Anda di halaman 1dari 20

VERIFIKASI PENGERINGAN PENDAHULUAN

(PRE DRYING) PADA METODE PENGUJIAN KADAR AIR


BENIH PADI

Tim :

Endang Murwantini, S.P., M.P.


Umi Sri Rezeki.
Septia Nuril, A.Md.
Mahmud
Rahayu Nurkartika, S.P., M.Si.

BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH


TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
2023
VERIFIKASI PENGERINGAN PENDAHULUAN (PRE DRYING) PADA
METODE PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PADI

Tim : Endang Murwantini, Umi Sri Rezeki, Septia Nuril, Mahmud, Rahayu
Nurkartika.

ABSTRAK
Dalam proses penetapan kadar air diperlukan tahapan proses pengeringan
dimana proses pengeringan bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang hilang
pada benih. Dalam pengujian kadar air benih ini terbagi menjadi dua, yaitu benih
yang memerlukan proses penghancuran dan benih yang tidak memerlukan
proses penghancuran. Untuk metode pengujian kadar air benih padi adalah
menggunakan metode oven dengan suhu tinggi konstan (130 - 133ºC) selama 2
jam, dan benih dihancurkan halus. Jika spesies merupakan salah satu spesies
yang memerlukan penghancuran dan kadar air lebih tinggi daripada yang
disyaratkan pada Tabel 9A Bagian 1, maka pengeringan pendahuluan adalah
wajib. Untuk benih padi, persyaratan pre drying adalah KA 13%. Tujuan dari
kegiatan verifikasi metode ini adalah untuk verifikasi metode pre drying pada
benih padi bahwa metode tersebut dapat diaplikasikan. Serta mendapatkan
tingkat kadar air maksimal benih padi yang dapat tetap di uji menggunakan
grinder. Benih yang digunakan dalam kegiatan ini adalah beberapa varietas
benih padi yang terdiri dari 17 lot benih padi dengan berbagai tingkat kadar air.
Metode pelaksanaan terbagi dalam 2 tahap yaitu Perlakuan pendahuluan (uji
kadar air dengan menggunakan moisture meter) serta Kegiatan verifikasi metode
yang dilaksanakan dengan menggunakan 3 tipe grinding mill yang ada di Balai
Besar PPMBTPH. Adapun analisa data untuk verifikasi pengeringan
pendahuluan (pre drying) ini dilakukan dengan membandingkan hasil penetapan
KA awal dan KA dengan perlakuan pengeringan pendahuluan. Kegiatan
verifikasi metode ini membuktikan bahwa metode pre drying pada benih padi
dapat diaplikasikan di laboratorium. tingkat kadar air benih padi di atas 13%
dapat tetap di uji menggunakan grinder tanpa menggunakan perlakuan
predrying.

Kata kunci : Mutu Benih, metode oven, ISTA

PENDAHULUAN

Kadar air merupakan salah satu parameter yang menentukan mutu benih yang
dicantumkan dalam label benih. Pengujian penetapan kadar air dilakukan untuk
mengetahui apakah tingkat kadar air suatu lot benih sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan. Kadar air benih adalah berat air yang hilang karena pemanasan
sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih. Cara pengujian kadar air dapat digolongkan
atas dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pengujian
metode langsung dilakukan dengan dua cara yaitu metode oven dengan suhu
rendah konstan (101 - 105ºC) dan metode oven dengan suhu tinggi konstan (130

2
- 133ºC), sedangkan pengujian metode tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan “Moisture Tester”.
Dalam proses penetapan kadar air diperlukan tahapan proses pengeringan
dimana proses pengeringan bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang hilang
pada benih. Dalam pengujian kadar air benih ini terbagi menjadi dua, yaitu benih
yang memerlukan proses penghancuran dan benih yang tidak memerlukan
proses penghancuran. Untuk metode pengujian kadar air benih padi adalah
menggunakan metode oven dengan suhu tinggi konstan (130 - 133ºC) selama 2
jam, dan benih dihancurkan halus. Benih dihancurkan dengan menggunakan
grinding mill. Grinding mill harus dapat diatur untuk mendapatkan ukuran partikel
yang dibutuhkan. Untuk spesies yang membutuhkan penghancuran halus,
setidaknya 50% dari hasil penghancuran halus melewati saringan kawat dengan
lubang 0,50 mm, dan tidak lebih dari 10% harus tetap pada saringan kawat
dengan lubang 1,00 mm. waktu dari proses penghancuran tidak boleh melebihi 2
menit.
Jika spesies merupakan salah satu spesies yang memerlukan penghancuran dan
kadar air lebih tinggi daripada yang disyaratkan pada Tabel 9A Bagian 1, maka
pengeringan pendahuluan adalah wajib. Untuk benih padi, persyaratan pre drying
adalah KA 13%.
Terkait dengan pengujian benih dengan metode penghancuran, nilai kadar air
benih sangat berpengaruh karena benih yang memiliki kadar air tinggi atau
basah saat dilakukan penghancuran maka benih akan berubah bentuk butiran
menjadi pasta sehingga menghancurkan contoh benih yang basah merupakan
hal yang sulit dilakukan. Sedangkan benih yang cenderung kering atau kadar air
terlalu rendah maka akan mempersulit proses penghancuran dan akan
menyebabkan mata pisau menjadi tumpul. Berdasarkan ketentuan ISTA benih
yang memiliki kadar air terlalu tinggi perlu dilakukan kegiatan pengeringan
pendahuluan (Pre Drying).
Berdasarkan aturan ISTA Rules, indikasi suatu contoh benih terlalu basah untuk
dihancurkan secara langsung dapat dilihat dengan rata-rata nilai melalui moisture
meter elektrik. Seperti contoh pada benih gandum apabila setelah pengukuran
kadar air nilai yang diperoleh diatas 17% maka harus diulangi dengan
pengeringan pendahuluan, dan hasilnya valid untuk benih tersebut. Untuk benih
serealia (barley, gandum, oat, rye dan triticale) waktu pengeringan pendahuluan
sekitar 7-10 menit di dalam oven bersuhu 130oC. Dalam proses pengeringan
pendahuluan, ketentuan untuk spesies-spesies tersebut adalah sampai
mencapai kadar air 10-12% setelah pengeringan pendahuluan. Untuk benih
jagung dan kacang-kacangan berukuran besar lainnya merujuk pada ISO 1075,
direkomendasikan pengeringan pada oven bersuhu 130oC selama 15 menit
diikuti dengan meletakkan cawan untuk didinginkan tanpa penutup pada suhu
ruang tanpa menggunakan desikator selama 2 jam. Pada kasus benih jagung
yang sangat basah (kadar air diatas 25%) direkomendasikan untuk
menghamparkan benih dengan ketebalan lapisan tidak lebih dari 20 mm dan
dikeringkan pada suhu 70oC selama 2-5 jam sampai kadar air lebih rendah dari
17%.

3
Metode untuk pre drying yang diatur dalam ISTA Rules, belum pernah
diaplikasikan di laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dikarenakan benih yang
diuji di laboratorium memiliki kisaran nilai kadar air sesuai standar label benih,
oleh karena itu laboratorium PPMB-TPH akan melakukan kegiatan verifikasi
metode pre drying pada benih padi sebagai syarat metode tersebut dapat
diaplikasikan dan bersifat aplikatif, serta mendapatkan tingkat kadar air maksimal
benih padi yang dapat di uji menggunakan grinder.
Tujuan dari kegiatan verifikasi metode ini adalah untuk verifikasi metode pre
drying pada benih padi bahwa metode tersebut dapat diaplikasikan. Serta
mendapatkan tingkat kadar air maksimal benih padi yang dapat tetap di uji
menggunakan grinder

BAHAN DAN METODE

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023 sampai dengan
Desember 2023 di Balai Besar PPMB-TPH.
Alat yang digunakan adalah peralatan untuk pengujian kadar air benih padi,
antara lain : oven, moisture meter dan neraca yang terkalibrasi, grinder, cawan,
dll. Benih yang digunakan dalam kegiatan ini adalah beberapa varietas benih
padi yang terdiri dari 17 lot benih padi dengan berbagai tingkat kadar air. Adapun
ke 17 lot benih padi tersebut adalah :
1. 2 lot benih padi dari hasil kegiatan pengembangan metode tahun sebelumnya
yaitu benih padi varietas Inpari 32 dan Cakrabuana.
2. 3 lot benih padi dari daerah Gunung Putri yang terdiri dari varietas Inpari 32,
Inpari 42, dan Ciherang (benih padi yang berumur 2 minggu setelah panen)
3. Dari dua produsen benih padi di Jawa tengah diperoleh bahan uji untuk
kegiatan pengembangan metode berupa benih padi, yaitu :
a. PP Kerja, diperoleh 5 lot benih yang terdiri dari varietas : Inpari Sidenuk,
Sunggal, Situ Bagendit, Ciherang dan Inpari 32.

Gambar 1. Benih padi yang diperoleh dari PP. Kerja

b. Produsen benih CV. Saprotan, diperoleh 7 lot benih yang terdiri dari
varietas : Inpari 32, Inpari 33, Sunggal, Ciherang, Mekongga, Pepe dan
Cakrabuana.

4
Gambar 2. Benih padi yang diperoleh dari CV. Saprotan

Metode pelaksanaan terbagi dalam 2 tahap :

1. Perlakuan pendahuluan
Indikasi suatu contoh benih terlalu basah untuk dihancurkan secara langsung
dapat dilihat dengan rata-rata nilai melalui moisture meter elektrik. Terdapat
beberapa jenis alat ukur Kadar Air (moisture meter) dengan tipe beragam.
setiap moisture meter mempunyai spesifikasi terhadap jenis benih yang diuji
dengan kisaran KA tertentu. Untuk mengetahui alat moisture meter yang
dapat digunakan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi moisture meter dengan
oven, serta pengecekan moisture meter. Untuk perlakuan pendahuluan
dilakukan pengujian penetapan kadar air menggunakan moisture meter,
kemudian untuk benih padi yang memiliki tingkat kadar air lebih dari 13% akan
digunakan untuk kegiatan selanjutnya. Alat moisture meter yang digunakan
adalah moisture meter delmhorst, kett, dan 2 DMC500 (Gambar 3).

Gambar 3. Moisture meter Kett, Delmhorst dan DMC 500

1. Kegiatan verifikasi
Verifikasi metode ini dilaksanakan dengan menggunakan 3 tipe grinding mill
yang ada di Balai Besar PPMBTPH. Setiap lot dilakukan sebanyak 3
ulangan. Tahapan prosedur sebagai berikut :
a. Pengujian kadar air awal dengan metode oven
Dilakukan pengujian kadar air lot benih padi yang memiliki kadar air
diatas 13%. Setiap lot dilakukan pengujian sebanyak 3 ulangan dengan
menggunakan 3 grinding mill (Gambar 4).

5
Gambar 4. Grinding mill dengan kode 4B, 4D dan 4E

Kadar air sebagai persentase berdasarkan berat harus dihitung dalam


tiga desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
selisih berat x 100 = M2 –M3 x 100
Berat awal M2 – M1
Dimana

M1 adalah berat dalam gram (minimal tiga desimal) dari wadah dan
tutupnya,
M2 adalah berat dalam gram (minimal tiga desimal) dari wadah,
tutup dan isi sebelum pengeringan, dan
M3 adalah berat dalam gram (minimal tiga desimal) dari wadah,
tutup dan isinya setelah pengeringan.

b. Pengujian kadar air ke 2 dengan metode oven dengan perlakuan


pengeringan pendahuluan
Dua sub contoh, masing-masing seberat 25 ± 1 gram ditempatkan
dalam wadah yang telah ditimbang. Kedua sub contoh, dalam wadahnya,
kemudian dikeringkan pada suhu 130°C selama 5 sampai 10 menit,
tergantung kadar airnya, untuk menurunkan kadar air sampai di bawah
yang disyaratkan pada Tabel 9A Bagian 1. Benih yang dikeringkan
sebagian tersebut kemudian dibiarkan dan terpapar di laboratorium
selama minimal 2 jam. Setelah pengeringan pendahuluan, sub contoh
ditimbang kembali bersama dengan wadah untuk menentukan kehilangan
berat. Sesegera mungkin dua sub contoh yang telah dikeringkan
dihancurkan secara terpisah. Satu sampel kerja diambil dari masing-
masing sub-sampel.
kadar air dihitung dari hasil pengeringan pendahuluan (tahap pertama)
dan penetapan kadar air (tahap kedua). Jika S1 adalah kadar air yang

6
hilang pada tahap pertama, dan S2 adalah kadar air yang hilang pada
tahap kedua, masing-masing dihitung seperti di atas dan dinyatakan
sebagai persentase, kemudian kadar air sebenarnya dari contoh dihitung
dalam persentase sebagai berikut :
(S1 + S2) – (S1 x S2)
100
Prosedur dan kartu kerja pre-drying dapat di lihat pada Lampiran 1.

Analisa Statistik
Adapun analisa data untuk verifikasi pengeringan pendahuluan (pre drying) ini
dilakukan dengan membandingkan hasil penetapan KA awal dan KA dengan
perlakuan pengeringan pendahuluan. Serta membandingkan hasil penetapan
kadar air dengan menggunakan 3 tipe grinder. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan Program Microsoft Excell (berupa tabel dan grafik).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perlakuan pendahuluan
Untuk perlakuan pendahuluan dilakukan pengujian penetapan kadar air
menggunakan moisture meter, kemudian untuk benih padi yang memiliki tingkat
kadar air lebih dari 13% akan digunakan untuk kegiatan selanjutnya. Alat
moisture meter yang digunakan adalah moisture meter delmhorst, kett, dan 2
DMC500. Setiap lot dilakukan pengujian sebanyak 3 ulangan dengan
menggunakan metode tidak langsung (menggunakan 4 moisture meter). Adapun
hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar air menggunakan Moisture meter


No. Kode Sampel Moisture meter Ul. Kadar air Rata2 KA Selisih
(varietas)
1. PP1 Delmhorst 1 14,3
(Cakrabuana) 2 14,5 14,2 0,8
3 13,7
Kett 1 13,4
2 13,3 13,3 0,3
3 13,1
DMC 500 A 1 14,4
2 13,3 13,9 1,1
3 14,0
DMC 500 B 1 16,7
2 16,3 16,4 0,5
3 16,2
2 PP2 Delmhorst 1 14,7
(Inpari 32) 2 14,7 14,5 0,5
3 14,2
Kett 1 13,2
2 13,2 13,1 0,3
3 12,9
DMC 500 A 1 13,9 13,9 0,0

7
2 13,9
3 13,9
DMC 500 B 1 16,5
2 16,5 16,4 0,3
3 16,2
3. PP3 Delmhorst 1 11,9
(Inpari sidenuk) 2 12,1 11,7 1,0
3 11,1
Kett 1 11,0
2 11,1 11,3 0,7
3 11,7
DMC 500 A 1 11,6
2 11,1 11,5 0,7
3 11,8
DMC 500 B 1 14,7
2 15,0 14,9 0,3
3 15,0
4. PP4 Delmhorst 1 13,4
(Inpari 32) 2 12,2 12,7 1,2
3 12,5
Kett 1 12,3
2 12,7 12,5 0,4
3 12,6
DMC 500 A 1 13,3
2 13,4 13,4 0,1
3 13,4
DMC 500 B 1 15,8
2 16,1 16,0 0,3
3 16,0
5. PP5 Delmhorst 1 12,1
(Sunggal) 2 11,5 11,7 0,6
3 11,6
Kett 1 11,3
2 11,9 11,6 0,6
3 11,5
DMC 500 A 1 11,8
2 12,1 12,1 0,5
3 12,3
DMC 500 B 1 15,1
2 15,0 15,0 0,1
3 15,0
6. PP6 Delmhorst 1 12,4
(Ciherang) 2 11,8 12,1 0,6
3 12,0
Kett 1 12,7
2 12,8 12,7 0,3
3 12,5
DMC 500 A 1 13,0
2 13,0 13,1 0,3
3 13,3
DMC 500 B 1 15,9
2 15,6 15,8 0,3
3 15,9
7. PP7 Delmhorst 1 11,0
10,5 1,0
(Situ Bagendit) 2 10,0

8
3 10,5
Kett 1 10,7
2 10,9 10,8 0,2
3 10,9
DMC 500 A 1 10,5
2 10,6 10,6 0,1
3 10,6
DMC 500 B 1 13,5
2 13,6 13,6 0,2
3 13,7
8. PP8 Delmhorst 1 12,2
(Inpari 32) 2 11,9 12,1 0,4
3 12,3
Kett 1 12,3
2 12,8 12,5 0,5
3 12,3
DMC 500 A 1 13,3
2 13,8 13,5 0,5
3 13,3
DMC 500 B 1 15,7
2 15,6 15,7 0,1
3 15,7
9. PP9 Delmhorst 1 11,0
(Inpari 33) 2 11,1 11,3 0,7
3 11,7
Kett 1 12,1
2 12,4 12,2 0,3
3 12,2
DMC 500 A 1 11,9
2 13,0 12,4 1,1
3 12,4
DMC 500 B 1 14,9
2 15,2 15,1 0,3
3 15,1
10. PP10 Delmhorst 1 11,7
(Sunggal) 2 11,5 11,8 0,8
3 12,3
Kett 1 12,1
2 11,9 12,1 0,5
3 12,4
DMC 500 A 1 12,7
2 12,8 12,6 0,4
3 12,4
DMC 500 B 1 15,2
2 15,3 15,4 0,4
3 15,6
11. PP11 Delmhorst 1 12,7
(Ciherang) 2 11,9 12,4 0,8
3 12,5
Kett 1 12,6
2 12,9 12,6 0,6
3 12,3
DMC 500 A 1 13,2
2 13,6 13,3 0,4
3 13,2

9
DMC 500 B 1 15,6
2 15,8 15,8 0,3
3 15,9
12. PP12 Delmhorst 1 12,1
(Pepe) 2 11,5 12,0 0,9
3 12,4
Kett 1 12,1
2 11,9 12,1 0,3
3 12,2
DMC 500 A 1 12,7
2 12,8 12,7 0,1
3 12,7
DMC 500 B 1 15,5
2 15,1 15,4 0,5
3 15,6
13. PP13 Delmhorst 1 12,2
(Mekongga) 2 11,8 12,1 0,6
3 12,4
Kett 1 12,4
2 12,8 12,5 0,5
3 12,3
DMC 500 A 1 13,0
2 13,2 13,1 0,2
3 13,0
DMC 500 B 1 15,6
2 15,9 15,7 0,3
3 15,6
14. PP14 Delmhorst 1 11,7
(Cakrabuana) 2 11,3 11,6 0,4
3 11,7
Kett 1 11,8
2 11,9 11,8 0,2
3 11,7
DMC 500 A 1 12,0
2 12,4 12,2 0,4
3 12,1
DMC 500 B 1 14,7
2 15,0 14,8 0,4
3 14,6
15. PP15 Delmhorst 1 18,5
(Inpari 32) 2 18,8 18,6 0,3
3 18,6
Kett 1 17,6
2 20,0 18,7 2,4
3 18,4
DMC 500 A 1 20,4
2 21,8 21,1 1,4
3 21,0
DMC 500 B 1 21,8
2 22,4 21,9 0,9
3 21,5
16. PP16 Delmhorst 1 16,5
(Inpari 42) 2 16,9 17,3 2,0
3 18,5
Kett 1 16,8 16,5 2,6

10
2 15,1
3 17,7
DMC 500 A 1 19,2
2 19,9 19,4 0,9
3 19,0
DMC 500 B 1 20,3
2 20,8 20,5 0,5
3 20,4
17. PP17 Delmhorst 1 12,3
(Ciherang) 2 12,4 12,4 0,1
3 12,4
Kett 1 11,8
2 12,2 12,0 0,4
3 12,0
DMC 500 A 1 11,8
2 16,0 13,4 4,2
3 12,3
DMC 500 B 1 14,7
2 17,1 15,4 2,6
3 14,5

Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil pengujian kadar air dengan menggunakan
4 moisture meter sangat beragam, hal ini dikarenakan setiap moisture meter
memerlukan angka penyesuaian atau koreksi, sehingga moisture meter harus di
kalibrasi untuk melihat kelayakannya
Data rata-rata pengujian kadar air menggunakan 4 moisture meter di bandingkan
dengan rata-rata kadar air menggunakan metode oven dapat di lihat pada Tabel
2 dan gambar 5.

Tabel 2. Data rata-rata pengujian kadar air menggunakan 4 moisture meter di


bandingkan dengan rata-rata kadar air menggunakan metode oven
No. Kode Sampel Moisture meter Kadar air Rata2 KA Oven
(varietas)
1. PP1 Delmhorst 14,2
(Cakrabuana) Kett 13,3
13,9
DMC 500 A 13,9
DMC 500 B 16,4
2 PP2 Delmhorst 14,5
(Inpari 32) Kett 13,1
13,5
DMC 500 A 13,9
DMC 500 B 16,4
3. PP3 Delmhorst 11,7
(Inpari sidenuk) Kett 11,3
DMC 500 A 11,5 12,3
DMC 500 B 14,9
4. PP4 Delmhorst 12,7
(Inpari 32) Kett 12,5
13,0
DMC 500 A 13,4
DMC 500 B 16,0
5. PP5 Delmhorst 11,7
(Sunggal) Kett 11,6
DMC 500 A 12,1 12,4
DMC 500 B 15,0

11
6. PP6 Delmhorst 12,1
(Ciherang) Kett 12,7
12,9
DMC 500 A 13,1
DMC 500 B 15,8
7. PP7 Delmhorst 10,5
(Situ Bagendit) Kett 10,8
DMC 500 A 10,6 11,7
DMC 500 B 13,6
8. PP8 Delmhorst 12,1
(Inpari 32) Kett 12,5
13,2
DMC 500 A 13,5
DMC 500 B 15,7
9. PP9 Delmhorst 11,3
(Inpari 33) Kett 12,2
12,6
DMC 500 A 12,4
DMC 500 B 15,1
10. PP10 Delmhorst 11,8
(Sunggal) Kett 12,1
12,7
DMC 500 A 12,6
DMC 500 B 15,4
11. PP11 Delmhorst 12,4
(Ciherang) Kett 12,6
DMC 500 A 13,3 13,1
DMC 500 B 15,8
12. PP12 Delmhorst 12,0
(Pepe) Kett 12,1
12,6
DMC 500 A 12,7
DMC 500 B 15,4
13. PP13 Delmhorst 12,1
(Mekongga) Kett 12,5 12,7
DMC 500 A 13,1
DMC 500 B 15,7
14. PP14 Delmhorst 11,6
(Cakrabuana) Kett 11,8
12,3
DMC 500 A 12,2
DMC 500 B 14,8
15. PP15 Delmhorst 18,6
(Inpari 32) Kett 18,7 19,5
DMC 500 A 21,1
DMC 500 B 21,9
16. PP16 Delmhorst 17,3
(Inpari 42) Kett 16,5
17,8
DMC 500 A 19,4
DMC 500 B 20,5
17. PP17 Delmhorst 12,4
(Ciherang) Kett 12,0
13,1
DMC 500 A 13,4
DMC 500 B 15,4

12
Hasil Uji Kadar Air menggunakan Moisture Meter dan Metode Oven
25

20 Delmhorst
kadar air

Kett
15
DMC 500 A
DMC 500 B
10
Oven

PP16
PP2
PP3
PP4
PP5
PP6
PP7
PP8
PP9
PP10
PP11
PP12
PP13
PP14
PP15

PP17
PP1

Lot benih

Gambar 5. Data rata-rata pengujian kadar air menggunakan 4 moisture meter di


bandingkan dengan rata-rata kadar air menggunakan metode oven

Dari Tabel 2 dan gambar 5. Terlihat bahwa hasil kadar air menggunakan
moisture meter DMC 500A mendekati hasil kadar air yang menggunakan metode
oven
2. Kegiatan verifikasi
Verifikasi metode ini dilaksanakan dengan menggunakan 3 tipe grinding mill
yang ada di Balai Besar PPMBTPH. Tahapan prosedur sebagai berikut :
a. Pengujian kadar air awal dengan metode oven
Semua lot diuji menggunakan metode langsung / oven (menggunakan 3
grinding mill) sebanyak 3 ulangan. Adapun hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 3 Dan Gambar 6 dibawah ini. Bila ada lot yang tingkat kadar
airnya 13% atau lebih maka dilanjutkan pengujian kadar air dengan
menggunakan metode pre-drying (menggunakan 3 grinding mill) kemudian
hasilnya di bandingkan dengan hasil kadar air tanpa pre drying.
Tabel 3. Hasil Pengujian Kadar air menggunakan metode oven dengan
menggunakan 3 tipe grinder
No. Kode Sampel grinder Ulangan Kadar Rata- Rata-rata
(varietas) air rata
1. PP1 Grinder 1 14,1
(Cakrabuana) 4B 2 14,3 14,0
3 13,6
Grinder 1 14,2
4D 2 14,2 14,0 13,9
3 13,6
Grinder 1 13,6
4E 2 14,0 13,6
3 13,3
2. PP2 Grinder 1 13,6
(Inpari 32) 4B 2 13,6 13,6
3 13,6
Grinder 1 13,6 13,5
4D 2 13,6 13,6
3 13,5
Grinder 1 13,3 13,3

13
4E 2 13,5
3 13,1
3. PP3 Grinder 1 12,5
(Inpari sidenuk) 4B 2 12,4 12,4
3 12,3
Grinder 1 12,5
4D 2 12,4 12,5 12,3
3 12,6
Grinder 1 12,1
4E 2 12,0 12,1
3 12,3
4. PP4 Grinder 1 13,0
(Inpari 32) 4B 2 12,9 13,0
3 13,2
Grinder 1 13,0
4D 2 13,1 13,1 13,0
3 13,2
Grinder 1 12,6
4E 2 12,6 12,8
3 13,1
5. PP5 Grinder 1 12,5
(Sunggal) 4B 2 12,5 12,5
3 12,6
Grinder 1 12,7
4D 2 12,3 12,6 12,4
3 12,8
Grinder 1 11,6
4E 2 12,0 12,0
3 12,4
6. PP6 Grinder 1 12,9
(Ciherang) 4B 2 12,8 13,0
3 13,2
Grinder 1 12,9
4D 2 13,0 13,1 12,9
3 13,3
Grinder 1 12,2
4E 2 12,2 12,5
3 13,0
7. PP7 Grinder 1 11,7
(Situ Bagendit) 4B 2 11,8 11,8
3 11,8
Grinder 1 11,7
4D 2 11,7 11,8 11,7
3 11,9
Grinder 1 11,5
4E 2 11,4 11,5
3 11,5
8. PP8 Grinder 1 13,4
(Inpari 32) 4B 2 13,3 13,3
3 13,1
Grinder 1 13,5
13,2
4D 2 13,1 13,4
3 13,7
Grinder 1 12,6
12,8
4E 2 12,8

14
3 12,9
9. PP9 Grinder 1 12,9
(Inpari 33) 4B 2 12,7 12,8
3 12,7
Grinder 1 12,9
4D 2 12,7 12,9 12,6
3 13,0
Grinder 1 12,2
4E 2 12,2 12,2
3 12,3
10. PP10 Grinder 1 13,1
(Sunggal) 4B 2 13,0 13,1
3 13,1
Grinder 1 13,0
4D 2 12,9 12,9 12,7
3 12,8
Grinder 1 12,2
4E 2 12,0 12,1
3 12,2
11. PP11 Grinder 1 13,3
(Ciherang) 4B 2 13,0 13,2
3 13,3
Grinder 1 13,3
4D 2 13,2 13,3 13,1
3 13,4
Grinder 1 12,6
4E 2 12,5 12,7
3 13,1
12. PP12 Grinder 1 12,8
(Pepe) 4B 2 12,6 12,8
3 12,9
Grinder 1 12,9
4D 2 12,6 12,8 12,6
3 13,0
Grinder 1 12,2
4E 2 12,1 12,2
3 12,4
13. PP13 Grinder 1 13,0
(Mekongga) 4B 2 12,8 12,9
3 12,9
Grinder 1 13,0
4D 2 12,8 13,0 12,7
3 13,2
Grinder 1 12,3
4E 2 12,3 12,3
3 12,3
14. PP14 Grinder 1 12,5
(Cakrabuana) 4B 2 12,3 12,3
3 12,1
Grinder 1 12,4
4D 2 12,4 12,4 12,3
3 12,4
Grinder 1 12,1
4E 2 11,9 12,1
3 12,4

15
15. PP15 Grinder 1 19,5
(Inpari 32) 4B 2 20,9 20,1
3 20,0
Grinder 1 18,7
4D 2 20,2 19,5 19,5
3 19,6
Grinder 1 17,6
4E 2 20,3 19,0
3 19,0
16. PP16 Grinder 1 18,4
(Inpari 42) 4B 2 18,0 18,2
3 18,2
Grinder 1 18,0
4D 2 17,6 17,8 17,8
3 17,8
Grinder 1 16,3
4E 2 18,7 17,5
3 17,5
17. PP17 Grinder 1 13,1
(Ciherang) 4B 2 13,1 13,1
3 13,1
Grinder 1 12,9
4D 2 12,9 12,9 13,1
3 12,9
Grinder 1 13,7
4E 2 13,0 13,4
3 13,4

Hasil Uji Kadar Air Metode Oven Menggunakan 3 Tipe Grinder


20

15
Kadar Air

10 Grinder 4B
5 Grinder 4C
0 Grinder 4E
PP2
PP3

PP7
PP8

PP12
PP1

PP4
PP5
PP6

PP9
PP10
PP11

PP13
PP14
PP15
PP16
PP17

Lot Benih Padi

Gambar 6. Grafik Hasil Pengujian Kadar air menggunakan metode oven dengan
menggunakan 3 tipe grinder

Dari Tabel 3 dan gambar 6 Terlihat bahwa hasil kadar air dengan
menggunakan grinder 4E yang menggunakan saringan lebih rendah bila
dibandingkan dengan menggunakan dua tipe grinder yang menggunakan
pengaturan skala. Hal ini dikarenakan hasil penghancuran dengan
menggunakan grinder 4E lebih halus bila dibandingkan hasil penghancuran
grinder 4B dan 4C

16
b. Pengujian kadar air ke 2 dengan metode oven dengan perlakuan
pengeringan pendahuluan
Dari hasil pengujian kadar air menggunakan 17 lot benih padi, di dapat 13
lot benih padi yang memiliki kadar air mendekati atau di atas 13%. Setiap
lot dilakukan pengujian pre drying sebanyak 3 ulangan dengan
menggunakan metode langsung / oven (menggunakan 3 grinding mill)
kemudian hasilnya di bandingkan dengan hasil kadar air tanpa pre drying.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 4. Perbandingan hasil kadar air dengan menggunakan metode oven tanpa
predrying dan dengan predrying

Lot metode oven predrying


benih Grinder Grinder Grinder Grinder Grinder Grinder
4B 4C 4E 4B 4C 4E
PP1 14 14 13.6 14 14 13.5
PP2 13.6 13.6 13.3 13.3 13.3 13.2
PP4 13 13.1 12.8 13.4 13.6 13.5
PP6 13 13.1 12.5 13.3 13.5 13.5
PP8 13.3 13.4 12.8 13.4 13.6 13.4
PP9 12.8 12.9 12.2 13.1 13.2 12.9
PP10 13.1 12.9 12.1 13.3 13.2 13.1
PP11 13.2 13.3 12.7 13.7 13.7 13.6
PP12 12.8 12.8 12.2 13.6 13.5 13.3
PP13 12.9 13 12.3 13.2 13.1 13
PP15 20.1 19.5 19 20.4 20.2 20.2
PP16 18.2 17.8 17.5 19.1 18.9 18.8
PP17 13.1 12.9 13.4 13 13.1 13.1

hasil pengujian kadar air dengan metode oven tanpa


pre drying dan dengan predrying
25
20
kadar air

15
10
metode oven
5
predrying
0

lot benih

Gambar 7. Perbandingan hasil kadar air dengan menggunakan metode oven tanpa
predrying dan dengan predrying

17
Dari tabel 4 dan gambar 7 terlihat bahwa hasil kadar air dengan menggunakan
metode oven tanpa predrying dan dengan predrying memberikan hasil yang
hampir sama

KESIMPULAN

Kegiatan verifikasi metode ini membuktikan bahwa metode pre drying pada
benih padi dapat diaplikasikan di laboratorium. tingkat kadar air benih padi di
atas 13% dapat tetap di uji menggunakan grinder tanpa menggunakan
perlakuan predrying

REKOMENDASI
Berdasarkan ISTA, untuk benih padi dengan KA di atas13% maka wajib
dilakukan pre drying. Berdasarkan hasil verifikasi metode ini dapat di usul dalam
kepmentan 993 bahwa benih padi dengan kadar air di atas 13% dapat langsung
di uji tanpa perlakuan pre drying.

DAFTAR PUSTAKA

[ISTA] International Seed Testing Association. 2022. Seed Science and


Technology. International Rules for Seed Testing. Zurich Switzerland.

Susilowati dkk., 2013. Pengkajian ISTA Rules Penetapan Kadar Air dan Kegiatan
Pendukungnya. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Kementerian Pertanian.

18
Lampiran.

PROSEDUR PREDRYING BENIH PADI

1. Siapkan peralatan (contoh benih, wadah untuk menimbang, 2 buah


nampan, sendok, kartu kerja, timbangan, gunting / pisau, alat tulis
2. Isi kartu kerja
3. Letakkan wadah penimbang pada timbangan, tare sampai nol (0).
4. Buka kemasan contoh benih
5. Campur contoh benih dengan sendok
6. Ambil 3 subcontoh dari posisi yang berbeda menggunakan sendok
sebanyak 25±1 gram (contoh kerja)
7. Timbang menggunakan 3 desimal dan catat beratnya
8. Tuang contoh kerja ke nampan A (SW ulangan 1)
9. Ulangi langkah 3 – 7
10. Tuang contoh kerja ke nampan B (SW ulangan 2)
11. Tutup kemasan benih
12. Letakkan contoh kerja (nampan A dan B) ke dalam oven 130°C selama
7±0,5 menit
13. Letakkan contoh kerja di suhu ruang agar dingin, selama 2 jam ± 5 menit
14. Letakkan wadah penimbang pada timbangan, tare sampai nol (0).
15. Timbang contoh keja di nampan A yang telah dikeringkan (DSW ulangan 1)
16. Timbang contoh keja di nampan B yang telah dikeringkan (DSW ulangan 2)
17. Catat, kemudian hitung pengurangan berat (L) masing masing ulangan
dengan rumus :
L = SW - DSW
18. Hitung KA (S1) masing – masing ulangan dengan rumus : L/SW x 100
19. Secepatnya hancurkan / grinder (penghancuran halus) contoh yang telah
dikeringkan pada nampan A dan B, jumlahnya disesuaikan agar cukup
untuk 1 contoh kerja (4,5 ± 0,5 gram), dari nampan A adalah ulangan 1 dan
nampan B adalah ulangan 2.
Ctt : untuk kegiatan PM maka proses penghancuran halus dilakukan
menggunakan 3 jenis grinder
20. Lakukan uji KA benih padi sesuai ISTA (oven suhu tinggi 130°C selama 2
jam). Hitung KA masing- masing ulangannya (S2).
Ctt : hasil KA ini yang dilaporkan pada kartu induk
21. Hitung KA akhir masing-masing ulangan dengan rumus :
(S1 + S2) – ((S1 x S2) / 100)
22. Hitung selisih / toleransi antar ulangan (≤0,2%), bila tidak toleran maka
seluruh proses mulai dari perlakuan pre-drying di ulang kembali.
23. Hitung rata-rata ulangan 1 dan 2 (merupakan KA yang dilaporkan).

19
KARTU KERJA PRE-DRYING

No Lab :
Jenis tanaman :
Tanggal pengujian :
No Grinder :
Analis :

TEST 1. Pre-Drying

Sebelum pengeringan Formula Ulangan 1 Ulangan 2


(Nampan A) (Nampan B)
SW Contoh kerja pre-drying (g) -

Setelah pengeringan
DSW Contoh kerja pre-drying setelah
dikeringkan (g)
L Kehilangan Berat (g) SW - DSW
S1 KA pre drying (%) L/SW x 100

TEST 2. KA setelah pre-drying

Sebelum pengeringan Formula Ulangan 1 Ulangan 2


(Nampan A) (Nampan B)
M1 Berat cawan + tutup (g) -
M2 Berat cawan + tutup + isi (g)
Berat contoh kerja (g) M2 – M1

Setelah pengeringan
M3 Berat cawan + tutup + isi
setelah dikeringkan (g)
Kehilangan Berat (g) M2 – M3
S2 KA (%) M2 – M3 x 100
M2 – M1
KA akhir (%) (S1+S2) – (S1xS2)
100
Selisih [ul 1 – ul 2] Toleransi (Y / T)
Rata – rata dari ul. 1 dan 2 (Ul.1 + Ul.2)/2 KA (%)
KA yang dilaporkan (dalam 1 desimal

20

Anda mungkin juga menyukai