S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
A
Kelompok Riset Materi Anorganik, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Sebelas Maret.
B
Grup Riset Material Fisika dan Energi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas
Maret, Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta 57126.
C
Pusat Penelitian Metalurgi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
*email:sayektiw@gmail.com
ABSTRAK
menjadi hematit (Fe2O3) dan rutil sintetik (TiO2). Pembentukan sintetik rutil ditandai dengan
hilangnya intensitas Fe2TiO5 pada 26,65º dan meningkatnya intensitas rutil
sintetik pada 27,49º. Variasi konsentrasi HCl maupun variasi penggunaan pereduksi Fe0
yang digunakan pada proses pelindian mempengaruhi pelarutan Fe dan Ti. Peningkatan
konsentrasi HCl maupun rasio ilmenit : Fe0 meningkatkan pelarutan Fe maupun Ti.
Pengendapan kembali filtrat hasil pelindian dengan 2-propanol : H2O = 8:2 (v/v)
menghasilkan TiO2 anatase karena proses hidrolisis dan kondensasi dari kompleks Ti-
tetraisopropoksida.
ABSTRAK
Pemisahan titanium dioksida (TiO2) dari ilmenit Bangka telah dilakukan dengan cara
proses pelindian menggunakan HCl. Sebelum proses pelindian, ilmenit dipanggang pada
Hai
suhu 900 C untuk pra-oksidasi (pre-oksidasi). Proses pelindian dilakukan dengan variasi
konsentrasi HCl dan zat pereduksi Fe0. Sedangkan pengendapan kembali Ti4 + terlarut ion
dilakukan dengan cara hidrolisis – kondensasi menggunakan pelarut 2-propanol – H2O .
Pencucian ilmenit pra-oksidasi menunjukkan perubahan fasa pseudobrokit (Fe2TiO5 )
menjadi hematit ( Fe2O3) dan rutil sintetik (TiO2 ). Pembentukan rutil sintetik ditandai dengan
hilangnya intensitas Fe2TiO5 pada suhu 26,65 º dan meningkatnya intensitas TiO2 rutil pada suhu 26,65 º.
54
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
27,49º. Laju disolusi titanium dan besi ditemukan meningkat, umumnya dengan meningkatkan
konsentrasi asam dalam kasus HCl serta dengan meningkatkan rasio ilmenit: Fe0.
Pengendapan titania terlarut dengan 2-propanol : H2O 8:2 (v/v) menghasilkan anatase
TiO2 akibat hidrolisis dan kondensasi kompleks Ti-tetraisopropoksida.
PENDAHULUAN
55
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
menghasilkan TiO2. Proses oksidasi ini akan membentuk pseudobrookite yang bersifat
kurang stabil dan mengalami kesetimbangan dengan fase TiO2 dan fase Fe2O3 (hematit)
yang juga meningkat seiring dengan peningkatan fase pseudobrookite (Zhang dan
Ostrovski, 2001). Proses yang hampir sama juga telah dilakukan Vasquez dan Molina
(2008), yaitu leaching dan pre-oksidasi menggunakan asam klorida menghasilkan
peningkatan fase kaya Fe dan fase kaya Ti. Proses pelarutan ilmenite tidak dapat berjalan
dengan sederhana, karena sebagian besar Fe2+ pada ilmenite berubah menjadi Fe3+
akibat dari proses oksidasi. FeIII lebih sulit terlarut maka diperlukan proses reduksi untuk
mengembalikan Fe3+ dari Fe2O3 menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut.
Pelindian ilmenit dengan asam klorida selama 5 jam tanpa penambahan agen
pereduksi Fe0 hanya mampu mengekstraksi sekitar 29 % besi dan 10 % titanium,
sedangkan pelindian dengan perlakuan sama dengan penambahan agen pereduksi Fe0 dapat
meningkatkan pelarutan besi mencapai 90 % (Mahmoud et al., 2004). Yarkadas dkk.
(2009) menunjukkan bahwapelindian dengan asam klorida menggunakan agen pereduksi
Fe0 berhasil mengekstraksi 93 % besi dan menghasilkan TiO2 dengan kandungan rutile
lebih dari 90%. Namun penambahan Fe0 dapat menyebabkan peningkatan pembentukan
Fe2O3 apalagi pada kondisi kurang asam. Teknologi pemisahan Fe dan Ti pada hasil filtrat
leaching dapat diupayakan dengan cara kompleksasi menggunakan pelarut 2-propanol
yang diharapkan akan mempercepat pengendapan Ti dari percepatan hidrolisis dan
kondensasi lebih lanjut dari kompleks Ti(iPr)4. Pada penelitian ini dilakukan optimasi
TiO2 dari ilmenit hasil preoksidasi.Pada proses pelindian dengan asam klorida dilakukan
variasi penggunaan HCl, Fe0 , dan perbandingan pelarut2-propanol : H2O saat proses
hidrolisis-kondensasi.
METODE PENELITIAN
56
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Ti4+ yang terlarut menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) Hitachi dan
Prosedur penelitian
Persiapan awal sebelum proses pelindian, ilmenite digerus dan diayak menggunakan
ayakan 180 mesh. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 120 °C selama 2 jam. Ilmenit yang
porselin 20 mL, kemudian dilakukan kalsinasi menggunakan tungku pada suhu 900 °C.
Setelah itu, ilmenite dari setiap variasi suhu hasil kalsinasi dianalisis menggunakan XRD.
Proses pencucian
Proses leaching dilakukan pada skala laboratorium, dimana hanya sebanyak 5 gram
ilmenite hasil pre-oksidasi pada suhu 1100 °C yang diproses. Pada penelitian ini, dilakukan variasi
pada ilmenit : Fe0 dan konsentrasi (molaritas) HCl. Fe0 yang ditambahkan yaitu 1; 1,25; 1,67; dan
2,5 gram. Sehingga diperoleh perbandingan ilmenit : Fe0 = 5:1, 4:1, 3:1,
dan 2:1 (b/b). Konsentrasi HCl yang dipakai untuk proses leaching adalah 4 M, 6 M dan
°C sampai HCl mendidih, kemudian sebanyak 5 gram ilmenit dimasukkan dan dipanaskan selama
20 menit. Setelah itu ditambahkan sebanyak 1 gram Fe0 dan dilanjutkan pelindian
selama 2 jam. Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan AAS dan UV-Vis
untuk mengetahui besi dan titanium yang terlarut, sedangkan endapan yang diperoleh
dikeringkan pada suhu 120 °C dan dijelaskan menggunakan XRD. Perlakuan yang sama
juga dilakukan pada proses pelindian dengan perbandingan ilmenit : Fe = 4:1, 3:1, dan 2:1
(b/b).
propanol dan H2O dengan perbandingan 2-propanol : H2O (v/v) = 9:1 (v/v), 8:2 (v/v), 7:3
(v/v), 6:4 (v/v) dan 5:5 (v/v).Setelah itu, diamkan sampai terbentuk endapan dan
didekantasi.Endapan yang dihasilkan kemudian dikalsinasi pada suhu 400 °C dan dijelaskan
57
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
PEMBAHASAN
58
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Gambar 1. Perbandingan pola difraksi sinar X: (a) JCPDS hematite (89-0599), (b) JCPDS TiO2
rutile (87-0710), (c) JCPDS ilmenite (75-0519), (d) Ilmenite Bangka.
fase hematit (Fe2O3) dan fase rutil (TiO2). Kecepatan proses difusi ke permukaan yang
berbeda antara besi dan titanium di dalam struktur ilmenit diduga dapat memicu munculnya hematit
difusi lebih tinggi dibandingkan titanium karena afinitas besi terhadap O2 lebih besar
(Vasquez dan Molina, 2008). Hal ini disebabkan karena potensi oksidasi FeIIÿ FeIII lebih tinggi
dibandingkan potensi oksidasi TiIVÿTiIV. Besi pada ilmenit (FeOTiO2) sebagian besar ada sebagai
permukaan maka akan terbentuk fase hematit (Fe2O3). Dengan cara ini ilmenite dapat
berubah menjadi fase TiO2 dan Fe2O3. Perubahan fase ilmenit menjadi fase rutil (TiO2)
larutan padat pada suhu ÿ 600o C. Pra-oksidasi ilmenit pada suhu ÿ 900 °C dapat
antara untuk pembentukan TiO2 anatase (Gambar 2). Pra-oksidasi pada suhu 400 °C,
500 °C, 600 °C, 700 °C dan 800 °C menunjukkan produk oksidasi masih mengandung fase
59
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
ilmenit, hematit (Wahyuningsih et al., 2013). Pada suhu oksidasi lebih tinggi yaitu
900 °C, 1000 °C dan 1100 °C telah terbentuk fase pseudobrookite yang meningkat
penggabungan kembali TiO2 rutile dan Fe2O3 hasil oksidasi FeO dari struktur ilmenit.
Pseudobrukite yang bersifat kurang stabil mengalami kesetimbangan dengan TiO2 dan fase
Fe2O3 yang juga meningkat seiring dengan peningkatan fase pseudobrookite (persamaan
2). Bahan padatan setelah pre-oksidasi perlu dipisahkan menjadi fase kaya titanium
(TiO2) dan fase kaya besi (Fe2O3) dengan proses leaching menggunakan pelarut HCl.
Penambahan serbuk Fe0 mengacu pada penelitian Vasquez dan Molina (2008), namun dilakukan
pada rentang konsentrasi yang berbeda. Penambahan serbuk besi (Fe0 ) diperlukan untuk
meningkatkan reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ pada hematit. Pada penelitian ini, dilakukan variasi ilmenit
5:1, 4:1, 3:1 dan 2:1 (b/b). Pada proses pelindian dengan HCl, sebagian ilmenit akan
terlarut menjadi FeCl2 dan TiOCl2 sedangkan yang tidak terlarut menunjukkan padatan
kaya Ti yaitu ilmenit yang telah mengalami pengurangan kandungan Fe yang ditunjukkan difraktogram
(Gambar 2). Fase penyelesaian dari hasil pelindian selanjutnya melalui reaksi
pengendapan akan diperoleh TiO2 dengan rangkaian reaksi seperti tercantum pada
(3)
FeTiO3(s) + 4HCl(aq) ÿ FeCl2(aq) + TiOCl2(aq) + 2H2O(aq)
2, 22 1 (4)
3FeTiO() ÿÿÿÿÿ 3TiO + FeCl + H O () + Fe O
() () ()
, (5)
2FeTiO() ÿÿÿÿÿ 2FeCl + 2TiO () + 3HO()
()
Fe3+ pada hematit akan terlarut dalam HCl konsentrasi tinggi menghasilkan FeCl3, yang
selanjutnya akan tereduksi oleh Fe0 menghasilkan FeCl2 yang ditunjukkan dari warna
60
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
larutan kuning-jingga. Klarifikasi keberadaan Fe2+ secara kuantitatif ditunjukkan pada hasil penelitian
Gambar 4. Serbuk besi (Fe0 ) juga bereaksi dengan asam klorida membentuk
Proses pelarutan ilmenit Bangka dengan penambahan Fe0 menunjukkan bahwa pelarutan
menunjukkan pengaruh konsentrasi HCl pada proses pelarutan ilmenit semakin meningkat
Gambar 2. Presentase Ilmenite terlarut dari filtrat hasil pelindian menggunakan HCl pada
konsentrasi HCl4M, HCl 6M dan HCl 8M.
Padatan hasil pelindian dianalisis dengan menggunakan XRD yang ditunjukkan pada
Gambar 3. Penambahan Fe0 untuk mereduksi Fe3+ mampu meningkatkan pelarutan ilmenit, tetapi
penggunaan Fe0 yang berlebihan meningkatkan reaksi balik ke arah pembentukan Fe2O3, seperti
pencucian dibatasi.
(8)
Fe2O3(aq) + Fe(s) + 4HCl(aq)ÿ 2FeCl2(aq) + ½ O2 (g) + 2H2O (aq)
61
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Gambar 4. Persentase (a) Fe terlarut ( %) dan (b) Ti terlarut ( %) hasil pelindian ilmenit
Bangka.
62
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Proses leaching ilmenite Bangka dilakukan pada variasi ilmenite : Fe0 = 5:1, 4:1, 3:1
dan 2:1 (b/b). Persentase Fe dan Ti pada variasi ilmenit : Fe0 (b/b) dan konsentrasi HCl
ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4(a) menunjukkan bahwa penggunaan Fe0 dengan
rasio ilmenit : Fe0 = 5:1, 4:1, 3:1 dan 2 :1 (b/b) tidak menunjukkan peningkatan
pelarutan Fe maupun Ti terlarut yang signifikan. Pelarutan Fe maupun Ti lebih dipengaruhi
konsentrasi HCl dimana semakin tinggi konsentrasi HCl yang digunakan, pelarut Fe
maupun Ti semakin tinggi (Gambar 4).
Berdasarkan analisis data AAS dan UV-Vis pada perbandingan ilmenit : Fe0 = 5:1
(b/b) dengan HCl 4, 6, dan 8 M memperoleh persentase Fe dan Ti terlarut seperti pada
Gambar 5. Semakin tinggi konsentrasi HCl yang digunakan saat proses pelindian persentase
Fe dan Ti terlarut yang dihasilkan juga semakin tinggi. Penggunaan HCl 8 M
meningkatkan pelarutan Fe lebih signifikan, tetapi pelarutan Ti juga meningkat. Sehingga
Untuk mendapatkan produk yang kaya TiO2 pada fase padatan keadaan ini kurang
menguntungkan karena Ti yang terlarut juga tinggi, sehingga mengurangi sintetik TiO2
yang terbentuk.
45
40
35
30
25
% 20 Ti
15
Fe
10
5
0
2 4 6 8 10
Gambar 5. Kadar Fe dan Ti terlarut ( %) hasil pelindian ilmenit pada perbandingan ilmenit :
Fe0 = 5:1 (b/b).
Analisis padatan hasil pelindian pada kondisi ilmenit : Fe0 = 5:1, konsentrasi HCl 8 M
ditunjukkan pada Gambar 6. Penggunaan ilmenit : Fe0 = 5:1 dengan konsentrasi
HCl 8 M pada proses leaching dapat memecah fase pseudobrookite menjadi TiO2 (rutile
sintetik) dan hematit.
63
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Gambar 6. Difraktogram sinar X (a) ilmenite Hasil Pre-oksidasi 1100 °C, (b) Endapan
kaya titania hasil leaching ilmenite hasil pre-oksidasi 1100 °C. Pelindian dilakukan pada
kondisi 8 M HCl, perbandingan ilmenit : Fe0 = 5:1.
Recovery atau proses pengendapan kembali filtrat hasil leaching yang mengandung
sebagian Ti terlarut dari ilmenit dilakukan dengan menambahkan 2-propanol dan H2O
pada perbandingan tertentu untuk pemisahan Fe dan Ti terlarut (Gambar 7). Pada
penelitian ini digunakan pelarut 2-propanol dan air karena Ti dapat membentuk komplek
dengan 2-propanol menghasilkan Ti(OiPr)4. Pembentukan titanium kompleks
tetraisopropoksida akan meningkatkan pemisahan Ti terlarut dengan Fe terlarut.
Selanjutnya kompleks tersebut akan terhidrolisis dengan keberadaan sejumlah volume
H2O. Pembentukan kompleks titania diketahui dari spektrum penyerapan UV Vis yang
meningkat signifikan pada penggunaan 2-propanol kadar tinggi (Gambar 7).
Larutan FeCl2 dalam pelarut 2-propanol-H2O memiliki serapan dengan ÿmax = 360
nm. Dengan penambahan rasio 2-propanol-H2O lebih tinggi menunjukkan peningkatan
pembentukan kompleks Ti(iPr)4 (iPr = 2-propanol) ditandai munculnya serapan dengan
ÿmaks ± 300 nm dan ÿmaks ± 256 nm. Pembentukan kompleks Ti(iPr)4 menggeser ÿmax ke
arah panjang gelombang kecil.
64
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Gambar 7. Spektra UV-Vis filtrat hasil pelindian pada variasi perbandingan 2-propanol:
H2O (v/v), (a) FeCl2 (b) 9:1 (v/v) (c) 8:2 (v/v) (d) 7:3 (v/v) (e) 6:4 (v/v) dan (f) 5:5 v/v).
Filtrat hasil pelindian dari kondisi 8M HCl, perbandingan ilmenit : Fe0 = 5:1.
65
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Gambar 8.Perbandingan pola difraksi XRD filtrat hasil pelindian setelah penambahan 2-
propanol, (a) standar JCPDS TiO2 anatase No.78-2486, (b) filtrat hasil pelindian setelah
penambahan 2-propanol dan H2O pada perbandingan 2-propanol : H2O = 8:2 (v/v).
Gambar 9. Spektra FT-IR (a) TiO2Anatase murni dan (b) TiO2 yang terbentuk setelah
penambahan 2-propanol dan H2O pada perbandingan 2-propanol : H2O = 8:2 (v/v).
Gambar 9 merupakan spektra FT-IR TiO2 anatase. Klarifikasi dengan FTIR juga
menunjukkan serapan sangat kuat pada 459,05 cm-1 sebagai vibrasi ulur Ti-O-Ti yang
karakteristik sampel TiO2 (Liu et al., 2009). Serapan pada jumlah gelombang 1631,78 cm-1
merupakan vibrasi –OH dan pada jumlah gelombang 3406,29 cm-1
merupakan vibrasi ulur OH yang kemungkinan besar diperoleh dari gugus titanil (Ti-OH)
pada permukaan TiO2.
66
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
KESIMPULAN
Pemisahan TiO2 dari ilmenite Bangka dapat dilakukan melalui proses leaching
menggunakan HCl. Pre-oksidasi ilmenit Bangka dapat memecah ilmenit menjadi Fe2O3
dan TiO2 serta membentuk pseudobrookite (Fe2TiO5). Proses pelindian ilmenit Bangka
dipengaruhi oleh konsentrasi HCl yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi HCl yang
digunakan, semakin tinggi persentase Fe dan Ti terlarut. Pelarutan ilmenite 86 % dicapai pada
Penambahan serbuk besi (Fe0 ) pada proses pelindian ilmenite Bangka tidak meningkatkan
pelarutan Fe dan Ti secara signifikan, namun secara sinergis membantu pemecahan pelarut pada
proses pelindian dengan reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Pencucian hasil ilmenit
preoksidasi mampu menghasilkan padatan kaya titania yaitu TiO2 rutile yang masih ada
hasil pelindian dengan hidrolisis dan kondensasi menggunakan pelarut 2-propanol : H2O =
UCAPAN TERIMAKASIH
Kemenristek yang telah melakukan penelitian ini melalui Kontrak Penelitian No.
DAFTAR PUSTAKA
Chatterjee, KK, 2007, Penggunaan Mineral Logam dan Logam, New Delhi New Age International
(P) Ltd, Penerbit.
Mahmoud, MHH, Afifi, AAI, dan Ibrahim, IA, 2004, Pencucian Reduktif
Bijih Ilmenit dalam Asam Klorida untuk Pembuatan Rutil Sintetis, Hidrometalurgi, vol. 73,
hal.99-109.
Mehdilo, A., dan Irannajad, M., 2011, Penghilangan Besi dari Terak Titanium untuk Rutil
Sintetis,Masalah Fisikokimia Pengolahan Mineral, vol. 48, tidak. 2, hal.441 –
455.
Nayl AA, Awward NS, dan Aly HF, 2009, Kinetika Pencucian Asam Ilmenit yang Terurai oleh KOH
Bagian 2. Pencucian dengan H2SO4 dan C2H2O4, Jurnal Bahan Berbahaya, vol. 168,
hal.793–799.
Natziger, RH, dan Elger, GW, 1987, Persiapan Bahan Baku Titanium dari Minnesota Ilmenite
dengan Peleburan dan Pencucian Sulfasi, Biro Pertambangan AS.
Laporan Investasi, 9065.
67
Machine Translated by Google
S. Wahyuningsih, dkk., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 10, tidak. 1, hal. 54-68
Samal, S., Mohapatra, BK, dan Mukherjee, PS, 2010, Pengaruh Perlakuan Panas pada Terak
Titania, Jurnal Karakterisasi dan Rekayasa Mineral dan Material, vol. 9, hal.795-809.
Vasquez, R., dan Molina, A., 2008, Pencucian Ilmenit dan Ilmenit Pra-Teroksidasi dalam Asam
Hidroklorat untuk Memperoleh Titanium Dioksida Bermutu Tinggi, Logam, Vol.5, 13–15.
Yarkadas, G., Toplan, HO, dan Yildiz, K., 2009, Pengaruh Aktivasi Mekanis dan Penambahan
Serbuk Besi terhadap Pencucian Asam Pseudorutile,SAU. Fen Bilimleri Dergisi, jilid. 13,
hal.18-21.
Zhang, G., dan Ostrovski, O., 2001, Reduksi Konsentrat Ilmenit oleh Gas yang Mengandung
Metana, Bagian II: Pengaruh Preoksdasi dan Sintering, Canadian Metallurgical Querterly,
vol. 40, hal.489-497.
Zhang, Y., Tao, Q., dan Zhang Y., 2009, Persiapan baru titanium dioksida dari terak titanium,
Hidrometalurgi, vol. 96, hal.52–56.
68