Anda di halaman 1dari 4

BAB III

BUGHAT (PEMBERONTAKAN)
Mengkhianati Pancasila dan NKRI adalah Tindakan Bughat (pemberontak)

Kompetensi Dasar (KD)


1.2. Menghayati hikmah ketentuan Islam tentang larangan bughat
2.2. Mengamalkan sikap taat dan nasionalisme sebagai implementasi dari pengetahuan larangan bughat
1.2. Menganalisis ketentuan tentang larangan bughaat bughat
1.2. Menyajikan contoh-contoh hasil analisis larangan bughat

Tujuan Pembelajaran
1.2.1. Peserta didik meyakini terdapat ketentuan Islam yang melarang tindakan bughat
1.2.2. Peserta didik menyebarkan ketentuan Islam akan larangan tindakan bughat
2.2.1. Peserta didik menjadi teladan dalam bersikap dan bernasionalisme sebagai implementasi dari
pengetahuan larangan bughat
2.2.2. Peserta didik membela NKRI sebagai bentuk nasionalisme dari pengetahuan larangan bughat
1.2.1. Peserta didik menganalisis ketentuan tentang larangan bughat
1.2.2. Peserta didik mengorganisirketentuan tentang larangan bughat
1.2.1. Peserta didik menyusun bahan presentasi contoh-contoh hasil analisis larangan bughat
1.2.2. Peserta didik mempresentasikan contoh-contoh hasil analisis larangan bughat

PETA KONSEP

BUGHAT (PEMBRONTAKAN)

Pengertian Tindakan Status Hukum Hikmah


hukum Hukum Memerang hukuman
terhadap Bughat i Bughat bagi Buga>t
Bughat

FIQH, MADRASAH ALIYAH, XI GASAL


1. Pengertian dan Hukum Bughat
Menurut bahasa kata bugāt (‫) بغاة‬ adalah bentuk jama’ dari isim fa’il (ٍ‫)ابغ‬ yang berasal dari fi’il

( ‫يَْبغِى‬-‫ )بَغَى‬yang berarti maksiat, melampaui batas, berpaling dari kebenaran dan zalim.
Bughat menurut para ulama adalah :
a. Al-Zamakhsyari mendefinisikan kata al-baghyu yang merupakan bentuk mashdar dari kata al -
bughat dengan melampaui batas, perbuatan zhalim,dan menolak perdamaian.
b. Ibnu Katsir mendefinisikan al-Baghyu dengan menolak kebenaran dan merendahkan atau
menganggap remeh kepada manusia lainnya, permusuhan terhadap manusia.
c. Al - Zuhaily mengatakan pemberontakan adalah sikap seseorang yang keluar dari ketundukan dan
kepatuhan kepada pemimpin (pemerintah) dengan melakukan perlawanan dan revolusi bersenjata,
atau pembangkangan terhadap pemimpin dengan menggunakan kekerasan
d. Asy - Syafi’iyah mendefinisikan bahwa al - Bughat adalah orang-orang yang memberontak kepada
pemimpin walaupun ia bukan pemimpin yang adil dengan suatu ta’wil yang diperbolehkan (ta’wil
sâ’igh), mempunyai kekuatan (syaukah).
e. Al-Qurthubi mendefinisikan Bughat sebagai keluarnya sekelompok orang untuk menentang dan
menyerang imam yang ‘adil, yang diperangi setelah sebelumnya diserukan untuk kembali (ruju’)
kepada ketaatan
Sedangkan menurut istilah syara’ bughāt adalah sekelompok orang yang melakukan pemberontakan
terhadap imam atau pemerintah yang sah, dengan cara memisahkan diri, tidak mentaati perintah imam
atau menolak kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Dari sini maka suatu kelompok dapat dikatakan bughat apabila memenuhi persyaratan berikut :
a. Mereka memiliki kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata. Jadi tindakan menentang imam
yang tidak memiki kekuatan tidak dinamakan bugāt.
b. Memiliki ta’wīl (alasan) atas tindakan mereka keluar dari kepemimpinan imam atau tindakan mereka
menolak melaksanakan kewajiban,
c. Memiliki pengikut yang setuju dengan mereka
d. Memiliki pemimpin yang ditaati.
Perbuatan bughah atau membangkang terhadap pemerintah yang sah, hukumnya haram dan
termasuk perbuatan dosa. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya bahwa orang yang
melakukan pembangkangan, dan membelot dari jamaahnya kelak akan mati sebagaimana matinya
orang jahiliyah. Sabda Rasulullah SAW :

)ٍ‫منٍخرجٍعنٍالطاعةٍوفارقٍاجلماعةٍفماتٍميتةٍجاٍهليةٍ(ٍرواهٍمسلم‬
Artinya : ” Barangsiapa keluar dari taatdan memisahkan diri dari jamaah, kemudian ia mati, maka
matinya termasuk mati jahiliyah.” (HR. Muslim)

2. Tindakan Hukum Terhadap Bughat


Para Bughat harus diusahakan sedemikian rupa agar sadar atas kesalahan yang mereka lakukan,
hingga akhirnya mau kembali taat kepada imam dan melaksanakan kewajiban mereka sebagai warga
negara.
Proses penyadaran kepada mereka harus dimulai dengan cara yang paling halus. Jika cara
tersebut tidak berhasil maka boleh digunakan cara yang lebih tegas. Jika cara tersebut masih juga
belum berhasil, maka digunakan cara yang paling tegas.
Berikut urutan tindakan hukum terhadap Bughatt sesuai ketentuan fiqh Islam:
a. Mengirim utusan kepada mereka agar diketahui sebab–sebab pemberontakan yang mereka
lakukan. Apabila sebab-sebab itu karena ketidaktahuan mereka atau keraguan mereka, maka
mereka harus diyakinkan hingga ketidaktahuan atau keraguan itu hilang.
b. Apabila tindakan pertama tidak berhasil, maka tindakan selanjutnya adalah menasihati dan
engajak mereka agar mau mentaati imam yang sah.
c. Jika usaha kedua tidak berhasil, maka usaha selanjutnya adalah memberi ultimatum atau
ancaman bahwa mereka akan diperangi. Jika setelah munculnya ultimatum itu mereka meminta
waktu, maka harus diteliti terlebih dahulu apakah waktu yang diminta tersebut akan digunakan
untuk memikirkan Kembali pendapat mereka, atau sekedar untuk mengulur waktu. Jika ada
indikasi jelas bahwa mereka meminta penguluran waktu untuk merenungkan pendapatpendapat
mereka, maka mereka diberi kesempatan, akan tetapi sebaliknya, jika didapati indikasi bahwa
mereka meminta penguluran waktu hanya untuk mengulur-ulur waktu maka mereka tak diberi
kesempatan untuk itu.
d. Jika mereka tetap tidak mau taat, maka tindakan terakhir adalah diperangi sampai mereka sadar
dan taat kembali.

3. Status Hukum Pelaku Bughat


Kalangan bughat tidak dihukumi kafir. Hukuman bagi pelaku bughat secara jelas telah disebutkan
dalam al – Quran, sebagaimna Al - Quran menegaskan dalam surat al-Hujurat [49]: 9

FIQH, MADRASAH ALIYAH, XI GASAL


َّ ُ َ َ ْ ُْ َ َ َ ُ ٰ ْ ْ ََ ْ َ َ ُ ََْ ْ ُ ْ ََ ََُْ ْ َْ ْ ُْ َ ٰ َ َ ْ َ
‫ىهما على الاخ ٰرى فق ِاتلوا ال ِت ْي‬ ‫ن بغت ِاحد‬ ْۢ ‫واِ ن ط ۤاىِٕفت ِن ِمن المؤ ِم ِنين اقتتلوا فاص ِلحوا بينهماۚف ِا‬
َ ْ ْ ُ َ ّٰ َّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ّٰ َ ٰٓ َ ّٰ َ َ
‫يح ُّب ال ُمق ِس ِط ْين‬ِ ‫ّٰلل‬ ‫ۗان ا‬ ِ ‫ت ْب ِغ ْي حتى ت ِف ْ ۤي َء ِالى ا ْم ِر‬
ِ ‫اّٰللۖف ِان فاۤءت فاص ِلحوا بينهما ِبالعد ِل واق ِسطوا‬
Artinya : “ Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka
perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil”. (QS. Al – Hujurat : 9)

Pembrontak yang taubat, taubatnya diterima dan ia tidak boleh dibunuh. Mereka cukup ditahan
saja hingga sadar.
Adapun harta mereka yang terampas tidak boleh disamakan dengan ghanimah. Karena setelah
mereka sadar, harta tersebut kembali menjadi harta mereka. Bahkan jika didapati kalangan bughat
yang terluka saat perang, mereka tidak boleh serta merta dibunuh
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa kala terjadi perang Jamal, Ali menyuruh agar diserukan:
“Yang telah mengundurkan diri jangan dikejar, yang luka-luka jangan segera dimatikan, yang
tertangkap jangan dibunuh, dan barang siapa yang meletakkan senjatanya harus diamankan.

4. Contoh Perbuatan Bughat


Bughah pada prinsipnya adalah pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Seperti halnya
yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah dulu, seperti pemerintahan khulafaurrasyidin.
Pada Rasulullah Saw, di Madinah, orang-orang Yahudi Bani Quraidhah melakukan pengingkaran
terhadap perjanjian perdaiaman yang dibuat bersama Rasulullah. Lalu mereka melakukan
pembangkangn penyerangan dan pembunuhan terhadap umat Islam. Bahkan mereka merencanakan
untuk membunuh Rasulullah SAW,dan pada akhirnya Bani Quraidhah ini diperangi.
Pada zaman pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, penduduk Nahrawan melakukan
pemberontakan. Lalu khalifah Ali bin Abi Thalib segera mengirim delegasi untuk melakukan
perundingan dengan para pemberontak tersebut. Berbagai upaya untuk menyadarkan mereka telah
ditempuh, namun penduduk Nahrawan tetap membangkang dan memberontak. Dengan demikian,
khalifah Ali bin Abi Thalib mengambil tindakan tegas dengan memerangi mereka, dan akhirnya
gerakan mereka dapat ditumpas.
Dewasa ini, banyak gerakan yang menentang dan tidak mau tunduk terhadap pemerintahan yang
sah di negerinya. Di Srilangka terdapat gerakan Macam Elam Tamil, di Filipina terdapat gerakan
MNLF, di Indonesia terdapat gerakan Aceh Merdeka, dll.

5. Bahaya Bughat
a. Stabilitas politik dan keamanan terganggu.
b. Roda perekonomian terganggu.
c. Muncul rasa saling curiga antar sesama masyarakat.
d. Masyarakat menjadi resah dan tidak tenteram.
e. Hidup si pelaku tidak akan tenang.
f. Di akhirat kelak ia akan mendapat siksa yang amat pedih dari Allah SWT.

6. Hikmah Hukuman Bagi Bughat


Hikmah diharamkannya Bughat :
a. Terciptanya situasi dan kondisi negara yang aman, tentram
b. Hilangnya rasa was-was dan ketakutan masyarakat.
c. Terjalinnya persatuan dan kesatuan antara sesama komponen bangsa
d. Program pembangunan yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan sesuai dengan rencana
e. Secara bersama-sama dapat menciptakan suatu negara yang adil, makmur dan mendapat ridha
Allah SWT

FIQH, MADRASAH ALIYAH, XI GASAL


FIQH, MADRASAH ALIYAH, XI GASAL

Anda mungkin juga menyukai