Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS RIBA FADHL

Dosen Pembimbing :
Mukhtiar Adinugroho, S.E., M.SEI

Di Susun Oleh :

Putri Salsabila Azzahrah (3230023022)


Naswa Nabila Putri (3230023018)
Diva Rahmah Cahyani (3230023067)
Siti Maulidatul Rahmawati (3230023027)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN DIGITAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI.................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
A. Pengertian Riba .................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Hukum Riba...................................................................................................... 5
C. Studi Kasus Riba .............................................................................................. 6
D. Riba Fadhl......................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia tercipta sebagai makhluk paling sempurna diantara makhluk lainnya,

dengan diberi nafsu, naluri, akal dan hati. Meskipun demikian, manusia sering kali

memiliki keterbatasan dalam memanfaatkan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak

mampu memanfaatkan sumber daya secara optimal.

Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu

dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang

diinginkan, tetapi manusia dapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia mesti

memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.

Pada hakikatnya seorang pedagang memiliki sejumlah bakat atau naluri dalam

berusaha menjalankan usaha yang ditekuninya yang mampu mendukung terhadap

kemandirian dan keberhasilan usahanya tersebut, adapun sejumlah bakat yang lazim

dikmiliki seorang wirausaha meliputi, kemauan dan rasa percaya diri, berani mengambil

resiko, pekerja keras, fokus pada sasaran, berani mengambil tanggung jawab, dan

inovasi.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan riba?
2) Apa hukum riba?
3) Bagaima contoh studi kasus riba?
4) Apa yang dimaksud riba fadhl?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan riba
2) Untuk mengetahui hokum riba
3) Untuk mengetahui contoh kasus riba
4) Untuk mengetahui riba fadhl

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian yaitu:21
1. Bertambah (‫)اﻟﺰﯾﺎدة‬, karena salah satu perbuatan riba adalah memintah tambahan
dari sesuatu yang dihutangkan.
2. Berkembang, berbunga (‫)اﻟﻨﺎم‬, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
3. Berlebihan atau menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah.
Sedangkan menurut istilah riba itu adalah pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil dan bertentangan dengan
prinsip muamalah dalam islam. Riba bukan hanya merupakan persoalan masyarakat
Islam, tetapi kalangan di luar Islam pun memandang serius persoalan ini. Karenanya,
kajian terhadap masalah riba dapat dirunut mundur hingga lebih dari dua ribu tahun
silam. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian
juga Romawi. Kalangan kristen dari masa kemasa juga mempunyai pandangan tersendiri
mengenai riba.
Riba tidak hanya dikenal dalam Islam saja, tetapi dalam agama lain (non-Islam)
riba telah kenal dan juga pelarangan atas perbuatan pengambil riba, bahkan pelarangan
riba telah ada sejak sebelum Islam datang menjadi agama.

B. Hukum Riba dan Pelarangan Riba


Riba hukumnya haram, berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Dalam
surah arum ayat 39, Allah dengan tegas melarang perbuatan riba, melainkan juga
membandingkannya dengan zakat. Riba meskipun kelihatannya bertambaah, namun
di sisi Allah tidak bertambah. Sedangkan zakat meskipun kelihatannya mengurangi
harta namun di sisi Allah justru bertambah. ini berarti secara tidak langsung melarang
perbuatan riba dan menganjurkan umatnya untuk mengelurkan zakat.
Dari Al-Quran dan Hadits yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa
riba jelas dilarang dalam agam Islam. Bahkan juga dikatakan bahwa bukan hanya

2
orang yang memakannya saja yang dilaknat, melainkan juga setiap orang yang terlibat
dalam transaksi riba itu semuanya dilknat, dan laknat tersebut menunjukkan bahwa
perbuatannya dilarang oleh agama.
B. Studi Kasus
Jual beli yang terjadi di masyarakat sudah menjamur karena jual beli dijadikan salah
satu lahan pendapatan mereka dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Islam telah
mengatur tata jual beli dengan sebaik-baiknya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan atau menyimpang dari syarat-syarat dan rukun jual beli itu sendiri. Adapun
syarat dan jual beli itu antara lain adanya ijab dan kabul ini harus dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang berinteraksi, harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang
mempunyai wewenang melakukan transaksi tanpa adanya paksaan, terjadinya
pengurangan timbangan dilakukan oleh pihak TPI, pihaktersebut menerapkan praktik
pengurangan berat timbangan tanpa adanya dasar yang jelas.
Dalam Islam sudah ditentukan tata cara jual beli yang baik dan benar dengan
memperhatikan timbangan, seperti yang tercantum dalam Q.S Asy-syu‟ara (26):181-183
yang Artinya:“sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang
merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan”
Ayat di atas menerangkan bahwa Nabi Syu‟aib memerintahkan kepada mereka agar
menyempurnakan takaran dan timbangan, dan melarang mereka melihat (mengurangi)
takaran dan timbangan. Tetapi bila mengambil dari barang tersebut, maka hendaknya
memintanya dalam keadaan sempurna dan cukup. Dan janganlah mengurangi harta benda
atau berat timbangan.
Berdasarkan uraian dan pemaparan diatas maka penelitian ini perlu dilakukan
mengkaji lebih dalam dan melakukan penelitian guna menambah ilmu pengetahuan
mengenai pengurangan berat timbangan menurut Hukum Islam.
Jual beli haruslah mengedepankan kejujuran dan kebenaran karena hal itu
merupakan nilai terpenting. Perbuatan mengurangi timbangan merupakan perbuatan yang
tidak terpuji. Karena seharusnya jual beli itu tidak mengandung unsur penipuan dan tidak

3
merugikan pihak dan harus disertai dengan rasa keadilan dan kejujuran serta
mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak yang bertransaksi.
Ali R.A berkata janganlah meminta hajat kebutuhanmu yang riskinya di ujung
takaran dan timbangan, dan alangkah tepat hikmat yang berkata: sungguh celaka orang
yang menjual habbah (biji-bijian) dan dikurangi jannah (surga) sebagai langit dan bumi
atau membeli habbah (biji-bijian) untuk ditambah dengan jarang jahannam, yang
sekiranya
Pengurangan timbangan telah mendapatkan perhatian khusus dalam Al-Qur‟an
karena praktik seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain itu, praktik seperti ini juga
menimbulkan dampak yang besar karena merugikan salah satu pihak dan tidak mau adil
terhadap sesama dan akan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan antara pihak penjual dan
pembeli. Para pihak dalam jual beli harus memperhatikan aturan dan kaidah yang berlaku
di dalam jual beli salah satunya adalah dilarang berbuat curang terhadap sesama karena
hukumannya sangat pedih. Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidakadilan dan
perselisihan di dalam masyarakat.
Praktek pengurangan berat berat timbangan dalam jual beli pisang dan talas di Desa
Gunung Batu melibatkan dua pihak yakni pihak tengkulak dan petani pisang dan talas,
dalam praktek pengurangan berat timbangan tersebut pihak tengkulak langsung
menentukan nominal yang akan dikurangi dalam penimbangan sebelum jarum timbangan
tersebut berhenti disaat pisang dan talas diletakkan di atas timbangan. Praktek tersebut
tidak diperbolehkan menurut Hukum Islam, akad dalam praktik pengurangan berat
timbangan yang terjadi di Desa Gunung Batu tidak diperbolehkan dalam Islam, karena
mengandung unsur kecurangan dan tidak adanya keterbukaan antara kedua belah pihak
dan akadnya menjadi fasid karena melanggar syarat sah akad dan adanya unsur
ketidakjelasan dalam pengurangan berat timbangan. Dan ketika seorang pedagang
melakukan kecurangan dalam menimbang barang yang dijual, yakni dia mengurangi
timbangannya, maka hal tersebut termasuk dalam riba fadhl.
D. Riba Fadhl
Walaupun dalan islam telah melarang riba (bunga) atas pinjaman dan
memperbolehkan praktek perniagaan (jual beli),bukan berarti semua praktek perniagaan

4
diperbolehkan. Dengan alasan bahwa islam tidak hanya ingin menghilangkan unsur
ketidak adilan secara instrinsikmelekat dalam lembanga keuangan ribawi, namun juga
segala bentuk ketidak jujuran ataupun ketidak adilan yang melekat pada transaksi bisnis.
Nilai tambah yang terima oleh salah satu pihak dalam perniagaan tanpa adanya nilai
pembenar, dinamakan dengan riba al-fadhal.Riba al-fadl ini merupakan bentuk kedua
dari riba yang telah digunakan dan selalu terjadi dalam transaksi antara penjual dan
pembeli.
Larangan riba al Fadl tersebut memastikan adanya keadilan dan mengeliminisasi
semua bentuk dari pemanfaatan yang tidak adil melalui pertukaran dan menutup pintu
dari belakang masuknya riba, karena dikatakan dalam islam bahwa siapapun yang
melayani mereka yang tidak bermoral maka dia juga berarti juga tidak bermoral.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam telah melarang riba (bunga) atas pinjaman dan memperbolehkan praktek
perniagaan (jual beli),bukan berarti semua praktek perniagaan diperbolehkan. Dengan
alasan bahwa islam tidak hanya ingin menghilangkan unsur ketidak adilan secara
instrinsikmelekat dalam lembanga keuangan ribawi, namun juga segala bentuk ketidak
jujuran ataupun ketidak adilan yang melekat pada transaksi bisnis. Nilai tambah yang
terima oleh salah satu pihak dalam perniagaan tanpa adanya nilai pembenar, dinamakan
dengan riba al-fadhal.Riba al-fadl ini merupakan bentuk kedua dari riba yang telah
digunakan dan selalu terjadi dalam transaksi antara penjual dan pembeli.
Larangan riba al Fadl tersebut memastikan adanya keadilan dan mengeliminisasi
semua bentuk dari pemanfaatan yang tidak adil melalui pertukaran dan menutup pintu
dari belakang masuknya riba, karena dikatakan dalam islam bahwa siapapun yang
melayani mereka yang tidak bermoral maka dia juga berarti juga tidak bermoral.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai topik yang dibahas. Para pembaca disarankan untuk memahami isi dan maksud
dari uraian yang telah dipaparkan, Dengan demikian, manfaat yang diperoleh dari makalah
ini dapat dirasakan secara nyata oleh para pembaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

Stanton, W.J. (2004). Keharaman Riba. 10th Edition. McGraw-Hill/Irwin.


Tjiptono, F. (2008). Pengurangan Timbangan Edisi 3. ANDI. Yogyakarta.
Ali Zainuddin, Keharaman Riba, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Suhendi Hendi, Riba, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.

Anda mungkin juga menyukai