Anda di halaman 1dari 7

BELAJAR NEMBANG MACAPAT MENGGUNAKAN MEDIA

SOSIAL KTT ( KARAOKE TIKTOK)

Lia Juliana Dewi


SMA NEGERI 1 PONOROGO
Email : liajulianadewi@gmail.com

Abstrak

Kebudayaan Jawa, yang memiliki warisan kaya dan beragam, semakin mengkhawatirkan
dengan semakin minimnya minat dari kalangan remaja dan dewasa. Fenomena ini terjadi
karena kebudayaan tradisional, seperti pakaian tradisional, bahasa, tembang, dan guritan,
mengalami penurunan minat dan tergeser oleh arus budaya baru. Lagu dangdut berbahasa
Jawa, sebagai salah satu contoh, muncul dengan menggunakan campuran bahasa Indonesia,
Jawa, dan dialek, memperkenalkan kata-kata baru yang mungkin tidak dipahami oleh semua
orang.

Nembang macapat, dengan keunikan paugeran dan maknanya, juga terancam dilupakan,
bahkan di Ponorogo, sebuah kota dengan kekayaan budaya yang melimpah. Upaya mengatasi
permasalahan ini dilakukan melalui penerapan model pembelajaran Karaoke Tiktok (KTT)
yang secara langsung membimbing peserta didik dalam melagukan nembang macapat. Model
ini dirancang untuk memberikan latihan yang efektif dan evaluasi langsung, menciptakan
keterlibatan yang tinggi pada peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% peserta didik kelas 10 aktif terlibat dalam
pembelajaran nembang macapat melalui model KTT. Dalam konteks Ponorogo, model
pembelajaran ini dapat menjadi solusi inovatif untuk menghidupkan kembali minat terhadap
nembang macapat dan budaya lokal. Hasil penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan
terhadap perubahan minat terhadap kebudayaan Jawa, tetapi juga menggambarkan potensi
model pembelajaran yang dapat diadopsi untuk memperkenalkan dan mempertahankan unsur-
unsur budaya lokal dalam konteks pembelajaran yang lebih menarik dan relevan bagi generasi
muda. Implikasi temuan ini dapat memberikan kontribusi pada upaya pelestarian dan
pemajuan kekayaan budaya Indonesia.

Abstract

Javanese culture, renowned for its rich and diverse heritage, is facing a concerning decline in
interest among adolescents and adults alike. This phenomenon is attributed to the diminishing
appeal of traditional elements such as traditional attire, language, tembang (traditional
Javanese songs), and guritan (narrative poetry), giving way to the influx of new cultural
trends. An exemplar is the emergence of Javanese-language dangdut songs, incorporating a
blend of Indonesian, Javanese, and local dialects, often introducing unfamiliar vocabulary to
the populace.

The unique and meaningful artistry of nembang macapat, with its intricate paugeran (rhyme
patterns) and profound meanings, is at risk of fading into obscurity. This trend is evident even
in Ponorogo, a city celebrated for its abundant cultural richness. To address this challenge, we
implemented the Karaoke Tiktok (KTT) learning model, a direct and interactive approach
guiding students in performing nembang macapat. This model is designed to provide
effective exercises and immediate evaluations, fostering high engagement among students.
Research findings reveal that 95% of 10th-grade students actively participated in nembang
macapat learning through the KTT model. In the context of Ponorogo, this innovative
learning model proves to be a potential solution for rekindling interest in nembang macapat
and local culture. This research not only sheds light on the shifting interest in Javanese culture
but also illustrates the potential of learning models that can be adopted to introduce and
preserve local cultural elements in a more captivating and relevant educational context for the
younger generation. The implications of these findings contribute to the preservation and
advancement of Indonesia's cultural richness.

Pendahuluan:

Pendidikan di era modern ini menuntut inovasi dan adaptasi terhadap perubahan zaman.
Begitu pula dalam pembelajaran Bahasa Jawa di SMA Negeri 1 Ponorogo, di mana peserta
didik kelas X hingga XII diperkenalkan dengan materi yang semakin kompleks, termasuk
dalam pembelajaran tembang macapat. Bahasa Jawa, sebagai muatan lokal wajib, memiliki
nilai historis dan kultural yang kaya, namun dinamika globalisasi menghadirkan tantangan
tersendiri, terutama dalam mempertahankan minat dan keaktifan peserta didik.

Dalam konteks ini, tembang macapat menjadi salah satu materi yang tidak hanya memerlukan
pemahaman bahasa Jawa, tetapi juga keterampilan melagukan dengan memperhatikan
paugeran yang khas. Ponorogo, sebagai kota beragam budaya, seharusnya menjadi latar yang
subur untuk memelihara dan mengembangkan kearifan lokal, termasuk dalam seni tembang
macapat.

Namun, realitasnya menunjukkan bahwa kecenderungan peserta didik lebih tertarik pada
budaya baru, seperti lagu dangdut berbahasa Jawa yang mencampurkan berbagai dialek dan
bahasa. Tembang macapat, dengan paugeran yang khas, mulai terlupakan. Perubahan budaya
ini membawa dampak pada minat dan kepercayaan diri siswa dalam melagukan tembang
macapat, terutama dalam menghadapi ketidakfamiliaran dengan titi laras.

Dalam menghadapi dinamika ini, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif
dan mendukung. Model pembelajaran langsung (Direct Learning) dan pemanfaatan media
audio visual, khususnya TikTok, dianggap sebagai solusi yang dapat meningkatkan minat,
keterlibatan, dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali
potensi model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan kemampuan melagukan tembang
macapat, khususnya pada materi pangkur laras pelog pathet 6, di kelas X SMA Negeri 1
Ponorogo.

Metode Penelitian:

Desain Penelitian:
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan siklus yang
diulang sebanyak dua kali. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Pendekatan ini dipilih untuk memberikan gambaran mendalam tentang efektivitas
model pembelajaran Direct Learning dan pemanfaatan media audio visual TikTok dalam
meningkatkan kemampuan melagukan tembang macapat.

Subjek Penelitian:
Subjek penelitian ini adalah 20 siswa kelas X.5 SMA Negeri 1 Ponorogo. Pemilihan subjek
didasarkan pada kelas yang dianggap mewakili karakteristik siswa pada tingkat tersebut.

Instrumen Penelitian:
Lembar observasi digunakan untuk mencatat tingkat keterlibatan siswa, aktivitas belajar, dan
respons terhadap pembelajaran.
Pretest dan postest menggunakan aplikasi Blooket untuk mengukur peningkatan pengetahuan
siswa.
Tes tulis dan demonstrasi digunakan untuk mengukur keterampilan melagukan tembang
macapat.
Angket digunakan untuk mengumpulkan pandangan dan persepsi siswa terhadap model
pembelajaran dan media yang digunakan.

Prosedur Pengumpulan Data:


 Siklus pertama dimulai dengan pretest untuk menilai pengetahuan awal siswa tentang
tembang macapat. Guru kemudian mengimplementasikan model pembelajaran Direct
Learning dan media TikTok selama beberapa pertemuan.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran, mencatat tingkat partisipasi siswa,
tanggapan terhadap materi, dan interaksi dengan media.
Siklus kedua dimulai dengan postest, diikuti oleh refleksi bersama untuk mengevaluasi
keberhasilan model pembelajaran dan media yang diterapkan.
Analisis Data:
Data kuantitatif dianalisis secara statistik dengan membandingkan hasil pretest dan postest
menggunakan uji paired-sample t-test. Data kualitatif dari lembar observasi dan angket
dianalisis secara deskriptif untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang pengalaman
siswa dan efektivitas pembelajaran.
Evaluasi:
Hasil evaluasi dari setiap siklus digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan model
pembelajaran. Refleksi bersama dengan guru dan siswa membantu mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat disesuaikan dalam siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penulisan Best practice ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam melagukan tembang macapat.
Sasaran pelaksanaan Best Practice ini adalah siswa kelas X.5 SMA
Negeri 1 Ponorogo sebanyak 20 siswa
B. Bahan / Materi Pembelajaran
Bahan yang digunakan dalam materi ini yaitu materi Tembang
macapat kelas X...5 dengan pokok bahasan melagukan tembang macapat
pangkur.
C. Cara Melaksanakan Kegiatan
Cara yang digunakan dalam Best practice ini yakni dengan metode
Direct Learning. Berikut langkah-langkah melaksanakan kegiatan:
1. Pemetaan Capaian Pembelajaran (CP)
Pemetaan CP dilakukan untuk menentukan CP yang akan dapat
diterapkan dalam Pembelajaran Tembang Macapat. Berdasarkan hasil telaah
CP yang ada di kelas X, penulis memilih model pembelajaran Direct
Learning
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensi sebagai berikut. Perumusan Indikator
Pencapaian kompetensi pada materi tembang macapat dalam 1 pertemuan.
Capaian Pembelajaran Alur Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu 1. Setelah menyimak power point
menggunakan bahasa daerah untuk interactive dan penjelasan dari
berkomunikasi dengan guru, teman guru(C), peserta didik(A) secara
sebaya dan orang lain dalam bernalar kritis mampu
berbagai macam situasi dan tujuan. menganalisis(C4) srambahan,
Peserta didik menggunakan bahasa laras, titi laras dan srambahan
daerah untuk merespon dan tembang macapat Pangkur(B)
berkomunikasi berlandaskan sopan dengan benar (D).
santun serta tata krama di 2. Setelah menyimak video tiktok
lingkungan sekitar. Peserta didik srambahan(C), peserta didik(A)
dapat menggunakan ragam bahasa secara bergotong royong mampu
untuk komunikasi sehari-hari. mencoba(P3) titi laras tembang
Peserta didik menyajikan dan macapat Pangkur(B) dengan
melagukan tembang macapat benar(D).
/tembhâng macapat dengan 3. Setelah melalui proses
paugeran yang baik dan benar. latihan(C), peserta didik(A)
Peserta didik mampu menyajikan secara mandiri mampu
dan mengapresiasi seni pertunjukan melagukan (nembang) (P5) lirik
tradisional. (cakepan) tembang macapat
Pangkur(B) dengan benar dan
tepat(D).
4. Pemilihan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dipilih yakni model pembelajaran Direct
Learning.
3. Pembuatan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang disiapkan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran tembang macapat adalah canva presentation, audio visual
tiktok, blooket, quizizz, tiktok, mentimeter, padlet.
4. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran Sesuai Model Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci
kegiatan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Direct Learning.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan model Pembelajaran Direct Learning.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan  Fase 1 Penyampaian tujuan dan penyiapan
peserta didik
1. Guru membuka pelajaran dengan salam,
berdoa.
2. Guru mencatat kehadiran peserta didik.
3. Guru bersama siswa melakukan apersepsi.
4. Guru memotivasi siswa berkaitan materi
yang disampaikan .
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
6. Guru meyampaikan cakupan materi dan
penilaian.
7. Guru melakukan tes diagnostik (pretest)
menggunakan aplikasi blooket.
Kegiatan Inti  Fase 2 mendemonstrasikan ketrampilan
(Latihan Terstruktur)
1. Guru menjelaskan materi dengan canva
presentation.
2. Peserta didik melaksanakan gladhen 1
(LKPD 1) menggunakan aplikasi quizizz.
3. Guru mendemonstrasikan srambahan laras
pelog pathet nem menggunakan audio
visual tiktok.
4. Peserta didik diberi contoh membaca titi
laras tembang pangkur setiap gatra melalui
melalu video tiktok.
5. Peserta didik diberi contoh membaca
cakepan sesuai titi laras tembang pangkur
setiap gatra melalui melalu video tiktok.
 Fase 3 membimbing pelatihan
1. Peserta didik mengamati srambahan
tembang macapat Pangkur pelog pathet 6
yang didemonstrasikan oleh guru.
2. Peserta didik menyimak titi laras tembang
macapat Pangkur pelog pathet 6 yang
didemonstrasikan oleh guru.
3. Peserta didik mendemonstrasikan
srambahan dan titi laras tembang macapat
Pangkur pelog pathet nem yang
dicontohkan guru.
4. Peserta didik secara berkelompok berlatih
membaca srambahan, titi laras dan cakepan
tembang pangkur laras pelog pathet 6
secara bersama.
 Fase 4 Mengecek pemahaman siswa
1. Peserta didik secara bergantian dalam
kelompok melagukan titilaras dan cakepan
tembang macapat Pangkur pelog pathet 6
yang dicontohkan guru melalui power point
interaktif.
2. Guru memantau peserta didik keaktifan
peserta didik selama melaksanakan latihan.
3. Guru memantau perkembangan dan
membimbing peserta didik jika mengalami
kesulitan dalam proses latihan.
4. Guru memberi motivasi siswa (ice
breaking) agar siswa kembali bersemangat
5. Setiap kelompok mempraktekan tembang
macapat pangkur didepan kelas, sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.
6. Peserta didik lain menganalisis kesesuaian
tembang macapat pangkur laras pelog
pathet 6 dengan kriteria titi laras yang telah
dipelajari.
7. Guru melakukan tes diagnostik postest
melalui media blooket.
 Fase 5 Pemberian untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan
pembelajaran hari ini.
2. Peserta didik bersama guru merefleksi
pembelajaran nembang macapat pangkur
laras pelog pathet 6 menggunakan aplikasi
mentimeter.
3. Peserta didik diberikan penugasan
membuat video tiktok tembang macapat
pangkur di upload pada aplikasi padlet
(RTL).
4. Peserta didik bersama guru berdoa, dan
salam.
6. Menyusun Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan hasil kerja 1-5 diatas, kemudian disusun perangkat
pembelajaran meliputi Modul ajar, bahan ajar, LKPD, Instrument penilaian.
RPP disusun dengan mengintegrasikan literasi, penguatan Pendidikan
karakter, dan kecakapan pada abad 21.
D. Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam dalam proses pembelajaran adalah LCD,
Laptop, HP, LKPD. Instrument yang digunakan dalam best practice ini ada 3
macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar
observasi, (b) instrumen untuk melihat hasil belajar aspek pengetahuan melalui
quizizz, dan (c) instrument untuk melihat hasil belajar aspek keterampilan
melalui tes tulis dan demontrasi
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Best Practice ini dilaksanakan pada 16 November 2023 bertempat di
SMA Negeri 1 Ponorogo secara tatap muka.
F. Hasil
Hasil yang dapat dilaporkan dari Best Practice ini sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran Materi tembang macapat khususnya pada materi
melagukan tembang macapat pangkur berlangsung secara aktif dan
menyenangkan. Peserta didik sangat antusias serta aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran Direct Learning memberikan ruang kepada siswa agar
bisa lebih aktif dan ekspresif. Sehingga siswa lebih mudah dalam melagukan
tembang macapat.
2. Pembelajaran materi unggah ungguh juga disertai quizizz yang didalam
memuat pertanyaan seputar materi yang dikemas seperti game sehingga
pembelajaran menjadi menarik serta peserta didik menjadi senang.
3. Media pembelajaran audio visual karaoke tiktok membuat siswa lebih
tertarik dalam melagukan tembang macapat karena dinilai lebih gampang
serta kreatif, siswa bisa mengulang berkali-kali serta ber;atih secara terus
menerus (drill) dengan aplikasi tiktok yang adaptif terhadap siswa
4. Penerapan model pembelajaran Direct Learning dan juga media audio visual
karaoke tiktok meningkatkan kemampuan siswa dalam melagukan tembang
secara signifikan.
G. Masalah Yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ini yakni masih
ada peserta didik yang masih cenderung malu dan kurang percaya diri dalam
melagukan tembang macapat
H. Cara Menghadapi Masalah
Agar peserta didik tidak kesulitan dalam pembelajaran tembang macapat
yakni guru perlu memberikan motivasi agar peserta didik bisa paham dan juga
bisa mempraktekkan dengan baik dan benar. Guru harus memberikan semangat
kepada siswa agar lebih termotivasi untuk belajar serta tumbuh rasa percaya diri
dalam melagukan tembang macapat. Aplikasi tiktok adalah jalan keluar untuk
siswa yang malu nembang langsung didepan kelas, siswa dapat take video berkali
kali di rumah.

Anda mungkin juga menyukai