Disusun oleh :
RINRIN SYIFA NURUL HAFIFAH (231416043)
MAY NUR SOLEHA (2314016044)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul “Basis Arena Kultural
Sastra” tepat pada waktunya. Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pengantar Filsafat ibu Irma Surayya Hanum,M.PD atas arahan dan bimbingannya.
Terlepas dari rekan-rekan yang telah membantu, kami menyadari bahwa pentingnya
referensi dan sumber-sumber yang relevan untuk materi makalah ini. Makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk pembaharuan makalah ini kedepannya.
Tujuan makalah ini adalah untuk mengevaluasi, menganalilis dan mempelajari lebih
dalam mengenai pemikiran Pierre Bourdieu mengenai Sastra. Akhir kata, semoga makalah ini
bisa bermanfaat guna menambah wawasan dan pengetahuan mendasar pada pemikiran Pierre
Bourdie pada lingkup teori Arena Kultural Sastra bagi para pembacanya.
Aamiin yaa robbal Aalamiin.
Konsep Arena
Pierre bourdieu menggunakan konsep “arena” atau “field” dengan tujuan untuk
memberikan suatu gambaran mengenai adanya ruang sosial yang dimana suatu perorangan
atau kelompok bersaing untuk mendapatkan suatu kapital yang akan menentukan posisi
mereka di masyarakat.
Arena mencakup banyak hal, anatar lain pendidikan, ekonomi, politik dan budaya.
Contohnya yaitu dengan adanya “Arena kultural” dalam konteks budaya dimana Bourdieu
menyebutkan bahwa hal ini mencakup tentang sastra, seni , dan media. Para seniman ini
bersaing untuk mendapatkan pengakuan dan kapital yang dapat menempatkan mereka di
posisi terbaik di masyarakat. Contoh lainnya itu dengan adanya dunia “Pendidikan”,
Bourdieu juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses lanjutan yang sudah ada
sebelumnya. Pendidikan membuat kita mengetahui bagaimana caranya menulis dan
membaca. Hal itu yang akan membuat kita lolos dari sebuah arena pendidikan. Hakekatnya
pendidikan itu bersifat secara tidak langsung, pendidikan mendiskrimanasi individu-individu
yang sudah kalah sebelumnya, seperti kalah dalam hal ekonomi dan secara tingkatannya.
Banyak sekali perbedaan antara si “kaya dan si miskin” si “pintar dan si bodoh” yang akan
membuat arena pendidikan menjadi sebuah kesenjangan sosial yang mutlak.
Pembahasan arena ini merupakan suatu persaingan mengapa perebutan suatu posisi
itu menjadikan seseorang itu dinamis, hal itu membuat para seniman bisa berpindah posisi
diamanapun dan kapanpun. Semua perjuang ini dilakukan untuk mencapai posisi yang terbaik
di masyarakat. Maka arena ini bisa di sebut sangat berkaitan dengan arena-arena lain karena
sudah memiliki pengaruh tertentu (Bourdieu 2010;214).
Dari penjelasan di atas dapat di seimpulkan bahwa Pierre Bourdieu tidak selalu
mempokuskan pada suatu karya seni, karena masih ada unsur sosiologi dan politik di
dalamnya. Sedangkan dengan adanya arena sastra ini Bourdieu menjelaskan bahwa
persaingan tersebut merupakan suatu arena positif dari adanya interaksi sosial.
Definisi serupa menunjukan bahwa persaingan antara para seniman ini cukup
mengelurkan modal yang besar, karena untuk mendapatkan kemajuan dan pengakuan dari
karya yang mereka guna meraih kemenangan. Tapi faktanya arena ini bukan sesuatu yang
tetap, karena bisa berubah dan di ubah, hal itu terjadi karena adanya masa kemunduran dari
kejayaan para senior ini yang membuat para junior muda ingin merebut posisi mereka.
Ada 2 hal yang akan merubah sektor arena kultural ini yaitu:
1. Para seniman muda bisa di batasi dengan adanya pertahanan dari para seniman senior,
mereka mencoba mempertahankan posisi mereka.
2. Para seniman junior membuat perubahan dengan cara menyiapkan startegi yang baik
untuk mengambil alih posisi para senior dan memebuat perubahan di sektor arena
tersebut (Bourdieu, 2010:58).
Strategi yang digunakan oleh para seniman ini tentunya bukan hal yang mudah, mereka harus
terus mengembangkan karya-karya nya sehingga bisa mengambil perhatian publik dan
masyarakat. Adapun cara untuk mendapatkan posisi itu yaitu:
1. Adanya sebuah gagasan maupun ide yang berisi tentang sebuah dimensi pundamental
sosial, semua usaha ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal
tersebut bisa di mulai dengan memperluas pengetahuan dan pengenalan yang lebih
spesifik mengenai karya yang mereka kaji.
2. Gagasan yang mereka buat bukan sesuatu yang di rencanakan, namun bisa timbul
dengan sendirinya bahkan tidak pula di sadari secara mekanis. Hal tersebut berupa
suatu pengetahuan pemikiran yang muncul karena adanya aturan-aturan dan hasrat
yang kuat.
3. Gagasan tersebut bisa terjadi dengan adanya sesuatu hal yang ada di dunia nyata,
seperti kejadian sebuah peristiwa tertentu di sebuah tempat dan waktu yang
rinciannya jelas. Bourdieu, ( dalam mahar, 2009: 22)
4.1 Simpulan
Arena Produksi Kultural Sastra mencakup banyak hal, untuk mencapai pengakuan-
pengakuan khalayak secara luas. Pergulatan suatu kekuasaan menjadikan mereka dinamis
membuatnya bisa berpindah posisi dari kekuasaan satu ke kuasaan satu lainnya dan semua
perjalanan tersebut dilakukan untuk mencapai posisi terbaik dimata masyarakat secara luas.
Bourdie tidak memfokuskan pada titik tertentu sebuah karya seni, namun persaingan atau
pergulatan dalam arena tersebut memuat dampak positif dan interaksi sosial sesama penulis
karya senior maupun junior.
Praktek sosial tersebut adalah sebuah ruang lingkup atau bisa disebut ruang sosial pada
sederet seniman secara menyeluruh dan didalamnya terdapat pergulatan. Hubungan dengan
arena erat kaitannya karena mempertahankan kekuasaan atau hubungan ikatan yang sudah
ada sebelumnya. Dalam penjelasan Bourdie pergulatan tersebut bukan sebuah persaingan
negatif namun interaksi sosial sesama seniman junior dan senior. Pada hal ini junior masih
mencari jati dirinya sebagaimana karyanya agar diakui dan seorang senior posisinya yang
sudah terlebih dahulu terjun dan berkarya dalam bidang sastra. Berada pada kondisi
kekuasaan maupun ekonomi yang terdominasi diperlihatkannya kutub negatif arena ini yang
hanya terlihat oleh posisi tingkatan kekuasaan dalam relasi-relasi kelas sastra. Lalu dampak
positifnya justru dari Arena Produksi Kultural Sastra muncul keterbaharuan karya-karya
sastra yang lebih berinovasi, berkembang lebih pesat sehingga menimbulkan ketegangan
tersendiri bagi para seniman.
DAFTAR PUSTAKA
Bourdie, P. (2010). Arena Produksi Kultural. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Gajdosova, J. (2008). Literary field and the question of method. Diambil kembali dari
Qualitative Sociology Review: http://search.proquest.com/docview/1002334269?
accountid=62692
Gartman, D. (2002). Bourdieu's theory of cultural change: Explication application, critique.
Diambil kembali dari Sociological Theory:
http://search.proquest.com/docview/213360140?accountid=62692
Karnanta, K. Y. (2013). PARADIGMA TEORI ARENA PRODUKSI KULTURAL SASTRA
PIERRE BOURDIE. POETIKA, 2.
Kreasi Wacana. (2011). Choses Dites: Uraian dan Pemikiran. Jogjakarta.
Neuman, W. L. (1991). Social Research Methods. Boston: Allyn and Bacon, 36.
Wattimena, R. A. (2017). Berpikir Kritis bersama Pierre Bourdie. Rumah Fisafat, 1-2.