini:
o Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok
Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
o Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara- negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
o Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India). Presiden Gamal Abdul Nasser
(Mesir), bertujuan mempersatukan negara- negara non blok.
o Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba
secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS Dan tujuan mereka
sebagai berikut:
o meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang
bersengketa:
o mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai; o
mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
o menentang kolonialisme, politik apartheid,dan rasialisme; o mempeijuangkan
kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar persamaan derajat;
Pembangunan Gerakan Non-blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) yang dihadiri 25 negara dari Asia, Afrika, Eropa, dan Latin Amerika
diselenggarakan di Biograd (Belgrade), Yugoslavia pada tahun 1961. Pemimpin
kharismatik dari Yugoslavia. Presiden Broz Tito, menjadi pemimpin pertama dalam
Gerakan Non-Blok. Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi
Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan di Kairo. Mesir (1964)
diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan dari negara-negara
Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian Lusaka. Zambia (1969), Alzier.
Aljazair (1973) saat terjadinya krisis minyak dunia, Srilangka (1977), Cuba (1981).
India (1985), Zimbabwe (1989). Indonesia. Kolombia, Afrika Selatan, dan terakhir di
Malaysia pada tahun 2003. Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka
pada tahun 1961 Gerakan Non Blok dibentuk oleh Josep Broz Tito, Presiden
Yugoslavia saat itu.
Melihat kenyataan di atas, keberadaan Gerakan Negara-Negara Non-Blok
secara tegas mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia-Afrika di
Bandung 1955. Penggunaan istilah bangsa-bangsa non-blok atau "tidak memihak '
adalah pernyataan bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis
antara Barat-Timur dalam suasana Perang Dingin. Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang
tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan
pembebasan nasional, menghapuskan kemiskinan, dan mengatasi keterbelakangan di
berbagai bidang. Dengan demikian, jelas terang bagi kita besarnya kontribusi
Konferensi Bandung bagi perkembangan Gerakan Non- Blok sebagai gerakan politik
dari negara-negara yang menentang perang dingin.
Setelah hampir 50 tahun sejak disepakati "Dasasila Bandung" yang
menjadi landasan semangat anti kolonialisme di Asia Afrika, lalu dilanjutkan dengan
Konferensi di Beograd yang merumuskan GNB, secara kuantitas GNB berhasil
menggalang anggota dari 25 negara pada tahun
1961 dan saat ini menjadi 116 negara ditambah 17 negara pengamat yaitu Antiqua &
Barbuda. Armenia, Azerbaijan. Belarus. Brazil. China. Costa Rica. Croatia, Dominica.
Dominican Rep., El Salvador, Kazakhstan, Kvrgyztan. Mexico. Paraguay. Uruguay
dan Ukraine.

BAB V

PERANAN INDONESIA DALAM GNB DAN KTT X GNB

A. PERANAN INDONESIA DALAM GNB

Peranan penting Konferensi Asia Afrika tahun 1955 bagi pembentukan


Gerakan Non Blok menunjukan keterlibatan Indonesia dalam gerakan itu sejak
masih dalam gagasannya. Indonesia pun terlibat
aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT I GNB di Beograd, Yugoslavia.

Dengan demikian Indonesia termasuk perintis dan pendiri GNB.


Keikutsertaan Indonesia dalam GNB sejak awal disebabkan oleh kesesuaian
prinsip gerakan dengan politik luar negeri bebas aktif. Indonesia berkeyakinan,
perdamaian hanya mungkin tercipta dengan sikap tidak mendukung pakta militer
(NATO dan Pakta Warsawa). Soekarno sangat mendukung GNB karena pada
waktu itu dia sedang menggalang kekuatan negara-negara baru atau New Emerging
Forces (Nefos) untuk membebaskan Irian Barat yang masih diduduki Belanda, di
mana Soekarno sudah tidak percaya dengan perundingan diplomasi dengan pihak
Belanda.

B. INDONESIA SEBAGAI TUAN RUMAH KTT X DAN KETUA GNB Runtuhnya


Tembok Berlin pada tahun 1989 dan juga runtuhnya kekuatan militer-politik
komunisme di Eropa Timur menyebabkan terjadinya argumen tentang apa pentingnya
Gerakan Non Blok. Ditambah lagi,dengan berakhiriya sistem dua kutub(bipolar)
politik dunia alias tidak ada blok lagi. GNB diyakinkan tidak dibutuhkan kembali.
Namun tetap saja beberapa negara mengusulkan agar GNB membantu
menyelesaikan masalah baru yang timbul setelah Perang Dingin yang adalah akibat
dari terjadinya Proxy War di beberapa negara., masalah ini diantar anya adalah
kesenjangan antara Utara-Selat an (negara maju dan negara berkembang),
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Penyelesaian masalah ini menjadi fokus
utama GNB selama dipimpin Indonesia dan selama dekade 90-an.

Berdasarkan Keputusan Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-


Blok di Acccra, Ghana, tanggal 4-7 September 1991, Indonesia telah ditetapkan
sebagai tuan rumah/penyelenggara KTT GNB X. KTT GNB X berlangsung pada
tanggal 1 - 7 September 1992 di Jakarta dan Bogor.

KTr X GNB di Jakarta berhasil merumuskan ‘Pesan Jakarta" yang disepakati


bersama. Dalam “Pesan Jakarta' tersebut terkandung visi GNB yaitu :
J Hilangnya keraguan sementara anggota khususnya mengenai relevansi GNB
setelah berakhirnya Preang Dingin dan ketetapanhati untuk meningkatkan
kerjasama yang konstruktif serta sebagai komponen integral dalam “arus
utama” (mainstream) hubungan internasional:

'S Arah GNB yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi internasional
dalam mengisi kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui cara-cara
politik yang menjadi ciri menonjol perjuangan GNB sebelumnya;
'S Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi Negara-
negara anggota melalui peningkatan kerjasama Selatan- Selatan.
Selama tiga tahun dipimpin Indonesia, banyak kalangan menyebut, GNB
berhasil memainkan peran penting dalam percaturan politik global. Lewat Jakarta
Message. Indonesia memberi warna baru pada gerakan ini. Antara lain, dengan
meletakkan titik berat kerjasama pada pembangunan ekonomi dengan
menghidupkan kembali dialog Selat an-Selat an.

Hal tersebut diatas, dirasa sangat perlu sebab Komisi Selatan dalam laporannya
yang berjudul “The Challenge to the South' (1987), menegaskan bahwa negara-
negara Selatan harus mengandalkan kemampuannya sendiri, kalau sekedar
berharap pada kerjasama Utara- Selatan ibarat pungguk merindukan bulan
Sebaliknya, dialog Selatan- Selatan akan memperkuat posisi tawar (bargaining
position) negara- negara berkembang (tidak dianggap lemah.tidak berdaya, dan
tidak mampu menjadi negara yang dapat menjalankan pemerintahan tanpa
intervensi).

Dengan dibukanya dialog Selatan-Selatan ini, diharapkan bahwa negara


berkembang dapat cepat mencapai tingkat ekonomi dan kehidupan yang layak
dengan berbagai kerjasama di bidang ekonomi sehingga kemerdekaan bangsa-
bangsa tersebut tidak menjadi sia-sia karena bila tidak bukan tidak mungkin negara
tersebut akan dijajah di bidang ekonomi (neokolonialisme)

Dengan profil positifnya selama ini. Indonesia dipercaya untuk turut


menyelesaikan berbagai konflik regional, antara lain :
1. Meredam gerakan separatis Moro di Filipina (Pemerintah Filipina dan
MNLF)
2. Sengketa di Laut Cina Selatan.
3. Meredakan Konflik Kamboja setelah serangkaian pembicaraan Jakarta
Informal Meeting (I & II) serta Pertemuan Paris yang disponsori antara lain
oleh Indonesia.

Selama mengemban kepemimpinan GNB. Indonesia telah melakukan upaya-upaya


penting dan inovatif, yaitu :
• Menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling
ketergantungan yang setara (genuine
interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, dan tanggung jawab
bersama.
• Mengupayakan penyelesaian masalah utang luar negeri negara- negara
berkembang miskin (HIPCs/Heavily Indebted Poor Countries) yang
terpadu, berkesinambungan dan komprehensif.
• Memperkuat keija sama Selatan-Selatan, KTT GNB ke-10 di Jakarta
sepakat untuk mengintensifkan kerja sama Selatan- Selatan berdasarkan
prinsip collective self-reliance. Sebagai tindak lanjutnya, sesuai mandat
KTT Cartagena, Indonesia bersama Brunei Darussalam mendirikan Pusat
Kerja Sama Teknik Selatan- Selatan GNB. Pusat keija itu dinamakan NAM
CSSTC (Non- Aligned Movement Center for South-South Technical
Cooperation). Bentuk program kegiatan difokuskan pada pengentasan
kemiskinan, kemajuan UKM, penerapan TIK pada kehidupan bernegara dan
penyelenggaraan pemerintahan, pelatihan tenaga kesehatan dan KB untuk
mengatasi pertumbuhan penduduk yang terlalu besar, dan studi banding
petugas pertanian.
• Mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara- negara
miskin baik pada kesempatan dialog dengan Ketua G-7 maupun dengan
menyelenggarakan Pertemuan Tingkat Menteri GNB mengenai Hutang dan
Pembangunan yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Agustus 1994
serta berbagai seminar mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
• Untuk hutang multilateral, dimana lembaga Bretton Woods semula enggan
untuk membahasnya, pada akhirnya telah mendapatkan peihatian Bank
Dunia dan Dana Moneter Internasional dengan diluncurkannya Prakarsa
HIPCs [Heavily Indebted Poor Countries}; Peningkatan Fasilitas
Penyesuaian Struktural /Enhanced Structural Adjustment Facility! dan
pembentukan Dana Perwalian oleh Bank Dunia serta komitmen negara-
negara Paris Club bagi penyelesaian hutang bilateral dengan menaikkan
tingkat pengurangan beban hutang dari 67% menjadi 80%. Hal ini
merupakan suatu keberhasilan upaya GNB dalam kerangka memerangi
kemiskinan.
Melalui pendekatan baru yang dikembangkan sewaktu Indonesia menjadi
Ketua, GNB telah berhasil mengubah sikap negara-negara anggota GNB tertentu yang
pada intinya menerapkan standard ganda terhadap lembaga Bretton Woods. Disatu
piliak secara bilateral negara-negara anggota GNB termasuk ingin memanfaatkan dana
yang tersedia dari Bretton Woods, tetapi secara politis menunjukkan sikap apriori
terhadap Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Seperti diketahui, bahwa
pengambilan ke putusan pada lembaga Bretton Woods pada prinsipnya didasarkan atas
besarnya jumlah kekayaan anggota, dan ini dapat berarti
selalu merugikan kepentingan negara-negara berkembang. Namun sekarang, dapat
dikatakan bahwa telah terjalin hubungan yang baik di mana lembaga Bretton Woods
telah mau mendengarkan argumentasi dan mempertimbangkan usulan-usulan GNB.
BAB VI

PENUTUP

Motivasi utama pendirian Gerakan Non Blok pada tahun 1961 adalah untuk
menghindarkan perang serta memperkokoh perdamaian. Persaingan kekutan militer yang
sangat tajam antara AS dan Uni Soviet menimbulkan kekhawatiran berbagai Negara bahwa
kemungkinan akan pecah perang terbuka antara kedua pihak.
Untuk menyikapi keadaan tersebut beberapa Negara melakukan inisiatif dan
memprakarsai sebuah gerakan yang diposisikan netral, tidak memihak serta tidak berada di
kedua belah pihak. Pendirian GNB didasari oleh semangat Dasasila Bandung yang dihasilkan
pada Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung.

Pada saat masih berlangsung perang dingin, tujuan GNB memiliki relevansi yang
sangat kuat. Keberadaannya secara politik agak surut ketika terjadi revolusi politik besar-
besaran di Uni Soviet dan Negara-negara Eropa Timur. Sekarang ini. GNB yang sudah tidak
lagi fokus dengan masalah “Perang Dingin” yang sudah berakhir ini, ternyata masih dapat
memberikan pengaruhnya kepada dunia walau dalam taraf yang kecil. Terbukti pada saat
kepemimpinan Indonesia dalam GNB dan KTT X dimana GNB berhasil memecahkan
beitoagai masalah yang ada.
Meskipun sekarang. Indonesia tidak lagi menjabat sebagai Ketua maupun Troika
GNB (kepemimpinan GNB terdiri dari Ketua satu periode sebelumnya, Ketua sekarang dan
Ketua yang akan datang), namun tidak berarti bahwa penanganan oleh Indonesia terhadap
berbagai permasalahan penting GNB akan terhenti atau mengendur. Sebagai anggota GNB.
Indonesia akan tetap berupaya menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB dimasa
yang akan datang dengan mengoptimalkan pengalaman yang telah didapat selama menjadi
Ketua dan Troika GNB.

Anda mungkin juga menyukai