Anda di halaman 1dari 10

PIT HATHI ke-38, Intisari

IDENTIFIKASI SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN


KOMPONEN SUNGAI BERDASARKAN AHP
Fuad Hasyim1*, Tommy Kurniawan2, Suroso3, Edy Trihatmoko4*
134
Program Studi Geografi, Universitas Negeri Semarang
2
Program Studi Teknik Sumber Daya Air, Universitas Brawijaya
*fuadhasyim6900@students.unnes.ac.id, *Tommy_ccme@yahoo.co.id -
https://orcid.org/0000-0001-8281-3117, *rosaries@mail.unnes.ac.id,
*Edytrihatmomo@mail.unnes.ac.id - https://orcid.org/
0000-0003-1998-985
Sungai merupakan tempat di mana air mengalir ke suatu tempat yang lebih rendah
secara gravitasi, dan juga wadah berkumpulnya air dari suatu daerah. Secara alami,
elemen ini berfungsi sebagai pusat ekosistem yang dapat menjadi rumah bagi segala
makhluk hidup yang tinggal dalam ekosistemnya. Sering kali sungai tidak dapat
berfungsi sesuai dengan semestinya, hal ini disebabkan karena kerusakan
komponen-komponen sungai. Banyaknya komponen-komponen pemeliharaan
sungai yang harus diperbaiki dan mengingat anggaran biaya yang dikeluarkan
untuk pemeliharaan komponen sungai tidak sedikit, maka prioritas penanganan
komponen pemeliharaan sungai harus ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah memberikan pilihan kebijakan yang tepat bagi instansi terkait dan
diharapkan dapat membantu masalah-masalah yang ada. Tujuan spesifik pada
penelitian ini adalah menentukan skala prioritas penanganan komponen
pemeliharaan sungai dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Berdasarkan penentuan skala prioritas pada pemeliharaan sungai, aspek
ruang sungai yang berpengaruh terhadap kinerja sungai secara berurutan terdiri dari
aspek palung sungai, bantaran sungai, sempadan sungai, dataran banjir dengan nilai
skala prioritas masing-masing sebesar 33%, 32%, 22%, 14%.
Kata kunci : Kinerja sungai, Skala prioritas, Aspek ruang sungai, AHP
PENDAHULUAN kebutuhan hidup manusia. Sebagai
contoh diantaranya adalah keperluan
Latar Belakang
air rumah tangga, irigasi, perikanan
Pada masa lampau, pertumbuhan dll. Saluran sungai dimanfaatkan oleh
permukiman cenderung linear masyarakat setempat untuk berbagai
mengikuti alur sungai. Hal ini keperluan, mulai dari pertanian
sebagaimana dikenal dengan teori hingga pemukiman Darmakusuma,
pertumbuhan permukiman secara (2013). Saat ini sebagian besar DAS
linear Putro & Nurhamsyah, (2015). di Indonesia telah rusak karena
Kondisi ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan,
manusia membutuhkan air dalam pertumbuhan penduduk, dan
hidupnya, di sisi lain air dengan kurangnya kesadaran masyarakat
mudah diperoleh dari sungai. Hingga akan perlindungan lingkungan DAS.
saat ini sungai masih digunakan Dampak yang dirasakan kemudian
sebagai sumber air untuk berbagai adalah banjir di musim hujan dan

1
PIT HATHI ke-38, Intisari

kekeringan di musim kemarau. penurunan kualitas sumber daya


Rusaknya Daerah Aliran Sungai alam, kritis tanah, gangguan
(DAS) juga menyebabkan penurunan kesehatan, pengurangan potensi
kualitas air sungai yang tercemar oleh sumber daya organisme alam, tanah
erosi lahan kritis, limbah rumah longsor, banjir dan penumpukan
tangga, limbah industri, limbah sedimen di hilir DAS Suparjo, (2011).
pertanian (perkebunan) dan limbah Adanya komponen Sungai Babon
pertambangan (Hasibuan, 2016). yang tidak dapat berfungsi sessuai
dengan semestinya, hal ini
Oleh karena itu kita harus mengetahui disebabkan karena kerusakan
kinerja sebuah sungai dimana akan komponen-komponen sungai seperti
merefleksikan kondisi sebuah DAS. palung sungai, bantaran sungai,
Kondisi DAS yang rusak sempadan sungai, dataran banjir.
mencerminkan adanya komponen Misal ada sedimentasi, tanaman di
sungai yang rusak atau tidak sekitar sungai perlu dirapikan supaya
berfungsi dengan baik. Pemeliharaan aliran sungai mengalir dengan baik,
ruang sungai sebagaimana dimaksud sampah dari hulu sungai tidak
pada Pasal 13 ayat (2) huruf b menumpuk di hilir sungai, dan lain-
bertujuan untuk menjaga: palung lain. kondisi tersebut dapat
sungai senantiasa berfungsi sebagai mengurangi luas penampang basah
tempat air mengalir dan tempat sungai sehingga aliran sungai dapat
berlangsungnya kehidupan ekosistem meluap ketika debit banjir datang.
sungai, dan sempadan sungai oleh karena itu, pemeliharaan pada
senantiasa berfungsi sebagai tempat sungai sangat penting dalam menjaga
penyangga antara ekosistem sungai fungsi sungai. Permasalahan tersebut
dan daratan, agar fungsi sungai dan perlu kajian lebih lanjut sehingga
kegiatan manusia tidak saling penelitian ini bertujuan untuk
terganggu. Unsur unsur yang menentukan skala prioritas
dipelihara pada ruang sungai penanganan komponen pemeliharaan
meliputi: Struktur dan fitur batuan sungai dengan menggunakan metode
dasar sungai serta fitur vegetasi di Analytical Hierarchy Process (AHP).
tepian sungai, dimensi palung sungai,
kemiringan dasar sungai, dinamika METODE
meander, eksistensi sempadan sungai Lokasi penelitian ini dilakukan di
DSDA_PUPR, (2016). DAS Babon. Sungai Babon mengalir
Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon ke utara dari Bendung Pucang Gading
merupakan salah satu Daerah Aliran yang melewati dua kecamatan, yaitu
Sungai yang sangat penting bagi Kecamatan Pedurungan dan
kelestarian ekosistem di Provinsi Kecamatan Genuk, dan menyatu
Jawa Tengah khususnya wilayah dengan Laut Jawa di Sayung. Sungai
Semarang dan sekitarnya. Adanya Babon memiliki panjang sekitar
kegiatan industri, permukiman, 17,18 kilometer. Bagian hilir Sungai
adanya lahan pertanian, dan industri Babon adalah Laut Jawa, bagian
pertambangan menimbulkan masalah hulunya yaitu Sungai Penggaron,
lingkungan, seperti pencemaran air, sebelah kirinya saluran banjir timur,

2
PIT HATHI ke-38, Intisari

dan sebelah kanannya Saluran Banjir kriteria dalam struktur hierarkis


Dombo Sayung. Menurut Saaty (1993). Dalam metode
AHP dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut Kadarsah Suryadi dan
Ali Ramdhani, (1998):
1. Mendefinisikan Masalah.
Permasalahan dalam penelitian ini
yaitu penentuan prioritas
pemeliharaan komponen sungai di
DAS Babon Kota Semarang.
2. Membuat Struktur Hirarki. Setelah
penyusunan tujuan utama sebagai
level teratas yaitu penentuan skala
prioritas pemeliharaan komponen
sungai, akan disusun level hirarki
yang berada dibawahnya yaitu
kriteria-kriteria yang signifikan
dalam penentuan skala prioritas
Gambar 1. Lokasi Penelitian (DAS Babon) pemeliharaan komponen sungai.
Secara sederhana struktur hirarki
dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Gambar 3. Hierarki Parameter Signifikan


Dalam Penentuan Skala Prioritas
Proses Pelaksanakan Analytical Pemeliharaan Komponen Sungai
Hierarchy Process (AHP) 3. Matriks Perbandingan
Analytic Hierarchy Process (AHP) Berpasangan. Orang yang akan
adalah model pendukung keputusan memberikan persepsi tersebut
yang dikembangkan oleh Thomas L. harus mengetahui secara
Saaty. Model pendukung keputusan menyeluruh mengenai elemen-
ini akan menggambarkan kompleks elemen yang diperbandingkan dan
multi-faktor atau masalah multi- relevansinya terhadap tujuan yang

3
PIT HATHI ke-38, Intisari

dimaksud. Menurut Saaty (1993), mendapatkan normalisasi


skala penilaian 1 sampai 9 matriks, kemudian
merupakan yang terbaik menjumlahkan nilai-nilai dari
berdasarkan nilai RMS (Root setiap baris dan membaginya
Mean Square Deviation) dan dengan jumlah elemen untuk
MAD (Median Absolute mendapatkan rata-rata (eigen
Deviation). Nilai dan definisi value). Nilai ini merupakan
pendapat kualitatif tersebut dapat bobot awal untuk setiap elemen
dilihat pada Tabel 1. atau kriteria yang dibandingkan
Tabel 1. Skala Komparasi Pada Penilaian dalam matriks.
AHP
Tingkat Definisi 6. Uji konsistensi matriks
Kepentingan keputusan.
1 Tingkat elemen sama penting
Σa
3 Satu elemen lebih sedikit penting
dibandingkan dengan elemen lain
λ maks = 𝑛
5 Satu elemen sesungguhnya lebih λ maks – n
penting dibanding elemen lain CI =
𝑛−1
7 Satu elemen jelas lebih penting CI
dibanding elemen lain CR = 𝐶𝑅
9 Satu elemen mutlak lebih penting
dibanding elemen lain Dimana,
2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua nilai yang Σa : Jumlah semua baris
berdampingan
pada matrix
Sumber: Saaty, (1993)
keputusan
4. Perhitungan Bobot Elemen.
n : Banyaknya kriteria
Proses perhitungan matematis
CI : Consistensy Index
pada metode AHP dilakukan
RI : Random Indek
dengan menggunakan suatu
CR : Consistensy Ratio
matriks. Tabel 2. Nilai-nilai Indeks Random (RI)
a. Jika a12 = α, maka a21 = 1/α. Berdasarkan Ukuran Matriks (n)
b. Jika antara elemen operasi A1 n 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dengan A2 mempunyai tingkat RI 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,9
kepentingan yang sama maka Sumber: Taylor, (1999)
nilai a12 = a21 = 1. Pada metode AHP, tingkat
c. Nilai a12 = 1 untuk 1 = 2 inkonsistensi yang dapat diterima
(diagonal matriks memiliki adalah sebesar 10% ke bawah. Jadi,
nilai 1). Apabila nilai CR<=0,1 (10%) maka
5. Normalisasi matriks hasil perbandingan preferensi
perbandingan dan menentukan konsisten dan juga sebaliknya jika
nilai eigen untuk setiap kriteria CR=>0,1 (10%), maka hasil
atau alternatif. Nilai eigen adalah perbandingan preferensi tidak
bobot dari setiap elemen untuk konsisten. Jika tidak konsisten, maka
penentuan prioritas elemen- ada 2 pilihan, yaitu mengulang
elemen. Penghitungan dilakukan perbandingan preferensi atau
dengan cara menjumlahkan nilai melakukan proses autokoreksi
setiap kolom dari matriks, HASIL DAN PEMBAHASAN
membagi setiap nilai dari kolom
Analisa data dilakukan dengan
dengan total kolom yang
menggunakan sistem pakar yang
bersangkutan untuk

4
PIT HATHI ke-38, Intisari

dirancang menggunakan metode diubah karena sudah ada sejak lama


perbandingan berpasangan atau dan menjadi budaya mereka,
Analytical Hierarki Process (AHP) meskipun sungai tersebut digunakan
diterjemahkan dalam Excel yang oleh komunitas tersebut untuk
digunakan untuk memberikan output keperluan sehari-hari. Berdasarkan
berupa bobot prioritas kriteria. pertimbangan hal ini, aliran sungai
Analisis data merupakan hasil dari masuk menjadi subkriteria pada
penyampaian kuisioner yang komponen sungai.
melibatkankan peran ahli studi expert Air mengalir pada sebuah sungai
(ahli) di bidang hidrologi. Responden melalui penampang basah alirannya.
merupakan dosen Universitas Negeri Kecepatan aliran tidak sama
Semarang. sepanjang tubuh kanal sungai hal ini
tergantung dari bentuk, kekasaran
Bobot Penilaian Palung Sungai
kanal sungai dan pola sungai.
(Kriteria K1)
Menurut Putra, (2014) menunjukan
Palung sungai erat kaitanya dengan penelitian perbedaan aliran pada
luas penampang basah sungai dan penampang melintang sungai.
mampu mengalirkan air dari hulu ke Kecepatan terbesar terletak di bagian
hilir, sebagai bagian dari siklus tengah kanal dan bagian atas dari
hidrologi. Ada 3 (tiga) subkriteria bagian terdalam kanal yang jauh dari
yang mengganggu palung secara seretan friksional pada bagian dinding
fungsi yaitu: ada benda yang dan dasar kanal. Perbedaan distribusi
menghambat aliran air, ada kecepatan aliran tersebut
penyempitan di sisi kanan dan kiri menyesuaikan dengan bentuk
palung, dan ada aktivitas penampang basah sungai. Kecepatan
penambangan di badan sungai. Tiga rerata aliran sungai berbanding
subkriteria ini sangat penting untuk terbalik dengan luas penampang
ditinjau karena kondisi tersebut basah sungai. Pada sebuah debit yang
sangat menentukan aliran air dari sama dan kondisi luas penampang
hulu ke hilir. basah kecil, maka kecepatan aliran
Air tidak dapat mengalir karena ada semakin besar. Berdasarkan hal ini,
benda yang menghalangi di palung, penyempitan sisi di kanan dan kiri
baik melintang sungai, terangkut oleh palung (misal terjadi longsoran) dapat
aliran air, atau penumpukan sampah mengganggu aliran air dan masuk
di badan sungai. Keberadaan sampah subkriteria pada komponen sungai.
ini akan mengecilkan luas penampang Palung sungai dapat terganggu dari
basah aliran, mengganggu aliran air aktivitas penambangan di badan
dari hulu ke hilir, dan timbul dampak sungai karena material di palung
negatif terhadap lingkungan sungai diangkut ke luar sungai (darat).
akibat dari perilaku masyarakat mulai Kegiatan penambangan secara terus
dari hulu sungai. Hal ini sesuai menerus di badan sungai (palung)
dengan penelitian Oktaliana, (2020) dapat mengakibatkan penurunan
meneliti di Sungai Kakap dimana elevasi dasar palung dan
komunitas masyarakat mempunyai mengakibatkan erosi penurunan
kebiasaan membuang sampah di elevasi sungai ke arah hilir.
badan sungai. Kebiasaan ini tidak bisa Pemerintah Indonesia telah

5
PIT HATHI ke-38, Intisari

menerbitkan peraturan untuk menjaga konsistensi. Setelah tahapan ini


dampak penambangan pada sungai dilakukan maka diperoleh bobot dari
melalui Keputusan Menteri PU masing-masing sub kriteria pada
Nomor: 485 / Kpts / 1986 kriteria palung seperti pada tabel
menjelaskan bahwa jarak untuk berikut:
menambang di lokasi sungai yang Tabel 3. Bobot Kriteria Penilaian Palung
dekat dengan fasilitas umum radius Item Sub Kriteria Bobot (%)
1000 meter ke arah hilir dan 500 SK 1 Hambatan air 43,00
meter ke arah hulu. Muniroh, (2016) SK 2 Penyempitan 43,00
SK 3 Aktivitas penambangan 14,00
menunjukan hasil penelitian bahwa
Sumber : Hasil Analisa
ada dampak penambangan pasir di
Sungai Luk Ulo terhadap Berdasarkan tabel di atas, hasil
Lingkungan. Oleh karena hal ini, penilaian dapat disimpulkan bahwa
perlu kegiatan sosialisasi kegiatan kriteria hambatan air dan
penambangan di badan kepada warga penyempitan sisi kiri - kanan palung
sekitar sungai dan peran masyarakat menunjukan nilai bobot tertinggi
agar peduli serta memelihara sungai. untuk pengaruh terhadap palung yang
Berdasarkan pertimbangan hal ini, sama.
kegiatan penambangan di sungai Bobot Penilaian Bantaran Sungai
masuk menjadi subkriteria pada (Kriteria K2)
komponen sungai.
Lebih jelas dapat disimak pada Bantaran sungai berkaitan erat
gambar di bawah ini. dengan pemanfaatanya untuk
menampung dan mengalirkan air
sebagian dari aliran banjir. Ada 2 (dua)
subkriteria yang mengganggu
bantaran sungai secara fungsi yaitu:
ada tanaman keras yang terdapat di
kanan dan kiri bantaran sungai yang
menghambat laju aliran banjir untuk
sampai ke hilir, dan ada aktivitas
penambangan di kanan dan kiri
bantaran sungai yang menyebabkan
tergerusnya tebing atau tanggul
sungai yang membahayakan stabilitas
Gambar 4. Sketsa Posisi Palung pada tanggul sungai.
Sempadan Sungai (Sumber: Permen
PUPR No 28/PRT/M/2015 tentang Pemeliharaan bantaran sungai
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan merupakan bagian dari pemeliharaan
Garis Sempadan Danau Pasal 5 s/d 8) ruang sungai yang bermanfaat untuk
Analisis dilakukan untuk menentukan menampung dan mengalirkan air
bobot dari masing-masing sub kriteria sebagian dari aliran banjir. Dengan
yang telah ditetapkan. Adapun urutan demikian segala macam penghalang
seperti tanaman-tanaman keras perlu
penilaian dalam menentukan bobot
ditebang dan tidak boleh ditanam
sub kriteria adalah menghitung
kembali di bantaran. Lubang-lubang
matriks normalisasi, menghitung
atau galian penambangan yang dekat
priority vector, dan melakukan uji

6
PIT HATHI ke-38, Intisari

dengan kaki tanggul perlu ditutup menghilangkan fungsi ekologis


kembali setinggi bantaran agar tak daerah sempadan sungai.
membahayakan stabilitas tanggul. Pembangunan permukiman di atas
Analisis dilakukan untuk menentukan lahan sempadan sungai menimbulkan
bobot dari masing-masing sub kriteria resiko bagi penghuni, karena adanya
yang telah ditetapkan. Adapun urutan genangan air periodik pada musim
penilaian dalam menentukan bobot hujan dan lahan sempadan cenderung
sub kriteria adalah menghitung labil dan rawan akan longsor yang
matriks normalisasi, menghitung membahayakan masyarakat penghuni
priority vector, dan melakukan uji di sempadan sungai Dinas Pengairan
konsistensi. Setelah tahapan ini Provinsi Jawa Timur, (2013).
dilakukan maka diperoleh bobot dari Selain pemanfaatan sempadan sungai
masing-masing sub kriteria pada ada juga aktivitas penambangan
kriteria bantaran sungai seperti pada bahan galian golongan C (pasir).
tabel berikut: Sering tidak disadari bahwa kegiatan
Tabel 4. Bobot Kriteria Penilaian yang dilakukan tersebut berakibat
Bantaran Sungai pada kerusakan ekosistem sungai.
Item Sub Kriteria Bobot (%)
SK 1 Kepadatan tanaman 75,00 Penetapan garis sempadan sungai
SK 2 Aktifitas penambangan 25,00 dimaksudkan sebagai upaya agar
Sumber: Hasil analisa kegiatan perlindungan, pemanfaatan,
dan pengendalian atas sumber daya
Berdasarkan tabel di atas hasil yang ada di sungai dapat
penilaian dapat disimpulkan bahwa dilaksanakan sesuai dengan
kriteria kepadatan tanaman sisi kiri - tujuannya. Penetapan garis sempadan
kanan bantaran sungai menunjukan sungai dan garis sempadan bertujuan
nilai bobot tertinggi untuk pengaruh agar:
terhadap bantaran sungai.
a. fungsi sungai tidak terganggu
Bobot Penilaian Sempadan Sungai
karena aktifitas yang
(Kriteria K3) berkembang di sekitarnya;
Penilaian sempadan sungai sebagai b. kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan ruang sungai terdapat 2 upaya peningkatan nilai
(dua) subkriteria yaitu pemanfaatan manfaat sumber daya yang ada
daerah sempadan sungai dan pada sungai dapat memberikan
penetapan garis sempadan sungai. hasil secara optimal sekaligus
Sempadan sungai digunakan oleh menjaga kelestarian fungsi
sebagian masyarakat sebagai lahan sungai; dan
pembangunan industri dan c. daya rusak air sungai terhadap
permukiman serta lahan pertaniaan. lingkungannya dapat dibatasi.
Sebagai contoh pemanfaatan lahan Analisis dilakukan untuk menentukan
sempadan Kali Surabaya terdapat bobot dari masing-masing sub kriteria
1.443 bangunan permukiman yang telah ditetapkan. Adapun urutan
penduduk dan 109 industri. penilaian dalam menentukan bobot
Pengalihan pemanfaatan lahan sub kriteria adalah menghitung
sempadan sungai menjadi lahan matriks normalisasi, menghitung
industri dan permukiman dapat

7
PIT HATHI ke-38, Intisari

priority vector, dan melakukan uji Barabai Utara, Kelurahan Barabai


konsistensi. Setelah tahapan ini Darat, Kelurahan Bukat, Desa
dilakukan maka diperoleh bobot dari Mandingin dan Desa Pajukungan. Hal
masing-masing sub kriteria pada ini menyebabkan kawasan
kriteria sempadan sungai seperti pada permukiman di sekitar sungai tersebut
tabel berikut: menjadi rawan tergenang banjir setiap
Tabel 5. Bobot Kriteria Penilaian musim hujan.
Sempadan Sungai Analisis dilakukan untuk menentukan
Item Sub Kriteria Bobot
bobot dari masing-masing sub kriteria
(%)
SK 1 Pemanfaatan daerah 50,00 yang telah ditetapkan. Adapun urutan
sempadan penilaian dalam menentukan bobot
SK 2 Penetapan garis sempadan 50,00 sub kriteria adalah menghitung
Sumber: Hasil analisa matriks normalisasi, menghitung
Berdasarkan tabel di atas, hasil priority vector, dan melakukan uji
penilaian dapat disimpulkan bahwa konsistensi. Setelah tahapan ini
kriteria pemanfaatan daerah dilakukan maka diperoleh bobot dari
sempadan dan penetapan garis masing-masing sub kriteria pada
sempadan sisi kiri - kanan sempadan kriteria dataran banjir sungai seperti
sungai menunjukan nilai bobot yang pada tabel berikut:
sama untuk pengaruh terhadap Tabel 6. Bobot Kriteria Penilaian Dataran
sempadan sungai. Banjir
Item Sub Kriteria Bobot
Bobot Penilaian Dataran Banjir (%)
(Kriteria K4) SK 1 Kepadatan pemukiman kiri 50,00
SK 2 Kepadatan pemukiman kanan 50,00
Penilaian dataran banjir memiliki 2 Sumber : Hasil analisa
(dua) subkriteria yaitu kepadatan
Berdasarkan tabel di atas, hasil
permukiman sisi kanan dan kepadatan
penilaian dapat disimpulkan bahwa
permukiman sisi kiri. Pentingnya
kriteria kepadatan permukiman sisi
pemeliharaan komponen dataran
kiri dan kanan dataran banjir
banjir sungai seperti pada contoh di
menunjukan nilai bobot yang sama
kawasan perkotaan Barabai terdapat
untuk pengaruh terhadap dataran
permukiman padat pada sisi kanan
banjir.
kiri sungai, sedangkan dijelaskan
dalam UNESCO, (2007) bahwa salah Bobot Penilaian Kriteria
satu alasan besarnya dampak banjir Komponen Sungai
adalah terbangunnya permukiman Penilaian kriteria komponen sungai
pada dataran banjir dan sekitar yaitu dengan memasukkan hasil
sungai. Pada musim hujan menjelang responden. Kemudian dihitung di
akhir tahun curah hujan di Kecamatan microsft excel yang sudah diberikan
Barabai meningkat, Sungai Barabai rumus AHP. Hasilnya berupa
meluap dan naik ke daratan hingga ke presentase dalam tabel berikut ini:
kawasan permukiman di sekitarnya
meliputi enam kelurahan dan dua Tabel 7. Kriteria Yang Memiliki Prioritas
(tingkat) Yang Paling Mempengaruhi Dalam
desa, yaitu Kelurahan Barabai Timur, Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan
Kelurahan Barabai Selatan, Komponen Sungai
Kelurahan Barabai Barat, Kelurahan

8
PIT HATHI ke-38, Intisari

Kompone palu bantar banta semp sempa datar datara vekto 100 dibula pemeliharaan komponen
n sungai ng an kiri ran adan dan an n r % tkan
kanan kiri kanan banji banjir
sungai
r kiri kanan 1 Palung 32,61%
Palung
1 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 32,61 32,6 33,00 2 Bantaran Kiri 15,83%
% 1 3 Bantaran Kanan 15,83%
Bantaran 0,33 1 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 15,83 15,8 16,00
Kiri % 3
4 Sempadan Kiri 10,67%
Bantaran 0,33 1,00 1 2,00 2,00 2,00 2,00 15,83 15,8 16,00 5 Sempadan Kanan 10,67%
Kanan % 3 6 Dataran Banjir Kiri 7,19%
Sempadan 0,33 0.50 0,50 1 1,00 2,00 2,00 10,67 10,6 11,00 7 Dataran Banjir Kanan 7,19%
Kiri % 7
Sempadan 0,33 0,50 0,50 1,00 1 2,00 2,00 10,67 10,6 11,00 Sumber: Hasil analisa
Kanan % 7
Dataran 0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 1 1,00 7,19% 7,19 7,00 Presentase
Banjir Kiri
Dataran 0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 1 7,19% 7,19 7,00 Palung Sungai
Banjir
Kanan
Bantaran Sungai
Sumber: Hasil analisa, 2021 Bangian kiri

Setelah memasukkan hasil responden 11%


7% 7% Bantaran Sungai
Bangian kanan
tersebut akan dapat diketahui 11% Sempadan sungai
33%
seberapa persen pentingnya tiap Bagian kiri
15%
kriteria dengan mempertimbangkan 16%
Sempadan sungai
Bagian kanan
tabel CR sebesar 0,04 (tidak revisi). Dataran banjir Bagian
kiri

Tabel 8. Hasil Perhitungan CR Dataran banjir Bagian


kanan
(Consistensi Ratio), Consistensi Indeks
(CI), Nilai Eigen Dan Jumlah Kriteria (n)
n= 7,00 (Jumlah Kriteria) Gambar 5. Tingkat Kriteria Dalam
(Nilai Eigen / Karakteristik, Penentuan Prioritas Pemeliharaan sungai
l=
7,20 Mendekati N)
C.I. = 0,03 (Indeks Konsistensi) Berdasarkan hasil analisa diatas,
(Nisbah Konsistensi, Jika < 0.1 dapat disimpulkan bahwa parameter
C.R. = 0,04 Tidak Perlu Revisi)
yang paling mempengaruhi dalam
Sumber : Hasil analis penentuan prioritas pemeliharaan
Berdasarkan Tabel 9 analisa Kriteria sungai adalah kriteria Palung sungai.
yang memiliki prioritas (tingkat) KESIMPULAN
paling mempengaruhi dalam
Berdasarkan hasil analisis AHP,
penentuan prioritas pemeliharaan
parameter yang signifikan
sungai adalah palung sebesar 33%
(mempengaruhi) dalam penentuan
bantaran sungai bagian kiri 16%,
prioritas pemeliharaan sungai yaitu
bantaran sungai bagian kanan 16%,
secara berurutan terdiri dari palung,
Sempadan sungai bagian kiri 11%,
Sempadan sungai bagian kanan 11%, bantaran, sempadan dan dataran
dataran banjir bagian kiri 7%, dataran banjir. Dengan demikian upaya
banjir bagian kanan 7%. pengelolaan dan pemeliharaan sungai
perlu memperhatikan kriteria-kriteria
Tabel 9. Hasil Analisa Berpasangan tersebut. Kriteria pada palung sungai
Alternatif untuk Kriteria Penilaian
Komponen Sungai
meliputi hambatan aliran,
penyempitan dan aktivitas
No Kriteria yang memiliki penambangan. Kriteria bantaran
Presen
prioritas (tingkat) paling
mempengaruhi dalam
tase sungai yang meliputi kepadatan

9
PIT HATHI ke-38, Intisari

tanaman dan aktivitas penambangan. River Among Community in Sungai


Kriteria sempadan sungai meliputi Kakap Subdistrict West Kalimantan.
GeoEco Journal Vol.6, No.1, Page 63-
pemanfaatan daerah sempadan sungai 71. DOI:
dan penetapan garis sempadan https://doi.org/10.20961/ge.v6i1.3913
sungai. Kriteria dataran banjir yang 9.
meliputi kepadatan permukiman di Putra, A. S. (2014). ANALISIS
dataran banjir tersebut. DISTRIBUSI KECEPATAN
ALIRAN SUNGAI MUSI (Ruas
DAFTAR PUSTAKA Sungai: Pulau Kemaro Sampai
Darmakusuma, D. (2013). Pengelolaan Dengan Muara Sungai Komering).
sungai berbasis masyarakat lokal di Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan,
daerah lereng selatan gunung merapi. 2(3), 603–609.
Manusia Dan Lingkungan, 20, 229–29. Putro, J. D., & Nurhamsyah, M. (2015). Pola
DSDA_PUPR, D. (2016). Surat Edaran Permukiman Tepian Air, Studi Kasus:
Direktur Jenderal SDA Kementerian Desa Sepuk Laut, Pungur Besar Dan
PUPR Nomor 05/SE/D/2016 tentang Tanjung Saleh Kecamatan Sungai
Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Operasi dan Pemeliharaan Langkau Betang: Jurnal Arsitektur,
Prasarana Sungai Serta 2(1), 65–76.
Pemeliharaan Sungai. https://doi.org/10.26418/lantang.v2i1.
13841
Hasibuan, R. (2016). Rosmidah Hasibuan
ISSN Nomor 2337-7216. Jurnal Saaty, T. Lorie. 1993. Pengambilan
Ilmiah Advokasi, 04(01), 42–52. Keputusan Bagi Para Pemimpin,
https://www.google.com/search?clien Proses Hirarki Analitik untuk
t=firefox-b- Pengambilan Keputusan dalam
d&q=jurnal+issn+rosmidah+hasibuan Situasi yang Kompleks. Pustaka
Binama Pressindo.
Kalinowska M.B., Rowinski P.M., Vastila
K., Aberle J., and Jarvela J., (2018). Sudarma, I. M., & Widyantara, W. (2016).
How vegetation can aid in coping with Persepsi Masyarakat Terhadap
river management challenges: A brief Ekosistem Daerah Aliran Sungai
review. Elsevier, Ecohydrology and Ayung Menuju Sumberdaya Air
Hydrobiology, 194: 1-10, Berkelanjutan. Bumi Lestari Journal
https://doi.org/10.1016/j.ecohyd.2018 of Environment, 16(2), 78.
.07.003. https://doi.org/10.24843/blje.2016.v1
6.i02.p01
Kadarsah, Suryadi dan M Ali
Ramdani.(1998). Sistem Pendukung Suparjo, M. N. (2011). KONDISI
Keputusan. PT Remaja Rasdakarya, PENCEMARAN PERAIRAN
Bandung. SUNGAI BABON SEMARANG.
Saintek Perikanan : Indonesian
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Journal of Fisheries Science and
Perumahan Rakyat. 2016. Pedoman Technology, 4(2), 38–45.
Penyelenggaraan Kegiatan Operasi https://doi.org/10.14710/IJFST.4.2.38-
Dan Pemeliharaan Prasarana Sungai 45
Serta Pemeliharaan Sungai. Jakarta:
Kementrian PUPR: UNESCO. (2007). Petunjuk praktis
partisipasi masyarakat dalam
Muniroh, 2016, Dampak Penambangan Pasir penanggulangan banjir. Jakarta:
Di Sungai Luk Ulo terhadap UNESCO Office
Lingkungan, Universitas Negeri
Jakarta, Jakarta. Ziana, & Azmeri. (2018). Perbaikan
Bantaran Sungai Secara Eko-
Oktaliana R, Ahmad, Muryani C. 2020. The Hidraulik Untuk Perbaikan Bantaran
Behavior of Waste Disposal into Sungai Secara Eko-. September, 1–10.

10

Anda mungkin juga menyukai