Anda di halaman 1dari 6

Bila dikaitkan dengan undang – undang hak cipta yang bunyinya cukup ‘galak‘, semua

itu menjadi tidak berarti lagi. Atau silahkan buka buku dan simaklah di halaman paling
awal: “Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit “. Itu artinya anda dilarang
mempotocopy sebuah buku walau pun hanya setengah halaman saja. Tapi lihatlah
deretan kios photo copy yang tersebar di seluruh negeri, bukankah diantara kerja mereka
adalah mempotocopy buku (sebagian atau seluruhnya)?
4. Bentuk Pengcopy – an .
Sesungguhnya para produsen produk digital sudah yakin bahwa pengcopy – an seperti itu
mustahil diberantas. Dan secara neraca keuangan, bila ada seorang mencopy sebuah
program / software untuk dirinya, tidak akan berpengaruh. Yang sebenarnya ingin
dihindari adalah pengcopy – an secara massal untuk dijual lagi kepada konsumen.
Bentuk inilah yang diistilahkan dengan pembajakan hak cipta. Dan memang untuk itulah
undang – undang hak cipta dibuat untuk melindungi pordusen dari kerugian. Selain itu
untuk menghindari pembajakan massal itu, mereka juga sudah memiliki strategi jitu,
yaitu dengan menurunkan harga serendah – rendahnya mendekati harga produk bajakan.
Itu bisa dilihat bila kita bandingkan VCD original dan bajakan yang kini harganya tidak
terpaut jauh, sedangkan dari segi kualitas suara dan gambar, tenju saja sangat berbeda
jauh. Buat konsumen yang normal, pasti mereka lebih memilih VCD original ketimbang
menonton versi bajakan yang di dalamnya ada gambar penonton keluar masuk, bersuara
berisik atau layar yang berbentuk trapesium. Tetapi kenapa pembajakan itu timbul? Salah
satu penyebabnya barangkali ketakamakan produsen sendiri yang memasang harga
terlalu tinggi antara biaya dan harga jual di pasar. Bila VCD bajakan bisa dijual seharga
Rp . 3.000, perkeping, mengapa dulu VCD original mematok harga hingga Rp .
50.000 ,-. Ini jelas terlalu tinggi. Maka wajar bila mereka sendiri yang kena getahnya
dengan adanya pembajakan . Sekarang mereka sadar, dalam dunia digital, tidak mungkin
mengambil keuntungan dengan memark – up harga jual, tetapi justru dengan memproduk
barang sebanyak – banyaknya lalu semurah murahnya sehingga mengundang jumlah
pembeli yang lebih banyak. Dengan cara ini maka pembajakan masal sudah tentu mati
kutu. menjual

Kesimpulan : Kembali ke masalah hukum, maka menimbang persoalan di atas, bila


seseorang mengcopy sebuah program khusus untuk pribadi karena harganya tidak terjangkau
sementara isinya sangat vital dan menjadi hajat hidup orang banyak, maka banyak ulama
yang memberikan keringanan. Namun bila seseorang membeli mesin pengcopy massal lalu
membajak dimana program mendapatkan keuntungan, disitulah letak keharamannya. tersebut
secara massal anda akan Hukum Islam sendiri pada hari ini mengakui ada hak cipta sebagai
hak milik atau kekayan yang harus dijaga dan dilindungi. Dan membajak atau menjiplak hasil
karya orang lain termasuk bagian dari pencurian atau tindakan yang merugikan hak orang
lain. Hukum Islam memungkinkan dijatuhkannya vonis bersalah atas orang yang melakukan
hal itu dan menjatuhinya dengan hukuman yang berlaku di suatu sistem hukum. Namun
memang patut disayangkan bahwa sebagian umat Islam masih belum terlalu sadar benar
masalah hak cipta ini, sehingga justru di negeri yang paling banyak jumlah muslimnya ini,
kasus – kasus pembajakan hak cipta sangat tinggi angkanya. Barangkali karena masalah hak
cipta ini memang masih dianggap terlalu baru dan kurang banyak dibahas pada kitab kitab
fiqih masa lampau.
Memboikot

Pembokotan produk Yahudi adalah upaya perlawanan terhadap kekuatan zionis


Internasional yang cengkraman kukunya telah menguasai dunia Islam. Upaya ini bila benar
benar dilaksakan oleh seluruh elemen umat Islam, akan bisa menggoyahkan sendi – sendi
perekonomian mereka. Dalam peperangan modern, upaya untuk menyerang bukan lagi
sekedar dengan bedil dan mesiu, tetapi dengan semua sisi dan upaya termasuk perluasan
pasar industri ke negara lai. Jadi hakikatnya, ketika produk suatu Negara berhasil menguasai
pasar suatu negara lain, maka secara ekonomi, ini adalah yang berhasil. Dan untuk itu, upaya
untuk serangan ekonomi menahan ‘ serangan ‘ itu dengan memboikot atau menahan import
dari Tidak ada yang salah ketika umat Islam kompak, serempak dan sepakat tidak membeli
produk mereka.

Secara hukum hal itu dibolehkan. Karena membeli sebuah produk bukan kewajiban
tetapi merupakan hak. Sebagai konsumen, kita berhak menentukan pilihan, apakah membeli
atau tidak. Sementara itu, produk milik umat Islam pun juga tersedia di pasar. Maka alangkah
bagusnya bila umat Islam ini bertekad bersama – sama menguatkan sendi perekonomian
mereka sendiri dan mengurangi atau sama sekali tidak membeli produk orang lain, apalagi
produk kelompok yang memusuhi dan memerangi Islam.

Dalam sistem prekonomian modern, cara seperti ini sah sah saja karena kita tidak
merugikan orang lain ketika kita berusaha memperkuat basis perekonomian sendiri yang
dengan bangga menggunakan produk dalam negeri. Karena itulah para ulama terutama di
timur tengah umumnya sepakat untuk menyatukan langkah memboikot produk yahudi. Dan
nampak usaha mereka disana cukup efektif karena kondisi dakwah dan sosial disana sangat
menunjang. Yaitu masyarakat umumnya sangat mematuhi arahan serta petunjuk para ulama.
Bila ulama sudah mengatakan tidak, maka sambutan akan bergaung ke seluruh pelosok
negeri tanpa ada yang berani bilang tidak. Kondisi seperti ini memang kurang menunjang di
Indonesia, dimana peran dan kedudukan ulama umumnya masih kurang, sementara
masyarkat pun kurang apresiatif terhadap fatwa ulama. Dan memang boleh kita akui dengan
jujur bahwa kapasitas dan level para ulama di Indonesia belum seperti di Timur Tengah sana.
Sehingga gaung pemboikotan produk Yahudi kurang terasa efektifitasnya disini. Fatwa para
ulama ketika mengharamkan produk itu tentu bukan memfatwakan keharaman zatnya seperti
haramnya babi. Tetapi lebih kepada proses pembelian dan alokasi sekian besar dana dari
umat Islam ke dalam kantong yahudi. Inilah hakikat pengharaman itu.
Menghindari produk mereka adalah usaha baik untuk menyokong kekuatan Islam.
Namun bila pada kondisi tertentu anda tidak bisa mengelak dari hal itu, maka Allah tidak
membebani seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya.
Suap / Sogok

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang


kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan. (al – Misbah al – Munir -al Fayumi, al –
Muhalla – Ibnu Hazm, al – Muhalla – Ibnu Hazm).

Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan


hukum , bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar . Sebab sogokan akan membuat hukum
menjadi oleng dan tidak adil . Selain itu tata kehidupan yang menjadi tidak jelas.
I. Keharaman Sogokan
1. Dalil Al – Quran
Di dalam ayat Al – Quran memang tidak disebutkan secara khsusus istilah sogokan
atau risywah. Namun Imam al – Hasan dan Said bin Jubair menafsirkan ungkapan Al – Quran
yaitu`akkaaluna lissuhti’ sebagai risywah atau sogokan.

Mereka itu adalah orang – orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan
yang haram (QS Al Maidah 42).
Kalimat ‘akkaaluna lissuhti’ secara umum memang sering diterjemahkan dengan
memakan harta yang haram. Namun konteksnya menurut kedua ulama tadi adalah memakan
harta hasil sogokan atau risywah. Jadi risywah (suap menyuap) identik dengan memakan
barang yang diharamkan oleh Allah SWT.
Sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang
batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah 188)
2. Dalil Sunnah
Selain itu ada banyak sekali dalil dari sunnah yang mengharamkan sogokan dengan ungkapan
yang sharih dan zahir . Misalnya hadits berikut ini :
Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap dalam hokum ( HR Ahmad , Abu Dawud
dan at - Tirmidzi )
Dan hadits berikut ini :
Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap ( HR Khamsah kecuali an - Nasa'i dan
di shahihkan oleh at - Tirmidzi )
Dan hadits berikut ini :
Rasulullah SAW melaknat penyuap, yang menerima suap dan perantaranya (HR Ahmad)
II . Yang Termasuk Diharamkan Terkait Dengan Sogokan
Kalau diperhatikan lebih seksama, ternyata hadits - hadits Rasulullah itu bukan
hanya mengharamkan seseorang memakan harta hasil dari sogokan, tetapi juga diharamkan
melakukan hal-hal yang bisa membuat sogokan itu berjalan. Maka yang diharamkan itu
bukan hanya satu pekerjaan yaitu memakan harta sogokan, melainkan tiga pekerjaan
sekaligus. Yaitu
1. Menerima sogokan
2. Memberi sogokan
3. Mediator sogokan
Sebab tidak akan mungkin terjadi seseorang memakan harta hasil dari sogokan,
kalau tidak ada yang menyogoknya. Maka orang yang melakukan sogokan pun termasuk
mendapat

Anda mungkin juga menyukai