Bab 2
Bab 2
id 5
digilib.uns.ac.id
A. Penelitian Terdahulu
Motivasi akan mempengaruhi tindakan dari seseorang, salah satunya
adalah petani. Aprilia et al., (2018) melakukan penelitian tentang “Motivasi
Petani dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi
Sawah di Desa Jatiragas Hilir, Kecamatan Patok Besi, Kabupaten Subang”.
Penelitian tersebut dilakukan karena adanya petani yang belum mencapai
ketahanan pangan. Aprilia (2018) menjelaskan bahwa kinerja seorang petani
dipengaruhi oleh motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
motivasi petani dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga petani padi
sawah serta mengetahui faktor-faktor yang cenderung berhubungan dengan
motivasi petani dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga petani padi
sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Jatiragas Hilir, Kecamatan Patok Besi,
Kabupaten Subang. Teknik pengambilan data dilakukan secara purposif
terhadap 29 petani di Desa Jatiragas Hilir yang menerapkan usaha tani padi
sawah. Metode yang digunakan merupakan kualitatif. Analisis yang digunakan
adalah deskriptif.
Hasil penelitian dari Aprilia et al., (2018) menunjukkan bahwa petani
penerima rastra memiliki motivasi yang tinggi dalam mewujudkan ketahanan
pangan rumah tangga petani padi sawah karena dilihat dari ketidakpuasan
mereka dengan kondisi ekonomi saat ini namun memiliki keinginan dan upaya-
upaya yang dilakukan dalam mewujudkan ketahanan pangannya namun belum
bisa tahan pangan karena bantuan yang diberikan oleh pemerintah yaitu rastra
hanya sedikit sehingga tidak berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan
rumah tangga petani, luas lahan yang mereka punya sempit dan modal yang
mereka miliki kurang. Pada petani bukan penerima rastra memiliki motivasi
yang rendah dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga petani padi
sawah karena kepuasaan mereka dengan kondisi ekonomi saat ini dan sedikit
upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga petani
padi sawah hal tersebut. Tujuan utama mereka bertani tidak lagi hanya sebatas
5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
menunjukkan bahwa petani mendapat dorongan yang besar baik dalam dirinya
maupun dari orang lain. Jika dilihat dari motivasi instrinsik, tingkat motivasi
menandakan petani ingin meningkatkan kemampuannya untuk dapat menanam
pepaya calina dengan baik karena kemampuan yang baik dalam
membudidayakan pepaya calina bisa meningkatkan kualitas buah yang baik dan
dapat meningkatkan hasil panen buah pepaya calina agar dapat menambah
penghasilan yang mereka dapatkan. Motivasi intrinsik yang dimaksud adalah
kebutuhan pokok, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri.
Kebutuhan pokok kategori sangat tinggi karena petani membudidayakan
tanaman pepaya calina untuk menambah pendapatan agar dapat memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Petani menganggap budidaya tanaman pepaya calina
menguntungkan secara finansial maupun non finansial. Secara finansial
penghasilan petani bertambah dari hasil penjualan buah pepaya calina,
sedangkan secara non finansial dapat memanfaatkan lahan yang dulunya kurang
produktif menjadi lahan produktif setelah dijadikan lahan budidaya tanaman
pepaya calina sehingga dapat dijadikan bisnis menguntungkan serta mampu
menambah pendapatan petani. Kebutuhan akan rasa aman petani dalam
membudidayakan tanaman pepaya calina termasuk kategori sedang, artinya
petani sudah cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa aman saat
melakukan budidaya tanaman pepaya calina sehingga pemenuhan kebutuhan ini
tidak menjadi prioritas saat ini. Kebutuhan ini dipenuhi melalui kemampuan
petani dalam meminimalisir hal-hal yang dapat mengancam keberhasilan
budidaya tanaman pepaya calina yang mereka lakukan. Kebutuhan akan rasa
aman yang dimaksud petani ialah kecilnya resiko kecelakaan fisik, resiko gagal
panen akibat pengaruh cuaca dan serangan hama penyakit, serta resiko
pencurian dalam melakukan budidaya tanaman pepaya calina. Kebutuhan akan
penghargaan rendah karena petani belum cukup puas atas kebutuhan akan
penghargaan. Petani merasa bantuan tersebut belum cukup untuk
mengembangkan usahatani mereka meskipun pemerintah memberi bantuan
berupa biji buah pepaya calina. Kebutuhan sosial tinggi karena petani memiliki
kebutuhan sosial yang dapat terpenuhi. Kebutuhan sosial yang dimaksud yaitu
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian Komoditas Kopi di Indonesia
Pembangunan pertanian berperan strategis dalam perekonomian
nasional. Peran strategis tersebut ditunjukkan dalam pembentukan kapital,
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi,
penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan, serta
pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan.
Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan menuju pembangunan
pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) sebagai bagian dari
implementasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang mewujudkan
kebutuhan hidup saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk mewujudkan kebutuhan hidupnya. Pembangunan
pertanian yang berkelanjutan merupakan isu penting strategis yang menjadi
perhatian dan pembicaraan disemua negara dewasa ini. Pembangunan
pertanian berkelanjutan selain sudah menjadi tujuan, juga sudah menjadi
paradigma pola pembangunan pertanian (Rudy dan Anugrah, 2011).
Paradigma modernisasi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian
yang mengutamakan prinsip efisiensi, secara nyata telah mengakibatkan
terjadinya berbagai perubahan pada masyarakat petani, baik struktur sosial,
budaya dan politik, maupun struktur ekonomi di perdesaan. Keberhasilan
pembangunan pertanian yang belum optimal, salah satunya ditenggarai
akibat belum optimalnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM),
sehingga mempengaruhi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Maju mundurnya suatu negara dan bangsa sangat ditentukan
keunggulan kualitas dan daya saing SDM-nya. (Elizabeth, 2007). Menurut
Arifa (2017) pembangunan pertanian dapat diterapkan melalui penerapan
kebijakan otonomi daerah karena merupakan kesempatan besar bagi para
kepala daerah untuk berinovasi dengan potensi lokal yang dimilikinya.
Kepala daerah mempunyai kewenangan yang sangat longgar dalam
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
menanam kopi robusta adalah 2,5 m x 2,5 m atau 3 x 2 m. Jarak tanam pada
kopi arabika sama dengan jarak tanam kopi robusta (Permentan, 2014).
Pada tahap pembibitan dapat dilakukan secara generatif maupun
vegetatif. Pembibitan secara generatif dilakukan mengecambahkan benih
kopi. Kebutuhan benih untuk 1 ha dibutuhkan 3.000 benih. Pembuatan
bedengan pesemaian dibuat arah utara-selatan, lebar bedeng 80-120 cm,
panjang disesuaikan menurut kebutuhan. Tanah dicangkul kemudian
dibersihkan dari sisa-sisa akar dan rumput. Bedengan ditinggikan kurang
lebih 20 cm menggunakan tanah subur dan gembur, di atasnya ditambah
lapisan pasir halus setebal 5 cm. Pinggirnya diberi penahan dari bambu atau
bata merah agar tanah tidak longsor. Bedengan ditutup plastik selama 7 hari,
kemudian benih boleh disemaikan. Bedengan diberi atap/naungan berupa
alang-alang, daun tebu, kelapa, dll, tinggi sebelah barat 120 cm, sebelah
timur 180 cm. Penyemaian benih dilakukan dengan membenamkan biji
sedalam 0,5 cm. Jarak tanam benih 3 cm x 5 cm. Benih yang telah tertata di
atas bedengan di atasnya ditaburi potongan jerami atau alang-alang kering,
agar terlindung dari sengatan matahari maupun curahan air siraman.
Penyiraman disesuaikan dengan kondisi kelembaban lingkungan.
Pemupukan sesuai umur benih, pupuk dibenamkan atau dilarutkan dalam
air. Dosisnya, umur 1-3 bulan = 1 g Urea + 2 g TSP + 2 g KCl, umur 3-8
bulan = 2 g Urea. Urea diberikan 2 minggu sekali, apabila berupa larutan
diberikan dengan konsentrasi 0.2% sebanyak 50-100 ml/benih/2-minggu.
Pengendalian hama penyakit dan gulma dilakukan secara manual atau
kimiawi. Hama yang sering menyerang benih kopi yaitu ulat kilan, belalang
dan bekicot. Penyakit yang sering dijumpai yaitu penyakit rebah batang
(Rizoctonia solani). Benih siap tanam umur 10-12 bulan dari penyemaian
(Permentan, 2014).
Pembibitan secara vegetatif menggunakan penyambungan maupun
stek. Penyambungan menggunakan batang atas dan batang bawah kopi yang
berbeda jenis. Pada bagian atas dari batang bawah (5 cm di leher akar)
dibuat celah 1 cm. Bagian bawah dari batang atas (4 cm dari daun kepel)
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
modal. Hal tersebut akan menimbulkan persepsi yang positif dari para
petani sehingga mendorong mereka untuk melakukan usahataninya
dengan baik. Ketersediaan sarana dan prasarana akan memudahkan
penerapan inovasi baru serta dapat menunjang kegiatannya sehingga
mampu meningkatkan skala ekonomis usaha yang dijalankan oleh
kelompok maupun anggota kelompok dengan menjaga kuantitas
maupun kontinuitas (Pratama et al., 2016).
C. Kerangka Berfikir
Kopi pesisir merupakan bentuk inovasi baru yang dibudidayakan di
Desa Pucangan Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen oleh salah satu tokoh
masyarakat karena tumbuh di daerah pesisir dengan ketinggian 6 mdpl. Pada
tahun 2008 kopi pesisir hanya ditanam oleh 8 orang karena kondisi lahan
nonproduktif yang ada di Desa Pucangan. Pada tahun 2018 akhirnya
bertambah menjadi 212 orang yang ikut membudidayakan kopi pesisir.
Penghasilan tambahan yang didapatkan dari lahan nonproduktifnya
memotivasi masyarakat untuk membudidayakan kopi pesisir ini.
Bertambahnya masyarakat dipengaruhi oleh faktor motivasi. Motivasi akan
mempengaruhi pengambilan suatu keputusan seseorang. Motivasi bisa dari
dalam diri seseorang ataupun dari pihak luar.
Motivasi menurut Winardi (2001) adalah suatu kekuatan potensial
yang ada dalam diri seseorang manusia yang dapat dikembangkannya sendiri
atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang ada, intinya berkisar
sekitar imbalan materi dan imbalan non materi, yang dapat mempengaruhi
hasil kinerjanya secara positif atau negatif, dimana tergantung pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Adanya motivasi ini
memunculkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi seseorang yang datangnya dari dalam diri seseorang. Faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang yang
bersumber dari lingkungan luar yaitu lingkungan dimana terkait pencapaian
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
E. Pembatasan Masalah
1. Masyarakat yang dijadikan objek penelitian berdomisili di Desa Pucangan
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen serta membudidayakan kopi
pesisir.
2. Faktor-faktor pembentuk motivasi yang diteliti adalah pendidikan non
formal, pendapatan, peran tokoh masyarakat, lingkungan sosial, serta sarana
prasarana.
3. Motivasi yang diteliti adalah eksistensi (existence), hubungan (relatedness),
dan pertumbuhan (growth).
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional :
a. Faktor-faktor pembentuk motivasi yaitu :
1) Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal untuk mengembangkan potensi dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional yang dapat
dilihat melalui frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi
mengikuti diskusi dalam penyuluhan budidaya kopi pesisir selama
bulan Oktober 2018-September 2019. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala ordinal.
2) Pendapatan adalah hasil perolehan yang didapat oleh masyarakat
dari kegiatan usahatani dan non usahatani kopi selama satu tahun
terakhir (bulan Oktober 2018 – September 2019). Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala nominal.
3) Peran penyuluh merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki
seorang penyuluh dalam memberi tugas penyampaian informasi ke
masyarakat pembudidaya kopi sebagai motivator (memberikan
motivasi), fasilitator (membantu menyediakan fasilitas dalam sarana
dan prasarana budidaya kopi pesisir, dan mediator (memberikan
informasi mengenai kopi pesisir serta bantuan mengenai kendala
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id