Anda di halaman 1dari 10

HUKUM BOIKOT PRODUK YAHUDI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Risalah Islam bukanlah merupakan risalah setempat dan terbatas, yang khusus bagi satu generasi
atau suku bangsa sebagaimana halnya risalah-risalah yang sebelumnya, tetap ia adalah risalah
yang universal yang mencangkup seluruh umat manusia sampai akhir bumi dan segala isinya ini
diambil oleh Allah SWT.5

Hukum Islam berlaku secara universal sesuai dengan perkembangan umat manusia yang meliputi
tempat, ruang dan waktu yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan dan menolak segala
kerusakan. Sebab itulah Islam memberikan perioritas yang tinggi kepada akal untuk menganalisa
hukum-hukum Syara yang meneliti perkembangan dengan berpedoman kepada nash-nash yang
telah ada supaya hukum Islam itu bersifat elastis.6

Disamping itu Hukum Islam adalah hukum yang lengkap dan sempurna yang tidak saja
mengatur hubugan manusia dengan tuhannya dalam bentuk ibadah, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan yang di sebut dengan muamalah. Manusia tetap berhajat satu sama
yang lainnya,baik yang menyangkut hubungan Ekonomi, Sosial, Politik dan lain sebagainya.

Muamalah adalah ilmu tentang hukum Syara yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain yang sasarannya adalah harta benda atau mal, hubungan tersebut sangatlah luas karena
mencangkup hubungan antara sesama manusia baik sesama muslim maupun non muslim.
Muamalah di bolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya dalil yang dimaksudkan bukan
hanya dalil nash tetapi juga berdasarkan argumen yang secara rasional dapat melarang terjadinya
muamalah tersebut yang disebabkan oleh adanya indikasi membahayakan dan mudharat yang
lebih besar.
Diantaranya prinsip Muamalah adalah tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain,setiap
transakisi dan hubungan Perdata (Muamalah) dalam islam tidak boleh menimbulkan kerugian
kepada diri sendiri dan orang lain hal ini didasarkan kepada hadist Nabi Muhammad yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Dauquthni dan lain dari Abi Al-Khudri bahwa Rasulullah
bersabda : “artinya janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain. dari
hadist ini kemudian di buatlah kaidah kulliyah yang berbunyi kemudharatan harus di hilangkan.7

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian boikot dari segi bahasa ?

2. Apa hukumnya menggunakan produk orang kafir khususnya yahudi ?

3. Apa hukumnya memboikot produk yahudi ?

4. Bagaimana pendapat ulama berkaitan dengan hukum memboikot produk yahudi ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk memahami makna pengertian dari kalimat boikot dari segi bahasa.

2. Untuk mengetahui apa hukumnya menggunakan produk orang kafir khususnya yahudi.

3. Agar lebih dapat mengetahui hukum memboikot produk yahudi.

4. Untuk dapat memahami dan menganalisa pendapat para ulama berkaitan dengan hukum
memboikot produk yahudi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Boikot

Mahjur atau Boikot Mahjur berasal dari kata Al-Hajr atau Hajarah artinya secara bahasa adalah
Al-Man’u (terlarang, terdinding , tercegah, dan terhalang). Idris Ahmad dalam bukunnya fiqh
Al-Syafi‘iyah berpendapat bahwa yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah adalah
orang-orang yang terlarang mengendalikan harta bendanya, disebabkan oleh beberapa hal yang
terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan pengawasan. Sulaiman Rasyid berpendapat bahwa
yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah adalah orang-orang yang mengendalikan harta
bendanya, disebabkan oleh beberapa hal yang terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan
pengawasan. Sulaiman Rasyid juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Al-Hajri ialah
melarang atau menahan seseorang membelanjakan hartanya, yang berhak melarangnya ialah wali
atau hakim9.

Boikot merupakan tindakan untuk tidak menggunakan, membeli, atau berurusan dengan
seseorang atau suatu organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) boikot adalah bersekongkol menolak untuk
bekerja sama (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dan sebagainya) sedangkan pemboikotan
adalah proses atau perbuatan memboikot terhadap sesuatu hal. Pada dasarnya sebuah
pemboikotan akan dilakukan sebagai bentuk protes atau wujud dari ketidakpuasan dari satu
pihak kepada pihak lain yang dianggap melakukan tindakan yang tidak seharusnya, dimana hal
ini dapat ditunjukkan dalam tindakan penolakan.

B. Hukum menggunakan produk orang kafir

Menggunakan produk orang kafir hukum asalnya boleh. Boleh membelinya, menjualnya dan
memanfaatkannya. Karena ini adalah masalah muamalah duniawi, sehingga hukum asalnya
boleh. Kaidah fiqhiyyah yang ditetapkan para ulama:

‫األصل في المعامالت اإلباحة حتى يدل الدليل على تحريمه‬


“Hukum asal perkara muamalah adalah mubah (boleh), sampai datang dalil yang
mengharamkannya”.

Bermuamalah dengan orang kafir juga dibolehkan di dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:

‫ال َيْنَهاُك ُم ُهَّللا َع ِن اَّلِذ يَن َلْم ُيَقاِتُلوُك ْم ِفي الِّديِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجوُك ْم ِم ْن ِدَياِرُك ْم َأْن َتَبُّر وُهْم َو ُتْقِس ُطوا ِإَلْيِهْم ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْقِسِط يَن‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah: 8).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga memanfaatkan produk orang kafir dan


bermuamalah bisnis dengan orang kafir. Dari Aisyah radhiallahu’anha beliau berkata,

‫ ورَهنه ِد رًعا من حديٍد‬، ‫أَّن النبَّي صَّلى ُهللا عليه وسَّلم اشَترى طعاًم ا من َيهوِد ٍّي إلى أجٍل‬

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan
berhutang, lalu beliau menggadaikan baju perang besinya kepada orang tersebut” (HR. Bukhari
no. 2068).

Dari dalil-dalil di atas, jelas bahwa hukum asal muamalah duniawi dengan orang kafir itu mubah
(boleh), dan tidak boleh mengatakan haram tanpa dalil. Dan tidak boleh mengharamkan apa yang
tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ini termasuk berdusta atas nama Allah. Allah
Ta’ala berfirman:

‫َو اَل َتُقوُلوا ِلَم ا َتِص ُف َأْلِس َنُتُك ُم اْلَك ِذَب َهَذ ا َح اَل ٌل َو َهَذ ا َح َر اٌم ِلَتْفَتُروا َع َلى ِهَّللا اْلَك ِذَب ِإَّن اَّلِذ يَن َيْفَتُروَن َع َلى ِهَّللا اْلَك ِذَب اَل ُيْفِلُحوَن‬

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta
“ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” (QS. An
Nahl: 116).

Oleh karena itu, barangsiapa yang menyatakan bahwa makanan A, minuman B, pakaian C itu
haram, dia harus mendatangkan dalil shahih dari Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak ada dalil yang
menunjukkan haramnya, maka barang-barang tersebut kembali ke status asalnya yaitu halal dan
boleh digunakan. Oleh karena itu, boleh bagi kita menggunakan produk orang kafir karena tidak
ada dalil dalam Al Qur’an atau pun dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menunjukkan terlarangnya hal ini. Bahkan ada terdapat beberapa bukti bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga pernah menggunakan produk orang kafir dan ini menunjukkan bolehnya
hal ini. Bukti tersebut di antaranya:

[Pertama] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memakai baju buatan Yaman
sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika sakit, beliau keluar memakai baju qithriyyah (yaitu baju bercorak dari Yaman yang terbuat
dari katun) (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 49. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
riwayat ini shahih). Perlu diketahui bahwa kebanyakan penduduk Yaman ketika itu adalah
orang-orang kafir.

[Kedua] Diceritakan pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggunakan khuf
buatan Habasyah (Ethiopia) yang ketika itu adalah negeri kafir. Hal ini sebagaimana diceritakan
oleh Buraidah:

‫أن النجاشي أهدى النبي صلى هللا عليه و سلم خفين أسودين ساذجين فلبسهما ثم توضأ ومسح عليهما‬

“Raja Najasyi pernah memberi hadiah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dua buah khuf
yang berwarna hitam yang terlihat sederhana, kemudian beliau menggunakannya dan mengusap
kedua khuf tersebut.” (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 51. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa riwayat ini shahih)

Tentunya, hukum boleh ini bisa berubah menjadi haram ketika terdapat keharaman, seperti
menjual produk yang haram semisal: khamr, daging babi, atau muamalah dalam maksiat kepada
Allah seperti kerjasama transaksi riba, menyewakan rumah untuk pelacuran, dll.

C. Hukum memboikot produk yahudi

Adanya sikap boikot terhadap produk tertentu dari orang kafir itu muncul karena dinilai adanya
maslahat atau dalam rangka memperkecil mudharat bagi kaum Muslimin.
Seperti produk orang kafir yang produsennya diketahui memiliki peranan dalam menjajah
negeri-negeri kaum Muslimin. Sehingga dengan membeli produknya, dikhawatirkan akan
memperkokoh aksinya dalam menjajah kaum Muslimin. Atau, produk-produk yang diketahui
produsennya pendukung LGBT yang membahayakan masyarakat Islam. Untuk maslahat
mempersempit gerakan dukung maksiat tersebut, maka diboikot produknya.

Sebagaimana ini pernah dilakukan oleh Tsumamah bin Utsal radhiallahu’anhu. Disebutkan
dalam hadits,

‫ َو َلِكْن َأْس َلْم ُت َم َع ُمَحَّم ٍد‬، ‫ اَل‬: ‫ َق اَل‬، ‫ َص َبْو َت‬:‫ َقاَل َل ُه َقاِئ ٌل‬،‫ َفَلَّم ا َقِد َم َم َّك َة‬، ‫َفَبَّش َر ُه َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو َأَم َرُه َأْن َيْعَتِمَر‬
‫َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو اَل َوِهَّللا اَل َيْأِتيُك ْم ِم ْن اْلَيَم اَم ِة َح َّبُة ِح ْنَطٍة َح َّتى َيْأَذ َن ِفيَها الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira kepada Tsumamah dan
memerintahkannya untuk melaksanakan umrah. Ketika Tsumamah sampai di Makkah (untuk
umrah), ada seseorang yang berkata kepadanya: “Apakah engkau telah murtad (dari agama
nenek moyangmu)?”. Tsumamah mengatakan : “Tidak, justru aku telah masuk agama Islam
bersama Muhammad Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Demi Allah, engkau tidak akan
mendapatkan gandum dari Yamamah (sampai kepada kaum Quraisy), kecuali diizinkan masuk
oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Bukhari no.4372, Muslim no.1764).

D. Pendapat para ulama berkaitan hukum memboikot produk yahudi

HUKUM MINUMAN COCA COLA PRODUK PERUSAHAAN YAHUDI

Oleh

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ada minuman Coca Cola produk
perusahaan Yahudi, bagaimana hukum meminum minuman ini dan bagaimana hukum
menjualnya ? Apakah kalau menjualnya tergolong kerjasama dalam dosa dan permusuhan ?
Jawaban:

Apakah belum sampai kepadamu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli
makanan untuk keluarganya dari orang Yahudi, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat
baju besinya tergadai di tempat orang Yahudi?! Apakah belum sampai kepadamu bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam pernah menerima hadiah dari orang Yahudi?!

Jika kita mengatakan tidak boleh membeli produk mereka maka akan luput dari kita banyak
sekali hal-hal yang bermanfaat, seperti mobil buatan Yahudi, dan hal-hal lain yang bermanfaat
yang tidak membuatnya kecuali orang Yahudi.

Memang benar bahwa minuman seperti ini kadang ada unsur mudharat dari orang Yahudi,
karena orang Yahudi tidak bisa dipercaya, karena ini mereka letakkan racun pada daging
kambing yang mereka hadiahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dengan mengatakan.

‫ِإِّنى َأِج ُد َأَلَم الَّطَع اِم اَّلِذ ى َأَك ْلُت ِبَخْيَبَر َفَهَذ ا َأَو اُن اْنِقَطاِع َأْبَهِر ى ِم ْن َذ ِلَك الُّس ِّم‬.

“Tidak henti-hentinya aku merasakan sakit karena makanan yang aku makan di Khaibar, dan
inilah saat terputusnya urat nadiku dari dunia (maksudnya kematianku) dengan sebab racun itu”

PEMBOIKOTAN PRODUK AMERIKA

Oleh

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Terpampang di Koran-koran saat ini seruan
pemboikotan produk Amerika. Di antaranya apa yang tertulis hari ini para ulama kaum muslimin
menyerukan pemboikotan dan bahwa aksi ini hukumnya fardhu ‘ain atas setiap muslim dan
membeli satu saja dari barang-barang ini hukumnya haram, dan pelakunya telah berbuat dosa
besar, membantu Amerika dan membantu Yahudi memerangi kaum muslimin, saya mengharap
dari Fadhilatusy Syaikh menjelaskan masalah ini!
Jawaban

Yang pertama : Saya meminta salinan surat kabar atau perkataan yang disebutkan oleh penanya

Yang kedua : Hal ini tidak benar, para ulama tidak berfatwa pengharaman pembelian produk-
produk Amerika.

Produk-produk Amerika tetap datang dan dijual di pasaran kaum muslimin. Tidaklah
memberikan madharat kepada Amerika jika engkau tidak membeli produk-produk mereka. Tidak
boleh diboikot produk-produk tertentu kecuali jika Waliyyul Amr mengeluarkan keputusan. Jika
Waliyyul Amr mengeluarkan keputusan pembolikotan terhadap suatu negeri maka wajib
diboikot.

Fatwa Asy Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini

Beliau mengatakan: “Saya sering katakan bahwa memboikot produk orang kafir itu disyariatkan.
Disyariatkan di sini maksudnya sesuai dengan dalil-dalil syar’i. Namun saya tidak mewajibkan
boikot, atau dengan kata lain mengatakan bahwa orang tidak melakukannya itu berdosa.
Saya hanya katakan, saya mendukung boikot. Adapun orang yang tidak ikut memboikot produk
ini dan itu, saya tidak bisa katakan ia berdosa besar. Kecuali ketika pemerintah menetapkan
dilarangnya membeli produk ini dan itu, maka ketika itu saya baru memfatwakan bahwa haram
membeli produk ini dan itu.

Mengkompromikan fatwa para ulama

Diantara sebagian orang mengira bahwa telah terjadi perselisihan pendapat di antara ulama
tentang hukum memboikot produk orang kafir.

Namun, jika kita cermat dalam memahami fatwa para ulama di atas, sebenarnya bisa kita
kompromikan penjelasan mereka dalam beberapa poin:

1. Menjual dan membeli produk orang kafir atau pelaku maksiat, hukum asalnya halal
selama produknya halal.
2. Ulama sepakat, tidak diperbolehkan menganggap haram sesuatu yang halal dan tidak
diharamkan oleh syari’at.

3. Memboikot produk orang kafir dan pendukung kemaksiatan dengan niat untuk
mempersempit gerak musuh-musuh Islam, ini boleh saja. Bahkan termasuk jihad yang
utama. Selama niatnya bukan mengharamkan yang halal.

4. Jika ada ketetapan boikot dari pemerintah, maka wajib melakukan boikot.

5. Selama tidak ada ketetapan boikot dari pemerintah, tidak boleh memaksa orang lain
untuk memboikot dan tidak boleh mencela serta menganggap dosa orang yang tidak ikut
memboikot.

6. Yang berhak memboikot dengan sifat memaksa hanyalah pemerintah.

7. Memboikot produk orang kafir jangan sampai membuat kaum Muslimin kehilangan
banyak manfaat dari produk-produk yang hanya diproduksi oleh orang kafir atau pelaku
maksiat.

8. Memboikot produk orang kafir atau pelaku maksiat, memang tidak bisa menyeluruh,
namun dilakukan sesuai kemampuan.

9. Tidak benar pernyataan orang yang mengatakan bahwa yang tidak ikut memboikot dan
tetap membeli produk orang kafir adalah pelaku dosa besar. Selama ulil amri tidak
mewajibkan boikot.

10. Andaikan seseorang membeli produk orang kafir atau ahli maksiat, dan tidak memboikot,
maka tetap wajib menjelaskan kekeliruan dan kesesatan mereka.

KESIMPULAN
Hukum asal menggunakan produk orang kafir yaitu boleh, karena ini menyangkut masalah
duniawi. Agama islam tidak melarang atau membatasi untuk bermuamalah dengan non muslim.
Akan tetapi berubah menjadi haram apabila didalamnya ada unsur melanggar syariat seperti
menjual khamr, menjual daging babi, melegalkan tempat perjudian, dll. Disamping itu yang
berhak memboikot produk mereka adalah pemerintah, apabila pemerintah mewajibkan
memboikot maka kita sebagai warga negara dan umat islam haruslah mengikuti fatwa
pemerintah dalam hal ini ulil amri baik MUI ataupun PRESIDEN ini semua dilakukan demi
kemaslahatan umat islam.

FOOTNOTE :

5
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj:Mahyuddin Syaf, (Bandung, PT Alma'arif 1973), h. 7.

6
Hasbi Sidhiqi, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1990), h. 94.

7
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta, Amzah 2010), h. 4.

DAFTAR PUSTAKA:

Sayyid Sabiq. 1973. Fiqh Sunnah. Bandung: PT Alma’arif.

Hasbi Sidhiqi. 1990. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Ahmad Wardi Muslich. 2010. Fiqih Muamalat, Jakarta: Amzah.

https://rumaysho.com/997-fatwa-ulama-tentang-hukum-boikot-produk-yahudi.html

Anda mungkin juga menyukai