Anda di halaman 1dari 20

Jarimah Bughat

Dan
Jarimah Murtad
Mhd. Wahyu Anshari
(11180440000003)
Anggit Nilam Cahya
(1180440000051)
Nur Cholizah
(11180440000057)
A Jarimah Bughat
Pengertian Jarimah Bughat
Secara Etimologi

• Secara etimologi, kata bughat berasal dari bahasa Arab Baghaya yang memiliki
arti yang sama dengan kata zhalama yaitu berlaku zalim, menindas.
• Pendapat lain menyebutkan bahwa kata bughat berasal dari kata bagho yabghi
yang berarti menginginkan sesuatu. Sebagaimana dalam firman Allah SWT surat
Al-Kahfi ayat 64:
“Musa berkata: Itulah (tempat) yang kita cari.” (QS. Al-Kahfi: 64)
• Dalam „urf, kata al-baghyu diartikan meminta sesuatu yang tidak halal atau mela
nggar hak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al- A'raf ayat 33;
”Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang Nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak ma
nusia tanpa alasan yang benar.” (QS. Al-A‟raf: 33)
Definisi Bughat menurut Para Ulama

Ulama Malikiyah

1 Mendefinisikan bughat sebagai tindakan menolak untuk tunduk dan taat kepada
orang yang kepemimpinannya telah tetap dan tindakannya bukan dalam maksiat,
dengan cara menggulingkannya, dengan menggunakan alasan (ta‟wil).

Ulama Hanafiyyah
2 Bughat adalah keluar dari ketaatan kepada imam (kepala negara) yang sah dengan
cara dan alasan yang benar.

Ulama Syafi’iyyah
3 Mendefinisikannya dengan orang-orang Islam yang tidak patuh dan tunduk kepada
pemimpin tertinggi negara dan melakukan suatu gerakan massa yang didukung
oleh suatu kekuatan dengan alasanalasan mereka sendiri.

Ulama Hanabilah
4 Mendefinisikannya dengan menyatakan ketidakpatuhan terhadap pemimpin negara
sekalipun pemimpin itu tidak adil dengan menggunakan suatu kekuatan dengan
alasan-alasan sendiri
Dasar Hukum
Jarimah Bughat
• “Dan apabila ada dua golongan dari orang-orang yang beriman berperang maka damaikanlah keduanya. Apabila salah
satu dari keduanya itu berbuat aniaya terhadap golongan lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehing
ga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali(kepada perintah Allah), maka damaikanla
h antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q
S. Al Hujuraat :9)
• “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan b
ertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujuraat: 10)
• “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat, tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul-Nya (sunnahnya) jika ka
mu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat
nya. (QS. An-Nisa:59)
• HR. Muslim dari Abdullah Ibnu Umar dari Rasulullah SAW “Barang siapa telah memberikan kepercayaan kepada imam
(pemimpin) dengan kedua tangannya dan sepenuh hatinya maka hendaklah ia menaatinya sesuai dengan kemampuan
nya. Apabila datang orang lain yang menentang dan melawannya, maka pukullah leher orang tersebut.” (HR. Muslim da
ri Abdullah Ibnu Umar dari Rasulullah SAW)
• “Saya mendengar rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang datang kepada kamu sekalian sedangkan kamu telah s
epakat kepada seorang pemimpin, untuk memecah belah kelompok kalian maka bunuhlah ia.” (HR. Muslim)
• “Nanti akan terjadi beberapa peristiwa, barang siapa yang berkehendak untuk memecah belah urusan umat ini, yang su
dah disepakati maka bunuhlah ia dengan pedang di manapun dia berada.” (HR. Muslim)
Pembangkangan terhadap kepala negara
1 (imam)

Unsur
Unsur 2 Pembangkangan dilakukan dengan kekuatan

Bughat
Adanya niat melawan Hukum
3 (al-qasd al-jinaiy)
Sanksi Bughat
Dalam menentukan sanksi bagi pelaku pidana bughat atau pemberontakan dibagi menjadi dua hal, yakni;

Pertama Kedua
• Tindak pidana yang berkaitan langsung • Tindak pidana yang tidak berkaitan
dengan pemberontakan. Yang dimaksud langsung dengan pemberontakan. Yang
tindak pidana yang berkaitan langsung dimaksudkan dengan tindak pidana yang
dengan pemberontakan adalah berbagai tidak berkaitan dengan pemberontakan
tindak pidana yang muncul sebagai bentuk adalah berbagai tindak kejahatan yang
pemberontakan terhadap pemerintah, tidak ada korelasinya dengan
seperti perusakan fasilitas publik, pemberontakan, tapi dilakukan pada saat
pembunuhan, penganiayaan, penawanan terjadinya pemberontakan atau
dan lain sebagainya. peperangan. Beberapa kejahatan tersebut
• Sebagai konsekuensi dari berbagai seperti minum minuman keras, zina atau
kejahatan yang langsung berkaitan dengan perkosaan, pencurian, dan lain sebagainya.
pemberontakan tersebut, pelaku tidak Ketika beberapa perbuatan tersebut
mendapat jarimah biasa, akan tetapi dilakukan, maka akan dihukumi dengan
mendapat hukuman mati. Akan tetapi, jika hukuman jarimah biasa dan akan
imam memberikan pengampuan (amnesti), mendapat hukuman hudud sesuai dengan
maka pelaku pemberontakan akan jarimah yang dilakukan.
mendapatkan hukuman ta‟zir.
• Secara umum, pada hakikatnya hukuman bagi pelaklu pemberotakan adalah hukuman mati Walau jarimah
pemberontakan adalah hukuman mati atau ditumpas pada saat terjadinya perang, tapi para ulama mazhab
sepakat harus adanya proses dialog terlebih dahulu sebelum hukuman mati dieksekusi. Proses dialog dala
m rangka menemukan faktor yang mengakibatkan para pembangkang melakukan pemberontakan. Jika me
reka menyebut beberapa kezaliman atau penyelewengan yang dilakukan oleh imam dan mereka memiliki f
akta-fakta yang benar maka imam harus berupaya menghentikan kezaliman dan penyelewengan tersebut.

• Upaya berikutnya adalah mengajak para pemberontak diajak kembali tunduk dan patuh kepada imam atau
kepala negara. Apabila mereka bertaubat dan mau kembali patuh maka mereka dilindungi.Sabaliknya, jika
mereka menolak untuk kembali, barulah diperbolehkan untuk memerangi dan membunuh mereka. Hal ters
ebut berdasarkan surat al-Hujjarat ayat 9.

• Pendekatan dialog serta ajakan untuk kembali patuh kepada imam sebelum melakukan perang bagi pembe
rontak, menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran cinta damai, mengajarkan kasih sayang dan menjadi
rahmat untuk alam semesta “rahmatan lil alamin”. Perimbangan lain, pertempuran dalam bentuk apapun ha
nya akan menimbulkan kerugian kepada kedua belah pihak.

• Untuk menentukan hukum dalam Islam, selain pertimbangan nash juga ada kaidah fiqh yang bisa menjadi
pedoman. Salah satu kaidah fiqh tersebut adalah maslahat mursalah, yakni menetapkan hukum dalam hal-
hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam al-quran maupun al-sunnah, dengan pertimbangan untuk kem
aslahatan atau kepentingan hidup manusia yang bersendikan pada asas menarik manfaat dan menghindari
kerusakan.
B Jarimah Murtad
Definisi Riddah / Murtad

• Al-riddah berasal dari kata irtadda, menurut wazan ifta‟ala, berasal dari kata radda yang artinya “berbalik”.
• Kata riddah khusus digunakan dalam arti “kembali kepada kekafiran”. Orang yang melakukannya disebut
murtad.
• Dalam wacana Hukum Islam dipahami sebagai “keluar dari agama Islam menuju kepada kekafiran, baik
dengan niat, ucapan, maupun tindakan, baik dimaksudkan senda gurau, atau dengan sikap permusuhan
maupun karena suatu keyakinan”.
• Menurut Muhhammad Rawas Qal‟ahjiy, riddah adalah keluar dari Islam dengan keyakinan, perkataan,
dan perbuatan.
• Sedangkan al-riddah menurut istilah ulama‟ adalah kembali dari Islam ke kafir, maka murtad adalah
seseorang yang kembali dari Islam ke kufur, dan riddah disini meliputi tiga hal, pertama adalah riddah
dengan perkataan, seperti mencela para Nabi dan menghina mereka (cemooh atau ejekan “istihza”).
Kedua adalah riddah dengan tindakan seperti sujud terhadap patung atau berhala atau sesuatu yang
disembah selain Allah meletakkan kitab Allah dalam sampah dan perlawanan atau penentangan “‟inad”.
Ketiga adalah riddah dengan keyakinan seperti menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal
atau mengingkari rukun Islam.
• Seorang murtad adalah seorang yang mengingkari adanya pencipta, meniadakan rasul (nafy al-rasul),
menghalalkan haram yang telah disepakati dengan ijma‟ seperti zina, liwat, minum khamr dan meletakkan
sesuatu tidak pada tempatnya
Orang murtad itu mendapat hukuman dunia, yaitu hukuman mati yang dinyatakan Nabi SAW. dalam hadis
yang berbunyi:
ُ‫َم ْن َبدَّ َل دِينَهُ فَا ْقتُلُوه‬
“Orang yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia”
Dengan adanya ancaman dalam bentuk hukuman dunia itu, maka riddah termasuk dalam salah satu tindak
kejahatan yang dikenai ancaman hukuman hudud. Hukuman hudud dilaksanakan bila telah terpenuhi syarat
dan rukun dari pelaksanaan hudud tersebut, yaitu:

1. Tindakan itu adalah keluar dari 2. Keluar dari agama Islam itu
agama Islam dengan melalui salah dilakukan dengan niat, sengaja dan
satu cara sebagaimana disebutkan penuh kesadaran, serta
sebelumnya, yakni melakukan mengetahui bahwa tindakannya itu
sesuatu melalui perbuatan yang dilarang agama dengan ancaman
secara jelas dengan dalil yang pasti hukuman dunia dan akhirat.
dalam teks al-Qur‟an dan al-
Sunnah, dan melalui ucapan dan
akidah (al-riddah bi al-fi‟l, al-qawl
wa al-aqidah).
Selanjutnya Muhammad Rawas Qal‟ahjiy berpendapat bahwa seseorang tidak dianggap murtad, kecuali orang tersebut
mempunyai beberapa syarat, diantaranya sebagai berikut.

• Islam yaitu, disyaratkan bagi orang murtad adalah orang yang sebelumnya sudah memeluk agama Islam, kemudian
ia meninggalkan Islam dan pindah ke agama selain Islam. Oleh karena itu, hukuman riddah tidak berlaku pada oran
g Yahudi yang meninggalkan agamanya pindah ke agama kristen atau sebaliknya.Tindakan itu dilakukannya dalam
beragama Islam. Pindahnya non muslim dari satu agama ke agama lain, tidak disebut murtad, karena kekafiran itu
sama tingkatannya antara satu dengan lainnya.

• Balig dan berakal. Apabila orang gila, tidur, pemabuk dan semacamnya, jika mereka berucap riddah, maka tidak dia
nggap murtad, karena mereka berucap tidak menggunakan akal, dan apabila seorang yang belum balig atau berum
ur murtad, maka riddah-nya tidak dianggap, karena akalnya belum sempurna. Dengan pernyataan yang sama, Amir
Syarifuddin berpendapat, pelaku tindakan riddah itu, adalah seseorang yang telah dewasa dan berakal sehat. Murta
d yang dilakukan oleh anak-anak atau orang gila, tidak termasuk kepada tindakan yang dikenai hukuman mati. Hal i
ni dinyatakan dalam hadis Nabi SAW sebagai berikut“Diangkatkan al-qalam (tuntunan hukuman) dari tiga pihak: dar
i anak-anak sehinggan dia dewasa, dan dari orang yang tidur sampai dia terbangun dan dari orang gila sampai dia
berakal atau sembuh”

• Berniat dan Ikhtiyar, Tindakan riddah itu dilakukan secara sadar dengan kehendak sendiri. Apabila tindakan seoran
g muslim, karena terpaksa mengucapkan kalimat kufur, maka ia tidak kafir, sebagaimana firman Allah SWT dalam s
urat al-Nah}l (16): 106. “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah
), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi ora
ng yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar
.”

Orang yang salah berucap dengan kalimat kafir, atau karena kebodohanya sehingga ia tidak tahu bahwa ucapannya bis
a mengkafirkannya, maka ia tidak dianggap kafir.
Bertakwa dan beriman (ma‟rufan bi al-taqwa wa husn al-iman). Ibn Taymiyah berpendapat, tidak boleh mengkafirkan sal
ah satu ulama muslim, hanya dikarenakan salah bicara atau berpendapat.
Jenis-Jenis Riddah
Perbuatan dan macam-macam riddah, sebagai berikut

Riddah dengan ucapan Riddah dengan perbuatan Riddah dengan Kepercayaan

Sujud kepada patung, pohon, Kepercayaan adanya sekutu


Mencaci Allah SWT atau bagi Allah atau kepercayaan
Rasul-Nya SAW., atau batu, kuburan dan
memberikan sembelihan bahwa zina, khamr dan riba
malaikat-malaikat-Nya atau adalah halal atau hal
salah seorang dari Rasul-Nya, untuknya,membuang mushaf
al-Qur‟an ditempat-tempat semisalnya yang telah
Mengaku mengetahui ilmu disepakati kehalalan,
ghaib atau mengaku nabi atau yang kotor, melakukan sihir,
mempelajari dan keharaman atau wajibnya
membenarkan orang yang secara ijma‟ (konsensus) yang
mengaku sebagai nabi, mengajarkannya,
memutuskan hukum dengan pasti, yang tidak seorangpun
berdo‟a kepada selain Allah tidak mengetahuinya.
atau memohon pertolongan selain apa yang diturunkan
kepada-Nya. Allah dan meyakini
kebolehannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa riddah ada dua jenis:

• Pertama, riddah mujarradah (kemurtadan murni).

• Kedua, riddah mughalladzah (kemurtadan berat), yang oleh syariat harus digan
jar hukuman bunuh.

Berdasarkan dalil-dalil syariat, maka terhadap kedua jenis riddah itu wajib dijatuhi
hukuman bunuh.
Hanya saja, dalil-dalil yang menunjukkan gugurnya hukum bunuh, karena bertaub
at hanya terarah kepada jenis pertama, sedangkan terhadap jenis kedua, maka da
lil-dalil menunjukkan wajibnya membunuh pelakunya, karena tidak terdapat nassh
maupun ijma' yang menggugurkan hukum bunuh tersebut.
Dasar Hukum Jarimah Murtad
• QS. al-Baqarah, 2: 217. “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya
, lalu dia mati dalam kekafiran,”

• QS. Ali „Imran [3]: 85. “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka se
kali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termas
uk orang-orang yang rugi.”

• QS. Ali „Imran [3]: 19. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam.”

• HR. Ibn Majah.“Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang siapa mengganti aga
manya, bunuhlah dia”.

• HR. al-Bukhari dan Muslim.“Tidak halal darah seorang muslim besaksi bahwa tida
k ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah kecuali dengan tiga hal, (s
alah satunya) orang yang murtad dari agamanya dan berpisah dari jama‟ah”
Macam-macam Hukuman Riddah
Apostasy atau konversi agama (riddah) mendapat hukuman (al-„uqubat) yang be
rbeda-beda tergantung tempat dan waktu kejahatan itu berlaku (dhuruf al-jarima
h), yaitu Hukuman asal, hukuman ganti, dan hukuman tambahan.

1 2 3
Hukum Asal atau Hukuman pengganti .Sanksi pidana tambahan
Pokok Pidana pada orang yang untuk pelaku riddah, adalah
pokok untuk jarimah berbuat riddah merampas hartanya dan
riddah adalah (konversi agama) hilangnya hak terpidana
pidana mati dilihat dari dua untuk mengelola hartanya
keadaan (tasarruf almal)
Hukum Asal atau Pokok Pidana
• Hukum Asal atau Pokok Pidana pokok untuk jarimah riddah adalah pidana mati. Sanksi pidana pokok lain, adalah pidana
penjara. Akan tetapi ini hanya berlaku bagi perempuan yang murtad (murtadah). Pada dasarnya hukuman asal riddah ad
alah dibunuh sebagaimana Dibunuh adalah hukuman sabda Rasu>lullah SAWsecara umum bagi seorang murtad, dan ti
dak membedakan laki-laki atau perempuan, muda atau tua.

• Akan tetapi Abu Hanifah berpendapat, perempuan tidak dibunuh karena riddah, tapi ia dipaksa masuk Islam. Adapun pak
saannya ke Islam dengan cara dipenjara, dan ia dikeluarkan bila ia bertaubat dan masuk Islam. Apabila tidak, maka ia di
kurung sampai ia masuk Islam atau mati. Hujjah Abu Hanifah adalah sesungguhnya Rasulullah SAW. melarang membun
uh perempuan kafir. Apabila seorang perempuan tidak dibunuh karena perempuan kafir, maka lebih utama tidak membu
nuh seorang perempuan yang berbuat riddah. Adapun hadis tersebut, adalah sebagai berikut: “Rasulullah SAW. Bersabd
a: pergilah kalian dengan menyebut nama Allah dan dengan Allah dan agama (yang dibawa) utusan Allah, dan janganlah
kalian membunuh orang tua faniyan, bayi, anak kecil, perempuan. Dan janganlah kalian tagullu dan menambah harta ra
mpasan kalian, dan berbuat kebenaran dan kebaikan, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaika
n”

• Sedangkan mazhab-mazhab lainnya berbeda pendapat dengan madhhab Abu Hanifah, karena madhhab lain tidak mem
bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hukuman murtad bagi perempuan (murtadah) adalah hukuman mati sebagaim
ana hukuman murtad bagi laki-laki (murtad). Hujjah mereka adalah hadisRasulullah SAW. “Tidak halal darah seorang mu
slim yang bersaksi bahwa „Tiada Tuhan selain Allah dan Aku adalah utusan-Nya‟ kecuali karena salah satu dari tiga hal:
pembunuhan, zina muhs}ān, serta meninggalkan agama dan keluar dari jama'ahnya.”
Hukuman Pengganti
Hukuman pengganti pada orang yang berbuat riddah (konversi agama) dilihat
dari dua keadaan:
• Keadaan pertama, pidana pengganti diberikan kepada pelaku riddah, apab
ila sanksi pidana pokok tidak dapat diterapkan, yaitu jika pelaku riddah tela
h bertaubat. Sanksi pidana pengganti ini adalah ta‟zir yang diputuskan oleh
penguasa atau hakim (al-qadhi), sesuai dengan tindak kejahatan, berupa p
enahanan sementara, dera, denda atau pencelaan dirinya, dan penahanan
sementara tersebut tidak ada batasnya sehingga muncul islah.

• Keadaan kedua, apabila ada kesamaran sebagaimana pendapat Abu Hani


fah, bahwa sanksi pidana pokok tidak dapat diterapkan pada perempuan
murtadah dan anak murtad. Pendapat Imam Malik, bahwa keduanya dipen
jara sampai masuk Islam dan dipaksa masuk Islam
Hukuman Tambahan
• Sanksi pidana tambahan untuk pelaku riddah, adalah merampas hartanya dan hilangnya hak te
rpidana untuk mengelola hartanya (tasarruf almal).

• Menurut salah satu pendapat dari al-Malikiyyah dan al-Hanabilah, dan rajih dari al-Shafi‟iyyah,
bahwa harta orang murtad yang telah dibunuhmenjadi harta fay‟ (harta rampasan) di bayt al-ma
l (kas negara) kaum muslimin, dan didistribusikan kepada penerima fay‟, karena harta tersebut t
idak boleh diwarisi orang muslim atau orang kafir. Dalil mereka (alMalikiyyah, al-Hanabilah dan
al-Shafi‟iyyah) sebagai berikut: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Ra
sulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untu
k rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjal
anan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yan
g diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalk
anlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (alHashr:
7).
Adapun hubungannya ayat al-Qur‟an tersebut dengan pendapat mereka adalah harta seseorang ya
ng telah berbuat riddah (murtad) tidak mewarisi pewaris dari seorang muslim maupun kafir, dan pa
da dasarnya, orang yang murtad tidak mewarisi dan tidak dapat warisan (anna al-murtad la yarithu
wa la yurathu).
Thank you
For Your Kind Attention

Anda mungkin juga menyukai