Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Pemeriksaan Semen

a. Konsistensi Normal
 Dari Hasil pengamatan dengan penurunan 10 mm, maka di
peroleh konsistensi normal 25 %
 Makin kecil persentase air maka makin kecil pula
penurunan yang terjadi
b. Waktu ikat awal dan waktu akhir
 Pengikatan awal terjadi pada penurunan 25 mm dan waktu
pengikatan awal adalah 105 menit
 Waktu pengikatan akhir terjadi pada saat awal waktu
mencapai 165 menit, dimana jarum pada alat tidak dapat
lagi menembus pasta.
c. Berat Volume
Dari Hasil pengamatan, diperoleh berat volume untuk :
 Kondisi Padat = 1,294 Kg/Liter
 Kondisi Gembur = 1,202 Kg/Liter
d. Kehalusan
 Kehalusan semen memengaruhi kecepatan rekasi antara
partikel semen dengan air
 Modulus kehalusan pada saringan 100 adalah 15% dan
saringhan 200 adalah 32%

2. Pemeriksaan Agregat Halus

a. Analisa saringan
Dari hasil percobaan, diperoleh kondisi pasir dengan modulus
kehalusan (FM) = 2,59

95
b. Kadar Air
 Kadar air dikandung oleh agregat adalah 2,900 %
 Dengan mengetahui kadar air yang terkandung dalam agregat
halus, maka kita dapat menentukan volume air yang
dibutuhkan pada adukan beton.
c. Berat Volume
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai berat volume agregat halus
untuk :
 Kondisi Padat = 1,708 Kg/Liter
 Kondisi Gembur = 1,575 Kg/Liter

Spesifikasi berat volume agregat halus adalah 1,4 - 1,9 Kg/Liter

d. Specifik gravity (Berat Jenis) dan Absorption (Penyerapan)


Dari hasil pemeriksaan, diperoleh nilai :
 Apparent specifik gravity = 2,61
 Bulk specifik gravity
 On dry basic = 2,55
 SSD basic = 2,51
 Water Absorption = 1,50 %

Spesifikasi specific gravity agregat halus antara 2,4 – 2,9 dan


absorpsi 3%

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berta jenis kering,


berat jenis permukaan kering, berat jenis mutlak serta persentasse
penyerapan air dari agregat halus yang digunakan dalam adukan beton.

e. Kadar lumpur

Lumpur memengaruhi pengikatan semen dengan agregat. Dari hasil


percobaan kadar lumpur, diperoleh 2,91 %

Spesifikasi kadar lumpur adalah < 5%

96
3. Pemeriksaan Agregat Kasar
a. Analisa saringan
Dari hasil percobaan, diperoleh kondisi kerikil dengan modulus
kehalusan (FM) = 8,70
b. Kadar air
Dengan mengetahui kadar air yang terkandung dalam agregat
kasar, maka kita dapat menentukan jumlah air yang diperlukan
dalam pencampuran. Besarnya kadar air dikandung oleh agregat
adalah 2,38 %
c. Berat Volume
Dari hasil percobaan diperoleh nilai berat volume agregat kasar
untuk :
 Kondisi Padat = 1,637 Kg/Liter
 Kondisi Gembur = 1,380 Kg/Liter

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berat 1 m3 bahan


agregat dalam 1 ton, baik dalam keadaan SSD mau pun dalam
keadaan lepas.

d. Specific gravuty (Berat jenis) dan Absorption (Penyerapan)


Dari hasil pemeriksaan, diperoleh nilai :
 Apparent specific gravity = 2,69
 Bulk specific gravity
 On Dry basic = 2,73
 SSD Basic = 2,71
 Water absorption = 0,61 %
e. Kadar Lumpur
Dari hasil percobaan kadar lumpur, diperoleh nilai 0,59 %

Spesifikasi kadar lumpur agregat kasar adalah < 1%

f. Keausan (Abrasi)

97
Persentase keausan yang diperoleh 22,71 % ini berarti tidak
melampaui standar di syaratkan, yaitu tidak boleh terjadi
kehilangan > 45% artinya kerikil yang diuji cukup kuat.
4. Adukan Beton
a. Mix Design
Setelah melakukan pemeriksaan material, maka hasil yang
diperoleh dari pemeriksaan tersebut dapat digunakan dalam metode
mix design. Sehingga diperoleh komposisi campuran sebagai
berikut :
Metode SNI 7656 : 2012
 Air = 163 Kg
 Semen = 324 Kg
 Pasir = 854 Kg
 Kerikil = 1068 Kg
b. Slump test
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai slump 85 mm, memudahkan
perencanaan struktur beton yang disyaratkan antara 75 – 100 mm.
c. Berat isi beton basah
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai :
 Berat volume rata-rata beton basah = 2408 Kg/m3
d. Uji kuat tekan beton
Berdasarkan uji kuat tekan beton yang dilakukan maka diperoleh :
 Beban hancur rata – rata pada umur 28 hari setelah
dikonversi adalah = 166,29 Kg/cm2

Hal-hal yang memengaruhi kekuatan tekan karakteristik beton adalah :

 Permukaan benda ujo tidak rata


 Kurang padatnya campuran pada saat pengisian di dalam
mould sehingga menimbulkan rongga di dalam beton.

98
 Keakuratan penimbangan material pada saat diperiksa
mengenai kadar air, berat jenis, dan penyerapannya.
 Pelaksanaan campuran adukan kurang sempurna.

99

Anda mungkin juga menyukai