Anda di halaman 1dari 59

TEACHING LEARNING

PRECEPTORSHIP MODELS
A. KONSEP PRECEPTORSHIP
Komponen Preceptorship
Keuntungan Preceptorship
Tahapan Preceptorship
Permasalahan Pembelajaran Klinik
❖Ketidakjelasan tujuan dan harapan
❖ Kurang berfokus pada perkembangan ketrampilan
penyelesaian masalah dan sikap
❖ Variasi kesiapan mahasiswa dan tingkat kemampuan
mahasiswa
❖Mahasiswa pasif
❖Ketidakadekuatan supervisi
❖Feedback tidak adekuat
❖Metode assessment tidak tepat
❖Kurangnya waktu melakukan bimbingan
❖Kurangnya kesempatan untuk refleksi dan diskusi
Sistem Pembelajaran Preceptorship
Outcomes of Clinical Education
B. METODE
PEMBELAJARAN
KLINIK
❖ Conference
❖ Peedback Konstruktif
❖ Bedside teaching
❖ Coaching
❖ Supervisi Praktek Klinik
❖ Tutorial klinik (case base learning)
❖ Presentasi kasus
1. Conference
1. Conference
• Suatu PKK yang mengutamakan dan menekankan pada tehnik

conference dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan

kualitas asuhan pasien selama 24 jam terus menerus (Asmuji, 2012).


• Conference disusun berdasarkan diskusi dalam kelompok dengan

tujuan meningkatkan pembelajaran pemecahan masalah dalam suatu

kelompok, melalui analisis, pemilihan alternatif pemecahan

masalah, dan pendekatan kreaktif (Nursalam dan Efendi, 2008).


a. Pre Conference
❑ Pre conference (pertemuan pra praktek klinik

❑ Pertemuan pre conference membicarakan antara lain ;


□ Tujuan pembelajaran untuk hari yang bersangkutan
□ Setiap perubahan jadwal yang mungkin perlu
□ Peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk hari yang
bersangkutan
□ Tugas-tugas khusus yang harus diselesaikan pd hari-hari yang
bersangkutan.
□ Topik untuk pertemuan pasca pelatihan klinik
□ Pertanyaan-pertanyaan yg berkaitan dg kegiatan pd hari-hari yg
bersangkutan atau dari hari s ebelumnya.
Pre Conference....
• Bertujuan untuk mengetahui kesiapan knowledge
mahasiswa sebelum memberikan asuhan keperawatan pada
pasien kelolaan.
• Hal ini bisa dinilai dari laporan pendahuluan yang dibuat
mahasiswa.
• Adapun strategi pelaksanaan pre conference meliputi
• pembukaan dan salam pembukaan,
• membuat kontrak waktu,
• membuat kesepakatan materi conference dan peserta
b. Post conference
❑ Post conference (pertemuan pasca praktek klinik)
❑ Adapun pertemuan post conference membicarakan ;
□ Kaji ulang tujuan pembelajaran utk hari yg bersangkutan & evaluasi
kemajuan menjelang penyelesaian
□ Presentasikam kasus-kasus yang disaksikan pada hari yg bersangkutan,
khususnya kasus- kasus yang menarik, luar biasa atau sulit
□ Jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai situasi & klien/ informasi di
dlm buku acuan
□ Buatkan rencana untuk sesi selanjutnya, sambil membuat perubahan dlm
jadual bila perlu
□ Laksanakan praktek tambahan dengan menggunakan model jika
diperlukan
□ Kaji ulang & diskusikan studi kasus, role-play, atau tugas-tugas yg sudah
dipersiapkan sebelumnya.
2. Feedback konstruktif
2. Feedback konstruktif
• Umpan balik merupakan elemen penting dalam suatu
pembelajaran.

• Memberikan umpan balik adalah tugas dari seorangmanajer


atau preceptor, untuk memberi tahu mahasiswa di mana
mereka dan harus memperbaiki tindakan

• Umpan balik adalah alat yang berguna untuk


menunjukkan suatu proses berlangsung
apakahberjalan ke arah yang benar atau menjadi
masalah dalam proses pembelajaran.

• Tujuan dalam memberikan umpan balik adalah untuk


memberikan bimbingan, memberikan informasi dalam
cara yang bermanfaat, baik untuk mendukung
perilakuyang efektif, atau untuk membimbing seseorang
kembali ke jalur menuju kinerja yang sukses.
Tahapan Umpan balik, meliputi :

▶ Mahasiswa harus terlebih dahulu mengidentifikasi


kelebihan pribadi dan bidang-bidang dimana ia merasa perlu
peningkatan

▶ Selanjutnya pembimbing memberikan umpan balik spesifik


yg bersifat menjelaskan, mencakup saran-saran yang bukan
hanya mengenai apa, tetapi bagaimana cara untuk
meningkatkan

▶ Akhirnya mahasiswa dan pembimbing harus sepkat


tentang apa yang akan menjadi fokus sesi praktikum
termasuk bagaimana cara berinteraksi bersama klien
Umpan balik korektif selama prosedur harus memperhatikan :

❖Penglihatan atau isyarat bisa sama efektifnya dengan kata-kata dan lebih
tidak mencemaskan bagi klien
❖Saran-saran sederhana untuk mempermudah prosedur bisa diberikan dg
cara yg tenang dan langsung untuk membantu seseorang mahasiswa
menghindari kesalahan, pembimbing bisa dengan tenang mengajukan
pertanyaan sederhana langsung mengenai prosedur tersebut
❖Bersiaplah untuk mengintervensi dan mengambil alih prosedur tersebut
dengan segera (tanpa pemberitahuan jauh sebelumnya)
❖Pendekatan yang terbaik terhadap pemberian umpan balik korektif ialah
mengurangi perlunya umpan balik korektif itu dengan jalan melakukan
sesi praktek yang efektif.
Kriteria feedback
Positif Negatif
a. Korektif, Deskriptif, a. Personal
b. Konstruktif b. Mulai
c. Pemikiran positif menggunakan feedback

d. Simpatik bagus negatif

e. Berbagi dan Meminta c. Destruktif


f. Aktual d. Pemikiran negatif
g. Spesifik, Informasi dapat digunakan e. Evaluasi
f. Terlalu kritis
g. Memaksakan
h. Memberi nasehat
3. Bedside Teaching
3. Bedside Teaching
✔ Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien, yang terdiri dari mengkaji
kondisi pasien dan pemenuhan asuhan keperawatan (Nursalam dan
Ferry, 2008).

✔ Tujuan bedside teaching untuk mengetahui secara mendalam dan


komprehensif terhadap kasus pasien yang sedang dipelajari. Selain
itu manfaat bedside teaching yaitu pembimbing klinik dapat
mengajarkan dan mendidik peserta didik untukmenguasai
keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional,
mempelajari perkembangan, melakukan komunikasi melalui
pengamatan langsung (Nursalam dan Efendi, 2008).
Bedside teaching....
• Prinsip pelaksanaan bedside teaching sebagai berikut;
• sikap fisik maupun psikis dari pembimbing rumah sakit atau
peserta didik,
• jumah mahasiswa dibatasi, yakni 5 sampai 6 orang,
• diskusi pada awal dan pasca demonstrasi yang dilakukan didepan
pasien sebaiknya dilakukan demonstrasi ulang kepada peserta
didik,
• evaluasi pemahaman peserta didik, kegiatan yang
didemonstrasikan merupakan tindakan yang baru diterima oleh
peserta didik.
Langkah-Langkah Bedside
teaching
a. Pre-round
Hal yang perlu diperhatikan antara lain;
1)intervensi: preceptor terlebih dahulu menyiapkan pengetahuan dan
keterampilannya mengenai konsep pembelajaran yang akan diberikan
serta menentukan guide line, kemudian menyiapkan mahasiswa sebelum
bertemu dengan pasien, baik kognitif, afektif dan psikomotorik
mahasiswa serta menetapkan tujuan pembelajaran;

2)briefing orientasi: mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan


pasien yang sesuai dengan kriteria, mahasiswa diberitahu hal-hal yang
tidak boleh di diskusikan selama berhadapan langsung dengan pasien,
menghindari penggunaan alat komunikasi selama proses bedside
teaching, melakukan koordinasi sesama tim sebelum melakukan bedside
teaching, menjelaskan tujuan tujuan kegiatan, mengalokasikan peran
selama bedside teaching berlangsung.
b. Round
Tahap yang perlu diperhatikan;
1) perkenalan terhadap mahasiswa didampingi oleh preceptor dalam
kegiatan interaksi dengan pasien;
2) interaksi: mahasiswa didampingi preceptor melaksanakan kegiatan
didepan pasien, fokus pada pengalaman klinis;
3) Observasi: preceptor memberikan penilaian keterampilan yang telah
dilakukan mahasiswa;
4)perintah: preceptor memberikan perintah pada mahasiwa
5)menyimpulan: preceptor menjembatani mahasiswa dalam
menyimpulan berdasarkan kegiatan dengan pasien.
c. Post round
Dalam kegiatan ini yang dapat dilakukan preceptor, yaitu:

❖debriefing: proses dimulai dengan meminta masukan dari pasien dan

mahasiswa, beberapa pertanyaan dari pasien dan mahasiswa, preceptor dapat


membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan dengan

mahasiswa sendirian jika memerlukan feedback khusus;

❖reflection dan feedback: peserta didik diberikan kesempatan menilai dirinya,

kelompok dan kemudian diberikan feedback terhadap preceptor.


Strategi bedside teaching
Tahap Kegiatan Waktu
Pre- round 5 menit
- Preparation
- Planning
- Orientation/Briefing
Round 15 menit
- Introduction
- Interaction
- Observation
- Instruction
- Summarization
Post- round 5 menit
- Debrienfing
- Feedback
- Case Analysis
Sebaiknya Jangan seperti ini
4. Coaching
Petakan posisi: Fasilitator, Mentor, Coach, Trainer,
Counsellor, Consultant Bedasarkan Proses dan Substansi

PROCESS

L CONTENT H
Petakan posisi: Fasilitator, Mentor, Coach, Trainer,
Counsellor, Consultant Bedasarkan Proses dan Substansi

H FACILITATOR SUPER COACH?


◆ ◆
COACHING MENTORING

TRAINING

PROCESS
Strategy
Consultancy

L CONTENT H
Coach dalam kamus
• Kereta yang ditarik oleh kuda
• Bis yang dilengkapi dengan kenyamanan terutama
untuk jarak jauh
Coach adalah suatu kendaraan yang berfungsi membawa penumpangnya dari
• satu
Gerbong kereta
lokasi ke lokasi lain yang menjadi tujuannya. Definisi ini memperlihatkan
pada kita bagaimana kata coach akhirnya diberikan pada seseorang yang
berperan untuk membantu memperbaiki kehidupan atau kinerja orang lain.
Dapat kita analogikan, tugas dari coach adalah sebagai ‘kendaraan’ juga,
kendaraan dalam kehidupan seseorang. Coach mengantar coachee (orang yang
di-coach) dari tahap kehidupan yang sekarang ke tahap kehidupan yang
diinginkan, melampaui rintangan yang menghambat kemajuannya hingga
tercapai cita-citanya.
• Coaching merupakan layanan yang diberikan
seorang Coach kepada Coachee dalam
rangka memfasilitasi Coachee untuk mampu
berpindah dari kondisi saat ini kepada
kondisi yang diharapkan.
• Di dalam Coaching, terjadi proses membuka
wawasan, perencanaan, dan eksekusi
melalui tindakan nyata yang
dilakukan Coachee sehingga tujuan yang
diinginkan terwujud.
COACHING….

➢Fokus pada sumber daya dan kompetensi coachee


➢Memberikan tanggung jawab content (isi/substansi)
pada coachee
➢Berorientasi pada proses
➢Berorientasi pada solusi
➢Dapat bagian dari pengembangan diri secara
sistemik
➢‘Educated Dialoque’ tentang kebahagiaan,
kesusahan, keberhasilan, kegagalan kerja
profesional
Coaching bukanlah….
➢Saran pakar/ahli
➢Perbaikan secara cepat
➢Manajemen bayangan
➢Pengganti manajemen yang baik
Coaching yang Baik….
➢Meningkatkan pilihan-pilihan untuk menentukan
tindakan
➢Membuka wawasan coachee dalam menganalisis
persoalan
➢Membantu, menolong, mendorong, memastikan
kemampuan dan keyakinan diri coachee
➢Coachee tidak kembali dengan ‘isu’ yang sama
TAHAPAN COACHING PROSES
(PEDIE)

Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5

Developing ideas & solutions


Presenting the Evaluating strategies
Problem/Synchronisation

Elaborating the problem Implementing strategies


P1. MENGUNGKAP PERMASALAHAN/SINKRONISASI

GOAL: Kesiapan untuk bekerja

• Saling mengenal satu dengan lainnya


• Konektifitas
• Ketertarikan dan saling menghargai
• Klarifikasi mandat, peran, & tujuan/objective
• Perduli terhadap client
• Siapa clientnya?
P2. ELABORASI PERMASALAHAN

GOAL: Orientasi/Energy

• Visualisasi, konstelasi, narasi

• Apa yang sudah anda lakukan?


• Siapa yang mungkin dapat mendukung anda?
P3. MEMBANGUN IDE & SOLUSI
GOAL: Orientasi pada hasil; brainstorming

• Kecenderungan terhadap solusi


• Asumsi-asumsi, tawaran-tawaran, ide-ide.
“perbandingan/perbedaan”
• Bertindak “seandainya/jika”
• Pertanyaan yang ajaib “miracle question”
• Pertanyaan2 yang menggali/menguji, adaptif, langkah2
kecil
• Bekerja dengan apa yang dapat dikerjakan
P4. IMPLEMENTASI STRATEGI

GOAL: “Resep” yang menjadi solusi bagi client

• Menguatkan, memotivasi, memberdayakan


• Pekerjaan rumah
• Ritual, simbol-simbol
• Perijinan
• Mengunjungi kembali “re-visits”
• Apresiasi
P5. EVALUASI STRATEGIS

GOAL: mendudukkan relevansi coaching, pemenuhan


tujuan, dampak & keberlanjutan

• Dengan dan tanpa perbandingan


• Sebelum dan sesudah dibandingkan
• Uji penampilan
Teknik Penyampaian
Feedback dan Bertanya
dalam Coaching
Feedback
• Sebuah pesan yang disampaikan pihak penerima
kepada pihak penyampai yang berfokus pada pesan
atau perilaku yang diterima sebelumnya.
• Secara langsung dan eksplisit memberikan masukan
untuk mengendalikan dan merencanakan proses
pembelajaran secara terus menerus (Masukan
tidak langsung seperti diam dan gerakan bahasa
tubuh dapat membingungkan dan disalah-artikan
dengan mudah)
Aturan Penyampaian Feedback
• Selalu menggunakan kata ‘saya’ dalam mengungkapkan persepsi, perasaan,
kesan dalam menyampaikan masukan
• Gunakan deskripsi (parafrase) dalam menyampaikan masukan daripada
‘penghakiman’
• Singkat dan padat
• Berikan masukan secara langsung dalam kondisi yang nyata
• Lakukan dengan cara positif dan konstruktif
• Nyatakan pendapat anda sesungguhnya
• Nyatakan bahwa anda bisa saja salah
Teknik Bertanya dalam Coaching
• Beberapa Tipe Pertanyaan:
• Pertanyaan Explanatory (bertujuan untuk memperoleh
penjelasan lebih lanjut tentang perilaku, tindakan, dan
kejadian serta proses
• Pertanyaan Operasional (bertujuan untuk
mengkuantifisir dan membedakan perilaku)
• Pertanyaan Metaporik (bertujuan untuk menstimulasi
komunikasi analogis)
• Pertanyaan Sirkular ( bertujuan untuk hubungan dua
arah antar pelaku/stakeholders)
Contoh Pertanyaan Explanatory
• ‘What’… sesungguhnya masalah yang anda hadapi?
• Menurut anda, apa yang jadi penyebab semua
permasalahan tersebut?
• Bisa jelaskan bagaimana permasalahan tersebut
dapat terjadi di instansi anda?
• Bagaimana pendapat pimpinan, kolega, teman
anda terhadap permasalahan tersebut?
Contoh Pertanyaan Operasional
• Pada skala 1 sampe 10, seberat apa permasalahan
itu buat anda?
• Apa yang sudah anda lakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut? Sejauhmana tindakan
tersebut membuahkan hasil? Baik, Cukup, Kurang?
• Bandingkan dengan yang ingin anda capai/atasi,
dimana kira kira saat ini anda berada?
Pertanyaan Metaporik
• Cerita anda mengingatkan saya tentang kisah …….,
dapatkah kisah tersebut dijadikan perbandingan
dengan masalah anda?
• Andai hari ini anda bertemu dengan alien yang
tidak bisa berbicara namun bisa mengerti gambar,
bagaimana anda dapat menggambarkan masalah
anda?
• Misalkan tahun depan kita bertemu lagi di sebuah
kafe di jakarta sambil minum kopi dan saat itu
masalah anda sudah teratasi, kira kira apa saja yang
menjadi penentu keberhasilan tersebut?
Pertanyaan Sirkular
• Menurut anda, Apa pendapat temanmu anda
tentang masalah yang saat ini anda hadapi?
• Kalau sekiranya dosen anda ditanya dengan
permasalah ini, kira kira bagaimana jawaban
beliau?
• Menurut anda, Apa pendapat dosen anda terhadap
masalah yang anda hadapi ini?
• Menurut anda, bagaimana persepsi stakeholder
anda terhadap akibat dari tindakan yang akan anda
ambil dalam mengatasi permasalahan ini?
Simpulan
• Coaching merupakan metode penting untuk
pembimbing Klinik guna menemukan
kompetensi terbaik yang bisa dimilikinya
coacheenya
• Coaching menyederhanakan masalah besar
dan mengoptimalkan potensi penguasaan
kompetensi kandidat kesehatan.
5. Supervisi
Pembelajaran Klinik
5. Supervisi
Pembelajaran Klinik
Supervisi (pengawasan) dapat dilakukan oleh
pembimbing insitusi.

Supervisi meliputi :
❖kompetensi dan keterampilan yang telah dicapai,
❖ proses bimbingan yang efektif,
❖kedisiplinan mahasiswa.
6. Tutorial klinik (Case Based Learning)
6. Tutorial klinik (Case Based Learning)
□ Tutorial klinik adalah sebuah rancangan model intruksional
yang merupakan sebuah varian dari pembelajaran
berorientasi project,
□ Case based learning lebih terbuka dalam definisi dari
project based learning.
□ Proses tutorial yang dilakukan meliputi: sebelum tutorial
mahasiswa sebaiknya mempersiapkan diri dengan
mempelajari skenario lanjutan, mahasiswa disarankan
memiliki buku-buku ilmu kedokteran dasar,
mempersiapkan sarana pendukung (spidol, white bord,
penghapus), selama tutorial mahasiswa dilarang membuka
buku referensi, gadget, laptop dan yang boleh dibawa
adalah rangkuman materi yang sudah dipelajari
mahasiswa.
Langkah-langkah pembelajaran case
menggunakan langkah-langkah seven jump:
1) Problem, mahasiswa menyampaikan temuan yang di dapat dari pengkajian pada
pasien.
2) Hipotesis, mahasiswa menyampaikan kemungkinan diagnosa kebidanan ada dari
data yang didapat dari tahap pertama.
3) Mekanisme, mahasiswa menguraikan penjelasan berawal dari data-data pada tahap
pertama sampai muncul dugaan diagnosa pada tahap kedua dengan pathway.
4) More info, mahasiswa menjabarkan data tambahan yang perlu ditambahkan untuk
menegakkan dugaan diagnosa pada tahap kedua.
5) Don’t know, mahasiswa mengemukakan pertanyaan untuk memahami kasus ini secara
mendalam.
6) Learning issue, tahap pengerucutan dari tahap “don’t know”, mahasiswa dibimbing oleh
preceptor menentukan topik atau area keilmuan mana yang harus dipelajari atau di
ulasan kembali.
7) Problem solving, setelah telaah teori dan literature, mahasiswa bisa menegakkan
diagnosa kebidanan dan menyusun rencana intervensi spesifik dengan
memperhatikan mekanisme kasus dengan pendekatan MANAJEMEN VARNEY
7. Presentasi kasus
❖ Presentasi kasus merupakan hasil laporan mahasiswa yang
sudah melakukan asuhan keperawatan,
❖ tujuan dari presentasi kasus mahasiswa dapat memaparkan hasil
kasus kelolaan dalam bentuk asuhan keperawatan.
❖ Dengan studi kasus mahasiswa dapat mengaplikasikan teori ke
aplikasi praktik, mengidentifikasi masalah actual/potensial, serta
pemecahan masalahnya.
❖ Adapun proses presentasi ini meliputi mahasiswa
mempresentasikan kasus kelolaan minimal selama 3 hari
perawatan, preceptor melakukan penilaian baik kepada presenter
maupun peserta, diskusi berfokus pada presentasi kasus, dalam
setiap mahasiswa mempresentasikan 1 kasus kelolaan
MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai