Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BASIS ARENA PRODUKSI KULTURAL SASTRA


PIERRIE BOURDIE

Disusun oleh :
RINRIN SYIFA NURUL HAFIFAH (231416043)
MAY NUR SOLEHA (2314016044)

FAKULTAS ILMU BUDAYA


JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul “Basis Arena Kultural
Sastra” tepat pada waktunya. Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pengantar Filsafat ibu Irma Surayya Hanum,M.PD atas arahan dan bimbingannya.
Terlepas dari rekan-rekan yang telah membantu, kami menyadari bahwa pentingnya
referensi dan sumber-sumber yang relevan untuk materi makalah ini. Makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk pembaharuan makalah ini kedepannya.
Tujuan makalah ini adalah untuk mengevaluasi, menganalilis dan mempelajari lebih
dalam mengenai pemikiran Pierre Bourdieu mengenai Sastra. Akhir kata, semoga makalah ini
bisa bermanfaat guna menambah wawasan dan pengetahuan mendasar pada pemikiran Pierre
Bourdie pada lingkup teori Arena Kultural Sastra bagi para pembacanya.
Aamiin yaa robbal Aalamiin.

Samarinda, 02 November 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.................................................................................................................5
2.1 Tokoh aliran dan teori Pieere Bourdieu............................................................................5
2.2 Konsep dasar aliran..........................................................................................................6
2.3 Isu/tema aliran..................................................................................................................6
2.4 Dampak persaingan antar sastrawan bagi masyarakat.....................................................6
BAB III.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
3.1 Teori Basis Arena Kultural Sastra Pierre Bourdieu..........................................................7
3.2 Hubungan Antara Sastra Dengan Praktek Sosial..............................................................8
BAB IV......................................................................................................................................9
KESIMPULAN..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era yang sudah berkembang sekarang bahkan bisa membuat profesi manusia
terlampau banyak dan beragam. Atas kekuasaan-kekuasaan yang sudah mereka dapatkan
bisa mempunyai profesi lagi karena fleksibelnya jalan ‘menjadi seorang sastra’ di zaman
serba bisa ini. Seperti kisah Dewi Lestari yang awal karirnya adalah seorang penyanyi
latar yang mendapat penghargaan Karya Sastra Terbaik 2006 versi Versi Majalah dan
menjadi 5 Besar Khatulistiwa Literary Awards.
Dalam teorinya Bourdie (2010, hal. 22) menyebutkan bahwa: “Sastrawan merupakan
suatu proses perjalanan yang bertautan yang biasanya di sebut sebagai ‘arena’ contohnya
yaitu seseorang yang membuat cerpen atau novel tidak bisa langsung di sebut sebagai
seorang sastrawan, karena gelar sastrawan itu harus di berikan dari pihak yang berada
dalam arena sastra,” ucap Bourdieu.
Pemahaman tentang sastrawan mempunyai tingkatan yang sangat baik karena arena
satra mempunyai sebuah ruang sosial yang membahas tentang kajian sastra secara
mendalam. Banyak artis sinetron yang terjun ke dunia sastra seperti Salma dan Trie Utami
yang dengan mudah mengubah “ metode menjadi sastrawan”. Dengan demikian kita
harus mempunyai penelitian bagaimana sebuah teori itu dapat menjelaskan mengenai
kondisi para sastra dan sastrawan di zaman modern ini (Karnanta, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori Pierre Bourdieu mengenai Arena Produksi Kultural Sastra dan
penjelasan mengenai persaingan yang ada di dalamnya?
2. Bagaimana hubungan antara sastra dan praktek sosial?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tokoh aliran dan teori Pieere Bourdieu


Pada artikel (Wattimena, 2017) Pierre Biourdieu adalah seorang pemikir Prancis yang
mempelajari tentang struktur sosial masyarakat, dan proses rangkainya akan di ulas secara
lebih luas. Beliau lahir di Prancis pada 01 agustus 1930 di Denguin, dan wafat pada 23
Januari 2002 di Paris, Prancis. Pemikiran yang dia dapat sangat berpengaruh terhadap
Filafat ada abad ke-21. Sebelum wafat, ia pernah mengajar menjadi seorang pendidik di
Lycee di Moulise (1995-1958), Univercsity of Algiers (1958-1960), Ecole Des Hautes
Etudes en Sciences Sociales (1994), College De France (1984).
Beliau juga mendirikan sebuah Centre for the Sociology of Education and Culture.
Dan membuat beberapa buku yaitu Sociologie de I’Algiere (1958; The Algerians, 1962),
La Distinction (1979; Distinction, 1984), Le Sens pratique (1980; The Logic of Practice,
1990), La Noblesse d’etat (1989; The State Nobility, 1996), and Sur la television (1996;
On Television, 1998). Beliau juga seorang editor sebuah Jurnal Actes de la recherche en
sciences sosials. Lalu di tahun 1989, Bourdie membuat Liber yaitu untuk mengulas
karya-karya ilmiah di Eropa. Saat 2001 silam, sebuah film dokumenter berjudul
Sociology is a Combat Sport dipublikasikan guna menghargai jasa atas karya-karya Pierre
Bourdie dan film ini juga mendapat respon positif di Prancis.
Pemikiran Pierre Bourdieu memeiliki sebuah relasi yang sangat berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, tujuannya akan selalu sama yaitu untuk
meraih suatu karya sastra yang di dalamnya terkandung sebuah arena ruang sosial. Tetapi,
Pierre Bourdieu membuat penelitiannya tentang sastra ini berbeda dengan yang lain,
menurutnya, sebuah penelitian dalam objek material dan sosial harus meliputi :
1. Bourdieu menegaskan bahwa penelitian mengenai karya sastra ini di ambil dari ranah
sastra prancis pada abad ke-19. Maksudnya adalah Bourdieu masih harus
menyesuaikan arena sastra yang terdahulu dengan masa sekarang, karena semua karya
sastra sudah mengalami perubahan baik dalam segi pembuatannya maupun dalam segi
pemasarannya. Hal tersebut terlihat ketika Bourdie, (2010:39) bahwa penempatan
bagi seorang novelis dan penyair masih berada di tingkat yang kurang baik, hal
tersebut dikarenakan pada masa sekarang genre sastra, khususnya sastra indonesia
karena penempatan suatu drama tersebut di tempatkan di bawah sebuah puisi atau
novel lainnya.
2. Bourdieu, (2010:40) mengatakan bahwa perubahan sastra dari waktu ke waktu
merupakan sebuah siasat untuk meraih sebuah modal ekonomi menjadi sebuah modal
yang akan membuat sastra beralih menjadi mediab teater. Beliau menyebutkan bahwa
sebuah teater akan menjadi sebuah teater sastra terakhir, karena dia tidak melihat
media lain contohnya seperti sebuah film yang dimana sastrawan-sastrawan muda
akan menunjukan kemampuannya pada ranah sastra.
3. Bourdieu menegaskan bahwa sebuah perubahan di anggap bisa memunculkan suatu
pertimbangan mengenai perubahan yang akan di kaji lebih lanjut karena akan adanya
sebuah efek dari perubahan tersebut.
4. Boudieu mengungkapkan bahwa sebuah produksi dari karya simbolik sama
pentingnya dengan karya sastra matrial, walaupun teorinya kurang menekankan sifat
efektif pada media yang ranahnya menuju ke karya sastra.
5. Bourdieu tidak terlalu menjelaskan spesifik mengenai arena kultural sastra tersebut,
seperti bagaimana cara penulisan dan suatu gaya bahasanya. Namun, bourdieu
menggunakan suatu istilah yang di sebut dengan ‘ realisme murni’ meskipun tanpa
menguraikannya dengan jauh lebih rinci.
2.2 Konsep dasar aliran
Basis arena sastra ini merupakan sebuah kesatuan dari dua cabang, yaitu sebuah
sistem suatu karya yang berbentuk sebuah genre maupun tema, yang di padukan dengan
arena sastra yang akan menjadi sebuah persaingan dikarenkan adanya sebuah aktivitas
yang saling berkaitan. Persaingan ini mempunyai sebuah tujuan yakni untuk melestarikan
suatu ikatan yang ada pada arena kultural ini menjadi sebuah sistem suatu karya yang
akan menjadi rebutan dalam persaingan ini (Bourdieu, 2010: 244). Pierre Bourdieu
menitikberatkan kepada adanya persaingan antar suatu karya seni, persaingan antara suatu
agen ke agen yang lain.
Suatu teori harus mempunyai fungsi berupa penjelasan, penelitian, dan perkiraan
mengenai objek tertentu (Neuman, 1991: 36). Kajian yang serupa sesuai dengan
pemikiran Pieere Bourdieu bahwa sebuah kerangka pemikiran harus mencakup sebuah
teori penerapan paradigma perkenalan, Kuhn (1998,25-27). Sedangkan arena merupakan
bagian khusus yang terdapat di lingkungan masyarakat. Hal itu mencakup arena
pendidikan, arena politik, arena seniman maupun arena bisnis.
2.3 Isu/tema aliran
Tema ini di ambil untuk mengetahui mengetahui bagaimana peranan sastra dalam
cakupan sosial, mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai arena sastra yang
menjadi incaran para sastrawan. Arena sastra ini merujuk pada lingkungan yang ruang
lingkup nya lebih luas guna mendapat apresiasi dari media publik dan mendapat sebuah
pengakuan, mencakup unsur seperti sejarah, sosial, dan bahasa.

2.4 Dampak persaingan antar sastrawan bagi masyarakat


Persaingan yang tejadi di dunia sastra ini berbeda dengan persaingan yang ada pada
kasus lain, persaingan ini mempunyai dampak positif guna untuk mengembangkan dan
melestarikan suatu sastra. Sastrawan senior dan junior yang menggulati suatu karya sastra
ini akan selalu menjaga eksistensinya dalam memperkenalkan karya nya ke media publik
untuk mendapatkan suatu pengakuan. Sastrawan junior ini ingin membuktikan diri
mereka dengan karya-karya yang inovatif untuk mendaptakan pengakuan dari dunia,
sementara sastrawan senior ini mencoba untuk mempertahankan posisi dan reputasi
mereka. Namun, tidak semua sastrawan ini selalu bersaing, banyak pula para sastrawan
yang berkolaborasi untuk mendorong perkembangan dan kemajuan sastra secara
keseluruhan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Teori Basis Arena Kultural Sastra Pierre Bourdieu


Teori ini muncul karena adanya teori lanjutan dari sebuah praktik yang sudah
mendapatkan penelitian sebelumnya, hal ini memengaruhi adanya suatu proses dalam
terbentuknya suatu unsur-unsur tertentu yang akan akan masuk kedalam pembahasan suatu
arena sosial.
Ruang sosial itu sendiri terciptanya karena adanya sebuah sosialisasi, interaksi, dan
komunikasi di dalamnya yang dimana arena atau ruang tersebut menghasilkan seorang
seniman sastrawan itu mempunya perbedaan dengan para seniman lainnya. Bourdieu (dalam
jenkis, 2010-125).

Konsep Arena
Pierre bourdieu menggunakan konsep “arena” atau “field” dengan tujuan untuk
memberikan suatu gambaran mengenai adanya ruang sosial yang dimana suatu perorangan
atau kelompok bersaing untuk mendapatkan suatu kapital yang akan menentukan posisi
mereka di masyarakat.
Arena mencakup banyak hal, anatar lain pendidikan, ekonomi, politik dan budaya.
Contohnya yaitu dengan adanya “Arena kultural” dalam konteks budaya dimana Bourdieu
menyebutkan bahwa hal ini mencakup tentang sastra, seni , dan media. Para seniman ini
bersaing untuk mendapatkan pengakuan dan kapital yang dapat menempatkan mereka di
posisi terbaik di masyarakat. Contoh lainnya itu dengan adanya dunia “Pendidikan”,
Bourdieu juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses lanjutan yang sudah ada
sebelumnya. Pendidikan membuat kita mengetahui bagaimana caranya menulis dan
membaca. Hal itu yang akan membuat kita lolos dari sebuah arena pendidikan. Hakekatnya
pendidikan itu bersifat secara tidak langsung, pendidikan mendiskrimanasi individu-individu
yang sudah kalah sebelumnya, seperti kalah dalam hal ekonomi dan secara tingkatannya.
Banyak sekali perbedaan antara si “kaya dan si miskin” si “pintar dan si bodoh” yang akan
membuat arena pendidikan menjadi sebuah kesenjangan sosial yang mutlak.
Pembahasan arena ini merupakan suatu persaingan mengapa perebutan suatu posisi
itu menjadikan seseorang itu dinamis, hal itu membuat para seniman bisa berpindah posisi
diamanapun dan kapanpun. Semua perjuang ini dilakukan untuk mencapai posisi yang terbaik
di masyarakat. Maka arena ini bisa di sebut sangat berkaitan dengan arena-arena lain karena
sudah memiliki pengaruh tertentu (Bourdieu 2010;214).
Dari penjelasan di atas dapat di seimpulkan bahwa Pierre Bourdieu tidak selalu
mempokuskan pada suatu karya seni, karena masih ada unsur sosiologi dan politik di
dalamnya. Sedangkan dengan adanya arena sastra ini Bourdieu menjelaskan bahwa
persaingan tersebut merupakan suatu arena positif dari adanya interaksi sosial.
Definisi serupa menunjukan bahwa persaingan antara para seniman ini cukup
mengelurkan modal yang besar, karena untuk mendapatkan kemajuan dan pengakuan dari
karya yang mereka guna meraih kemenangan. Tapi faktanya arena ini bukan sesuatu yang
tetap, karena bisa berubah dan di ubah, hal itu terjadi karena adanya masa kemunduran dari
kejayaan para senior ini yang membuat para junior muda ingin merebut posisi mereka.
Ada 2 hal yang akan merubah sektor arena kultural ini yaitu:
1. Para seniman muda bisa di batasi dengan adanya pertahanan dari para seniman senior,
mereka mencoba mempertahankan posisi mereka.
2. Para seniman junior membuat perubahan dengan cara menyiapkan startegi yang baik
untuk mengambil alih posisi para senior dan memebuat perubahan di sektor arena
tersebut (Bourdieu, 2010:58).
Strategi yang digunakan oleh para seniman ini tentunya bukan hal yang mudah, mereka harus
terus mengembangkan karya-karya nya sehingga bisa mengambil perhatian publik dan
masyarakat. Adapun cara untuk mendapatkan posisi itu yaitu:
1. Adanya sebuah gagasan maupun ide yang berisi tentang sebuah dimensi pundamental
sosial, semua usaha ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal
tersebut bisa di mulai dengan memperluas pengetahuan dan pengenalan yang lebih
spesifik mengenai karya yang mereka kaji.
2. Gagasan yang mereka buat bukan sesuatu yang di rencanakan, namun bisa timbul
dengan sendirinya bahkan tidak pula di sadari secara mekanis. Hal tersebut berupa
suatu pengetahuan pemikiran yang muncul karena adanya aturan-aturan dan hasrat
yang kuat.
3. Gagasan tersebut bisa terjadi dengan adanya sesuatu hal yang ada di dunia nyata,
seperti kejadian sebuah peristiwa tertentu di sebuah tempat dan waktu yang
rinciannya jelas. Bourdieu, ( dalam mahar, 2009: 22)

3.2 Hubungan Antara Sastra Dengan Praktek Sosial


Bourdieu, (dalam Gartman, 2022:55) meyakini bahwa penelitian terhadap seni dan
sastra ini sudah dilakukan secara bersama-sama. Arena sastra ini berupa suatu ruang
lingkup yang di dalamnya tercakup pertentangan dan persaingan yang melibatkan para
seniman-seniman sastra. Arena sastra merupakan sebuah kekuatan di dalam suatu
persaingan dengan tujuan untuk mempertahankan suatu hubungan ikatan yang sudah ada
sebelumnya. Para seniman ini membuat strategi dan mengeluarkan sebuah modal yang
bergantung kepada diri masing-masing ungkap Bourdieu (2011: 191).
Bourdieu (2010 : 22 ; Gajdozova, 2008: 87-88) mengemukakan bahwa hal yang
menjadi persaingan antar para sastra ini yaitu adanya sebuah permainan legitimasi tentang
siapa yang berhak di sebut penulis, yang dimana salah satunya menginginkan adanya
suatu perbedaan antar seniman junior dan senior yang jauh lebih berpengalam dan
terorganisir. Perebutan tersebut merupakan suatu praktek sastra dalam perebutan arena
kultural sastra. Yang dimana akan adanya pihak kuat seperti seniman senior yang akan
mempertahankan posisinya. Bourdieu (2010:26) menitikberatkan bahwa perubahan slalu
terjadi ketika pendatang baru atau seniman baru muncul, meskipun mereka masih
mempunyai modal yang masih belum terlalu banyak tapi mereka menegaskan bahwa
kemunculan mereka untuk tujuan agar di ketahui dan di akui agar mereka bisa
mempunyai nama ( Gelar ) untuk diri mereka sendiri.
Sedangkan, gelar “ Kesastrawanan” muncul karena sang seniman tersebut mempunyai
pengakuan dari masyarakat dan media, tapi Bourdieu mengatakan bahwa pengakuan
terseut bukan hal yang besifat absolte. Contoh arena sastra yang di ambil Bourdieu di
prancis, (Bourdieu, 2010: 35) Pemikirannya tentang para seniman bisa di bilang
sastrawan jika termasuk dan mendapatkan 3 hal yaitu:
1. Pengakuan spesifik.
Pengakuan ini diberikan dari suatu kelompok kepada penulis yang merupakan
saingannya sendiri dan hal itu harus setara antara suatu karya dengan karya lain
dan sifatnya cukup.
2. Pengakuan Bourjuis.
Pengakuan ini diberikan karena karya tersebut seusai dengan aturan dan bisa di
terima oleh intuisi negara.
3. Pengakuan populer.
Pengakuan ini diberikan oleh masyarakat luas dan menjadi konsumsi umum bagi
media massa.
Ketiga pengakuan tersebut menunjukkan sebuah posisi antara ikatan sastra yang satu
dengan yang lainnya. Arena sastra sendiri mepunyai cara tersendiri dalam mempertahkan
karyanya tersebut. Namun di saat yang bersamaan, adanya pengakuan bourjuis dan
pengakuan populer ini membuat arena sastra mendapatkan puncak yang seluas-luasnya atau
bisa di sebut dengan “menduanya sastra”. Hal itu terjadi karena adanya hierarki otonom yaitu
adanya pengakuan akibat dari kesuksesan yang kita raih yang dihitung dari suatu hasil
penjualan yang membuat sang penulis patut terhadap adanya hukum dalam pemberlakuan
arena ekonomi.
Pada tahap inilah Bourdieu menyebutkan bahwa merupakan fase persaingan dan adu
kekuatan, yang cenderung akan membawa sebuah perubahan baru dan menimbulkan suatu
ketegangan di antara para seniman. Bourdieu, (2010:5)
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Simpulan
Arena Produksi Kultural Sastra mencakup banyak hal, untuk mencapai pengakuan-
pengakuan khalayak secara luas. Pergulatan suatu kekuasaan menjadikan mereka dinamis
membuatnya bisa berpindah posisi dari kekuasaan satu ke kuasaan satu lainnya dan semua
perjalanan tersebut dilakukan untuk mencapai posisi terbaik dimata masyarakat secara luas.
Bourdie tidak memfokuskan pada titik tertentu sebuah karya seni, namun persaingan atau
pergulatan dalam arena tersebut memuat dampak positif dan interaksi sosial sesama penulis
karya senior maupun junior.
Praktek sosial tersebut adalah sebuah ruang lingkup atau bisa disebut ruang sosial pada
sederet seniman secara menyeluruh dan didalamnya terdapat pergulatan. Hubungan dengan
arena erat kaitannya karena mempertahankan kekuasaan atau hubungan ikatan yang sudah
ada sebelumnya. Dalam penjelasan Bourdie pergulatan tersebut bukan sebuah persaingan
negatif namun interaksi sosial sesama seniman junior dan senior. Pada hal ini junior masih
mencari jati dirinya sebagaimana karyanya agar diakui dan seorang senior posisinya yang
sudah terlebih dahulu terjun dan berkarya dalam bidang sastra. Berada pada kondisi
kekuasaan maupun ekonomi yang terdominasi diperlihatkannya kutub negatif arena ini yang
hanya terlihat oleh posisi tingkatan kekuasaan dalam relasi-relasi kelas sastra. Lalu dampak
positifnya justru dari Arena Produksi Kultural Sastra muncul keterbaharuan karya-karya
sastra yang lebih berinovasi, berkembang lebih pesat sehingga menimbulkan ketegangan
tersendiri bagi para seniman.
DAFTAR PUSTAKA
Bourdie, P. (2010). Arena Produksi Kultural. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Gajdosova, J. (2008). Literary field and the question of method. Diambil kembali dari
Qualitative Sociology Review: http://search.proquest.com/docview/1002334269?
accountid=62692
Gartman, D. (2002). Bourdieu's theory of cultural change: Explication application, critique.
Diambil kembali dari Sociological Theory:
http://search.proquest.com/docview/213360140?accountid=62692
Karnanta, K. Y. (2013). PARADIGMA TEORI ARENA PRODUKSI KULTURAL SASTRA
PIERRE BOURDIE. POETIKA, 2.
Kreasi Wacana. (2011). Choses Dites: Uraian dan Pemikiran. Jogjakarta.
Neuman, W. L. (1991). Social Research Methods. Boston: Allyn and Bacon, 36.
Wattimena, R. A. (2017). Berpikir Kritis bersama Pierre Bourdie. Rumah Fisafat, 1-2.

Anda mungkin juga menyukai