Peran United Nations High Commissioner For Refugees Dalam Upaya Repatriasi Etnis Muslim Rohingya Baru
Peran United Nations High Commissioner For Refugees Dalam Upaya Repatriasi Etnis Muslim Rohingya Baru
Skripsi
Peneliti
Disetujui Pembimbing
Cimahi, Februari 2023
NIM : 6211181022
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah skripsi ini bukan merupakan
hasil plagiariarisme, menjiplak, meniru, dan menyadur hasil karya orang lain,
melainkan merupakan hasil karya asli atau original penulis. Naskah skripsi ini
bukan hasil karya yang dibuatkan oleh orang lain, melainkan hasil karya penulis
sendiri dan merupakan hasil kerja otak dan pikiran murni dari penulis. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sadar, tanpa paksaan, sesuai dengan kenyataan
yang sesungguhnya dan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari terdapat
pihak-pihak ditengah masyarakat akademik yang mempersoalkan naskah skripsi
saya, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan aturan
akademik dan etika ilmiah yang berlaku di lingkungan perguruan tinggi.
ii
LEMBAR PERNYTAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dengan hak bebas royalti eksekutif ini, Universitas Jendral Achmad Yani berhak
menyimpan, mengalih media, mengolah dalam bentuk perrangkaian data, distribusikan
dan mempublikasikannya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin selama tetap menyantumkan nama penulis sebagi hak cipta.
Segala bentuk tuntuan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya
ilmiah menjadi tanggung jawab pemilik.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis limpah curahkan ke hadirat Allah Swt., atas
berkat, rahmat, dan nikmat-Nyalah usulan penelitian yang berjudul “Peran United
Nations High Commisioner for Refugee dalam upaya repatriasi etnis Muslim
Adapun maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat ujian Sidang Skripsi pada Prodi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI).
motivasi, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
atas bantuan yang telah diberikan sehingga peniliti dapat menyelesaikan usulan
penelitian ini. Semoga atas segala kebaikan ini, Allah Swt memberikan pahala
kebaikan berlipat.
penulisan usulan penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
Peneliti
iv
GLOSARIUM
v
DAFTAR ISI
vi
1.9 Metode Penelitian........................................................................................................
1.9.1 Tipe Penelitian....................................................................................................
1.9.2 Instrumen Penelitian...........................................................................................
1.9.2.1 Media Informasi / Internet .......................................................................
1.9.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................
1.9.4 Teknik Analisis Data..........................................................................................
1.9.4.1 Reduksi Data.............................................................................................
1.9.4.2 Koleksi Data.............................................................................................
1.9.5 Pengujian Keabsahan Data.................................................................................
1.9.5.1 Triangulasi................................................................................................
1.9.5.2 Penggunaan Bahan Referensi...................................................................
1.0. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................................
1.0.1.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................
1.0.1.2 Waktu Penelitian......................................................................................
1.11 Sistematika Penulisan................................................................................................
BAB II REPATRIASI ETNIS MUSLIM ROHINGYA..................................... 40
2.1 Permasalahan Pengungsi Global .......................................................................40
2.1.1 Sejarah Etnis Muslim Rohingya ...............................................................41
2.1.2 Perlakuan Diskriminatif terhadap Etnis Rohingya ...................................43
2.2 Repatriasi Etnis Rohingya 1970 dan 1990 ........................................................49
2.3 Tantangan Repatriasi Etnis Rohingya................................................................53
2.3.1 Kondisi Bangladesh Sebagai Host Country..............................................54
2.3.2 Kondisi Myanmar sebagai negara asal......................................................59
BAB III MISI KEMANUSIAAN UNITED NATIONS HIGH
COMMISSIONER FOR REFUGEES.................................................................61
3.1 United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).........................61
3.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi UNHCR .......................................................62
3.2 Penerapan Prinsip Non-Refoulment.................................................................65
3.3 Konvensi 1951 dan Protokol 1967...................................................................69
3.4 Voluntary Repatriation............................................................................... 72
3.5 Program UNHCR dalam Upaya Repatriasi Etnis Rohingya....................... 74
vii
3.6 MoU Pemerintah Myanmar, UNHCR dan UNDP........................................76
BAB IV ANALISIS KEGAGALAN UNITED NATIONS HIGH
COMMISSIONER FOR REFUGEES DALAM UPAYA REPATRIASI
ETNIS MUSLIM ROHINGYA DARI BANGLADESH KE MYANMAR
2019...................................................................................................................78
4.1. Peran UNHCR Sebagai Aktor....................................................................79
4.1.1. Penyelesaian Masalah Etnis Rohingya Melalui Voluntary Repatriation
...........................................................................................................................83
4.1.2. Penyelesaian Masalah Etnis Rohingya Oleh UNHCR Melalui Kerja
Sama Antar Organisasi Internasional................................................................81
4.2 Peran UNHCR Sebagai Instrumen..............................................................89
4.2.1 UNHCR Menyediakan Bantuan Ketahanan Pangan dan Tempat
Penampungan Bagi Pengungsi Rohingya.........................................................95
4.2.2 UNHCR Mengadakan Pengumpulan dan Assessment Data Etnis
Rohingya...........................................................................................................96
4.3 Peran UNHCR Sebagai Arena....................................................................99
4.3.1. UNHCR Bekerja Sama Dengan Global Compact on Refugee Dalam
Menangani Pengungsi Rohingya......................................................................100
4.3.2 UNHCR Bekerja Sama Dengan Global Refugee Forum Dalam
Menangani Pengungsi Rohingya......................................................................103
4.4 Kegagalan UNHCR Dalam Menangani Permasalahan Etnis Rohingya....104
4.1.1 Kurangnya Pengaruh UNHCR Bersama Organisasi Internasional
Lainnya Dalam Berkoordinasi Dengan Pihak Terlibat....................................106
4.1.2 Lemahnya Pengaturan Kebijakan Voluntary Repatriation..............108
4.1.3 Hambatan Bantuan Komunitas Internasional...................................110
BAB V PENUTUP..........................................................................................113
5.1 Kesimpulan ......................................................................................113
5.2 Saran ................................................................................................114
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................116
LAMPIRAN..................................................................................................120
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Kesediaan etnis Rohingya untuk Repatriasi …………………………………93
x
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2012 terjadi sebuah konflik dengan skala besar di Rakhine
etnis Budha Arakan dengan Muslim Rohingya. Perseteruan dua etnis tersebut
dimulai sejak awal Juni yang diwarnai oleh banyaknya aksi kekerasan dan
ketidakadilan bagi salah satu pihak. Konflik ini bermula ketika etnis Rohingya
seorang wanita dari etnis Budha Arakan pada 28 Mei. Insiden tersebut
Buntut dari aksi unjuk rasa tersebut menyebakan terbunuhnya sepuluh orang
pendemo yang menjadi pemicu konflik etnis di Rakhine State menjadi konflik
1
UNOCHA, 2 Juni 2012, OCHA situation report no.3,
https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/OCHA%20Situation%20Report
%20No_3_MM_Rakhine_120628.pdf, dikutip secara daring Hal.1
2
menertibkan konflik yang terjadi di Rakhine State, para aparat militer negara
melakukan tindakan abuse of power. Para tentara menyalahi aturan yang ada
karena dasar keberpihakan terhadap salah satu etnis yaitu Budha Arakan.
formal tersebut, etnis Muslim Rohingya tidak dianggap sebagai warga negara
sebagai warga negara dan bahkan Muslim Rohingya dianggap sebagai imigan
gelap.3 Hal tersebut didasarkan pada aturan yang menyatakan bahwa etnis yang
diakui sebagai bagian dari warga negara sah secara resmi harus berada di
masyarakat menjadi sulit untuk diakses mulai dari kebutuhan pangan, papan,
2
Human Right Watch, 22 April 2013, “All You Can Do Is Pray” ,
https://www.hrw.org/report/2013/04/22/all-you-can-do-pray/crimes-against-humanity-and-ethnic-
cleansing-rohingya-muslims diakses melalui daring pada 10 November 2021
3
Aung Tun Tun, 14 Mei 2014, An Introduction to Citizenship Card Under Myanmar Citizenship
Law.38, hal.273-278
3
etnis rohigya, tingkat kejahatan yang terjadi dan kurangnya perhatian medis
dengan daya pengobatan yang buruk. Kondisi yang dialami oleh warga etnis
yang ditandai dengan adanya sebuah perselisihan, hal ini disebabkan oleh
puncak penyerangan tersebut yaitu pos keamanan militer Myanmar pada 2017.
6.700 etnis Rohingya, termasuk dengan 730 anak dibawah umur menjadi
Operation” dalam usaha penertiban dan juga terror terhadap warga etnis
Rohingya.
4
BBC News, “Myanmar Rohingya : What you need to know about the Crisis” . diakses melalui
daring https://www.bbc.com/news/world-asia-41566561 diakses pada 28 Oktober 2021
4
Gambar 1.1
Penduduk Rohingya di Myanmar setelah konflik 2017
pada Agustus 2017 dalam tiga bulan pertama setelah bulan Agustus
setelah konflik tersebut tinggal 120.000 orang Rohingya yang tetap menjadi
yang dibuat oleh UNHRC pada 2017 sebagai respon dari kekerasan yang
menjadikan tidak ada hasil yang meyakinkan dan juga bagaimana dunia
melalui dampak yang terjadi yaitu adanya exodus besar-besaran yang terjadi
besar baru yang mengkaitkan pihak lain yaitu negara-negara yang menjadi
tempat tujuan pengungsi ini singgah, dalam konflik ini pengungsi Rohingya
juga atas persetujuan bersama diantara kedua negara tersebut dalam solusi
Repitrasi dilakukan demi menjadikan solusi dari krisis yang terjadi tersebut,
7
Ibid. Human Right Watch
6
Organization (INGO).
UNHCR memiliki tujuan utama yaitu melindungi hak dan kesejahteraan para
permanen dan juga mencari solusi atas penderitaan yang dialami pengungsi.
Pemerintah Myanmar untuk bekerja sama dengan UNHCR dan UNDP untuk
mencari solusi bagi populasi Etnis Rohingya, sesuai dengan rekomendasi dari
yang mendukung mata pencaharian dan kohesi sosial akan bermanfaat bagi
semua masyarakat. Hal ini juga akan memungkinkan UNHCR untuk akhirnya
tempat asal mereka, membantu mereka membuat keputusan yang tepat jika
kondisinya tepat bagi mereka untuk kembali dengan aman. MoU juga akan
Namun dua upaya repatriasi, pada November 2018 dan Agustus 2019,
berakhir tanpa satu pun pengungsi yang telah dibersihkan kembali setuju
kekerasan berulang terhadap Etnis Rohingya dan yang terus dihadapi oleh
Rakhine.
Pada April 2018 Bangladesh dan UNHCR menandatangani MoU lain yang
pengungsi dari Negara Bagian Rakhine yang ingin kembali secara sukarela,
aman dan bermartabat ke rumah tangga mereka sendiri dan tempat tinggal asli
mereka atau ke tempat yang aman dan nyaman yang terdekat dengannya
bantuannya kepada para migran yang kembali di Hla Phoe Pusat transit
utamanya dengan effort pemerintahan yang secara politik dilihat jelas yaitu
negara yang terlalu penuh dengan penduduk 160 juta jiwa di ruang yang
12
Myanmar Ministry of Labour. (2018). Immigration and Population of the Government of the
Republic of the Union of Myanmar and UNDP and UNHCR.
13
Ibid.Jason Beaubien, 2019
10
penduduk Buddha Rakhine dan warga Etnis Rohingya itu sendiri, penduduk
kekerasan yang terjadi pada daerah yang sama atau konflik yang sama akan
penderitaan yang sama terulang Kembali, hal ini menunjukan bahwa kurang
14
Uddin Nasir, “Ongoing Rohingya repartiation efforts are doomed to failure”. Diakses secara
daring https://www.aljazeera.com/opinions/2018/11/22/ongoing-rohingya-repatriation-efforts-are-
doomed-to-failure , diakses pada 7 Desember 2021
15
Ibid, Uddin Nasir
11
pada Peran United Nations High Commissioner for Refugees dalam upaya
Myanmar (Rakhine).
2019 ?
16
Tanipparti Nikita, November 2019. The Ruse Repatriation : why the current effort to repartriate
the Rohingya back to Myanmar will fail diakses melalui daring
https://ksr.hkspublications.org/2019/11/12/the-ruse-of-repatriation-why-the-current-efforts-to-
repatriate-the-rohingya-back-to-myanmar-will-fail/, diakses pada 7 Desember 2021
12
literatur yang membahas mengenai topik yang relevan atau berkaitan dengan
pandang, metodologi, teori dan focus literatur itu sendiri. Tunjauan Pustaka
tersebut.
yang baru, ethnic cleansing, konfik internal sebuah negara dan juga
17
Syeda Rozana. (2019). “Finding Durable Solution to Bangladesh Rohingya refugee problem:
Policies, Prospect and Politics” dikutip melalui Jurnal Asian Journal of Comparative Politics. Hal.
1–16
13
18
Mallick, Abdullah Hossain (2020). Rohingya Refugee Repatriation from Bangladesh: A Far
Cry from Reality. Journal of Asian Security and International Affair. hal.202–226.
15
Relations 2021”19
19
Estriani Heavy,2021. Rohingya Refugees in Banglades : The Search for Durable Solution ?.
Airlangga Conference on International Realtions. Hal.363-368
16
Jurnal ini juga berfous kepada solusi yang yang bisa diambil
Myanmar
akan dibawakam, peneliti menggunakan hal ini sebagai alat analisis yang
sebuah hal yang penting dalam bagian dunia politik internasional yang
dimana pada penelitian ini aktor institusi yang akan dibawakan adalah
berjalan.21
Rohingya tersebut.
21
Loc.cit, Archer Clive. Hal. 111
22
ibid, Archer Clive. Hal.68-79
21
diplomasi antara negara dan bukan melalui forum yang disediakan oleh
berlaku sebagai sebuah aktor yang terpisah dari suatu negara karena
kali yaitu tahun 1991 dan 2017 dimana hal tersebut dilakukan untuk
pergerakan UNHCR.
23
Ashraf, A. (2021). Humanitarianism, National Security, and the Rohingya Refugee Policy of
Bangladesh. jurnal Strategic Analysis. Hal.184
24
UNHCR. (2010).Statute of the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees.
Diakses melalui daring, https://www.unhcr.org/protection/basic/3b66c39e1/statute-office-united-
nations-high-commissioner-refugees.html , diakses pada 21 Desember 2021
25
Estriani Heavy,2021. Rohingya Refugees in Banglades : The Search for Durable Solution ?.
Airlangga Conference on International Realtions. Hal.366
23
memiliki sebuah tujuan atau fungsi utama yaitu untuk melindungi seorang
sedikit terpaksa untuk Kembali ke negara asalnya yang masih belum stabil
26
Andersen-Rodgers, D., & Crawford, K. F. Human security: Theory and action. (Rowman &
Littlefield: Lanham. 2018) .Hal. 4
27
Roland Paris. Human Securiy.. Dalam Christohper W. Hughes and Lai Yew Meng. “Security
Studies: A Reader”. 2011. Routledge Taylor & Francis Group: London and New York. Hal 71-72
28
Ghoshal A. (2020), “Refugees and Human Security : Study of the Rohingya Refugees Crisis”
Impact Journal. Hal.3
24
pengungsi.29
untuk dapat Kembali ke negara asalnya dengan keadaan layak hidup atau
asalnya merupakan sebuah hak yang dimiliki dan juga seorang pengungsi
29
Moretti, Sebastien (2020). Between refugee protection and migration management: the quest for
coordination between UNHCR and IOM in the Asia-Pacific region. Third World Quarterly
Journal. Hal.12
30
IOM. Glosary on Migration:2nd edition. Hukum migrasi internasional (Switzerland,2019). Hal.
85
31
UNHCR.2008. Voluntary Repatriation. diakses melalui daring,
https://www.unhcr.org/voluntary-repatriation-49c3646cfe.html . diakses pada 3 Januari 2022
25
juga sejahtera.
UNHCR menawarkan bantuan kepada para pengungsi yang ingin kembali secara
sukarela dan kepada orang lain yang membutuhkan dukungan untuk kembali ke
negara asal mereka. Ini termasuk dukungan administratif, logistik, keuangan dan
32
ILO, (2001). Crisis Response: Rapid Needs Assessment Manual. Handbook for repartriation
and integration Activities. Hal.9
26
juga pada negara host seperti Bangladesh yang kewalahan dalam menangani
permasalahan tersebut dengan situasi dan kondisi negara yang kurang stabil.
33
UNHCR,(1980). “Executive Committee of the High Commissioner’s Programme”, Dikutip pada
General Conclusion on International Protection No. 29
https://www.refworld.org/docid/3ae68c6818.html Diakses melalui daring pada 21 Februari 2022
34
UNHCR (1992). “Discussion Note on Protection Aspects of Voluntary Repatriation” diakses
melalui daring http://www.refworld.org/docid/3ae68cd314.html. Diakses pada 21 Februari 2022
27
batas negara dengan tujuan melarikan diri atau menyelamatkan diri dari
dalam penentuannya.
35
Alexander B, Loescher G,.Refugees in International Relations.. (Oxford University Press2010.)
hal.2
36
Estriani Heavy,2021. Rohingya Refugees in Banglades : The Search for Durable Solution ?.
Airlangga Conference on International Realtions. Hal.363
37
Elsam, 2014. Perlindungan Pengungsi Menurut Hukum Internasional. Jurnal Lembaga studi
dan administrasi negara. Hal. 3
28
tersebut.
pelasanaanya.
Terkait dengan kasus pengungsi dari Bangladesh bisa dilihat bahwa yang
1.7 Asumsi
Pemerintah Myanmar
memberlakukan state of
emergency
Peran UNHCR sebagai Arena Peran UNHCR sebagai Aktor Peran UNHCR sebagai
UNHCR mengadakan UN UNHCR berjalan dengan Instrumen
General Assembly dengan hasil landasan konvensi 1951 dan UNHCR membantu
membuat draft resolusi Global Protokol 1967 mengenai Myanmar dan Bangladesh
Compact on Refugee dan pengungsi, memegang dalam menangani
Global Refugee Forum Tangguh prinsip non- pemulangan pengungsi
refoulement dan voluntary dengan melakukan MoU
31
diteliti berdasarkan observasi data dan masuk akal. Melalui metode penelitian
kualitatif ini peneliti membahas dan menganalisis Peran United Nations High
umum menuju kepada yang khusus, dan memperoleh data berdasarkan fakta-
telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti pendahulu, lalu oleh peneliti data
faktual.41
41
Sandu Siyoto. Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
2015. Hlm. 67.
34
antara lain:
agar mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
literatur seperti media cetak, surat kabar, artikel, jurnal, dan laporan
Uji keabsahan data adalah upaya memperoleh data yang sesuai dan
1.9.5.1 Triangulasi
4. Analisis data
7. Pelaksanaan Penelitian
8. Sidang Skirpsi
BAB I Pendahuluan
Refugees
dunia.
Ke Myanmar 2019
BAB II
Sekitar 79,5 juta orang yang mengungsi secara paksa di seluruh dunia pada
prospek yang semakin berkurang bagi para pengungsi dalam hal harapan
1,5 juta pengungsi dapat kembali ke rumah setiap tahun. Selama dekade
terakhir jumlah itu telah turun menjadi sekitar 385.000, yang berarti bahwa
melarikan diri dari penganiayaan akibat situasi yang berbeda di negara asal
hak asasi manusia kelompok atau individu atau bencana alam atau buatan
perdagangan manusia.
dari ras Indo-Arya di Rakhine yang dikenal juga sebagai daerah Arakan
Arakan ditaklukkan oleh tentara Burma atau pada saat ini Myanmar,
saat itu perselisihan tak pernah terjadi antara Muslim Rohingya dan
warga asli Arakan. Pada tahun 1825 Arakan ditaklukkan oleh Inggris
terambil oleh para imigran tersebut, warga Rohingya yang sudah lama
44
Economist. (2017). “Myanmars Muslim Minority Have Been Attacked Impunity Stripped Vote
and Driven”. Diakses melalui daring, https://www.economist.com/news/asia/21654124-
myanmars-muslimminority-have-been-attacked-impunity-stripped-vote-and-driven diakses pada
25 Februari 2022
45
Economist. (2017). “The Most Persecuted People On Earth”. Diakses melalui daring
https://www.economist.com/asia/2015/06/13/the-most-persecuted-peopleon-earth. Diakses pada
25 Februari 2022
46
Minority Rights Group International,(2017). “World Directory of Minorities and Indigenous
Peoples - Myanmar/Burma : Muslims and Rohingya” dikutip melalui daring
https://www.refworld.org/publisher,MRGI,,,49749cdcc,0.html . diakses pada 25 Februari 2022
42
Myanmar atau Burma ditaklukan oleh Inggris pada tahun 1824, dan
memerintah Burma sebagai bagian dari British India.47 Muslim lain dari
atas bantuan mereka dalam Perang Dunia II, akan tetapi hal tersebut
47
Blakemore E.(2019). “Who are the Rohingya people ?” diakses melalui daring
https://www.nationalgeographic.com/culture/article/rohingya-people . Diakses pada 25 Februari
2022
48
Ibid. Blakemore E
43
Rakhine “dihilangkan”.
Gambar 2.1
Exodus Etnis Rohingya tahun 2012
konflik sendiri terjadi akibat banyak faktor yakni dari geografis etnis,
tahun 2015 dan 2017 banyak dari etnis Rohingya yang berhamburan
paksa.50
49
Aung Tun Tun, (2014), “An Introduction to Citizenship Card Under Myanmar Citizenship
Law.38”, hal.273-278
50
Mohajan Kumar. (2018). “History of Rakhine State and the Origin of the Rohingya Muslim”
,Hal.32
45
mereka akan diberi surat ijin yang hanya berlaku selama 45 hari
51
Freedom House. (2018). “Myanmar muslim minority the plight of the Rohingya” diakses melalui
daring https://freedomhouse.org/article/myanmars-muslim-minority-plight-rohingya diakses pada
26 Februari 2022
52
McPherson P.(2015). “No vote, no candidates: Myanmar muslim barred from their own
election” diakses melalui daring https://www.theguardian.com/world/2015/nov/03/no-vote-no-
candidates-myanmars-muslims-barred-from-their-own-election diakses pada 26 Februari 2022
53
Burma Legislative. (1940). “Burma: Act VII of 1940, Registration of Foreigners Act” diakses
melalui daring https://www.refworld.org/docid/3ae6b4f118.html diakses pada 26 Februari 2022
46
permanen.
ibu hamil dan menyusui, nutrisi untuk balita, dan obat-obatan untuk
di sekolah pun tiap kelas diisi oleh 90 anak per kelasnya. Di dalam
54
Joarder T.(2020). “A record review on the health Status of Rohingya Refugees in Bangladesh”
diakses secara daring https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7489778/ diakses pada 26
Februari 2022
47
dasar dari
sekolah
Gambar 2.2
Permintaan Hak untuk Etnis Rohingya
tersebut. Etnis muslim Rohingya pada saat itu tidak ingin Kembali ke
56
Dock, K. (2020). “Breaking a Cycle of Exodus : Past failures to protect Rohingya refugees
should shape future solutions” . Dikutip pada laporan international order and conflict . Hal.12
57
Ibid. Dock, K. Hal.13
49
dampak negative dalam arus masuk etnis Rohingya terhadap populasinya dan
untuk waktu yang lama.59 Dengan pengungsi etnis Rohingya yang enggan
itu, terjadi konfrontasi serta sentiment antara etnis Rohingya dengan Pejabat
58
Ibid. Dock, K. Hal.13
59
Daniel ,S. (2020). “A Voice in their Future: The Need to Empower Rohingya Refugees in
Bangladesh”dalam jurnal Refugees International. Hal.9
60
Riaz, A. (2017). “report on the 1978-79 Bangladesh Relief operation” diakses melalui daring
http://kathakata.com/report-1978-79-bangladesh-refugee-relief-operation/#fn-2538-1 . diakses
pada 26 Februari 2022
61
UNHCR. (1978). “Memorandum of Understanding on repatriation operation” diakses melalui
daring http://adlib-ras.unhcr.org/ais5/Details/archive/110003512 diakses pada 26 Februari 2022
50
tersebut karena terdesaknya negara dan hal tersebut akan memakan waktu.
Rohingya.
62
Ibid.UNHCR
63
Loc.cit. Riaz, A.
64
Tonkin D. (2016). “A critique of “The Slow Burning Genocide of Myanmar’s Rohingya” dikutip
pada Jurnal Universitas Washington. Hal.4
51
pengungsi. Mengirim sinyal yang kuat, agensi menarik diri dari proses
dengan cepat adalah salah satu faktor terbesar tantangan yang dihadapi
pengungsi sebelum terlibat dengan agensi. Selain itu, operasi itu tidak
keadaan ini, UNHCR tidak memiliki kendali atas operasi. Bahkan setelah
tetapi yang terjadi UNHCR sebenarnya tidak hadir dalam proses tersebut. 66
repatriasi dan banyak lagi membantah keterlibatan apa pun dengan agensi.
relevansi, tuduhan yang diulangi oleh beberapa pejabat hari ini. Pada
65
Dock, K. (2020). “Breaking a Cycle of Exodus : Past failures to protect Rohingya refugees
should shape future solutions” . Dikutip pada laporan international order and conflict . Hal.15
66
Ibid. Dock K. Hal.15
53
bebas dan bahwa kondisi di Myanmar belum kondusif untuk Repatriasi yang
aman, bermartabat, dan berkelanjutan. Namun krisis terbaru kurang dari tiga
tahun, dan karena kelelahan menampung lebih dari satu juta pengungsi
semakin dalam, ada kemungkinan bahwa seperti di masa lalu, upaya solusi
cepat akan menjadi lebih putus asa. Oleh karena itu penting untuk memeriksa
masa lalu untuk memastikan bahwa siklus repatriasi prematur dan beresiko
repatriation yang dilakukan oleh negara, exodus Kembali terjadi dan menjadi
sebuah permasalahan yang mempunyai siklus dan berlarut jika hal tersebut
terjadi Kembali.
internasional dan juga hak akan status hukum sama seperti warga
negara lain dari host country. Varian utama antara dua konsep demikian
perbedaan dalam hal hak yang dimiliki yaitu pengungsi menikmati hak
67
UNHCR. (2017). “A guide to international refugee protection and building state asylum
systems”. Diakses melalui daring https://www.unhcr.org/3d4aba564.pdf diakses pada 26 Februari
2022
54
Pengungsi 1951 dan semua protocol, oleh karena itu, sebagian besar
pengungsi
68
Venugopal, G. (2018). “Asia refugee policy analysis” diakses melalui daring
http://xchange.org/asia-refugeepolicy-analysis/ diakses pada 26 Februari 2022
55
Gambar 2.3
Rekap Tindakan Kriminal pengungsi pada camp
Banyaknya dari Rohingya terlibat dalam kegiatan criminal, hal ini bisa
yang harus bertahan hidup kemudian melakukan pekerjaan apa pun dan
69
Gunawan Yordan.(2020). “The Analysis of Non-Refoulment Principle Towards Rohingya
Refugees in Bangladeshi” dikutip melalui Jurnal Lamlaj universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. Hal. 21
70
Ibid.Gunawan Yordan. Hal.22
56
memancing di sungai.
memiliki hampir tiga kali lipat dengan penduduk lokal kalah jumlah
terkena dampak negatif oleh arus masuk massal orang dan kebutuhan
kontrak untuk peluang kerja dengan gaji yang lebih baik dengan
71
IFPRI/BIDS,(2018). Economic Activities of the Forcibly Displaced Rohingya Population – An
Analysis of Business Enterprises in Southeastern Bangladesh, September 2018
72
USAID,(2018). “Rapid education and risk analysis” UNHCR-WFP Final JAM Report. Hal.12
57
73
IFPRI/BIDS.(2018). “Economic Activities of the Forcibly Displaced Rohingya Population”.
Dikutip melaui daring, https://www.ifpri.org/publication/refugees-who-mean-business-economic-
activities-and-around-rohingya-settlements .pada 15 April 2022
74
Ibid. IFPRI/BIDS
58
perdamaian yang lebih luas dan akan sangat bergantung pada dukungan
pemantau hak asasi dan jurnalis dari daerah konflik dan menolak akses
menjadi tantangan.
77
Human Right Watch.(2019). “Myanmar Events of 2019” diakses melalui daring
https://www.hrw.org/world-report/2020/country-chapters/myanmar-burma diakses pada 1 Maret
2022
78
Ibid. Human Right Watch
79
Loc.cit.UNHCR
60
BAB III
di seluruh negara.
Gambar 3.1
Lambang UNHCR
juga diatur oleh Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC). UNHCR dibentuk
pada tahun 1950 untuk mengatasi krisis pengungsi itu, dari Perang Dunia II.
kerja badan tersebut, yang awalnya berfokus pada orang Eropa yang
61
pada tahun 2015, UNHCR telah membantu lebih dari 50 juta pengungsi di
seluruh dunia.
hal tersebut bisa dilihat pada program bantuan lain yang memiliki
80
Kartika Ayu, “Peran United Nations High Commissioner for Refugees dalam menangani
pengungsi ernis Rohingya di Indonesia” Universtitas Brawijaya. Hal.64
81
UNHCR. (2001). “History of UNHCR” Diakses melalui daring https://www.unhcr.org/history-
of-unhcr.html diakses pada 27 Februari 2022
82
UNHCR. (1950). “Statute of the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees”
General Assembly resolution 319 A, Chapter 1. Hal.8
62
tersebut dengan adanya tiga opsi pemecahan masalah yaitu dengan :83
negara dalam
2. Local Integration
3. Resettlement
suaka lainnya.
64
yang berada di negara lain dan juga untuk membantu host country dalam
menangani permasalahan pengungsi tersebut, hal ini juga bisa dilihat dengan
84
UNHCR. (2007). “Advisory Opinion on the Extraterritorial Application of Non-Refoulement
Obligations under the 1951 Convention relating to the Status of Refugees and its 1967 Protocol”
diakses melalui Non-Refoulment and the scope of its application. Hal.2
65
internasional. Prinsip ini juga dikukuhkan oleh PBB dalam deklarasi suaka
territorial 1967.
Gambar 3.2
Cakupan Larangan Non-Refoulement
pada bidang hukum
85
Riyanto Sigit. (2010). “ Prinsip Non-Refoulement dan Relevansinya dalam Sistem Hukum
Internasional” diakses melalui Jurnal Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 3. Hal.3-5
66
internasional.
juga bermartabat.
perbatasan negara.
tersebut harus berlandaskan alasan yang jelas dan tidak ada solusi
86
Lok-Sang Ho.(2012). “Foundations of Communications Policy” dikutip melalui Jurnal
Routledge Taylor Francis Group. Hal.13
68
bagi Bangladesh. Di sisi lain, Bangladesh tidak bisa menutup mata bahwa
berada di luar negaranya sendiri dan tidak dapat kembali ke rumah karena
mereka akan beresiko di sana, dan negara mereka tidak dapat atau tidak mau
kebebasan atau integritas fisik yang timbul dari konflik bersenjata, kekacauan
publik yang serius, atau situasi kekerasan yang berbeda. Resiko lainnya
mungkin berasal dari kelaparan, konflik bersenjata, bencana alam atau buatan
87
Gunawan Yordan.(2020). “The Analysis of Non-Refoulment Principle Towards Rohingya
Refugees in Bangladeshi” dikutip melalui Jurnal Lamlaj universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. Hal. 19
69
temporal dan geografis. Ini diperlukan dalam konteks historis arus pengungsi
88
UNHCR.(2017).”Person In Need of International Protection” diakses melalui daring
https://www.refworld.org/docid/596787734.html diakses pada 27 Februari 2022
70
sosial
oleh Negara
negara yang tidak meratifikasi Konvensi 1951 dan protocol 1967 adalah
beberapa cara yang berbeda, salah satunya adalah selama beberapa dekade
91
UNHCR. (2007). “Advisory Opinion on the Extraterritorial Application of Non-Refoulement
Obligations under the 1951 Convention relating to the Status of Refugees and its 1967 Protocol”
diakses melalui Non-Refoulment and the scope of its application. Hal.3
92
Rahman Mustafizur.(2018). “Approaches of International Law for the Rohingya Refugees in
Bangladesh and Strategy of Repatriation” diakses melalui Universitas Daffodil
Internasional.hal.19
72
Peran dan tanggung jawab UNHCR berkaitan dengan repatriasi sukarela telah
1. Return in safety
93
UNHCR.(1996). “Handbook Voluntary Repatriation: international protection” diakses melalui
daring https://www.unhcr.org/publications/legal/3bfe68d32/handbook-voluntary-repatriation-
international-protection.html diakses pada 1 Maret 2022
73
2. Return in Dignity
mencakup bahwa mereka dapat Kembali tanpa syarat dan jika mereka
hak mereka.
1951 yang berkaitan dengan Status Pengungsi maupun Protokol 1967. Tidak
adanya kerangka kerja suaka nasional membuat pengungsi dan pencari suaka
terbatas untuk solusi yang tahan lama. UNHCR terus melakukan advokasi
94
UNHCR. (2019). “Bangladesh Operational Plan 2019 : Planning Assumptions and Expected
Constraints” diakses melalui daring https://reporting.unhcr.org/bangladesh?year=2019 diakses
pada 1 Maret 2022
74
Mencari solusi jangka dekat dan jauh semakin mendesak, dengan begitu
setiap tahunnya UNHCR memiliki misi dalam mencari durable solution, salah
95
UNHCR.(2019). “ Update on UNHCR operation in Asia and the Pacific” diakses melalui daring
https://www.unhcr.org/5c7ff52b4.pdf diakses pada 1 Maret 2022
75
para pengungsi Etnis Rohingya menjadi bebas dan terinformasi dengan baik
Myanmar :97
kunjungan lapangan
96
Ibid.UNHCR
97
UNHCR.(2018). “Memorandum Of Understanding: Arangement on returned displaced person”
diakses melalui daring
https://progressivevoicemyanmar.org/wp-content/uploads/2018/05/382854287-The-MOU-
between-Myanmar-Government-and-UNDP-and-UNHCR.pdf diakses pada 1 Maret 2022
76
bersama
Pengungsi, Filippo Grandi, dan Menteri Luar Negeri Bangladesh, Md. Shahidul
dengan standar internasional. Salah satu langkah yang dapat segera diambil oleh
akses penuh dan tanpa hambatan ke tempat asal pengungsi di Rakhine State,
informasi kepada pengungsi tentang kondisi di tempat tersebut. asal, serta untuk
BAB IV
Myanmar 2019
98
UNHCR.(2018).”Bangladesh and UNHCR agree on voluntary returns framework for
when refugees decide conditions are right” diakses melalui daring
https://www.unhcr.org/news/press/2018/4/5ad061d54/bangladesh-unhcr-agree-voluntary-
returns-framework-refugees-decide-conditions.html diakses pada 1 Maret 2022
77
di mana etnis Muslim Rohingya adalah korban pemusnahan masal oleh rezim
militer pasca demokrasi digulingkan kembali. Banyak dari sekian negara menolak
United Nations High Commissioner For Refugees atau UNHCR turut terjun dalam
United Nations High Commissioner For Refugees bagian dari unit organisasi
negara, khususnya mengenai etnis Muslim Rohingya. Pada posisi United Nations
secara sukarela melalui durable solution yaitu voluntary repatriation. Hal ini
tercantum pada landasan dasar organisasi dan persetujuan dari negara anggota
sebagai berikut:
dengan migran di seluruh dunia. Di mana sampai saat ini UNHCR telah
melakukan perlindungan terhadap para pengungsi dan juga mencari sebuah solusi
yang diemban seharusnya tidak boleh mendapatkan intervensi khusus dari entitas
sepatutnya tidak boleh mendapatkan hambatan dari pihak manapun, dan dapat
non-anggota UNHCR.
dibangun sebagai organisasi murni dalam membantu program kerja dalam United
migran pada prosesnya diarahkan agar dapat diterima oleh kedua negara baik
asal.
Myanmar, di mana agar mendapatkan kehidupan aman dan nyaman terbebas dari
bahwa:
conflict, political or otherwise, which is a root cause of the refugee problem. The
only legitimate bias for the High Commissioner is one in favour of the refugees
99
David F.(2001).”UNHCR: Mandate the Politics of being non-political” diakses melalui jurnal
Universitas Nebraska no.33. Hal.4
80
mengenai migran mengenai siapa saja yang berhubungan dengan aktor terkait.
dari Januari 2018.100 Selain itu, UNHCR pada tahun 2017 silam mendapatkan izin
internal yang dimiliki oleh masing-masing negara maupun dari kesulitan UNHCR
sepakat bahwa UNHCR menjadi salah satu penghubung atau aktor untuk
100
Ibid. Faruque Taufiq. Hal.36
101
Faruque Taufiq.(2020). “Rohingya Refugee Crisis in Bangladesh: The Case of UNHCR
Response” diakses melalui jurnal Hubungan internasional Universitas Dhaka vol.9. Hal. 35
102
Ibid. David F
81
untuk melancarkan strategi yang dapat secara efektif bagi Muslim Rohingya di
di Cox's pasar bersama IOM yang menangani sektor manajemen situs di lihat
Rohingya di Bangladesh yang akan di repatriasi menuju Myanmar sampai saat ini
Response Plan (JRP). UNHCR di sini sulit untuk menegakkan peran sebagai salah
UNHCR yang tidak terlibat pada entitas politik tertentu berdampak pada posisi
UNHCR dianggap sebagai organisasi yang tidak dapat memiliki akses untuk
untuk mengetahui lebih lanjut peran UNHCR sebagai aktor akan dijelaskan secara
Repatriation
Bangladesh. Hal ini demikian, karena posisi Muslim Rohingya sebagai pengungsi
memberatkan nantinya.
Rohingya, melalui MoU yang ditandatangani oleh ketua UNHCR Filippo Grandi,
dan Menteri Luar Negeri Bangladesh, Md. Shahidul Haque. Pengadaan Voluntary
ditujukan untuk membentuk kerangka kerja sama antara UNHCR dan Bangladesh
103
UNHCR.(2018). “Bangladesh and UNHCR agree on Voluntary returns framework for when
refugees decide conditions are right” dikutip melalui daring
https://www.unhcr.org/news/press/2018/4/5ad061d54/bangladesh-unhcr-agree-voluntary-returns-
framework-refugees-decide-conditions.html . dikutip pada 12 April 2022
83
mengeluarkan mereka kartu identitas, yang diperlukan untuk bantuan dan layanan
analog, gambar sidik jari, dan data biografi lainnya untuk menyerahkan rincian
Gambar 4.1
Identitas Pengungsi
penyediaan bantuan, statistik populasi, dan pada akhirnya solusi bagi sekitar
900.000 pengungsi yang telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dalam
104
UNHCR.(2018).”Joint Bangladesh/UNHCR Verivication of Rohingya Refugees get underway”
dikutip melalui daring https://www.unhcr.org/news/briefing/2018/7/5b3f2794ae/joint-
bangladeshunhcr-verification-rohingya-refugees-gets-underway.html . dikutip pada 15 April 2022
84
gelombang pemindahan paksa yang berurutan. Dengan hal ini verifikasi akan
memainkan peran dalam menetapkan identitas pengungsi serta tempat asal mereka
mengenai etnis Rohingya melalui penggunana data yang sudah terdaftar dari
dirancang oleh UNHCR dan disetujui oleh pemerintah Bangladesh. Hal ini
dilakukan untuk rencana yang lebih baik dan penyampaian target perlindungan
kepada kepala rumah tangga, survey tersebut dilakukan secara door to door
105
Ibid. UNHCR
106
Ibid. UNHCR
107
Human Right Watch.(2019).”UN Shared rohingnya data without informed consent” diakses
melalui daring https://www.hrw.org/news/2021/06/15/un-shared-rohingya-data-without-informed-
consent diakses pada 15 April 2022
85
Gambar 4.2
Responden Survey UNHCR berdasarkan usia108
Pengambilan survei suara secara acak yang telah dilakukan oleh UNHCR
Voluntary Repatriation dengan cepat dan tepat. UNHCR melakukan lobi kepada
terlihat tidak serius, hal ini ditujukkan oleh klaim menerima pengungsi yang
sesuai untuk pemulangan yang aman dan bermartabat atau mengatasi akar
108
Xchange.(2019). “Repatriation Survey” diakses melalui daring
http://xchange.org/wp-content/uploads/Repatriation-Survey-04.pdf . Hal.21
86
tanpa kewarganegaraan di tengah keberadaan negara yang sampai saat itu masih
dan properti kepada para pengungsi, termasuk kompensasi untuk rumah dan bisnis
pihak. Di sini bagi UNHCR sebagai lemahnya kekuatan negosiasi beserta faktor-
Bangladesh.
kembali ke Myanmar. Sejauh ini, tidak satu pun dari pengungsi etnis Rohingya
109
Human Right Watch.(2019). “Myanmar/Bangladesh : Plan Puts Rohingya at Risk” diakses
melalui daring https://www.hrw.org/news/2019/11/02/myanmar/bangladesh-plan-puts-rohingya-
risk . Diakses pada 15 April 2022
110
Ibid. Human Right Watch
111
Ibid. UNHCR
87
Gambar 4.3
sedikit akan menyebutkan bahwa etnis Rohingya akan kembali hanya jika
kebebasan bergerak dan beragama, serta hak dan martabat mereka pulih
112
Ibid. Xchange.Hal.33
113
Ibid. Xchange.Hal.33
88
114
UNHCR.(2019). “UNHCR Statement on Voluntary Repatriation to Myanmar” diakses melalui
daring https://www.google.com/search?client=opera-gx&q=translate&sourceid=opera&ie=UTF-
8&oe=UTF-8 . diakses pada 15 April 2022
115
Op.cit. Human Right Watch
89
sama lain, di mana program UNHCR sedang berjalan dan dapat dibantu
tambahan 9 juta dollar untuk proyek yang sedang dijalankan seperti pada
116
UNHCR.(1997).”Memoranda Of Understanding” diakses melalui daring
https://www.unhcr.org/excom/standcom/3ae68d068/memoranda-understanding.html diakses pada
15 April 2022
117
UNDP.(2019). “Independent Country Programme Evaluation Bangladesh” dikutip dari Jurnal
Laporan ICPE. Hal. 27
90
Meskipun demikian, hal ini belum dapat memberikan dampak besar bagi
dari Rohingya.
Kerja sama yang telah dilakukan UNHCR dan UNDP belum bisa
izin melakukan penilaian di 23 desa dan tiga jalur desa di Negara Bagian
Rakhine Myanmar.119 Lalu tim UNHCR dan UNDP memulai tahap kedua
118
Ibid.UNDP. Hal.28
119
UNHCR. (2019). “UNHCR-UNDP Complete First Assessment in Myanmar Northen Rakhine”
diakses melalui daring https://www.unhcr.org/ph/14522-unhcr-and-undp-complete-first-
assessments-in-myanmars-northern-rakhine.html .diakses https://www.unhcr.org/ph/14522-
unhcr-and-undp-complete-first-assessments-in-myanmars-northern-rakhine.html . diakses pada 16
April 2022
91
Myanmar.
yang tidak memihak entitas politik manapun, ini menjadi kesulitan bagi
pengungsi Rohingya yang sampai saat ini masih sulit ditangani. UNHCR
dan tempat tinggal menjadi urgensi penting yang perlu di terapkan dalam
penanganan pengungsi.
120
Ibid. UNHCR
93
seimbang yang telah di atur oleh organisasi FAO sendiri bagi manusia
bambu kaki, terpal dan tool kit yang mencakup palu, paku dan pengikat
plastik untuk membuat shelter tahan air terhadap hujan monsun. 121
Pemenuhan kedua aspek ini oleh UNHCR akan berdampak penting bagi
Gambar 4.4
Program Shelter aid UNHCR 122
Mengingat pengungsi Rohingya yang terdiri atas ibu dan anak di bawah 5
tahun, orang dengan cacat, sakit kronis, lanjut usia, ibu hamil dan
95
negara baru yang akan sedang ditinggali. Hal ini mengingat bahwa posisi
123
Burt Chris.(2019). “Biometric Programme for displaced Rohingya complete first phase”
diakses melalui daring https://www.biometricupdate.com/201711/biometric-id-program-for-
displaced-rohingya-completes-first-phase diakses pada 18 April 2022
96
etnis Rohingya dan akan membantu melindungi hak mereka untuk secara
ataupun diterima oleh pihak Myanmar. Hal ini kembali dari adanya
dalam negeri masih kuat, banyak dari masyarakat lokal sendiri tidak
124
Op.Cit. VOA
97
125
Rahman Mahbubur.(2019).” Future of Rohingyas: Dignified Return to Myanmar or Restoring
Their Rights or Both” dikutip dari Indonesian Journal of southeast Asian Studies. Hal. 153
98
masalah-masalah.
Refugee yakni forum yang terbentuk dari adanya kesepahaman dan kerja
sama yang disetujui oleh anggota United Nations, sebanyak 193 negara
jalan bagi kerangka kerja internasional baru ini untuk diterapkan dan
dan bermartabat.
126
Ibid.UNHCR
100
negara.127
127
UNHCR.(2018). “ A Comprehensive Refugee Response Framework” diakses secara daring
https://www.unhcr.org/59032f154.org diases pada 17 April 2022
101
GCR.128
Gambar 4.5
Logo Global Compact on Refugee
128
UNHCR.(2019). “Global Refugee Forum” diakses melalui daring
https://globalcompactrefugees.org/article/global-refugee-forum diakses pada 21 April 2022
103
129
Op.cit.Interaction. Hal.5
104
sejatinya telah diberlakukan sesuai dengan teknis dan aturan yang di mana pada
utamanya bagi Rohingnya sendiri dapat mencapai keinginan untuk dapat hidup
voluntary repatriation. Hal ini dapat dianalisis dari beberapa faktor yang
105
meliputi:
pelaksanaan dari kerja sama ini di mana di temukan, terdapat kurangnya pengaruh
yang diberikan UNHCR terhadap aktor terkait. Penyebab hal ini dapat diamati
dari beberapa faktor seperti sedikit bergesekan antara UNHCR dengan IOM,
antara kedua organisasi besar ini menganggap dari upaya mereka terhadap
130
Anne Koch (2019) “The Politics and Discourse of Migrant Return: The Role of UNHCR and
IOM in the Governance of Return”, dikutip melalui Journal of Ethnic and Migration Studies.
Hal.34
106
karena UNHCR dapat dikatakan sebagai bagian dari organisasi induk yang
sebagian besar anggota PBB, akan menempatkan posisi pada yang lebih baik
larangan pemulangan secara paksa dan untuk menegaskan kembali prinsip yang
menurutnya repatriasi hanya boleh dilakukan atas dasar sukarela dan dalam
kondisi aman dan bermartabat dari pada organisasi yang bermitra dengan
UNHCR.132
dangkal, keduanya masih terfokus pada upaya pemulihan secara fisik dan
dalam penanganan pengungsi Rohingya. Tetap saja, sulitnya antara UNHCR dan
UNDP yang mungkin saja berbeda fokus bidang masalah menjadikan sulitnya
segalannnya, mengingat jika ini terus berlangsung akan sangat berakibat fatal
terhadap pengungsi Rohingya baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga,
131
Faruque Taufiq.(2020). “Rohingya Refugee Crisis in Bangladesh: The Case of UNHCR
Response” diakses melalui jurnal Hubungan internasional Universitas Dhaka vol.9. Hal. 37
132
Ibid. Anne Koch
107
pengungsi Rohingya yang nantinya berpotensi akan memberikan beban besar bagi
pengungsi Rohingya jika demikian berada di sana, mulai dari ekonomi, sosial dan
budaya, serta kesenjangan lainnya yang akan menghantui. Hal ini menjadi alasan
Myanmar. Baik melalui pengumpulan survei data yang dimiliki agar membantu
bahwa orang-orang yang setuju untuk membagi data mereka dapat mengetahui
133
Human Right Watch.(2019).”UN Shared rohingnya data without informed consent” diakses
melalui daring https://www.hrw.org/news/2021/06/15/un-shared-rohingya-data-without-informed-
consent diakses pada 15 April 2022
108
dibagikan dengan negara asal jika telah melakukan segala upaya untuk
mendapatkan persetujuan tanpa paksaan dan informasi. Adanya masalah ini yang
membangun kawat berduri di sekitar kamp etnis Rohingya yang dibangun oleh
UNHCR dalam membatasi wilayah etnis Rohingya di Cox Bazar yang diduga
terhadap kriminalitas yang sering terjadi. 134 Serta adanya dugaan bahwa melalui
sebagai bukan warga negara Myanmar saat dilakukan repatriasi. 135 Hal ini sangat
adanya ancaman penyalahgunaan data oleh pihak lain atau adanya kebingungan
134
Sakib Najmus.(2019).”Bangladesh Building Barbed Wire Fences Around Rohingya” diakses
secara daring https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/bangladesh-building-barbed-wire-fences-
around-rohingya/1735369 diakses pada 21 April 2022
135
Ibid.Human Right watch
109
antara pihak yang terkait.136 Kesulitan dalam menengahi berbagai pihak, mulai
tugas UNHCR dalam menangani kasus ini akan tetap sulit diselesaikan.
lebih baik di negara asalnya. Selain itu, telah di singgung UNHCR melibatkan
pengungsi yang tercukupi, mulai dari tempat tinggal, pangan, dan berbagai
136
UNHCR.(1996). “Handbook Voluntary Repatriation: International Protection” diakses secara
daring https://www.unhcr.org/publications/legal/3bfe68d32/handbook-voluntary-repatriation-
international-protection.html diakses pada 17 April 2022
137
Hargrave Karen.(2020). “The Rohingya Response in Bangladesh and The Global Compact On
Refugee” dikutup melalui Jurnal HPG Working paper . Hal.18
110
etnis Rohingya tidak menerima bantuan secara langsung, akan tetapi melalui
itu sendiri.
dalam perlindungan tanpa politik yang mendukung. Selain itu badan tersebut
pemulangan sebelum kondisinya kondusif untuk kembali. 140 Hal ini sangat
138
Ibid. Hargrave Karen. Hal.19
139
Interaction.(2019). “Toward equitable and Predictable Responsibility Sharing” dikutip melalui
daring https://www.interaction.org/wp-content/uploads/2021/04/GRF-Pledge-Report-04-19-21.
Diakses pada 21 April 2022
140
Faye, M.(2021) “A forced migration from Myanmar to Bangladesh and beyond: humanitarian
response to Rohingya refugee crisis” dikutip melalui Jurnal Humanitarian Action vol.6. hal.13
111
sana, baik di bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta ketertiban itu sendiri.
BAB V
112
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Myanmar.
keadaan yang belum siap dan memenuhi repatriasi yang aman. Selain di
ketidak terbukaan negara terhadap ruang lingkup internasional, hal ini salah
dan Global Refugee Forum dengan baik pada host country dan negara asal
repatriasi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi peran united nations high commissioner for
refugees dalam upaya repatriasi etnis muslim Rohingya dari bangladesh ke
myanmar 2019 , terdapat beberapa saran sebagai berikut;
2. Dalam penelitian ini, peneliti hanya terfokus pada upaya UNHCR dalam
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Andersen-Rodgers, D., & Crawford, K. F. Human security: Theory and action.
(Rowman & Littlefield: Lanham. 2018) .Hal. 4
Alexander B, Loescher G,.Refugees in International Relations.. (Oxford
University Press: London., 2010.) hal.2
Archer Clive. “International Organization 3rd edition” (Routledge :
London.2001)
Elsam, 2014. Perlindungan Pengungsi Menurut Hukum Internasional. Jurnal
Lembaga studi dan administrasi negara. Hal. 3
IOM. Glosary on Migration:2nd edition. Hukum migrasi internasional
(Switzerland,2019). Hal. 85
Jackson and Sorenson. “Pengantar Studi Hubungan Internasional teori dan
pendekatan edisi ke 5th” (Pustaka pelajar: Jakarta, 2009) hal.112-113
Lisa A. Baglione. Writing a Research Paper in Political Science : A Practical
Guide to Inquiry, Structure, and Methods. (CQ Press and Sage
Publications: Los Angeles.2019) hal. 156-163.
Roland Paris. Human Securiy.. Dalam Christohper W. Hughes and Lai Yew
Meng. “Security Studies: A Reader”. 2011. Routledge Taylor & Francis
Group: London and New York. Hal 71-72
Sandu Siyoto. Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Literasi
Media Publishing. 2015) Hal. 67.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Elfabeta :
Bandung. 2007). Hal.27
JURNAL
116
INTERNET
BBC News. (2020) “Myanmar Rohingya : What you need to know about
theaaCrisis”.aadiaksesaamelaluiaadaring
https://www.bbc.com/news/world-asia-41566561 diakses pada 28 Oktober
2021
Tanipparti Nikita, November (2019). “The Ruse Repatriation : why the current
effort to repartriate the Rohingya back to Myanmar will
fail”aa.diaksesaamelaluiaadaring
https://ksr.hkspublications.org/2019/11/12/the-ruse-of-repatriation-why-
the-current-efforts-to-repatriate-the-rohingya-back-to-myanmar-will-fail/,
diakses pada 7 Desember 2021
118
UNHCR, (2018). “UNHCR and UNDP agree on text of MoU with Myanmar to
support the creation of conditions for the return of
RohingyaaaRefugees”aadiaksesamelaluiaadaring
https://www.unhcr.org/news/press/2018/5/5b0fff7b4/unhcr-undp-agree-
text-mou-myanmar-support-creation-conditions-return-rohingya.html
diakses pada 20 Desember 2021
LAMPIRAN