Theobromine merupakan alkaloid purin yang terdapat dalam kakao. Theobroma cacao,
tumbuh di daerah tropis Amerika dengan ketinggian sekitar 10 m. Theobroma berasal dari kata Yunani
yakni theo untuk “dewa” dan broma untuk “makanan”, sehingga disebut “makanan dari dewa”.
Theobromine merupakan suatu alkaloid yang tidak mengandung atom brom. Istilah ini diciptakan
pada tahun 1842 ketika alkaloid pertama kali diisolasi dari biji kakao. Saat ini bubuk coklat yang
beredar di pasaran mengandung antara 1 hingga 3% Theobromine. Sintesis senyawa Theobromine
pertama kali dilakukan pada tahun 1882 dari Xhantine (3,7-dihydro-1H-purin-2,6-dione), yakni
senyawa alkaloid non-metilasi purin untuk Caffein, Theophylline dan Theobromine.
Theobromine merupakan zat stimulan ringan yang memiliki efek meningkatkan dan
mencerahkan suasana hati. Kandungan Theobromine pada dark chocolate mengandung sekitar 10
g/kg sedangkan pada mild chocolate mengandung sekitar 1-5 g/kg. Secara medis, Theobromine
digunakan sebagai agen diuretik, miokardium stimulan dan vasodilator. Theobromine membantu
dalam pengobatan asma, menenangkan otot polos dan juga otot bronkus. Dalam dosis tinggi,
theobromine dapat mengakibatkan sulit tidur, gelisah dan gemetar serta peningkatan produksi urin.
Isolasi Theobromine
1. Prinsip
Metode isolasi menggunakan trikloroetilen, yaitu pelarut yang bersifat nonpolar dan
lipofilik yang biasanya digunakan sebagai bahan pembersih lemak. Sifat fisikokimia
teobromin dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air baik sebagai donor (oleh
unit NíH) maupun sebagai molekul akseptor (dengan unit C=O dan –N=). Oleh karena itu,
pada langkah pertama, teobromin, bersama dengan semua senyawa larut air lainnya, terutama
karbohidrat, diekstraksi dari bubuk kakao yang dihilangkan lemaknya dengan air panas.
Setelah pemisahan fase air, langkah kedua menggunakan metanol sebagai pelarut organik
dengan polaritas yang jauh lebih rendah daripada air untuk menghilangkan residu yang tersisa
setelah pengeringan ekstrak air. Disakarida dan polisakarida tidak akan larut dalam metanol
sama sekali. Monosakarida, seperti glukosa, jika ada pun, hanya sebagian kecil saja dan tidak
akan mengganggu proses ekstraksi. Setelah kristalisasi dan rekristalisasi dari metanol,
sebagian theobromine dimurnikan dengan sublimasi menggunakan vakum.
2. Metode
3. Pemurnian
Sejumlah 100 mg ekstrak disublimasikan menggunakan sublimator vakum
yang dipanaskan dalam aliran udara (320°C) dari heat gun elektronik di bawah vakum
pompa membran (hingga 40 mbar) selama 15 menit hingga sublimasi berhenti.
Teobromin tersublimasi tak berwarna (50 mg) diperoleh, dengan titik leleh 346 - 347°
C (kuvet Fischer). Titik leleh ini sesuai dengan sampel asli Theobromine komersial
yang tidak berwarna.
Galanthamine
Sekitar tahun 1950-an seorang farmakologis Rusia memperhatikan penduduk desa
pegunungan Ural menggunakan tanaman Caucasian Snowdrop liar untuk mengobati polio pada anak-
anak. Dari tanaman inilah, Galanthamine secara aktif mulai diisolasi pada tahun 1952. Nama
Galanthamine berasal dari kata Yunani yakni γάλά untuk susu dan ἄѵθΟЅ untuk bunga (menjadikan
nama genus Galanthus= “Bunga Susu”) dan kata amina yang menyoroti sifat dasar alkaloid.
Penyelidikan menyeluruh terhadap snowdrop dan spesies lain yang termasuk dalam famili
Amaryllidaceae membuktikan bahwa semuanya mengandung alkaloid. Alkaloid utama
Amaryllidaceae selain Galanthamine diwakili oleh senyawa berikut: norbelladine (non heterosiklik),
crinine, haemanthamine, homolycorine, lycorine, montanine, narciclasine, dan tazettine. Penetapan
struktur Galanthamine jauh lebih cepat dibandingkan senyawa alkaloid lainnya yang diisolasi pada
awal abad ke-19. Para peneliti Rusia menyebutkan dalam menetapkan beberapa subunit struktural
molekul, konfigurasi absolut ditemukan melalui struktur sinar-X pada tahun 1964, yaitu hanya
belasan tahun setelah isolasi senyawa tersebut.
Galantamine meningkatkan fungsi kolinergik dengan meningkatkan kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Selanjutnya, galanthamine juga mampu mempengaruhi reseptor kolinergik
nikotinat di jalur kedua dan meningkatkan pelepasan asetilkolin. Awalnya, senyawa tersebut
digunakan untuk membalikkan relaksasi otot yang pada saat pemulihan pasca operasi. Selain itu,
alkaloid digunakan dalam kasus kelemahan otot patologis. Penggunaan awal Galanthamine ini
dikembangkan pada masa Perang Dingin di Bulgaria dan Uni Soviet. Sediaan Galanthamine telah
menjadi pilihan terapi untuk memperlambat degenerasi neurologis. Galanthamine memiliki efek
ganda pada sistem kolinergik. Bertindak sebagai penghambat asetilkolinesterase dan dengan demikian
memperlambat pembelahan asetilkolin sampai batas tertentu, dan secara alosterik memodulasi
reseptor asetilkolin nikotinat, yang pada akhirnya terjadi peningkatan asetilkolin yang diinginkan.
Galanthamine yang digunakan untuk tujuan medis, saat ini tidak lagi diperoleh secara implisit
dengan ekstraksi tanaman. Prosedur sintetis telah dikembangkan dan dipatenkan serta digunakan.
Perusahaan pertama yang memperoleh paten atas sintetis tersebut adalah Sanochemia Pharmazeutika
dari Austria pada tahun 1997, yang kemudian memulai kerja sama dengan Janssen Pharmaceutica
(Belgia). Di pasaran saat ini, obat tersebut memiliki nama-nama dagang seperti Reminyl, Razadyne
dan Nivalin dan diindikasikan untuk kasus penyakit ringan hingga sedang. Sejak saat itu, sekitar 20
paten telah diambil, yang menggambarkan minat terhadap obat tersebut. Pendekatan sintetis telah
dibahas untuk proses yang mengarah ke galanthamine rasemat dan ke bentuk murni secara
enansiomer. Dua langkah reaksi utama adalah reaksi penggabungan fenol oksidatif dan reaksi Heck
intramolekuler. Selain itu, beberapa metode ekstraksi lebih lanjut dari tanaman tersebut juga telah
diklaim.
Isolasi Galanthamine
1. Prinsip
Catatan penting: Semua kegiatan yang dilaporkan disini sebagian besar terinspirasi oleh
temuan yang dilaporkan oleh Kreh pada tahun 1990-an. Keuntungan dari penyelidikannya
adalah diarahkan pada optimalisasi banyak faktor, misalnya. spesies Narcissus apa yang
paling cocok dan pemisahan ekstraktif apa yang terbaik pada kondisi pH yang sesuai dengan
pelarut yang paling cocok, dan seterusnya. Semua ini dipelajari dengan sangat hati-hati dan
hanya digunakan disini dengan mengikuti prinsip-prinsipnya. Meskipun demikian, isolasi di
laboratorium masih rumit jika dipertimbangkan secara teknologi.
Isolasi Galanthamine mengikuti prinsip klasik. Alkaloid pertama-tama dibebaskan
dari bentuk garam – yang terkandung di dalam sel – melalui reaksi dengan basa kuat.
Kemudian alkaloid diekstraksi dengan pelarut organic lalu dimurnikan. Ini tampaknya cukup
sederhana. Namun, dalam praktiknya, hal ini memiliki dua poin penting. Masalah pertama
adalah alkaloid ini tidak terkandung dalam semua spesies Narcissus. Apabila diperlukan,
harus dipastikan terlebih dahulu dengan memeriksa literatur apakah suatu varietas daffodil
tertentu diketahui mengandung galanthamine atau tidak.
Masalah kedua adalah masalah teknologi. Transfer dari matriks biologis bulbs ke
dalam pelarut organik sangat sulit dilakukan. Tidak mudah untuk menghancurkan bulbs yang
agak keras bersama-sama dengan bahan dasar padat yang sesuai seperti soda ash untuk
membebaskan alkaloid dari sel. Selanjutnya, saat menggunakan basa anhidrat seperti soda
ash, pengaduk laboratorium biasa tidak mampu menghasilkan pencampuran antara bulbs
dengan pelarut. Saat menggunakan larutan basa (uji coba dilakukan dengan larutan natrium
karbonat), diperlukan pencampuran yang intens dari bulbs yang dihancurkan dengan pelarut.
Emulsi akan terjadi dan diperlukan sentrifugasi. Intinya adalah bahwa peralatan teknis
laboratorium organik standar mungkin tidak memenuhi kebutuhan yang disebabkan oleh
masalah pemisahan (tidak tersedianya alat pemisahan yang memadai).
2. Metode
Dua puluh dua umbi Narcissus pseudonarcissus Bulbs kemudian dipotong dadu dan dicampur
L. subspesies pseudonarcissus Carlton (massa 2 dengan natrium karbonat padat (170 g).
kg) dikupas dan akarnya dipotong. Beratnya Campuran tersebut digiling menggunakan
kemudian menjadi 1,75 kg penggiling daging
5. Pemurnian (TLC)
Ekstrak kasar 78 mg dilarutkan dalam 4 mL
Pelat Merck silica gel 60-F254 untuk TLC metanol dan dibagi menjadi empat bagian
preparatif, digunakan ukuran 20 × 20 cm masing-masing 1 mL. Setiap bagian
dengan zona konsentrasi 2,5 × 20 cm ditempatkan dalam satu garis di zona
konsentrasi pelat TLC preparatif
6. Pengujian Dragendorff
Persiapan reagen: 1,7 g bismut nitrat basa
dan 20 g asam tartarat dilarutkan dalam 40
Tes terakhir dilakukan dengan reagen
mL air, ditambahkan ke dalam campuran 16 g
Dragendorff untuk alkaloid
kalium iodida dalam 40 mL air, diaduk selama
1 jam dan disaring
Pelat sepanjang 4 cm dipotong dan pelat kecil Disimpan dalam keadaan dingin dalam botol
ini disemprot dengan reagen dragendorff. gelap, reagen dapat digunakan selama
Zona coklat sebagai ciri alkaloid terlihat di beberapa minggu. Encerkan dengan air
dua titik atas. Zona di sekitar Rf = 0,45 sebanyak tiga kali lipat sebelum digunakan
Ekstrak kasar dikumpulkan dan diekstraksi Semua spektrum dan pengukuran daya putar
dengan kloroform panas untuk menghasilkan optik, [α] 22D -125° (c 0,0063 g / mL, etanol),
14 mg padatan amorf tak berwarna setelah menunjukkan bahwa bahan ini adalah
pelarut dihilangkan Galanthamine murni