Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAPAT KEWAJARAN

FAIRNESS OPINION REPORT

PT INDOFARMA Tbk

LOKASI KANTOR PUSAT:


Jl. Indofarma No. 1 Gandasari, Cikarang Barat
Bekasi 17530, Indonesia
Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Uraian Mengenai Penugasan

Berdasarkan persetujuan atas surat penawaran No. 02069/2.0131-00/IDF/KJPPSPR/APP-


BS/VIII/2021 tanggal 06 Agustus 2021 dan Surat Perintah Kerja (SPK) No. 1857/DIR/VII/2021
tanggal 12 Agustus 2021, Kantor Jasa Penilai Publik Sugianto Prasodjo dan Rekan (selanjutnya
disebut “KJPP SPR” atau “Kami”) mendapat penugasan dari PT Indofarma Tbk (selanjutnya
disebut “Perseroan”) untuk memberikan pendapat kewajaran sehubungan dengan Rencana
Transaksi Shareholder Loan dari PT Bio Farma (Persero) kepada perseroan dalam rangka
penyampaian keterbukaan informasi (selanjutnya disebut “Rencana Transaksi”).

1.2 Identitas Pemberi Tugas

Pemberi tugas dalam hal ini adalah sebagai berikut:

Nama Perusahaan : PT Indofarma Tbk


Bidang Usaha : Industri farmasi dan alat kesehatan nasional
Alamat : Jl. Indofarma No. 1 Gandasari, Cikarang Barat Bekasi 17530,
Indonesia
Nomor Telepon : +62 21 8832 3971/75
Nomor Fax : +62 21 8832 3972/73
Email : headoffice@indofarma.id
Website : www.indofarma.id

1.3 Tanggal Penilaian (Cut Off Date)

Analisis Kewajaran dilaksanakan per tanggal 31 Desember 2020, parameter dan laporan
keuangan yang digunakan dalam analisis menggunakan data per 31 Desember 2020.

1.4 Maksud dan Tujuan Pemberian Pendapat Kewajaran

Maksud dan tujuan penyusunan laporan pendapat kewajaran adalah untuk memenuhi
ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) dahulu Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) terkait dengan peraturan perusahaan publik
(terbuka).

1.5 Objek Analisis Pendapat Kewajaran

Objek analisis pendapat kewajaran dalam hal ini adalah memberikan pendapat kewajaran
atas Rencana Transaksi Shareholder Loan dari PT Bio Farma (Persero) kepada perseroan
dalam rangka penyampaian keterbukaan informasi.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 9


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

1.6 Pertimbangan Bisnis yang Digunakan oleh Manajemen Terkait dengan Rencana Transaksi

Pertimbangan bisnis yang digunakan oleh Manajemen Perseroan terkait dengan rencana
transaksi yaitu guna mempercepat pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta
pengembangan obat herbal di Perseroan.

1.7 Ruang Lingkup Pendapat Kewajaran

Sehubungan dengan Peraturan POJK No. 42/POJK.04/2020 tentang tentang transaksi


afiliasi dan benturan kepentingan transaksi tertentu, Peraturan POJK No. 17/POJK.04/2020
tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, dan Peraturan POJK
No. 35/POJK.04/2020, tertanggal 2 Juli 2020, tentang Penilaian dan Penyajian Laporan
Penilaian Bisnis di Pasar Modal, maka dalam penugasan laporan Pendapat Kewajaran atas
Rencana Transaksi Perseroan ini, kami telah melakukan analisis melalui pendekatan dan
prosedur penilaian atas Rencana Transaksi yang mencakup hal hal sebagai berikut:

a. Melakukan analisis atas kewajaran dari Rencana Transaksi Perseroan


b. Melakukan analisis kualitatif dari Rencana Transaksi Perseroan
c. Melakukan analisis dampak keuangan dari Rencana Transaksi Perseroan yang
dilaksanakan melalui analisis kuantitatif
d. Memberikan opini terhadap kewajaran Rencana Transaksi Perseroan

1.8 Keterkaitan Rencana Transaksi Dengan Peraturan Perundang-undangan

 Undang-Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal


 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 42/POJK.04/2020 tentang tentang transaksi
afiliasi dan benturan kepentingan transaksi tertentu
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material
dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 35/POJK.04/2020 tentang Penilaian dan
Penyajian Laporan Penilaian Bisnis di Pasar Modal
 Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena
Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas
Informasi Atau Fakta Material Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik

1.9 Sumber Data dan Informasi

a. Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2020 dengan angka perbandingan 31 Desember 2019 yang telah diaudit oleh
KAP Hendrawinata Hanny Erwin & Sumargo dengan pendapat bahwa laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

b. Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2019 dengan angka perbandingan 31 Desember 2018 yang telah diaudit oleh
KAP Husni, Mucharam & Rasidi dengan pendapat bahwa laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

c. Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2018 dengan angka perbandingan 31 Desember 2017 yang telah diaudit oleh

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 10


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

KAP Hendrawinata Hanny Erwin & Sumargo dengan pendapat bahwa laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

d. Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2017 dengan angka perbandingan 31 Desember 2016 yang telah diaudit oleh
KAP Hendrawinata Hanny Erwin & Sumargo dengan pendapat bahwa laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

e. Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2016 dengan angka perbandingan 31 Desember 2015 yang telah diaudit oleh
KAP Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil dengan pendapat bahwa laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

f. Hasil wawancara dengan manajemen Perseroan dan pihak lain yang kami anggap layak
dan relevan guna mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk keperluan
proses penilaian.

g. Data dan informasi pendukung lainnya dari pihak eksternal Perseroan baik dari media
cetak maupun media elektronik mengenai kondisi pasar dan industri.

1.10 Metodologi Analisis Kewajaran Transaksi (tambahin)

Dalam menyusun Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana transaksi ini, kami telah
melakukan analisis melalui pendekatan dan prosedur penilaian Rencana transaksi yang
mencakup hal – hal sebagai berikut:
a. Analisis atas Rencana Transaksi Perseroan.
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif atas Rencana Transaksi Perseroan.
c. Analisis Atas Kewajaran Rencana Transaksi Perseroan.

1.11 Pernyataan Independensi Penilai

Dalam mempersiapkan laporan pendapat kewajaran ini, KJPP SPR bertindak secara
independen tanpa adanya benturan kepentingan, dan tidak terafiliasi dengan Perseroan
maupun pihak pihak lainnya yang terafiliasi dengan Perseroan maupun. KJPP SPR juga tidak
memiliki kepentingan ataupun keuntungan pribadi terkait dengan penugasan ini. Laporan
pendapat kewajaran ini tidak dilakukan untuk memberikan keuntungan atau merugikan
pihak manapun. Imbalan yang Kami terima sama sekali tidak dipengaruhi oleh kewajaran
nilai yang dihasilkan dari proses analisis kewajaran ini.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 11


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

BAB II
TINJAUAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

2.1 Latar Belakang Transaksi

Dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi nasional, pemerintah telah memberikan
PMN (Penyertaan Modal Negara) kepada PT Bio Farma (Persero). Dukungan tersebut tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020 tentang Penambahan
Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio
Farma.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020, PT Bio Farma
(Persero) berencana memberikan pinjaman dalam bentuk shareholder loan kepada
Perseroan guna mempercepat pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta
pengembangan obat herbal di Perseroan.

2.2 Maksud dan Tujuan Transaksi

Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan pendapat kewajaran (fairness opinion) atas
Rencana Transaksi Shareholder Loan dari PT Bio Farma (Persero) kepada Perseroan, sebesar
Rp199.860.000.000 yang ditujukan dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan OJK No.
42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan, Peraturan OJK
No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.

Dalam melakukan penugasan pemberian pendapat kewajaran atas Transaksi di atas, kami
berpedoman pada Peraturan OJK No. 35/POJK.04/2020 tentang Penilaian dan Penyajian Laporan
Penilaian Bisnis di Pasar Modal, Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilaian
Indonesia Tahun 2018 (SPI 2018 edisi VII), serta peraturan perundangan yang berlaku.

Berdasarkan penjelasan dari manajemen INAF Tbk, Transaksi di atas memenuhi ketentuan
peraturan tentang transaksi afiliasi dan transaksi material karena nilai Transaksi di atas 20% dari
ekuitas INAF Tbk per 31 Desember 2020 dan tidak mengandung benturan kepentingan, sehingga
tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan OJK No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi
Material dan Perubahan Kegiatan Usaha dan Peraturan OJK No. 42/POJK.04/2020 tentang
Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.

Maksud dan tujuan dari dilakukan transaksi ini adalah untuk mempercepat pengembangan dan
kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di Perseroan.

2.3 Objek Penugasan

Objek penugasan adalah penyusunan pendapat kewajaran (fairness opinion) atas Rencana
Transaksi penyaluran PMN (Penyertaan Modal Negara) dari PT Bio Farma (Persero) kepada
Perseroan dalam bentuk Shareholder Loan sebesar Rp199.860.000.000 dalam rangka
penyampaian keterbukaan informasi.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 12


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

2.4 Identifikasi Pihak-Pihak yang Bertransaksi

2.4.1 PT Indofarma Tbk (“Perseroan”)

a. Riwayat Singkat

PT Indonesia Farma Tbk, disingkat dengan PT Indofarma Tbk beroperasi sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari
1996 dan diubah dengan akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris
Sutjipto, SH. Akta pendirian ini telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C22122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13 Februari 1996
dan diumumkan dalam Berita Negara No. 43 tanggal 28 Mei 1996, Tambahan No. 4886.

Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir


dengan Akta No. 26 tanggal 31 Mei 2021 oleh Notaris M. Nova Faisal, SH, M.Kn. Akta
perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. AHU-AH.01.03-0341169 tanggal 31 Mei 2021.

Pada awalnya Perseroan merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun
1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai
ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen
Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi
Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi
Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum
Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma
diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.34 tahun 1995.
Perseroan mulai beraktivitas dan berproduksi secara komersial tahun 1983.

Pada tanggal 17 April 2001, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya—yang saat ini telah menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI)—dengan kode saham “INAF” yang kemudian mengubah status
Perseroan menjadi PT Indofarma Tbk.

Data perizinan dan legalitas yang dimiliki oleh Perseroan adalah sebagai berikut:
 Akta Pendirian No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta No. 134
tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris Sutjipto, SH.
 Surat Pengesahan Akta Pendirian yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia No. C2-2122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13 Februari 1996 dan
diumumkan dalam Berita Negara No. 43 tanggal 28 Mei 1996, Tambahan No. 4886.
 Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Indonesia Farma Tbk No. 23 tanggal 27 Mei
2021 oleh Notaris M. Nova Faisal, SH, M.Kn.
 Akta Pernyataan Keputusan Rapat dan Perubahan Anggaran Dasar
PT Indofarma Tbk No. 26 tanggal 31 Mei 2021 oleh Notaris M. Nova Faisal, SH,
M.Kn.
 Surat Pengesahan Akta Perubahan yang ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.03-0341169 tanggal 31 Mei
2021.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 13


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) PT Indonesia Farma Tbk yang diterbitkan pada
tanggal 12 Juli 2018 dengan perubahan ke-3 tanggal 26 Februari 2020.
 Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) Nomor: 09.04.1.46.00064 yang
dikeluarkan oleh Unit Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi
Jakarta Timur yang berlaku sampai dengan tanggal 12 Agustus 2021.
 Surat Keterangan Terdaftar Nomor: S-102KT/WPJ.19/KP.0303/2020 dan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Nomor: S-84PKP/WPJ.19/KP.0303/2020 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia tanggal 30 Juni 2020.
 Nomor Induk Berusaha (NIB) PT Indonesia Farma Tbk dengan Nomor:
9120007212971 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal
27 Februari 2019 dengan perubahan ke-2 tanggal 26 Februari 2020.
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT Indofarma Tbk dengan Nomor: 01.060.006.2-
051.000.

b. Domisili Perseroan

Perseroan berdomisili di Jalan Tambak Nomor 2, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta


Timur 13150 dan lokasi utama kegiatan usaha berlokasi di Jalan Indofarma No. 1
Gandasari, Cikarang Barat, Bekasi 17530.

c. Struktur Permodalan dan Kepemilikan Saham

Per 31 Desember 2020, komposisi pemegang saham Perseroan mengalami perubahan


sehubungan dengan adanya pengalihan saham seri B milik Negara Republik Indonesia
di Perseroan kepada PT Bio Farma (Persero) sebagai penambahan penyertaan Modal
Negara ke dalam modal saham PT Bio Farma (Persero), sebagaimana yang dituangkan
dalam Akta Penyertaan Perjanjian Pengalihan Saham No. 37 tanggal 31 Januari 2020
dari Notaris Aulia Taufani, SH. Berikut adalah tabel kepemilikan saham Indofarma per
tanggal 31 Desember 2020:

Tabel 1. Struktur Kepemilikan Saham Perseroan

Sumber: Manajemen

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 14


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

d. Susunan Pengurus Perseroan

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
No. 23 tanggal 27 Mei 2021 adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Laksono Trisnantoro
Komisaris Independen : Didi Agus Mintadi
Komisaris Independen : Teddy Wibisana

Direksi:
Direktur Utama : Arief Pramuhanto
Direktur Produksi dan Supply Chain : Jejen Nugraha
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan SDM : Sahat Sihombing

e. Kegiatan Usaha

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian
Perseroan adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang
farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut, Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Industri Bahan Farmasi


2. Industri Produk Farmasi untuk Manusia;
3. Industri Produk Obat Tradisional;
4. Industri Alat-alat Laboratorium, Farmasi dan Kesehatan dari Kaca;
5. Industri Furnitur untuk Operasi, Perawatan Kedokteran dan Kedokteran Gigi;
6. Industri Peralatan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, Perlengkapan Orthopaedic dan
Prosthetic;
7. Industri Peralatan Kedokteran dan Kedokteran Gigi serta Perlengkapan Lainnya;
8. Industri Peralatan Irradiasi, Elektromedis dan Elektrotherapi;
9. Industri Mesin untuk Pembungkus, Pembotolan, dan Pengalengan;
10. Industri Pengolahan Herbal;
11. Industri Pengolahan Teh;
12. Perdagangan Besar Alat Laboratorium, Farmasi, dan Kedokteran;
13. Serta kegiatan usaha utama dan penunjang/pendukung lainnya.

f. Pasar Geografis

Secara geografis, produk Perseroan dipasarkan baik domestik maupun internasional.


Perseroan memproduksi dan mendistribusikan produk farmasi, termasuk produk etis
dan OTC (Over The Counter) serta produk-produk kesehatan. Produk etis meliputi obat-
obatan generik dan obat bermerek, sedangkan produk-produk OTC diklasifikasikan
menjadi: obat-obatan OTC, obat-obatan herbal dan makanan kesehatan.

Produk Perseroan tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik di outlet reguler seperti

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 15


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

apotek dan rumah sakit maupun di segmen tender di pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) yang disalurkan melalui Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten dan
Kotamadya maupun Kementerian Kesehatan RI. Dalam rangka menjangkau outlet dan
pelanggan yang tersebar luas dilakukan upaya pengembangan distribusi produk melalui
pengembangan jaringan distribusi melalui perusahaan pedagang besar farmasi (PBF)
lokal sesuai daerah masing-masing sehingga produk dapat didistribusikan lebih luas.
Peranan distributor lokal sebagai subdistribusi dapat memperluas jaringan pemasaran
produk untuk menjangkau outlet dan pelanggan yang tidak dapat dilayani oleh
distributor utama sekaligus memperkuat rantai pemasaran produk di setiap wilayah
tertentu.

g. Segmen Pasar Perseroan Serta Hasil yang Telah Dicapai

Perseroan memiliki informasi tentang segmen usaha sebagai komponen Perseroan


yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk, baik barang atau jasa dimana
komponen tersebut memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan komponen
lainnya. Berdasarkan PSAK 5 (Penyesuaian 2015), Perseroan memiliki 3 (tiga) segmen
usaha, yaitu segmen usaha berdasarkan produk yang dihasilkan, segmen usaha
berdasarkan wilayah distribusi secara geografis dan segmen usaha Entitas Anak.

Segmen usaha berdasarkan produk yang dihasilkan terdiri dari segmen usaha obat dan
segmen alat kesehatan lainnya. Segmen alat kesehatan dan produk lainnya terdiri dari
diagnostic and medical equipment, serta extract and natural medicine. Sedangkan
segmen usaha berdasarkan wilayah distribusi secara geografis mencakup 5 (lima)
wilayah yang terdiri dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Bali, Nusa
Tenggara Barat, serta Indonesia Timur.

Penjualan Segmen Produk Obat di tahun 2020 tercatat sebesar Rp865,86 miliar, naik
Rp140,09 miliar atau 19,30 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp725,77 miliar.
Realisasi nilai penjualan Obat di tahun 2020 memberikan kontribusi terhadap nilai
Penjualan Bersih Perseroan sebesar 50,47 persen.

Penjualan Segmen Alat Kesehatan dan Produk Lainnya di tahun 2020 tercatat sebesar
Rp849,73 miliar, naik Rp216,32 miliar atau 34,15 persen dibandingkan tahun 2019
sebesar Rp633,41 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan permintaan produk
selama pandemi Covid-19. Realisasi nilai penjualan Alat Kesehatan dan Produk Lainnya
di tahun 2020 memberikan kontribusi terhadap nilai Penjualan Bersih Perseroan
sebesar 49,53 persen.

Jumlah Laba Kotor di tahun 2020 tercatat sebesar Rp400,60 miliar, naik Rp150,24 miliar
atau 60,01 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp250,36 miliar. Peningkatan
tersebut terutama berasal dari wilayah Jawa yang mencatatkan kenaikan Laba Kotor
sebesar Rp125,15 miliar atau 60,01 persen di tahun 2020 bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Tiga wilayah dengan kontribusi Laba Kotor terbesar di tahun 2020
terdiri dari Jawa sebesar 83,30 persen, Sumatra sebesar 7,43 persen, dan Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Indonesia Timur sebesar 3,15 persen.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 16


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Sampai dengan tahun 2020, Perseroan memiliki 2 (dua) Entitas Anak, yaitu
PT Indofarma Global Medika (IGM) dan PT Farmalab Indoutama (FLIU). Pada tahun
2020, PT IGM mencatatkan Pendapatan Usaha sebesar Rp1.377,00 miliar, naik Rp58,58
miliar atau 4,44 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp1.318,42 miliar.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh penjualan produk-produk terkait Covid-19. Pada
tahun 2020, PT FLIU mencatatkan Pendapatan Usaha sebesar Rp40,41 miliar, naik
Rp34,64 miliar atau 600,34 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp5,77 miliar.
Peningkatan tersebut berasal dari kontribusi PT FLIU dalam penanganan Covid-19.
Kenaikan Pendapatan Usaha tersebut mampu menopang pertumbuhan Laba Bersih
Tahun Berjalan sebesar Rp2,87 miliar atau 300,32 persen dari tahun 2019 sebesar
Rp955 juta menjadi Rp3,82 miliar di tahun 2020.

Ke depannya, Perseroan berharap dapat meningkatkan pendapatannya mengingat


permintaan produk dan jasa masih cukup tinggi.

2.4.2 PT Bio Farma (Persero)

a. Riwayat Singkat

PT Bio Farma (Persero) ("Perseroan"), pada awalnya bernama "Parc Vaccinogene" yang
didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda No. 14 tanggal 6 Agusutus
1890. Mulai tahun 1955, berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 14 tahun 1955
Perseroan berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pasteur. Pada tahun 1961, Perseroan
berubah menjadi PN Bio Farma berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 1961
Tentang Pendirian Perusahaan Negara Bio Farma. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1978 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara, status Perusahaan berubah
menjadi Perusahaan Umum (Perum).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1997 tentang Pengalihan Bentuk


Perusahaan Umum Bio Farma (Perum), status Perseroan berubah menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). Akta Pendirian dan Anggaran Dasar atas perubahan bentuk
Perusahaan tersebut telah dimuat dalam Akta No. 1 tanggal 3 Februari 1997, Akta No. 188
tanggal 20 Juni 1997, dan Akta No. 30 tanggal 21 Oktober 1997 yang dibuat oleh Notaris
Muhani Salim, S.H., dan telah mendapat persetujuan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2-1423 HT.01.01.Th.98 tanggal 5 Maret 1998 yang
telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 16 Juli 2002 No. 57
Tambahan No. 6884.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir
berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan Nomor 34 tanggal 14 Desember 2016 yang dibuat
oleh Notaris Fathiah Helmi, S.H., dan telah mendapat persetujuan berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0024481.AH.01.02
Tahun 2016 tanggal 21 Desember 2016, tentang persetujuan Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas PT Bio Farma (Persero), serta sebagaimana telah diterima dan dicatat
dalam Sistem Administrasi Badan Hukum berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-AH.01.03-0109923 tanggal 21 Desember
2016 Perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar PT Bio Farma
(Persero).

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 17


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

b. Domisili PT Bio Farma (Persero)

Kantor Pusat PT Bio Farma (Persero) beralamat di Jl. Pasteur No. 28, Bandung 40161,
Jawa Barat Indonesia.

c. Struktur Permodalan dan Kepemilikan Saham

Per 31 Desember 2020, PT Bio Farma (Persero) merupakan BUMN Non-listed Non-
Keuangan sehingga baik masyarakat, Direksi, maupun Dewan Komisaris Bio Farma tidak
mempunyai kepemilikan saham atas Bio Farma. Kepemilikan saham seluruhnya dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia 100%.

d. Susunan Pengurus PT Bio Farma (Persero)

Susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PT Bio Farma (Persero) berdasarkan
Annual Report PT Bio Farma (Persero) tahun 2019 sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Farid Wadjdi Husain
Komisaris Independen : Saud Usman Nasution
Komisaris : Made Arya Wijaya
Komisaris : Yuni Suryanto
Komisaris : Elen Setiadi
Komisaris : Oscar Primadi

Direksi
Direktur Utama : Honesti Basyir
Direktur : Mas Rahman Roestan
Direktur : Sri Harsi Teteki
Direktur : I.G.N. Suharta Wijaya

e. Kegiatan Usaha

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, bahwa maksud dan tujuan Perseroan adalah
melakukan usaha di bidang penelitian, pengembangan, produksi dan pemasaran produk
biologi, produk farmasi, dan alat kesehatan. Selain itu, maksud tujuan lainnya adalah
melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk
mendapatkan/mengejar keuntungan dan selanjutnya meningkatkan nilai Perseroan, dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan terbatas.

Kegiatan usaha utama PT Bio Farma (Persero) meliputi beberapa hal di bawah ini, yaitu:
a. Penelitian dan pengembangan produk Life Science
b. Produksi produk Life Science
c. Pemasaran, perdagangan dan distribusi produk Life Science dan alat kesehatan,
termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri
d. Pelayanan laboratorium kesehatan dan klinik
e. Bidang jasa lainnya yang terkait dengan poin a, b, c dan d

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 18


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Selain kegiatan usaha utama sebagaimana disebut di atas, Perseroan dapat melakukan
kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
Perseroan untuk pendidikan dan pelatihan, pertanian, peternakan, pengembangbiakan
hewan laboratorium, properti, perkantoran, pergudangan, dan pariwisata.

f. Pasar Geografis

Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT Bio Farma (Persero) melayani kebutuhan pasar
sektor domestik dan global. Pada pasar dalam negeri, perseroan melayani kebutuhan
Pemerintah untuk program imunisasi dasar/reguler di Indonesia serta melayani pasar
swasta nasional, yaitu melayani distributor dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan
vaksin di luar program imunisasi rutin Pemerintah. Sedangkan pada pasar internasional,
terutama untuk melayani kebutuhan UN Agency/Badan-badan Internasional dan negara
lain melalui kerjasama bilateral.

Kiprah Bio Farma telah diakui di tingkat global. Sejak tahun 1997, Bio Farma merupakan
salah satu dari sekitar 30 produsen vaksin di 22 negara di dunia yang telah mendapatkan
Pra-kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga dipercaya untuk memenuhi
kebutuhan vaksin di lebih dari 140 negara. Bekerja sama dengan jaringan internasional
berskala global, lembaga penelitian, organisasi profesional tingkat regional dan juga
perusahaan multinasional, Bio Farma ikut aktif mengupayakan kesehatan masyarakat dunia,
baik secara langsung dengan menyediakan vaksin, transfer teknologi, perusahaan dan
pemerintahan yang menghasilkan kebijakan kesehatan yang lebih bermanfaat bagi
masyarakat.

2.5 Perjanjian yang Disepakati dalam Transaksi

Berikut adalah perjanjian yang telah disepakati serta surat terkait dengan rencana transaksi:

1. Draft Perjanjian Pemberian Pinjaman Pemegang Saham antara PT Bio Farma (Persero) sebagai
pemberi pinjaman dan PT Indofarma Tbk (INAF) sebagai peminjam dengan jumlah pinjaman
sejumlah Rp199.860.000.000 (seratus sembilan puluh sembilan milIar delapan ratus enam puluh
juta rupiah).
2. Surat Permohonan Persetujuan Penerimaan Pinjaman Pemegang Saham/Shareholder Loan
Nomor: 1713/DIR/IXI/2021 tanggal 03 Agustus 2021.
3. Surat Tanggapan atas Permintaan Arahan dan Persetujuan Perolehan Pinjaman Pemegang
Saham/Shareholder Loan Nomor: S-26/DK-INAF/VII/2021 tanggal 28 Juli 2021.
4. Surat Permohonan Arahan dan Persetujuan Perolehan Pinjaman Pemegang
Saham/Shareholder Loan Nomor: 1420/DIR/VII/2021 tanggal 01 Juli 2021.
5. Surat perihal Penyaluran PMN melalui Shareholder Loan Nomor: SD-012.15/DIR/VII/2021
tanggal 15 Juli 2021 dari PT Bio Farma (Persero) yang ditujukan kepada INAF.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 19


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

BAB III
ANALISIS TENTANG KEWAJARAN TRANSAKSI

3.1 Pendekatan dan Metode Analisis yang Digunakan

Dalam menilai kewajaran Transaksi, kami menggunakan metodologi analisis sebagai berikut:
a. Analisis atas rencana transaksi
b. Analisis kualitatif dan kuantitatif atas rencana transaksi
c. Analisis kewajaran rencana transaksi

3.2 Analisis atas Rencana Transaksi

3.2.1 Pihak - pihak yang melakukan transaksi dan hubungan keterkaitan antar pihak

a. Pihak - pihak yang melakukan transaksi


Sebagaimana disampaikan pada bab sebelumnya, bahwa pihak-pihak yang
melakukan transaksi dalam skema transaksi ini adalah Perseroan dan PT Bio Farma
(Persero).

b. Hubungan keterkaitan antara pihak - pihak yang melakukan transaksi

Hubungan dari Segi Kepemilikan Saham

Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan Saham Perseroan

Berdasarkan diagram komposisi pemegang saham Perseroan di atas, dapat diketahui


bahwa PT Bio Farma (Persero) merupakan salah satu pemegang saham Perseroan

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 20


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan afiliasi antara Perseroan


dengan PT Bio Farma (Persero) dari segi kepemilikan saham.

c. Hubungan dari segi kepengurusan


Rencana transaksi melibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung pihak –
pihak terafiliasi karena PT Bio Farma (Persero) merupakan pemegang saham utama
dari Perseroan.

Dalam segi kepengurusan, Perseroan tidak memiliki hubungan dengan anggota


Direksi maupun anggota Dewan Komisaris PT Bio Farma (Persero).

Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi


Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan, Pasal 1 butir 4 yang dimaksud Benturan
Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan terbuka
dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota direksi, anggota dewan komisaris,
pemegang saham utama, atau Pengendali yang dapat merugikan perusahaan terbuka
dimaksud.

Rencana transaksi yang akan dilakukan antara Perseroan dengan PT Sena


Dwimakmur merupakan transaksi terafiliasi namun tidak mengandung benturan
kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.

Memperhatikan definisi Benturan kepentingan di atas (yang merugikan Perusahaan)


dan alasan yang telah dikemukakan serta harga transaksi yang akan dilaksanakan,
maka Rencana Transaksi pembelian aset tetap berupa tanah kosong bukan
merupakan transaksi benturan kepentingan, karena memberikan solusi kelangsungan
usaha bagi Perseroan dan diselenggarakan sesuai aturan perundang-undangan yang
berlaku dan menguntungkan Perseroan.

3.2.2 Skema transaksi

Perseroan akan melakukan rencana transaksi penyaluran PMN dari PT Bio Farma (Persero)
kepada Perseroan dalam bentuk Shareholder Loan sebesar Rp199.860.000.000.

3.2.3 Analisis manfaat transaksi

Secara umum rencana transaksi akan mempercepat pengembangan dan kemandirian


alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di Perseroan.

3.2.4 Analisis risiko rencana transaksi bagi Perseroan

Risiko yang mungkin muncul sehubungan dengan rencana transaksi yaitu apabila
Perseroan gagal menyelesaikan Kewajiban Utang kepada PT Bio Farma (Persero) karena
alasan apapun yang tidak perlu dibuktikan, sesuai dengan perjanjian pemberian pinjaman
pemegang saham pasal 11, bahwa seluruh atau sebagian dari Pinjaman berikut dengan
seluruh bunga yang harus dibayar dan bunga keterlambatan atasnya serta seluruh jumlah
lainnya yang wajib dibayarkan oleh Perseroan berdasarkan Perjanjian, menjadi dimana
kemudian akan menjadi, segera jatuh tempo dan harus dibayar tanpa permintaan,

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 21


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

pemberitahuan atau formalitas hukum lainnya dalam bentuk apapun.

3.3 Analisis Kualitatif atas Rencana Transaksi

Analisis kualitatif atas skema transaksi dilakukan dengan melihat kondisi perekonomian dan
tinjauan terhadap kinerja industri bidang usaha yang dijalankan Perseroan serta melihat potensi
atau prospek usaha Perusahaan ke depannya.

3.3.1 Tinjauan Ekonomi Makro Indonesia

a. Pertumbuhan Ekonomi
Pada akhir 2020, pertumbuhan ekonomi domestik terus membaik secara bertahap. Meski
sedikit lebih rendah dari perkiraan semula, perkembangan sejumlah indikator pada
Desember 2020 mengindikasikan perbaikan yang terus berlangsung, seperti aktivitas
ekspor dan impor yang meningkat, PMI manufaktur yang membaik, serta ekspektasi
penjualan dan konsumen yang masih tetap baik. Selain itu, lima langkah kebijakan juga
akan menopang prospek tersebut, yakni (i) pembukaan sektor-sektor produktif dan aman
secara nasional maupun di masing-masing daerah, (ii) akselerasi stimulus fiskal, (iii)
penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, (iv) berlanjutnya
stimulus moneter dan makroprudensial, serta (v) percepatan digitalisasi ekonomi dan
keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM. Dengan kondisi tersebut,
pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan meningkat pada 2021.

Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

%yoy

Sumber: BPS

Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya perekonomian global serta didukung


oleh respons kebijakan pendukung pemulihan ekonomi. Dari sisi mobilitas,
perkembangan terakhir menunjukkan mobilitas masyarakat meningkat pada Desember
2020. Perbaikan mobilitas tercatat pada aktivitas groceries and pharmacy, retail and
recreation, workplaces, serta transit stations. Kenaikan mobilitas masyarakat juga
tercatat di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Sumatera Utara, dan
Kalimantan Timur. Di tengah perkembangan tersebut, jumlah kasus positif covid-19 di
Indonesia masih meningkat dengan recovery rate dan fatality rate yang melandai sejalan
dengan upaya penanganan covid-19 yang terus berlanjut. Selain itu, penyebaran covid-19

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 22


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

di beberapa provinsi juga tercatat masih tinggi. Sebagai respons atas perkembangan
tersebut, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan 5 (lima) Kabupaten/ Kota di Jawa
Barat masih menerapkan protokol covid-19. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam menempuh langkah-
langkah kebijakan lanjutan agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif
mendorong pemulihan ekonomi.

b. Inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2020 tercatat sebesar 0,45%
(mtm) atau sebesar sebesar 1,68% (yoy) dan berada di bawah kisaran sasaran
3,0%±1%. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti yang tercatat rendah
sebesar 1,60% (yoy), sejalan dengan pengaruh permintaan domestik yang belum kuat,
konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran
target, dan dampak nilai tukar terhadap inflasi yang menurun. Inflasi
kelompok administered prices juga tercatat rendah sebesar 0,25% (yoy), sejalan dengan
mobilitas masyarakat yang masih terbatas dan upaya Pemerintah menurunkan harga
energi guna mendorong daya beli masyarakat. Sementara itu, inflasi kelompok volatile
food terkendali sebesar 3,62% (yoy), didukung oleh permintaan yang belum kuat dan
pasokan yang memadai, meskipun terdapat tekanan musiman pada akhir tahun. Inflasi
pada tahun 2021 diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0%±1%.

Inflasi Indonesia
(year on year)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 23


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui
Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID), guna mengendalikan inflasi IHK sesuai kisaran
targetnya.

c. Nilai Tukar Rupiah


Pada bulan Desember 2020, mata uang Dolar AS (USD) bergerak melemah terhadap
mayoritas mata uang dunia, adapun Rupiah mengalami apresiasi terhadap USD sebesar
0,28%. Mata uang Rupiah ditutup di level Rp14.050,00 per USD pada 30 Desember 2020
dari sebelumnya Rp14.090,00 per USD pada 30 November 2020. Secara rerata mata uang
Rupiah mengalami apresiasi dari sebelumnya di Rp14.184,05 pada bulan November
menjadi Rp14.096,58,05 pada bulan Desember. Penguatan Rupiah didorong peningkatan
aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik seiring dengan turunnya
ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek
perbaikan perekonomian domestik.

Nilai Tukar Desember 2020

Sumber: investing.com, disesuaikan dengan USD sebagai reference currency

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
(AS) mengalami apresiasi atau penguatan. Namun, mata uang Rupiah masih jauh dari
fundamentalnya (undervalued). Penguatan Rupiah disebabkan meningkatnya aliran
modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, seiring dengan menurunnya
ketidakpastian pasar keuangan global seiring dengan penurunan ketidakpastian pasar
keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian
domestik. Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, didukung oleh defisit transaksi
berjalan yang rendah, inflasi yang terjaga, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi,
dan premi risiko Indonesia yang menurun. Serta likuiditas global yang besar. Bank
Indonesia juga akan melanjutkan percepatan pendalaman pasar keuangan melalui
penguatan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sebagai acuan nilai tukar Rupiah
terhadap dolar AS guna meningkatkan kredibilitas pasar valas domestik dan mendukung
stabilitas nilai tukar di Indonesia (www.bi.go.id).

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 24


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Rerata USD/IDR

Sumber: investing.com

d. Suku Bunga
Sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif yang ditempuh Bank
Indonesia, kondisi likuiditas tetap longgar, sehingga mendorong suku bunga terus
menurun dan mendukung pembiayaan perekonomian. Hingga 15 Desember 2020, Bank
Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp694,87
triliun, terutama bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp155
triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp524,07 triliun. Longgarnya kondisi likuiditas
mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yakni 31,52%
pada November 2020 dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB overnight, sekitar 3,20%
pada November 2020. Longgarnya likuiditas serta penurunan BI7DRR berkontribusi
menurunkan suku bunga deposito dan kredit modal kerja dari 4,93% dan 9,38% pada
Oktober 2020 menjadi 4,74% dan 9,32% pada November 2020.

Penurunan suku bunga kredit diperkirakan akan berlanjut dengan longgarnya likuiditas
dan rendahnya suku bunga kebijakan Bank Indonesia. Imbal hasil SBN 10 tahun turun dari
6,16% pada akhir November 2020 menjadi 6,07% pada 16 Desember 2020. Dari besaran
moneter, pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada November 2020 tetap tinggi,
yaitu sebesar 15,8% (yoy) dan 12,2% (yoy). Ke depan, ekspansi moneter Bank Indonesia
dan percepatan realisasi anggaran serta program restrukturisasi kredit perbankan
diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi pemulihan
ekonomi nasional.

Pada 20-21 Januari 2021, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan
untuk mempertahankan suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada
level 3,75%, suku bunga Deposit Facility 3,00%, dan suku bunga Lending Facility 4,50%.
Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait
lainnya dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme
pemulihan ekonomi nasional, melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan
aman, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan
penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi
digitalisasi ekonomi dan keuangan.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 25


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Term Structure Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, update: 31 Desember 2020

3.3.2 Kinerja dan Prospek Usaha Perseroan

Prospek usaha perseroan diyakini masih baik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
global dan nasional yang diproyeksikan mulai pulih meski masih terbatas. Dari sisi global,
pemulihan mulai terlihat pada triwulan IV 2020, dan diprakirakan berlanjut dan akan
semakin baik pada 2021. Prakiraan tersebut sejalan dengan implementasi vaksinasi Covid-19
di banyak negara untuk membangun herd immunity serta berlanjutnya stimulus kebijakan
fiskal dan moneter. Pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi di negara maju ditopang
terutama oleh Amerika Serikat (AS), sedangkan di negara berkembang didorong oleh
perbaikan ekonomi Tiongkok dan India. Kinerja positif sejumlah indikator pada Januari 2021
mengonfirmasi berlanjutnya pemulihan ekonomi global tersebut.

Selain itu, penjualan ritel di Tiongkok dan keyakinan konsumen di India juga terus meningkat.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi global pada 2021 diprakirakan
mencapai 5,1%, sedikit meningkat dibandingkan prakiraan awal sebesar 5,0%. Sejalan
dengan perbaikan ekonomi global tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia
terus meningkat. Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan global diprakirakan
menurun seiring dengan ekspektasi perbaikan perekonomian dunia. Kondisi likuiditas global
juga tetap besar dan suku bunga tetap rendah, sejalan dengan stimulus kebijakan moneter
yang masih berlanjut. Perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya aliran modal ke
negara berkembang dan menopang penguatan mata uang berbagai negara, termasuk
Indonesia.

Dari sisi kesehatan, langkah yang akan ditempuh Pemerintah adalah penyediaan vaksin guna
mengendalikan penyebaran Covid-19. Menyadur data Kementerian Kesehatan, sampai
dengan 15 Februari 2021, jumlah dosis vaksin yang telah disuntikkan mencapai 1,46 juta
tenaga kesehatan.

Dalam rangka membantu pemerintah untuk menangani Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Indonesia, PT Indofarma Tbk telah melakukan kerja sama dengan penyedia
vaksin Covid-19 yakni Serum Institute of India Pvt Ltd, India sebagai produsen vaksin dan

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 26


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Serum Life Science Ltd, Inggris sebagai Business Holder, dengan nilai transaksi yang
diestimasikan lebih dari satu triliun rupiah.

Selain sebagai bagian dari upaya Perseroan untuk membantu Pemerintah dalam
penanggulangan Pandemi Covid-19 di Indonesia, penyediaan vaksin ini juga merupakan salah
satu kegiatan usaha Perseroan yang diatur dalam Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan.
Penyediaan vaksin Covid-19 tersebut mampu berdampak positif terhadap pertumbuhan nilai
penjualan bersih di tahun 2020. Secara berkelanjutan, kegiatan usaha yang berkaitan dengan
produk vaksin ini dapat dijadikan sebagai salah satu penunjang pencapaian target Perseroan.

Pasar alat kesehatan juga diproyeksikan akan terus bertumbuh, dengan perkiraan CAGR
2020-2025 sebesar 10,7 persen dan nilai pasar alat kesehatan sebesar Rp27,5 triliun hingga
tahun 2025 mendatang, Hal tersebut diperkuat dengan kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan prioritas belanja pemerintah di sektor kesehatan nasional dan meningkatnya
partisipasi swasta dalam menyediakan layanan kesehatan.

Berkaca pada proyeksi tersebut, Perseroan berupaya untuk menangkap peluang bisnis demi
mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan pada tahun depan. Hal tersebut tercermin
dari strategi penguatan kinerja yang berfokus pada High-Performance Enterprises, Sales
Portofolio Strategy, Product Portofolio Strategy, Supply Chain Management, Cash Flow
Management, Human Capital Development, Business Process Alignment, dan Discipline of
Execution. Dengan strategi tersebut, Direksi berkeyakinan Perseroan mampu mewujudkan
pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan di masa depan.

3.4 Analisis Kuantitatif atas Rencana Transaksi

Analisis kuantitatif atas rencana transaksi merupakan analisis penilaian yang dilakukan terhadap
kinerja keuangan Perseroan secara historis yang meliputi analisis terhadap kinerja keuangan dan
analisis rasio keuangan Perseroan, serta analisis terhadap proforma laporan keuangan Perseroan.

3.4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perseroan

Tabel 2. Ikhtisar Laporan Posisi Keuangan Perseroan


(dalam miliar rupiah)

KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 2020

Aset
Aset Lancar 853,51 930,98 867,49 829,10 1.134,73
Aset Tidak Lancar 528,13 598,89 574,86 554,83 578,60
Total Aset 1.381,63 1.529,87 1.442,35 1.383,94 1.713,33

Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek 704,93 893,29 827,24 440,83 836,75
Liabilitas Jangka Panjang 100,95 110,18 118,47 438,17 446,26
Total Liabilitas 805,88 1.003,46 945,70 879,00 1.283,01

Ekuitas 575,76 526,41 496,65 504,94 430,33

Total Liabilitas & Ekuitas 1.381,63 1.529,87 1.442,35 1.383,94 1.713,33


Sumber: Manajemen

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 27


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

a. Total Aset
Total aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar Rp1.713,33 miliar, naik
sebesar 23,80% secara year on year (YoY) jika dibandingkan dengan
31 Desember 2019 yang mencapai Rp1.383,94 miliar. Kenaikan aset terutama
dikontribusi oleh meningkatnya aset lancar Perseroan.

b. Aset Lancar
Berdasarkan Laporan Keuangan Perseroan yang masuk ke dalam klasifikasi aset
lancar adalah jika dapat diselesaikan dalam waktu kurang atau sama dengan dua
belas bulan. Total aset lancar perseroan tahun 2020 mencapai Rp1.134,73 miliar atau
naik sebesar 36,86% dari tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp829,10 miliar.

c. Aset Tidak Lancar


Perseroan membukukan aset tidak lancar sebesar Rp578,60 miliar pada tahun 2020
atau meningkat sebesar 4,28% dibandingkan tahun 2019 yang tercatat sebesar
Rp554,83.

d. Total Liabilitas
Liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Hingga
tahun 2020, jumlah liabilitas mencapai Rp 1.283,01 miliar, meningkat sebesar 45,96%
dibandingkan tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp879,00 miliar. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh meningkatnya liabilitas jangka pendek yaitu sebesar
89,81%.

e. Liabilitas Jangka Pendek


Liabilitas jangka pendek terdiri dari utang usaha, pinjaman bank jangka pendek,
bagian utang bank jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun, bagian surat
berharga yang diterbitkan jatuh tempo dalam satu tahun, biaya yang masih harus
dibayar, kewajiban pengembalian dana, liabilitas sewa guna usaha, utang pajak,
kewajiban kontrak, imbalan kerja jangka pendek, serta pinjaman sewa pembiayaan
jangka panjangn yang jatuh tempo dalam satu tahun. Sepanjang tahun 2020, liabilitas
jangka pendek meningkat sebesar 89,81% dari Rp440,83 miliar menjadi Rp836,75
miliar.

f. Liabilitas Jangka Panjang


Pos liabilitas jangka panjang terdiri dari pinjaman bank jangka panjang, surat
berharga yang diterbitan jangka Panjang, liabilitas sewa guna usaha, kewajiban
imbalan pasca kerja, serta kewajiban pajak tangguhan.

Liabilitas jangka panjang pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,84%
dari Rp438,17 miliar menjadi Rp446,26 miliar. Peningkatan tertinggi terjadi pada
kewajiban imbalan pasca kerja yang meningkat sebesar 14,50% dari Rp73,44 miliar
menjadi Rp84,09 miliar.

g. Ekuitas
Total ekuitas Perseroan pada tahun 2020 mencapai Rp430,33 miliar, turun sebesar
14,78% dari tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp504,94 miliar.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 28


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Tabel 3. Ikhtisar Laporan Laba/ (Rugi) Perseroan


(dalam miliar rupiah)

KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 2020

Penjualan bersih 1.674,70 1.631,32 1.592,98 1.359,18 1.715,59


Beban pokok penjualan 1.337,79 1.348,50 1.308,76 1.108,82 1.314,99
Laba Kotor 336,91 282,81 284,22 250,36 400,60
Beban penjualan 183,95 172,83 155,53 117,48 140,93
Beban umum dan administrasi 107,45 98,96 121,88 110,70 126,32
Keuntungan (Kerugian) lain-lain - neto (11,97) (15,30) 19,10 27,87 (75,18)
Laba (Rugi) Usaha 33,55 (4,28) 25,91 50,06 58,17
Beban Keuangan (52,43) (52,53) (51,24) (40,59) (40,41)
Bagian (laba) rugi dari entitas asosiasi 0,07 (0,00) 0,03 0,28 0,32
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (18,81) (56,82) (25,30) 9,75 18,08
Pajak Penghasilan 1,44 10,53 (7,44) (1,78) (18,05)
Laba (Rugi) Tahun Berjalan (17,37) (46,28) (32,74) 7,96 0,03
Sumber: Manajemen

a. Penjualan Bersih
Penjualan bersih Perseroan selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2019
mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2020 mengalami peningkatan.
Peningkatan yang terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar 26,22%, sedangkan
penurunan terbesar terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 14,68%, dengan rata-rata
pertumbuhan dari tahun 2016 hingga tahun 2020 adalah sebesar 1,65%. Berdasarkan
Laporan Keuangan per 31 Desember 2020 tercatat penjualan bersih perseroan
sebesar Rp1.715,59 miliar dimana pendapatan tersebut meningkat sebesar 26,22%
dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki pendapatan sebesar Rp1.359,18
miliar.

b. Beban Pokok Penjualan


Rata-Rata beban pokok penjualan Perseroan terhadap pendapatan di tahun yang
sama selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 adalah sebesar 0,29%.
Berdasarkan Laporan Keuangan per 31 Desember 2020 tercatat beban pokok
penjualan perseroan sebesar Rp1.314,99 miliar dimana beban pokok penjualan
tersebut meningkat sebesar 18,59% dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki
beban pokok penjualan sebesar Rp1.108,82 miliar.

c. Laba Kotor
Dikarenakan penjualan bersih di tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 26,22%
dan beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan sebesar 18,59% hal ini
berdampak pada laba kotor yang mengalami peningkatan sebesar 60,01% yoy, dari
Rp250,36 miliar menjadi sebesar Rp400,60 miliar di tahun 2020.

d. Laba Usaha
Diperoleh dari selisih laba kotor terhadap beban usaha. Pada tahun 2020, Perseroan
mencatatkan laba usaha sebesar Rp58,17 miliar, meningkat sebesar 16,21%
dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp50,06 miliar.

e. Laba (Rugi) Tahun Berjalan


Perseroan mencatatkan penurunan laba bersih pada tahun 2020 sebesar 99,62% dari
Rp7,96 miliar menjadi Rp0,03 miliar. Penurunan laba bersih ini terutama dikarenakan
beban pajak penghasilan yang mengalami peningkatan signifikan dari Rp1,78 miliar

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 29


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

menjadi Rp18,05 miliar.

Tabel 4. Ikhtisar Laporan Laba/ (Rugi) Perseroan


(dalam miliar rupiah)

KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 2020

Arus Kas dari Aktivitas Operasi (317,96) 147,18 (70,39) 37,18 46,55
Arus Kas dari Aktivitas Investasi (58,93) (93,50) (46,40) 60,09 (9,04)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 120,16 72,97 63,81 (75,03) (30,68)
Kenaikan (Penurunan) Kas Bersih (256,74) 126,65 (52,99) 22,25 6,82
Dampak Perubahan Kurs terhadap kas (0,50) (0,30) (0,28) (0,19) (0,03)
Kas dan Setara Kas Awal Tahun 313,47 56,23 182,59 129,32 151,39
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 56,23 182,59 129,32 151,39 158,18

Perseroan mencatatkan arus kas dari aktivitas operasi pada tahun 2019 dan 2020
masing-masing sebesar Rp37,18 miliar dan Rp46,55 miliar. Sejak tahun 2016 sampai
dengan 2020, penggunaan arus kas dari aktivitas operasi terbesar terjadi pada tahun
2016 yang tercatat sebesar negatif Rp317,96 miliar. Dari tahun 2016 sampai dengan
2020, penggunaan arus kas dari aktivitas investasi terbesar pada tahun 2017 yang
tercatat sebesar negatif Rp93,50 miliar. Sejak tahun 2016 sampai dengan 2020,
Perseroan mendapatkan kas terbesar dari aktivitas pendanaan terbesar pada tahun
2016 yaitu sebesar Rp120,16 miliar. Dari tahun 2016 sampai dengan 2020, kas dan
setara kas akhir tahun mengalami peningkatan rata-rata CAGR sebesar 29,51% per
tahun.

3.4.2 Analisis Rasio Keuangan Perseroan

Ratio Analysis atau analisis rasio merupakan salah satu bentuk teknis analisis laporan
keuangan yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dari posisi
keuangan dan laba rugi secara individu atau kombinasi antara keduanya. Berikut adalah
tabel berbagai macam rasio keuangan yang kami gunakan dalam analisis rasio keuangan
Perseroan:
Tabel 5. Rasio Keuangan Perseroan

KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata

LIKUIDITAS
Current Ratio 1,21 1,04 1,05 1,88 1,36 1,31
Quick Ratio 0,80 0,76 0,79 1,54 1,18 1,01
Cash Ratio 0,08 0,20 0,16 0,34 0,19 0,19
AKTIVITAS
Collection Period 46,23 39,87 38,57 58,38 117,47 60,11
A/P Collection Period 76,64 102,82 58,74 74,58 164,98 95,55
Inventory Turnover 78,69 67,99 59,28 48,09 39,63 58,73
SOLVABILITAS
Total Debt to Equity Ratio 139,97% 190,62% 190,42% 174,08% 298,15% 198,65%
Total Debt to Total Assets Ratio 58,33% 65,59% 65,57% 63,51% 74,88% 65,58%
PROFITABILITAS
Return on Asset -1,26% -3,03% -2,27% 0,58% 0,002% -1,20%
Return on Equity -3,02% -8,79% -6,59% 1,58% 0,01% -3,36%
Gross Profit Margin 20,12% 17,34% 17,84% 18,42% 23,35% 19,41%
Operating Profit Margin 2,00% -0,26% 1,63% 3,68% 3,39% 2,09%
Net Profit Margin -1,04% -2,84% -2,06% 0,59% 0,002% -1,07%

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 30


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu rasio keuangan yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan perseroan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Beberapa rasio keuangan yang masuk dalam kategori ini antara lain adalah:

- Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh jumlah aset lancar
perseroan dapat menjamin utang jangka pendek dari kreditor. Secara umum
semakin tinggi rasio lancar maka semakin aman perseroan. Rasio lancar
Perseroan untuk tahun 2016 hingga tahun 2020 cenderung mengalami kenaikan
dimana tahun 2020 tercatat sebesar 1,36 kali.
- Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan rasio lancar,
namun sebagian orang merasa bahwa hasil perhitungan rasio lancar yang
menghitung seluruh aset lancar kurang tajam, oleh karena itu beberapa pos
seperti persediaan yang dianggap kurang lancar, dikeluarkan dalam perhitungan
rasio cepat. Rasio cepat Perseroan untuk tahun 2016 hingga tahun 2020
cenderung meningkat dimana tahun 2020 tercatat sebesar 1,18 kali.
- Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia dibanding dengan utang lancar.
Rasio kas Perseroan untuk tahun 2016 hingga tahun 2020 cenderung fluktuatif
dan di tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dari 0,34 kali menjadi 0,19 kali.

b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan suatu rasio yang berfungsi untuk mengukur tingkat
efektifitas penggunaan aset perusahaan. Rasio ini sering juga disebut rasio
perputaran. Secara umum semakin tinggi perputaran berarti semakin efektif tingkat
penggunaan aset perusahaan. Adapun beberapa rasio yang termasuk dalam kategori
ini adalah:

- Rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover/collection period)


Rasio ini untuk mengukur sampai seberapa cepat perusahaan dapat menagih
piutangnya. Semakin sering perputarannya berarti semakin pendek umur piutang.
Berdasarkan tabel rasio perputaran piutang usaha Perseroan di atas, dapat
dilihat bahwa perputaran piutang Perseroan per 31 Desember 2020 mencapai
117,47 hari mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 58,38 hari.
- Rasio perputaran utang usaha (account payable turnover/ AP collection period)
Rasio ini untuk mengukur tingkat perputaran utang usaha perusahaan kepada
pemasok. Perputaran yang cepat akan lebih menyenangkan pemasok karena
umur utang usaha perusahaan yang pendek. Rasio perputaran utang usaha
Perseroan per 31 Desember 2020 tercatat sebesar 164,98 hari.
- Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)
Rasio ini menunjukkan tingkat persediaan perusahaan. Perputaran yang tinggi
menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik. Rasio perputaran

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 31


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

persediaan Perseroan untuk periode 31 Desember 2020 sebesar 39,63 hari.

c. Rasio Solvabilitas (Leverage)


Rasio solvabilitas (Leverage) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utangnya. Adapun rasio yang
termasuk dalam kategori ini adalah Rasio total utang terhadap total ekuitas (Liabilities
to total equity) dan rasio total utang terhadap total aset (Liabilities to total assets).
Rasio total utang terhadap total ekuitas merupakan perbandingan antara total
liabilitas terhadap total ekuitas atau modal perusahaan. Rasio satu menunjukkan
jumlah utang sama dengan jumlah ekuitas. Rasio liabilities to total equity Perseroan
untuk periode 31 Desember 2020 sebesar 298,15%, dimana hal ini mengindikasikan
bahwa total Utang Perseroan pada periode tersebut lebih besar bila dibandingkan
dengan modal atau ekuitas yang dimiliki. Adapun rasio total utang terhadap total aset
Perusahaan per 31 Desember 2020 mencapai 74,88%.

d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Beberapa rasio yang termasuk dalam kategori ini antara lain
adalah:
- Rasio laba atas aset (return on asset)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh aset yang digunakan
dapat menghasilkan laba. Rasio laba atas aset Perseroan untuk periode 31
Desember 2020 adalah sebesar 0,002% mengalami penurunan bila dibandingkan
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,58%.

- Rasio laba atas ekuitas (return on equity)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh hasil atau
keuntungan yang diperoleh dari setiap modal yang ditanamkan. Sama seperti
halnya rasio profitabilitas lainnya, untuk periode 31 Desember 2020 rasio laba
atas ekuitas Perseroan juga mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,01%.

- Rasio laba kotor (gross profit margin ratio)


Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas suatu produk atau jasa sebelum
dikurangi oleh beban beban yang lainnya. Rasio laba kotor Perseroan secara rata –
rata selama 5 (Lima) tahun terakhir dari tahun 2016 hingga tahun 2020 adalah
sebesar 19,41%.

- Rasio laba operasi (operating profit margin ratio)


Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari aktivitas
operasional perusahaan. Adapun Rata-rata rasio laba operasi Perseroan selama 5
(Lima) tahun terakhir adalah sebesar 2,09%. Hingga akhir Desember 2020 rasio
laba operasi Perseroan tercatat sebesar 3,39%.

- Rasio laba bersih (net profit margin ratio)


Rasio ini mengukur hasil akhir dari seluruh aktivitas perusahaan. Rasio ini juga
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Rasio
laba bersih Perseroan untuk periode 31 Desember 2020 adalah sebesar 0,002%
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,59%.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 32


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

3.4.3 Analisis terhadap Performa Laporan Keuangan Perseroan

Berikut adalah laporan keuangan Proforma Perseroan bila Rencana Transaksi tidak
dilakukan dan bila Rencana Transaksi dilakukan:

Tabel 5. Proforma Laporan Posisi Keuangan Perseroan


(dalam miliar rupiah)
Historis Proforma
KETERANGAN Rencana Transaksi Penyesuaian Rencana Transaksi
Tidak Dilakukan Dilakukan
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 158,18 199,86 358,04
Piutang usaha
Pihak berelasi 309,03 309,03
Pihak ketiga 250,80 250,80
Piutang Lain-Lain 11,98 11,98
Persediaan 144,77 144,77
Pajak dibayar dimuka 176,63 176,63
Uang muka dan biaya dibayar dimuka 77,70 77,70
Aset pengembalian dana 5,66 5,66

Total Aset Lancar 1.134,73 199,86 1.334,59

Aset Tidak Lancar


Investasi pada entitas asosiasi 1,12 1,12
Investasi jangka panjang pada entitas anak 0,16 0,16
Aset pajak tangguhan 73,27 73,27
Aset Tetap 456,93 456,93
Aset Hak Guna 14,45 14,45
Aset Tak Berwujud 17,06 17,06
Properti Investasi 13,40 13,40
Aset tidak lancar lainnya 2,21 2,21

Total Aset Tidak Lancar 578,60 - 578,60

TOTAL ASET 1.713,33 199,86 1.913,19

LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha
Pihak berelasi 49,13 49,13
Pihak ketiga 553,51 553,51
Pinjaman bank jangka pendek 91,86 91,86
Biaya yang masih harus dibayar 16,73 16,73
Kewajiban pengembalian dana 7,78 7,78
Liabilitas Sewa Guna Usaha 3,46 3,46
Utang Pajak 98,10 98,10
Kewajiban Kontrak 2,26 2,26
Imbalan Kerja Jangka Pendek 13,91 13,91

Total Liabilitas Jangka Pendek 836,75 - 836,75

Liabilitas Jangka Panjang


Pinjaman bank jangka panjang 360,78 360,78
Liabilitas Sewa Guna Usaha 1,39 1,39
Kewajiban imbalan pasca kerja 84,09 84,09
Utang PMN 199,86 199,86
Total Liabilitas Jangka Panjang 446,26 199,86 646,12

TOTAL LIABILITAS 1.283,01 199,86 1.482,87

EKUITAS
Modal saham 309,93 309,93
Tambahan modal disetor 81,12 81,12
keuangan tersedia untuk dijual 0,05 0,05
Keuntungan (Kerugian) aktuaria (15,09) (15,09)
Keuntungan (Kerugian) revaluasi aset 203,29 203,29
Saldo Laba
Telah ditentukan penggunaanya 1,27 1,27
Belum ditentukan penggunanya (150,25) (150,25)
Total ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk 430,32 430,32
Kepentingan non pengendali 0,00 0,00

TOTAL EKUITAS 430,33 - 430,33

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 1.713,33 199,86 1.913,19


Sumber: Manajemen

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 33


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Mengacu pada laporan keuangan proforma sebelumnya dapat dilihat bahwa Rencana
Transaksi yang akan dilakukan oleh Perseroan memiliki dampak terhadap laporan posisi
keuangan Perseroan. Adapun dampak yang muncul akibat Rencana transaksi tersebut
antara lain:
 Kas dan setara kas bertambah sebesar Rp199,86 miliar
 Utang Jangka Panjang bertambah sebesar Rp199,86 miliar akibat adanya utang PMN

Berikut adalah perbandingan rasio keuangan Perseroan bila rencana transaksi tidak
dilakukan dan bila rencana transaksi dilakukan:

Tabel 7. Perbandingan Rasio Keuangan Sebelum dan Setelah


Rencana Transaksi dilakukan

Rencana Transaksi Rencana Transaksi


KETERANGAN Selisih
Tidak Dilakukan Dilakukan

LIKUIDITAS
Current Ratio 1,36 0,24 1,59
Quick Ratio 1,18 0,24 1,42

AKTIVITAS
Collection Period 117,47 0,00 117,47
A/P Collection Period 164,98 0,00 164,98
Inventory Turnover 39,63 0,00 39,63
Fixed Asset Turnover 95,88 0,00 95,88
Total Asset Turnover 359,53 41,94 401,47

SOLVABILITAS
Total Debt to Equity Ratio 298,15% 46,44% 344,59%
Total Debt to Total Assets Ratio 74,88% 2,62% 77,51%

Berdasarkan proforma setelah transaksi, dapat dilihat bahwa rasio keuangan Perseroan
menjadi lebih baik, hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel proforma rasio keuangan
Perseroan di atas yang mengindikasikan bahwa rasio likuiditas Perseroan mengalami
peningkatan sedangkan rasio solvabilitas Perseroan mengalami kenaikan akibat
penambahan utang PMN.

3.5 Analisis Kewajaran

Analisis Kewajaran atas rencana transaksi Perseroan dilakukan melalui analisis kemampuan
penerima dana pinjaman untuk melunasi transaksi, analisis Cash Management dan Financial
Covenant dari Rencana Transaksi, analisis Incremental, analisa sensivitas, analisis Kelayakan
rencana penggunaan dana atas transaksi pinjam meminjam dana serta analisis jaminan.

3.5.1 Analisis Kemampuan Penerima Dana Pinjaman untuk Melunasi Transaksi

Performa keuangan Perseroan selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa


Perseroan dalam kondisi keuangan yang kurang baik yang disebabkan adanya beban
keuangan dari pinjaman bank jangka panjang yang mengakibatkan profitabilitas
Perseroan merugi dari tahun 2016 sampai dengan 2018. Tahun 2019 Perseroan berhasil

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 34


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

mencatatkan laba sebesar Rp7,96 miliar namun kembali menurun pada tahun 2020 yang
tercatat sebesar Rp0,03 miliar. Dengan prospek industri farmasi yang sangat baik saat
ini, maka diharapkan profitabiltas Perseroan meningkat sehingga pembayaran pinjaman
pada saat jatuh tempo dapat dipenuhi.

3.5.2 Analisis Cash Management dan Financial Covenant dari Rencana Transaksi

Jumlah dana pinjaman pemegang saham dalam Rencana Transaksi adalah sebesar
Rp199.860.000.000,-. Untuk memenuhi Perjanjian Pemberian Pinjaman Pemegang Saham, PT
Bio Farma (Persero) dan Perseroan sepakat bahwa utang tersebut tidak akan dikenakan
bunga sampai dengan tahun kesembilan dan akan dibayar secara penuh dan lunas oleh PT
Indofarma Tbk kepada PT Bio Farma (Persero) paling lambat pada tanggal jatuh tempo sesuai
perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham.

Analisis Tingkat Suku Bunga

Kami melakukan analisa perbandingan tingkat suku bunga pinjaman investasi bank Rupiah
dan Tingkat Obligasi Pemerintah Rupiah dengan perincian sebagai berikut:

Analisis Tingkat Suku Bunga Dalam Rupiah

Tingkat Suku Bunga Pinjaman Investasi %

Bank Persero 8,87%


Bank Swasta 8,81%
Bank Asing 7,24%
Obligasi Rupiah Pemerintah Indo'2030 6,18%
Obligasi Rupiah Pemerintah Indo'2040 7,10%

Sumber: Bank Indonesia dan IBPA

Tingkat suku bunga pinjaman yang disepakati para pihak dalam perjanjian pemberian
pinjaman pemegang saham adalah sebesar 0% dari tahun pertama sampai dengan tahun
kesembilan dan 7,99% pada tahun kesepuluh. Tingkat suku bunga tersebut ada di bawah
kisaran kredit investasi bank dan Tingkat Kupon Obligasi yaitu antara 6,18% - 8,87%. Oleh
karena itu, menurut pendapat kami tingkat suku bunga pinjaman tersebut adalah wajar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang penghitungan penghasilan


kena pajak dan pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan pada pasal 12 ayat (1)
menerangkan bahwa pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib
Pajak berbentuk perseroan terbatas diperkenankan apabila:

 Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan
berasal dari pihak lain

 Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor
seluruhnya

 Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi, dan

 Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk


kelangsungan usahanya.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 35


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Apabila pinjaman yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas dari
pemegang sahamnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat
(1), atas pinjaman tersebut terutang bunga dengan suku bunga wajar.

Berdasarkan Laporan Kajian dari KJPP Febriman Siregar dan Rekan No. 00010/2.0109-
00/FS/10/0288/1/VIII/2021 tanggal 4 Agustus 2021, disebutkan beberapa hal sebagai
berikut:

 Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah 10 tahun termasuk masa grace


period selama 9 tahun terhitung sejak penarikan pinjaman.

 Pada tahun 2021 hingga tahun 2029, Perseroan masih memiliki kewajiban
pinjaman bank, sehingga diasumsikan suku bunga pinjaman sebesar 0%.

 Asumsi bunga pinjaman pada saat Perseroan memiliki kewajiban membayar bunga
adalah JIBOR+Asumsi Risiko yang nilainya mengikuti rate pada tahun berjalan,
sedangkan untuk kebutuhan arus kas pada kajian digunakan rate sebesar 7,99%
(Tahun 2030).

Penerapan bunga pinjaman sebesar 0% sesuai PP No. 94 Tahun 2010 pasal 12 dapat
dilakukan dengan asumsi pencairan dana dari ultimate shareholder sampai dengan
perseroan berada dalam satu rangkaian perjanjian. Selama Perseroan masih kesulitan
keuangan (perusahaan merugi, masih memiliki kewajiban pinjaman bank dan kas
perusahaan tidak dapat membiayai modal kerja secara mandiri) suku bunga dapat
ditetapkan sebesar 0%.

3.5.3 Analisis Inkremental

Berdasarkan perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham, tujuan Rencana Transaksi


adalah untuk mempercepat pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta
pengembangan obat herbal di Perseroan.
Analisis inkremental dilakukan dengan cara membandingkan hasil pinjaman yang diperoleh
dari Rencana Transaksi dimana Perseroan sebagai peminjam akan mendapatkan beban
bunga sebesar 0% p.a. sampai dengan tahun kesembilan dan 7,99% pada tahun kesepuluh
dibandingkan jika Dana Pinjaman menggunakan tingkat suku bunga pinjaman investasi
Rupiah Bank. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

 Beban bunga dengan tingkat suku bunga sebesar 0% sampai dengan tahun kesembilan
dan 7,99% pada tahun kesepuluh.

Perseroan tidak akan dikenakan beban bunga sampai dengan tahun kesembilan dan
mendapatkan beban bunga sebesar 7,99% pada tahun kesepuluh dengan perhitungan
sebagai berikut:

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 36


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

(dalam miliar rupiah)


Persentase Jumlah Pokok Bunga Pelunasan Total Pinjaman
Bunga Pinjaman Pinjaman
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
0% 199,86 - - 199,86
7,99% 199,86 15,97 (200) 0,00

Beban bunga adalah sebesar 0% dari tahun 1 sampai dengan tahun kesembilan dan
sebesar 7,99% pada tahun kesepuluh. Dalam perhitungan di atas jumlah pokok pinjaman
akan dilunasi sekaligus pada tahun kesepuluh sesuai Draft Perjanjian Pemberian Pinjaman
Pemegang Saham antara kedua pihak.

 Beban bunga dengan tingkat suku bunga pinjaman kredit investasi Rupiah dan Bank
Swasta

Hasil perhitungan pendapatan bunga dengan tingkat suku bunga pinjaman investasi
Rupiah Bank Persero dan Bank Swasta sebesar 8,87% dan 8,81% adalah sebagai berikut:

(dalam miliar rupiah)


Suku Bunga Suku Bunga Suku Bunga
Pinjaman Pinjaman Pinjaman
No Jumlah Pokok
Pemegang Saham Investasi Bank Investasi Bank
(Rp) Persero (Rp) Swasta (Rp)
7,99% 8,87% 8,81%
1 199,86 17,73 17,61
2 199,86 17,73 17,61
3 199,86 17,73 17,61
4 199,86 17,73 17,61
5 199,86 17,73 17,61
6 199,86 17,73 17,61
7 199,86 17,73 17,61
8 199,86 17,73 17,61
9 199,86 17,73 17,61
10 199,86 15,97 17,73 17,61

Jumlah 15,97 177,28 176,08


Selisih 161,31 160,11

Berdasarkan hasil analisis inkremental menunjukkan bahwa beban bunga dari Rencana
Transaksi lebih rendah apabila dibandingkan dengan menggunakan tingkat suku bunga
pinjaman kredit investasi Rupiah Bank Persero dan Swasta.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 37


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Selain itu analisis Nilai Tambah atau (Incremental Analysis) juga dilakukan dengan
membandingkan antara proyeksi keuangan Perseroan dengan adanya rencana transaksi
dengan proyeksi keuangan Perseroan tanpa adanya rencana transaksi. Asumsi proyeksi
keuangan baik dengan adanya rencana transaksi maupun tanpa adanya rencana transaksi
yang digunakan dalam penilaian ini mengacu pada rencana usaha (business plan) yang
dibuat oleh manajemen Perseroan. Berikut adalah proyeksi keuangan Perseroan yang
meliputi proyeksi pendapatan, laba/(rugi) usaha, dan laba/(rugi) bersih untuk periode 10
(sepuluh) tahun ke depan dengan adanya rencana transaksi dan tanpa adanya rencana
transaksi:

Tabel 16. Proyeksi Pendapatan & Laba/ (Rugi) Perseroan Sebelum Transaksi
(dalam miliar Rupiah)
Proyeksi Perseroan
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Sebelum Transaksi

Pendapatan 2664,13 3262,76 4233,95 5515,41 5791,18 6080,74 6384,77 6704,01 7039,21 7391,17
Laba/(Rugi) Usaha 128,88 171,76 196,44 200,41 221,91 270,07 283,57 297,75 312,64 328,27
Laba/(Rugi) Bersih 96,66 128,82 147,33 175,94 161,00 216,06 226,86 238,20 250,11 262,62

Sumber: Manajemen, diolah

Tabel 17. Proyeksi Pendapatan & Laba/ (Rugi) Perseroan Setelah Transaksi
(dalam miliar Rupiah)
Proyeksi Perseroan
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Setelah Transaksi

Pendapatan 2664,13 3262,76 4233,95 5515,41 5791,18 6080,74 6384,77 6704,01 7039,21 7391,17
Laba/(Rugi) Usaha 128,88 171,76 196,44 200,41 243,62 317,89 333,79 350,48 368,00 370,43
Laba/(Rugi) Bersih 96,66 128,82 147,33 175,94 182,72 254,31 267,03 280,38 294,40 296,35

Sumber: Manajemen, diolah

Berdasarkan tabel proyeksi tersebut diatas dapat dilihat bahwa proyeksi pendapatan,
laba usaha, serta laba bersih Perseroan dari tahun 2021 hingga 2025 mengindikasikan
kemampuan Perseroan dalam memperoleh laba tidak mengalami perubahan baik dalam
kondisi melakukan rencana transaksi maupun kondisi tidak melakukan transaksi.

Nilai tambah yang dihasilkan setelah rencana transaksi adalah adanya peningkatan
likuiditas Perseroan, yang tercermin dalam peningkatan rasio likuiditas dan solvabilitas.
Sebelum transaksi dilakukan rata-rata current ratio, cash ratio dan quick ratio secara
berturut-turut adalah 1,85 kali, 0,22 kali, dan 1,85 kali sedangkan rata-rata rasio total
liabilitas terhadap ekuitas dan rasio total liabilitas terhadap total aset masing-masing
sebesar 108,01% dan 50,77%. Adapun setelah transaksi dilakukan rata-rata current ratio,
cash ratio dan quick ratio secara berturut-turut menjadi 2,33 kali, 0,61 kali dan 2,19 kali
sedangkan rata-rata rasio total liabilitas terhadap ekuitas dan rasio total liabilitas
terhadap total aset masing-masing sebesar 107,88% dan 50,73%.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 38


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Tabel 18. Proyeksi Rasio Likuiditas dan Solvabilitas Perseroan Sebelum Transaksi
KETERANGAN PROYEKSI SEBELUM TRANSAKSI
DESCRIPTION Rata-rata
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Average
LIKUIDITAS/ LIQUIDITY
Current Ratio 1,63 1,79 1,94 2,15 2,15 1,55 1,66 1,77 1,86 1,98 1,85
Cash Ratio 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,22 0,34 0,44 0,54 0,66 0,22
Quick Ratio 1,63 1,79 1,94 2,15 2,15 1,55 1,66 1,77 1,86 1,98 1,85

SOLVABILITAS/ SOLVABILITY
Total Liabilities to Equity Ratio 181,15% 148,63% 123,04% 102,27% 102,27% 109,31% 93,79% 81,93% 71,97% 65,78% 108,01%
Total Liabilities to Total Assets Ratio 64,43% 59,78% 55,16% 50,56% 50,56% 52,23% 48,40% 45,04% 41,85% 39,68% 50,77%
Sumber: Manajemen, diolah

Tabel 19. Proyeksi Rasio Likuiditas dan Solvabilitas Perseroan Setelah Transaksi
KETERANGAN PROYEKSI SETELAH TRANSAKSI
DESCRIPTION Rata-rata
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Average
LIKUIDITAS/ LIQUIDITY
Current Ratio 2,20 2,27 2,53 2,94 3,33 1,81 1,92 2,03 2,12 2,12 2,33
Cash Ratio 0,72 0,57 0,54 0,63 0,72 0,40 0,51 0,62 0,72 0,72 0,61
Quick Ratio 2,02 2,09 2,31 2,72 3,10 1,74 1,85 1,96 2,06 2,06 2,19

SOLVABILITAS/ SOLVABILITY
Total Liabilities to Equity Ratio 183,35% 143,39% 113,50% 89,32% 72,18% 125,79% 107,68% 93,81% 82,33% 67,47% 107,88%
Total Liabilities to Total Assets Ratio 64,71% 58,91% 53,16% 47,18% 41,92% 55,71% 51,85% 48,40% 45,15% 40,29% 50,73%
Sumber: Manajemen, diolah

3.5.4 Analisis Sensitivitas


Sensitivitas Terhadap Tingkat Suku Bunga
Berdasarkan Proyeksi Laporan Keuangan yang diterima, kami melakukan analisis sensitivitas
terhadap kas dan setara kas akhir, laba bersih, Return On Asset, Return On Equity dan Profit
Margin jika Rencana Transaksi dikenakan bunga 5% sampai dengan 15%.. Hasil analisis
adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Analisa Sensivitas
Kas & Setara Kas Akhir Tahun
KETERANGAN
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Normal bunga 0% 394 285,54 249,45 272,20 299,85 582,11 779,35 988,94 1.198,09 1.248,65
Pengenaan Bunga
5% 384 266 219 232 250 522 709 909 1.108 1.149
10% 374 246 189 192 200 462 639 829 1.018 1.049
15% 364 226 160 152 150 402 569 749 928 949

Laba Bersih
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Normal bunga 0% 96,66 128,82 147,33 175,94 182,72 254,31 267,03 280,38 294,40 296,35
Pengenaan Bunga
5% 95,11 129,42 149,16 152,33 186,90 192,25 190,12 187,88 185,53 183,06
10% 87,12 121,42 141,16 144,34 178,91 184,26 182,13 179,89 177,54 175,07
15% 79,12 113,43 133,17 136,34 170,92 176,26 174,13 171,89 169,54 167,07
Return On Asset
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Normal bunga 0% 5,38% 6,94% 7,59% 8,56% 8,37% 7,40% 7,18% 6,99% 6,83% 6,65%
Pengenaan Bunga
5% 5,30% 6,97% 7,68% 7,41% 8,56% 8,80% 8,71% 8,60% 8,50% 8,38%
10% 4,85% 6,54% 30,42% 7,02% 8,19% 8,44% 8,34% 8,24% 8,13% 8,02%
15% 4,41% 6,11% 35,86% 6,63% 7,83% 8,07% 7,97% 7,87% 7,76% 7,65%
Return On Equity
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Normal bunga 0% 15,26% 16,90% 16,20% 16,21% 14,41% 16,70% 14,92% 13,54% 12,45% 11,14%
Pengenaan Bunga
5% 15,01% 16,98% 16,40% 14,03% 14,74% 15,16% 14,99% 14,81% 14,63% 14,43%
10% 13,75% 15,93% 15,52% 13,30% 14,11% 14,53% 14,36% 14,18% 14,00% 13,80%
15% 12,49% 14,88% 14,64% 12,56% 13,48% 13,90% 13,73% 13,55% 13,37% 13,17%
Profit Margin
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Normal bunga 0% 3,63% 3,95% 3,48% 3,19% 3,16% 4,18% 4,18% 4,18% 4,18% 4,01%
Pengenaan Bunga
5% 3,57% 3,97% 3,52% 2,76% 3,23% 3,32% 3,28% 3,24% 3,20% 3,16%
10% 3,27% 3,72% 3,33% 2,62% 3,09% 3,18% 3,14% 3,11% 3,07% 3,02%
15% 2,97% 3,48% 3,15% 2,47% 2,95% 3,04% 3,01% 2,97% 2,93% 2,88%

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 39


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

Berdasarkan analisa sensivitas terlihat bahwa kas dan setara kas akhir, laba bersih, Return On Asset,
Return On Equity dan Profit Margin tidak sensitif terhadap pengenaan bunga 5% sampai dengan 15%
terhadap Rencana Transaksi. Berdasarkan draf perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham
disebutkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman adalah sebesar 0%, sesuai analisa sensivitas apabila
dikenakan bunga 5% sampai dengan 15% terlihat perseroan masih mampu menjalankan kegiatan
operasionalnya secara wajar, sehingga kepentingan pemegang saham publik secara keseluruhan
tidak dirugikan.

3.5.5 Analisis Kelayakan Rencana Penggunaan Dana Atas Transaksi Pinjam Meminjam Dana

Analisis Kelayakan Investasi

Transaksi Pinjaman Pemegang Saham dari PT Bio Farma (Persero) adalah pinjaman jangka
panjang, dimana berdasarkan perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham jangka
waktu yang disepakati adalah 120 bulan dan akan jatuh tempo pada tahun 2030.

Sesuai perjanjian dana pinjaman tersebut akan digunakan Perseroan untuk mempercepat
pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di
Perseroan.

Analisa kelayakan investasi terbatas pada laporan kajian jangka waktu pinjaman, grace period
dan besaran bunga yang akan diberikan terkait shareholder loan dana PMN yang dibuat oleh
KJPP Febriman Siregar dan Rekan No. 00010/2.0109-00/FS/10/0288/1/VIII/2021 tanggal 4
Agustus 2021 yang memberikan kesimpulan sebagai berikut:

 Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah 10 tahun termasuk masa grace period
selama 9 tahun terhitung sejak penarikan pinjaman

 Pada tahun 2021 hingga tahun 2029, Perseroan masih memiliki kewajiban pinjaman
bank, sehingga diasumsikan suku bunga pinjaman sebesar 0%

 Asumsi bunga pinjaman pada saat Perseroan memiliki kewajiban membayar bunga
adalah JIBOR+Asumsi Risiko yang nilainya mengikuti rate pada tahun berjalan,
sedangkan untuk kebutuhan arus kas pada kajian digunakan rate sebesar 7,99%
(Tahun 2030)

Analisis Kelayakan Pelunasan Utang

Dalam hal Perseroan gagal menyelesaikan Kewajiban Utang kepada PT Bio Farma (Persero)
karena alasan apapun yang tidak perlu dibuktikan, sesuai dengan perjanjian pemberian
pinjaman pemegang saham pasal 11, bahwa seluruh atau sebagian dari Pinjaman berikut
dengan seluruh bunga yang harus dibayar dan bunga keterlambatan atasnya serta seluruh
jumlah lainnya yang wajib dibayarkan oleh Perseroan berdasarkan Perjanjian, menjadi
dimana kemudian akan menjadi, segera jatuh tempo dan harus dibayar tanpa permintaan,
pemberitahuan atau formalitas hukum lainnya dalam bentuk apapun.

Analisis atas Faktor-faktor Lain yang Relevan

Rencana Transaksi pinjaman pemegang saham digunakan untuk mempercepat


pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di
Perseroan.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 40


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

3.5.6 Analisis Atas Jaminan

Dalam dokumen Perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham antara PT Bio Farma
(Persero) dan Perseroan tidak diatur mengenai jaminan yang wajib dipenuhi oleh pihak
Penerima Pinjaman Pemegang Saham.

3.6 Kesimpulan

Metode yang digunakan dalam melakukan analisis penyusunan pendapat kewajaran atas Transaksi
adalah dengan melakukan analisis transaksi, analisis kualitatif, analisis kuantitatif, analisis kelayakan
rencana penggunaan dana atas transaksi pinjam meminjam dana, dan analisis atas jaminan.

Hasil analisis yang kami lakukan terhadap Rencana Transaksi adalah sebagai berikut:

a) Secara kualitatif, dapat diketahui bahwa pihak–pihak yang terlibat dalam transaksi ini adalah
Perseroan dengan PT Bio Farma (Persero). Rencana transaksi ini merupakan transaksi yang
mengandung unsur transaksi afiliasi sebagaimana didefinisikan dalam peraturan OJK
No. 42/POJK.04/2020 karena PT Bio Farma (Persero) merupakan salah satu pemegang saham
utama Perseroan yaitu sebesar 80,66%. Rencana transaksi yang akan dilakukan bukan
merupakan transaksi benturan kepentingan karena memberikan solusi kelangsungan usaha
bagi Perseroan dan diselenggarakan sesuai aturan perundang- undangan yang berlaku dan
menguntungkan Perseroan.

b) Nilai transaksi adalah sebesar Rp199.860.000.000 sedangkan jumlah ekuitas Perseroan


berdasarkan laporan keuangan audited per 31 Desember 2020 adalah sebesar
Rp430.326.476.519 dengan demikian rencana transaksi tersebut merupakan transaksi
material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keungan
No. 17/POJK.04/2020, karena nilai transaksi lebih besar dari 20% ekuitas perseroan. Secara
umum, manfaat dari dilakukannya rencana transaksi ini adalah meningkatkan profitabilitas
dan keberlangsungan Perseroan.

c) Secara kuantitatif, mengacu pada laporan keuangan konsolidasi milik Perseroan selama 5
(lima) tahun terakhir, dapat dilihat bahwa pendapatan bersih Perseroan cenderung
berfluktuasi dimana mengalami peningkatan dan penurunan. Berdasarkan hasil perhitungan,
terjadi kenaikan pendapatan bersih rata-rata sebesar 1,65%. Namun kenaikan pendapatan
bersih Perseroan dalam 5 (lima) tahun terakhir mengakibatkan laba bersih Perseroan
mengalami penurunan maupun peningkatan.

d) Adapun dampak keuangan dari Rencana Transaksi yang dilakukan oleh Perseroan, mengacu
pada laporan keuangan proforma dapat dilihat bahwa Rencana Transaksi yang akan dilakukan
oleh Perseroan mengakibatkan rasio keuangan Perseroan menjadi lebih baik, hal ini dapat
dilihat berdasarkan tabel proforma rasio keuangan yang menyajikan perhitungan rasio
keuangan jika rencana transaksi tidak dilakukan dan jika rencana transaksi dilakukan yang
mengindikasikan bahwa rasio likuiditas Perseroan secara rata-rata mengalami peningkatan,
rasio profitabilitas Perseroan cenderung mengalami peningkatan, sedangkan leverage ratio
Perseroan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan kondisi eksisting atau sebelum
rencana transaksi dilakukan.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 41


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

e) Transaksi pinjaman ini digunakan untuk mempercepat pengembangan dan kemandirian alat
kesehatan serta pengembangan obat herbal di Perseroan.

Berdasarkan Draf Perjanjian Pemberian Pinjaman Pemegang Saham, tingkat suku bunga
pinjaman yang disepakati para pihak adalah sebesar 0% dari tahun pertama sampai dengan
tahun kesembilan dan 7,99% pada tahun kesepuluh. Tingkat suku bunga tersebut ada di bawah
kisaran kredit investasi bank dan tingkat kupon obligasi yaitu antara 6,18% - 8,87%. Oleh karena
itu, menurut pendapat kami tingkat suku bunga pinjaman tersebut adalah wajar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang penghitungan penghasilan kena
pajak dan pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan pada pasal 12 ayat (1)
menerangkan bahwa pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib
Pajak berbentuk perseroan terbatas diperkenankan apabila:

• Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan
berasal dari pihak lain

• Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor
seluruhnya

• Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi, dan

• Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk


kelangsungan usahanya.

f) Berdasarkan hasil analisis inkremental menunjukkan bahwa beban bunga dari transaksi lebih
rendah apabila dibandingkan dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman kredit investasi
Bank Persero dan Bank Swasta. Berdasarkan analisa sensivitas terlihat bahwa kas dan setara kas
akhir, laba bersih, Return On Asset, Return On Equity dan Profit Margin tidak sensitif terhadap
pengenaan bunga 5% sampai dengan 15% terhadap Rencana Transaksi. Berdasarkan draf
perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham disebutkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman
adalah sebesar 0%, sesuai analisa sensivitas apabila dikenakan bunga 5% sampai dengan 15%
terlihat perseroan masih mampu menjalankan kegiatan operasionalnya secara wajar, sehingga
kepentingan pemegang saham publik secara keseluruhan tidak dirugikan.

g) Transaksi Pinjaman Pemegang Saham dari PT Bio Farma (Persero) adalah pinjaman jangka
panjang, dimana berdasarkan perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham jangka waktu
yang disepakati adalah 120 bulan dan akan jatuh tempo pada 2030. Sesuai perjanjian, dana
pinjaman tersebut akan digunakan Perseroan untuk mempercepat pengembangan dan
kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di Perseroan.

h) Analisis Manfaat dan Risiko Transaksi

Manfaat Transaksi

Secara umum rencana transaksi akan mempercepat pengembangan dan kemandirian alat
kesehatan serta pengembangan obat herbal di Perseroan.

Risiko Transaksi

Risiko yang mungkin muncul sehubungan dengan rencana transaksi yaitu apabila Perseroan gagal
menyelesaikan Kewajiban Utang kepada PT Bio Farma (Persero) karena alasan apapun yang tidak
perlu dibuktikan, sesuai dengan perjanjian pemberian pinjaman pemegang saham pasal 11,

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 42


Kantor Jasa Penilai Publik
SUGIANTO PRASODJO DAN REKAN
Public Appraisers and Consultants

bahwa seluruh atau sebagian dari Pinjaman berikut dengan seluruh bunga yang harus dibayar
dan bunga keterlambatan atasnya serta seluruh jumlah lainnya yang wajib dibayarkan oleh
Perseroan berdasarkan Perjanjian, menjadi dimana kemudian akan menjadi, segera jatuh tempo
dan harus dibayar tanpa permintaan, pemberitahuan atau formalitas hukum lainnya dalam
bentuk apapun

Dengan demikian, berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh aspek
yang terkait meliputi analisis transaksi, analisis dampak positif secara kualitatif maupun kuantitatif
dari Rencana Transaksi yang akan dilakukan serta dengan melakukan analisis kelayakan rencana
penggunaan dana atas transaksi pinjam meminjam dana, maka kami berpendapat bahwa Rencana
Transaksi yang akan dilakukan berupa penyaluran PMN dari PT Bio Farma (Persero) kepada
Perseroan dalam bentuk Shareholder Loan sebesar Rp199.860.000.000 (seratus sembilan puluh
sembilan milIar delapan ratus enam puluh juta rupiah) adalah Wajar.

Laporan Pendapat Kewajaran milik PT Indofarma Tbk 43


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai