ISBN : 978-602-50332-8-5
ix + 201 : 150x230 cm
Copyright@LAPiK.
Penerbit:
Lembaga Pemberdayaan Media dan Komunikasi (LAPiK)
Medan
KATA PENGANTAR
iii
dan secara khususnya mahasiswa Fakultas Hukum yang me-
ngambil mata kuliah Hukum Acara Tata Usaha Negara.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan keterba-
tasan serta masih jauh dari kesempurnaan dalam menyusun
buku ini, maka pantas kiranya penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar buku ini menjadi lebih baik
dan berguna kedepannya.
Akhirnya kata, penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Janpatar
Simamora, S.H., M.H., dan semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu menye-
lesaikan buku ini. Terimakasih.
BAB. I PENDAHULUAN
A. Pembentukan Peradilan Tata Usaha
Negara 1
B. Dasar-dasar Hukum Peradilan Tata
Usaha Negara 6
C. Asas-asas Hukum Tata Usaha Negara 9
D. Sumber-sumber Hukum Tata Usaha
Negara 14
E. Konsep Good Governance Dalam
Tata Usaha negara 19
v
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA TATA
USAHA NEGARA
A. Kedudukan Para Pihak Dalam
Sengketa TUN 63
B. Para Pihak 67
C. Penyelesaian Melalui Upaya
Administrasi 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
vii
HukumAcara Tata Usaha Negara
PENDAHULUAN
1
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Cet. Ke-2,
Rajawali: Jakarta, 1992, hlm. 9.
2
Ibid
1
HukumAcara Tata Usaha Negara
3
Ali Abdullah M, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Pasca-
Amendemen, PT. Adhitya Andrebina Agung: Jakarta, Cet. Ke-1, 2015, hal. 1.
HukumAcara Tata Usaha Negara
Pasal 67 berbunyi:
Badan-badan Kehakiman dalam urusan tata peme-
rintahan yang dimaksudkan dalam Pasal 66, berada da-
lam pengawasan Mahkamah Agung.
Dari bunyi ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa
tidak menyebutkan sebagai Peradilan Tata Usaha Negara,
akan tetapi sebagai Peradilan Tata Pemerintahan dan dalam
operasionalnya pengadilan tinggi sebagai pengadilan tingkat
per--tama dan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tingkat
kedua.
Dari Pasal 24 UUD 1945 tersebut antara lain dapat
diketahui bahwa di Indonesia terdapat 4 (empat) lingkungan
peradilan, yaitu:
a. Lingkungan Peradilan Umum
b. Lingkungan Peradilan Agama
c. Lingkungan Peradilan Militer
d. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
Dengan demikian penyelenggaraan peradilan Tata
Usaha Negara (peradilan administrasi) di Indonesia meru-
pakan suatu kehendak konstitusi dalam rangka memberikan
perlindungan hukum terhadap rakyat secara maksimal.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang ber-
dasarkan Pasal 144 dapat disebut Undang-undang Peradilan
Administrasi Negara, maka dewasa ini perlindungan hukum
terhadap warga masyarakat atas perbuatan yang dilakukan
oleh penguasa dapat dilakukan melalui 3 (tiga) badan, seba-
gai berikut:4
a. Badan Tata Usaha Negara, dengan melalui upaya admi-
nistratif.
b. Peradilan Tata Usaha Negara, berdasarkan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Ne-
gara (PTUN).
4
Sarjono, Perbuatan Melawan Hukum yang Dilakukan oleh Penguasa/
OOD dan Masalah Ganti Rugi, dalam MA, Himpunan Karangan di Bidang
Hukum Tata Usaha Negara, Jakarta, 1993, hlm. 41.
3
HukumAcara Tata Usaha Negara
5
Y. Sri Pudyatmoko dan W. Irawan Tjandra, Peradilan Tata Usaha Negara
sebagai Salah Satu Fungsi Kontrol Pemerintah, Universitas Atma Jaya:
Yogyakarta, 1996, hlm. 29, sebagaimana dikutip dalam Ali Abdullah M, Op.cit,
hlm. 6.
HukumAcara Tata Usaha Negara
6
Hotman P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, Asas-asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, Erlangga: Jakarta, 2010, hlm. 140.
7
Hotma P. Sibuea, Ibid, hlm. 39.
8
Lihat: Ali Abdullah, Op.Cit hlm. 8
5
HukumAcara Tata Usaha Negara
9
Ali Abdullah, Ibid, hlm. 10.
10
Haposan Siallagan dan Janpatar Simamora, Hukum Tata Negara
Indonesia, Sabar: Medan, 2011, hlm. 178.
11
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
12
Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 11
13
Ibid, hlm. 11
7
HukumAcara Tata Usaha Negara
14
Lihat Haposan Siallagan dan Janpatar Simamora, Loc.Cit.
HukumAcara Tata Usaha Negara
15
Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 13
16
Dikutip dari Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara, Edisi Revisi, PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2015, hlm. 23.
9
HukumAcara Tata Usaha Negara
17
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
18
Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1986.
11
HukumAcara Tata Usaha Negara
19
Pada prinsipnya, siapa yang menuntut haknya dialah yang wajib
membuktikan adanya hak itu, dan siapa yang mendakwakan, dia jugalah yang
harus membuktikan.
20
W. Irawan Tjandra, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2005, hlm. 5-6.
21
Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 15.
HukumAcara Tata Usaha Negara
13
HukumAcara Tata Usaha Negara
24
Rozali Abdullah, Op.Cit, Hlm. 6.
25
Ibid, hlm.7.
26
Ibid
15
HukumAcara Tata Usaha Negara
27
H. Franken, dalam Titik Triwulan, Op.Cit.,hlm.. 32
17
HukumAcara Tata Usaha Negara
c. Yurisprudensi
Sumber hukum yurisprudensi merupakan sumber
hukum dalam arti formal. Akan tetapi posisi yurisprudensi
sebagai sumber hukum di dalam civil law belum lama di-
terima.29 Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa aturan-
aturan tingkah laku, terutama perundang-undangan, dituju-
kan untuk mengatur situasi yang ada dan menghindari
konflik; dengan demikian, aturan-aturan itu dibuat untuk
hal-hal setelah undang-undang itu diundangkan.
d. Traktat
Traktat pada dasarnya adalah perjanjian antara dua
negara atau lebih. Traktat sebagai perjanjian antara negara
merupakan sumber hukum formil Hukum Tata Usaha Negara
walaupun ia termasuk dalam hukum internasional, mem-
punyai kekuatan mengikat bagi negar-negara yang menga-
dakan perjanjian atau terkait suatu perjanjian.
Mengenai kekuatan mengikatnya traktat ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Traktat sebagai salah satu bentuk perjanjian/persetujuan
mempunyai kekuatan seperti undang-undang, sehingga
harus ditaati (asas pacta sunt servanda).
2. Sebagai UU bagi yang membuatnya sehingga dilihat dari
kekuatan hukumnya, perjanjian dalam pengertian umum
dapat berderajat dengan hukum.
3. Dalam menentukan peraturan pergaulan internasional di
samping harus mengindahkan ketentuan internasional,
suatu negara dalam membuat traktat harus memperha-
tikan kepentingan bangsa dan rakyatnya sehingga pem-
buatannya memerlukan persetujuan wakil rakyat.
28
Lihat Titik Triwulan, Ibid, hlm. 50.
29
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
e. Doktrin
Doktrin adalah pernyataan/pendapat para ahli hu-
kum. Dalam kenyataannya para ahli banyak diikuti orang,
dan menjadi dasar atau bahkan pertimbangan dalam pene-
tapan hukum, baik oleh pembentuk undang-undang. Misal-
nya, dengan mengutip pendapatnya, sehingga putusan pe-
ngadilan terasa menjadi lebih wibawa.30
Dengan demikian, konstitusi dibentuk sebagai ins-
trumen hukum dasar yang di dalamnya pelaksanaan kekua-
saan politik negara dibatasi. Menurut Peter Mahmud
Marzuki, sebagai hukum dasar, konstitusi dirancang untuk
menyeimbangkan hak-hak rakyat dan alokasi kekuasaan
lembaga-lembaga negara sehingga negara dapat berfungsi
secara layak.31
30
Ibid
31
Ibid, hlm. 31.
19
HukumAcara Tata Usaha Negara
32
Lihat Titik Triwulan T., Ibid, hlm. 266.
33
Ibid, hlm 267.
34
Ibid
35
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
36
Ibid
37
Nur Basuki Minarno, sebagaimana dikutip dalam Titik Triwulan T., Ibid,
hlm. 282.
38
Philipus M. Hadjon, dalam Titik Triwulan T., Ibid, hlm. 282
21
HukumAcara Tata Usaha Negara
39
Nur Basuki Minarno, dalam Titik Triwulan T., Ibid.
40
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Peradilan Administrasi di
Indonesia, Alumni: Bandung, 1985, dalam Titik Triwulan T., Ibid, hlm. 284..
HukumAcara Tata Usaha Negara
41
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
44
Philipus M. Hadjon dalam Amir Syamsuddin.
23
HukumAcara Tata Usaha Negara
45
Titik Triwulan, Ibid, hlm. 285
46
Ibid, hlm. 286
47
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
KEPUTUSAN DAN
SENGKETA TATA USAHA NEGARA
25
HukumAcara Tata Usaha Negara
53
Ibid.
54
Ibid.
55
Kasman Siburian dan Victorianus R. Puang, Hukum Administrasi
Negara, Capiya Publishing: Yogyakarta, 2017, hlm. 133.
56
Ibid.
27
HukumAcara Tata Usaha Negara
57
Ibid., hlm. 134
58
Ibid
59
Ibid., hlm. 135
HukumAcara Tata Usaha Negara
29
HukumAcara Tata Usaha Negara
60
Titik Triwulan T., Op Cit., hlm. 572.
HukumAcara Tata Usaha Negara
61
Ibid., hlm. 138
62
Lihat S.F. Marbun, Op.Cit. hlm. 44
63
Ibid
31
HukumAcara Tata Usaha Negara
64
Ibid, hlm. 45
HukumAcara Tata Usaha Negara
65
Ibid
66
Ibid
67
Ibid
33
HukumAcara Tata Usaha Negara
68
Ibid., hlm. 46
69
Titik Triwulan T., Op.Cit., hlm. 139
HukumAcara Tata Usaha Negara
70
Ibid, hlm. 140
35
HukumAcara Tata Usaha Negara
71
Ibid, hlm. 141
72
Rochmat Soemitro, Peradilan Tata Usaha Negara, PT. Eresco – Anggota
IKAPI: Bandung, Cet. Ke-2, 1990, hlm. 7
73
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
74
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, PT.
RajaGrafindo Persada: Jakarta, Cet. Ke-13, 2016, hlm. 5
37
HukumAcara Tata Usaha Negara
75
Lihat R. Wiyono, Op.cit. hlm. 7
76
Ibid
77
Ibid., hlm. 8
78
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
79
Ibid., hlm. 9-10
80
Soegeng Prijodarminto, Sengketa Kepengawaian, PT. Pradnja Paramita:
Jakarta, 1993, hlm. 12-13, sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono.
39
HukumAcara Tata Usaha Negara
81
Rozali Abdullah, dalam kutipan Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 24
82
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan TaTa Usaha Negara, PT.
RajaGrafindo: Jakarta, 2002, hlm. 77.
83
Ibid, hlm. 27
41
HukumAcara Tata Usaha Negara
84
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
43
HukumAcara Tata Usaha Negara
85
Paulus Efendi Lotulung, Beberapa Sistem Kontrol Segi Hukum Terhadap
Pemerintah, Citra Aditya Bakti: Bandung, 1993, hlm. 118, sebagaimana dikutip
dalam Titik Wulandari T., Op.cit. hlm. 572.
86
Pasal 50 Jo. Pasal 1 Angka 4 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun
2004.
HukumAcara Tata Usaha Negara
87
Ibid, hlm. 573.
45
HukumAcara Tata Usaha Negara
88
Ibid
89
Ibid, hlm. 574
HukumAcara Tata Usaha Negara
47
HukumAcara Tata Usaha Negara
90
Ibid, hlm. 576.
91
R. Wiyono, Op.Cit., hal. 20
HukumAcara Tata Usaha Negara
92
Ibid, hlm. 21
93
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Buku I, Penerbit Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1993, hlm. 67-
58, sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 21.
49
HukumAcara Tata Usaha Negara
95
Gema Peratun, Tahun IV, No. 11-Triwulan IV, Januari 1998, hl. 36.,
sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 29.
51
HukumAcara Tata Usaha Negara
96
Zairin Harahap, Op.Cit. hlm. 65
97
Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang
Administrasi dan Hukum Administrasi, Penerbit Alumni: Bandung, Cetakan ke-
III, 1985, hlm. 118-119, dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 29.
HukumAcara Tata Usaha Negara
98
Titik Wulandari, Op.Cit., hlm. 578
99
Ibid, hlm. 579
53
HukumAcara Tata Usaha Negara
100 Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
101
Rozali Abdullah, Op.cit, hlm. 26-27
102
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka: Jakarta, 1994, hlm. 516.
55
HukumAcara Tata Usaha Negara
103
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Penerbit Tinta
Mas: Surabaya, 1986, hlm. 252.
104
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan
Administrasi di Indonesia, Penerbit Alumni: Bandung, 1985, hlm. 68-69.
HukumAcara Tata Usaha Negara
57
HukumAcara Tata Usaha Negara
105
Titik Wulandari, Op.Cit., hlm. 580.
59
HukumAcara Tata Usaha Negara
106
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tengtang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika:
Jakarta, 2005, hlm. 182.
HukumAcara Tata Usaha Negara
61
HukumAcara Tata Usaha Negara
107
Lihat Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1985.
HukumAcara Tata Usaha Negara
PENYELESAIAN SENGKETA
TATA USAHA NEGARA
63
HukumAcara Tata Usaha Negara
108
Darwan Prinst, Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata,
PT. Citra Aditya : Bandung, 1996, hlm. 60.
109
Indroharto, Op Cit, Buku II, hlm. 31-32, dalam Zairin Harahap, Op.Cit.
hlm. 82-83.
HukumAcara Tata Usaha Negara
110
Ibid
111
Ibid
65
HukumAcara Tata Usaha Negara
112
Ibid, hlm. 83.
HukumAcara Tata Usaha Negara
B. PARA PIHAK
1. Penggugat
113
Ibid, hlm. 84.
67
HukumAcara Tata Usaha Negara
114
Indroharto, sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono, Op.Cit. hlm. 60
115
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif
di Indonesia, Liberty: Yogyakarta, Edisi Pertama, Cetakan I, 1997, hlm. 226.
HukumAcara Tata Usaha Negara
2. Tergugat
116
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, Buku II, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, Cetakan IV, 1993,
hlm. 36, sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 62.
117
Ibid, hl. 63.
118
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Ketiga,
Cetakan ke-3, Sinar Grafika: Yogyakarta, 2015, hlm. 65.
119
Ibid, hlm. 66
69
HukumAcara Tata Usaha Negara
120
Ibid, hlm. 68
71
HukumAcara Tata Usaha Negara
121
Suwoto Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1997, hlm. 41, 44 dan 47, dalam R. Wiyono,
Ibid, hlm. 70.
73
HukumAcara Tata Usaha Negara
122
Ibid, hlm. 71
123
Titik Triwulan, Op.Cit. hlm. 589
HukumAcara Tata Usaha Negara
75
HukumAcara Tata Usaha Negara
77
HukumAcara Tata Usaha Negara
124
Ibid, hlm. 109.
HukumAcara Tata Usaha Negara
125
Ibid
79
HukumAcara Tata Usaha Negara
GUGATAN KE PERADILAN
TATA USAHA NEGARA
81
HukumAcara Tata Usaha Negara
127
LIhat Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986
HukumAcara Tata Usaha Negara
128
Rozali Abdullah, Op.Cit, hlm. 44-45
83
HukumAcara Tata Usaha Negara
129
Ibid, hlm. 46
130
Ibid.
131
Ibid, hlm. 47
132
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
B. PENGAJUAN GUGATAN
85
HukumAcara Tata Usaha Negara
133
Rozali Abdullah, Op.Cit. hlm. 49.
134
Ibid
87
HukumAcara Tata Usaha Negara
89
HukumAcara Tata Usaha Negara
137
Ibid, hlm. 124
HukumAcara Tata Usaha Negara
138
Ibid, hlm. 131.
139
Ibid, hlm. 132
91
HukumAcara Tata Usaha Negara
140
Ibid, hlm. 133.
141
Pasal 71 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1986.
93
HukumAcara Tata Usaha Negara
142
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 134.
HukumAcara Tata Usaha Negara
143
Soedikno Mertokoesoemo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi
Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty: Yogyakarta, 1985, hlm. 23, dalam
Zairin Harahap, Ibid, hlm. 40.
95
HukumAcara Tata Usaha Negara
144
R. Wiyono, Op.Cit. hlm. 76
145
Ibid, hlm. 78
HukumAcara Tata Usaha Negara
146
Wicipto Setiadi, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara Suatu
Perbandingan, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta, 1994, sebagaimana dikutip
dalam Zairin Harahap, Op.Cit. hlm. 40.
147
Ibid
148
Lintong O. Siahaan, Teori Hukum dan Wajah PTUN Setelah
Amandemen 2004, Prenadamedia Grup: Jakarta, 2015, sebagaimana dikutip
dalam Ali Abdullah Op.Cit., hlm. 118.
97
HukumAcara Tata Usaha Negara
149
Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Dalam Empat Lingkungan, Buku II, Edisi, 2007, hlm. 83.
HukumAcara Tata Usaha Negara
99
HukumAcara Tata Usaha Negara
150
Rozali Abdullah, Op.Cit., hlm. 67.
HukumAcara Tata Usaha Negara
a. Intervensi Khusus
Dalam hal ini masuknya pihak ketiga dalam proses
pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara yang sedang
berjalan adalah atas prakarsa hakim yang memeriksa
sengketa tersebut. Di sini pihak ketiga ditarik ke dalam
proses pemeriksaan suatu sengketa Tata Usaha Negara
yang sedang berjalan, bergabung dengan tergugat seba-
gai tergugat II Intervensi. Sifat khusus dari intervensi ini
adalah karena ikut sertanya pihak ketiga dalam sengketa
yang sedang berjalan tersebut adalah atas perintah ha-
kim, guna mempermudah penyelesaian sengketa yang
bersangkutan.
Dalam lingkungan hukum perdata, Abdulkadir
Muhammad,151 membagi kegiatan intervensi ini ke dalam
tiga bentuk:
1. Menyertai Salah Satu Pihak
Yang dimaksud dengan menyertai salah satu pihak ada-
lah ikut sertanya pihak ketiga menjadi pihak dalam
perkara dengan jalan menggabungkan diri dengan salah
satu pihak untuk membela kepentingannya. Dengan ada-
nya perkara, kepentingan pihak ketiga tersebut secara
tidak langsung ikut disengketakan, sehingga akan me-
nimbulkan kerugian baginya.
2. Menengahi Melawan Pihak Kedua
Yang dimaksud dengan ”menengahi melawan pihak
kedua” adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam perkara
guna membela kepentingannya sendiri. Hal yang diseng-
ketakan itu bukanlah hak penggugat atau tergugat,
melainkan hak dari pihak ketiga. Itulah sebabnya dia ikut
dalam perkara dan melawan kedua belah pihak. Dalam
hal ini, terjadi gabungan dari beberapa perkara yang
bersifat prosesual, dalam mana pihak ketiga yang men-
campuri menuntut agar ditetapkan haknya dalam hu-
bungan dengan pihak-pihak yang bersengketa.
151
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 108, 110-111.
101
HukumAcara Tata Usaha Negara
3. Penanggungan
Cara ketiga ini tidak dapat digolongkan sebagai inter-
vensi tetapi bentuknya mirip seperti intervensi, yaitu
Penanggungan (vrijwaring). Dikatakan tidak termasuk
intervensi karena inisiatif ikut sertanya dalam perkara
yang diperiksa bukan datang dari pihak ketiga, melain-
kan justru dari salah satu pihak yang berperkara. Turut
serta pihak ketiga dalam perkara karena terpaksa atas
permintaan dari salah satu pihak, biasanya tergugat,
untuk ikut menanggung atau membebaskan tergugat dari
gugatan, yang menurut hukum penanggungan itu adalah
kewajiban pihak ketiga. Jadi, yang dimaksud dengan
penanggungan atau pembebasan (guarantee) adalah ikut
sertanya pihak ketiga dalam perkara karena diminta
sebagai penjamin/pembebas oleh salah satu pihak yang
berperkara.
Apabila tergugat digugat mengenai barang yang tidak
bebas, maka pihak ketiga sebagai pihak semula yang ber-
hubungan dengan tergugat harus memberikan penang-
gungan atau pembebasannya. Hal ini merupakan kewaji-
ban hukum yang harus dipenuhi oleh pihak ketiga terse-
but.
H. KUASA HUKUM
103
HukumAcara Tata Usaha Negara
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
A. RAPAT PERMUSYAWARATAN
152
Lihat, Titik Triwulan, Op.Cit., hlm. 638.
153
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 148
105
HukumAcara Tata Usaha Negara
154
Rozali Abdullah, Op.Cit., hlm. 57.
155
Titik Triwulan T., Op.Cit., hlm. 636
HukumAcara Tata Usaha Negara
B. PEMERIKSAAN PERSIAPAN
156
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 155.
157
Lihat Butir III.1 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991.
107
HukumAcara Tata Usaha Negara
158
R. Wiyono, Loc.Cit.
HukumAcara Tata Usaha Negara
159
Zairin Harahap, Op.Cit., hlm. 137
160
Ibid
161
Ibid, hlm. 138
109
HukumAcara Tata Usaha Negara
111
HukumAcara Tata Usaha Negara
162
Ibid, hlm. 140.
163
Indroharto, dalam Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 141
HukumAcara Tata Usaha Negara
113
HukumAcara Tata Usaha Negara
164
Ibid, hlm. 144.
HukumAcara Tata Usaha Negara
165
Ibid, hlm. 145.
166
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 166-167.
115
HukumAcara Tata Usaha Negara
117
HukumAcara Tata Usaha Negara
169
Rozali Abdullah, Op.Cit. hlm. 60.
HukumAcara Tata Usaha Negara
119
HukumAcara Tata Usaha Negara
170
Ibid, hlm. 65.
121
HukumAcara Tata Usaha Negara
171
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
172
Ibid, hlm. 65-66.
173
Ibid, hlm. 69
174
Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 148.
123
HukumAcara Tata Usaha Negara
175
Rozali Abdullah, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara, RajaGrafindo:
Jakarta, 1999, hlm. 31-32 dalam Ali Abdullah, hlm. 108.
176
W. Irawan Tjandra, Teori dan Praktik Peradilan Tata usaha Negara,
Universitas Adtma Jaya: Yogyakarta, dalam Ali Abdullah, Ibid.
177
Lihat Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, PT. Pradnya
Paramita: Jakarta, Cetakan Ketiga belas, 1994.
HukumAcara Tata Usaha Negara
178
Ibid
125
HukumAcara Tata Usaha Negara
PEMBUKTIAN
179
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty:
Yogyakarta, 1985, hlm. 117, dalam Ali Abdullah, Op.Cit., hlm. 9.
HukumAcara Tata Usaha Negara
180
Ibid, hlm. 122.
181
Elise T. Sulistini dan Rudy T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan
Perkara-perkara Perdata, Bina Aksara: Jakarta, Cetakan Kedua, 1987.
182
Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 122
127
HukumAcara Tata Usaha Negara
A. PRINSIP PEMBUKTIAN
183
R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 171
184
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang Peradilan Tata Usaha
Negara, Buku II, Penerbit Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, Cetakan ke-IV, 1993,
hl. 185, dalam R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 171.
185
Ibid
186
Ibid, hlm. 172.
HukumAcara Tata Usaha Negara
187
TItik Triwulan, Op.Cit., hlm. 604.
188
Ibid
189
Suparto Wijoyo, Karakteristik Hukum Acara Peradilan
Administrasi, Penerbit Airlangga University Press, Cetakan Ke-1, 1997,
hlm. 65, 119, sebagaimana dikutip dalam R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 176.
190
Ibid, hlm. 173.
129
HukumAcara Tata Usaha Negara
191
Indroharto, dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 174
192
Ibid. hlm. 177.
HukumAcara Tata Usaha Negara
B. ALAT BUKTI
193
Ibid. hlm. 179
131
HukumAcara Tata Usaha Negara
194
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Penerbit
Liberty: Yogyakarta, Edisi Ketiga, Cetakan-I, 1988, hlm. 116 sebagaimana
dikutip dalam R. Wiyono, Ibid, hlm. 179.
195
Rozali Abdullah, Op.Cit., hlm. 84.
HukumAcara Tata Usaha Negara
196
Adbdulkadir Muhmmad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya
Bakti: Bandung, Cetakan Ke VII, hlm. 121.
133
HukumAcara Tata Usaha Negara
197
Elise T. Sulistini, Op.Cit., hlm. 61.
HukumAcara Tata Usaha Negara
198
Indroharto, dalam R. Wiyono, Op.Cit. hlm. 179
199
Yos Johan Utama, Kiat beperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara,
Semarang Badan Penerbit UNDIP: Semarang, hlm. 48, dalam Titik Triwulan T.,
Op.Cit. hlm. 607.
200
Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata,
(Bandung, 1992), hlm. 57, dalam Titik Triwulan T., Op.Cit., hlm. 607-608.
135
HukumAcara Tata Usaha Negara
201
Rachmat Sumitro, dalam R. Wiyono, Ibid., hlm. 85-86.
202
Rozali Abdullah, Op.Cit. hlm. 86.
203
Titik Wulandari, Loc.Cit.
204
Baca Leden Marpaung, “Proses Penanganan Perkara Pidana
(Penyelidikan dan Penyidikan), Bagian Pertama, Edisi Kedua, Sinar Grafika:
Jakarta, 2011., hlm. 88 dst..
HukumAcara Tata Usaha Negara
205
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cetakan ke-
VII, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000, hlm. 142.
137
HukumAcara Tata Usaha Negara
206
Mukti Arto, Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka
Pelajar: Yogyakarta, 1996, hlm. 169, sebagaimana dikutip dalam TItik Triwulan
T., Ibid, hlm. 608.
HukumAcara Tata Usaha Negara
207
Zairin Harahap, Op.Cit. hlm. 153.
139
HukumAcara Tata Usaha Negara
210
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 147.
211
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cetakan
Kesebelas, Penerbit Sumur: Bandung, 1982, hlm. 125, dalam Zairin Harahap,
Op.Cit, hlm. 156.
212
Zairin Harahap, Ibid, hlm. 157.
213
Ibid
141
HukumAcara Tata Usaha Negara
C. BEBAN PEMBUKTIAN
214
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. hlm. 143.
215
Ibid
216
Lihat Titik Triwulan T., Op.Cit. hlm. 611.
HukumAcara Tata Usaha Negara
217
Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hlm. 116
143
HukumAcara Tata Usaha Negara
218
Ibid, hlm. 117.
HukumAcara Tata Usaha Negara
219
Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 159-160.
145
HukumAcara Tata Usaha Negara
PUTUSAN PENGADILAN
TATA USAHA NEGARA
220
Lihat Pasal 97 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986.
HukumAcara Tata Usaha Negara
A. PENGERTIAN PUTUSAN
221
Lihat Pasal 108 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
222
H. Rochmat Soemitro, Peradilan Tata Usaha Negara, Eresco: Bandung,
1990, hlm. 22.
223
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty:
Yogyakarta, 1998, hlm. 175.
147
HukumAcara Tata Usaha Negara
224
SEMA Mahkamah Agung Nomor 5/1959 tanggal 20 April 1959 dan
Nomor I/1962 tanggal 7 Maret 1962.
225
M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Cetakan Ke-III, Sinar Grafika
Offset: Jakarta, 2003, hlm. 48.
226
Zairin Harahap, Op.Cit. hlm. 162.
HukumAcara Tata Usaha Negara
227
Ibid
149
HukumAcara Tata Usaha Negara
228
Rozali Abdullah, Op.Cit., hlm. 97-98.
229
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia,
Cetakan Kesebelas, Sumur: Bandung, 1982, hlm. 127, dalam Zairin Harahap,
Op.Cit. hlm. 166.
230
Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 167-168.
151
HukumAcara Tata Usaha Negara
C. BENTUK PUTUSAN
231
Baca Pasal 97 UU No. 5 Tahun 1986
HukumAcara Tata Usaha Negara
153
HukumAcara Tata Usaha Negara
D. PELAKSANAAN PUTUSAN
232
Lihat Titik Triwulan, Op.Cit. hlm. 613.
233
Ali Abdullah, Op.Cit., hlm. 159.
234
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
235
Yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial dari putusan hakim
adalah kekuatan hukum yang diberikan kepada suatu putusan Hakim bahwa
putusan hakim tersebut dapat dilaksanakan. Sebagai syarat bahwa suatu
putusan hakim memperoleh kekuatan eksekutorial adalah dicantumkannya
irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada pu-
tusan hakim tersebut. Lihat R. Wiyono, “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara”, Op.Cit., hlm. 201.
236
Titik Triwulan, Loc.Cit.
155
HukumAcara Tata Usaha Negara
237
Rozali Abdullah, Op.Cit. hlm. 99.
HukumAcara Tata Usaha Negara
238
Paulus Effendie Lotulung, Eksekusi Putusan PTUN dan
Problematikanya Dalam Praktik, dalam Zairin Harahap, Op.Cit., hlm. 175.
239
Ibid
157
HukumAcara Tata Usaha Negara
240
Ibid, hlm. 176.
HukumAcara Tata Usaha Negara
159
HukumAcara Tata Usaha Negara
241
Rozali Abdullah, Op.Cit., hlm. 102-103.
HukumAcara Tata Usaha Negara
161
HukumAcara Tata Usaha Negara
246
Ibid, hlm. 182.
247
Ibid, hlm. 184-185.
248
Ibd, hlm. 185.
163
HukumAcara Tata Usaha Negara
249
Ibid, hlm. 186.
250
Ali Abdullah, Op.Cit.
HukumAcara Tata Usaha Negara
2. Ganti Rugi
165
HukumAcara Tata Usaha Negara
251
Lihat Ali Abdullah, Ibi, hlm. 164
252
Ibid, hlm. 165
HukumAcara Tata Usaha Negara
3. Rehabilitasi
253
Ibid.
167
HukumAcara Tata Usaha Negara
4. Kompensasi
254
Ibid, hlm. 166.
HukumAcara Tata Usaha Negara
169
HukumAcara Tata Usaha Negara
171
HukumAcara Tata Usaha Negara
255
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 158.
256
Ibid
257
H. Abdullah Gofar, Teori dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara, Tunggal Mandiri: Malang, 2014, hlm. 242.
258
Ibid
HukumAcara Tata Usaha Negara
259
Ibid, hlm. 243.
173
HukumAcara Tata Usaha Negara
UPAYA HUKUM
260
Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 187-188.
HukumAcara Tata Usaha Negara
A. PERLAWANAN
261
Ibid
175
HukumAcara Tata Usaha Negara
262
Titik Triwulan, Op.Cit. hlm. 616
263
Lihat R. Wiyono, Op.Cit. hlm. 162-163.
264
Ibid, hlm. 163.
HukumAcara Tata Usaha Negara
B. BANDING
265
Suparto Wijoyo, Karakeristik Hukum Acara Peradilan Administrasi,
Airlangga University, Cetakan-I, 1997, hlm. 105., dalam R. Wiyono, hlm. 164.
266
Lihat Butir VII.1 huruf c pada Surat Ketua Muda Mahkamah Agung
Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara tanggal 14 Oktober 1993
Nomor 224/Td/TUN/X/1993, sebagaimana ditulis dalam R. Wiyono, hlm. 164.
177
HukumAcara Tata Usaha Negara
267
Zairin Harahap, Op.Cit., hlm. 190-191.
HukumAcara Tata Usaha Negara
268
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Liberty: Yogyakarta, 1985, hlm. 196, dalam Zairin Harahap,
Ibid.
179
HukumAcara Tata Usaha Negara
273
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang Peradilan Tata Usaha
Negara, Buku II, Pustaka Sinar Harapan, Cetakan Ke-IV, 1993, hlm. 223,
sebagaimana dalam R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 206.
274
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 206.
275
Pasal 127 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
276
Pasal 127 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
181
HukumAcara Tata Usaha Negara
C. KASASI
277
Pasal 127 ayat (4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
278
Lihat Pasal 129 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
279
Titik Wulandari, Op.Cit. hlm. 619.
HukumAcara Tata Usaha Negara
183
HukumAcara Tata Usaha Negara
282
Pasal 44 ayat (1) huruf a UU No. 14 Tahun 1985.
283
Indroharto, Usaha Memahami Undng-undang Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Buku II, Pustaka Sinar Harapan, dalam R. Wiyono, Op.Cit, hlm.,
2008.
HukumAcara Tata Usaha Negara
185
HukumAcara Tata Usaha Negara
D. PENINJAUAN KEMBALI
285
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty:
Yogyakarta, 1998, Hlm. 206, dalam Titik Wulandari, Op.Cit, hlm. 622.
286
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cetakan Ke-
VII, Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000, Op.Cit, hlm. 211.
187
HukumAcara Tata Usaha Negara
287
Ibid, hlm. 212.
288
Lihat UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
HukumAcara Tata Usaha Negara
289
M. Yahya Harahap, Kekuasaan Mahkamah Agung: Pemeriksaan Kasasi
dan Peninjauan Kembali Perkara Perdata, Sinar Grafika: Jakarta, 2008, hlm.
449.
189
HukumAcara Tata Usaha Negara
290
Zairin Harahap, Op.Cit. hlm. 197.
291
Ibid
292
Lihat Rozali Abdullah, Op.Cit, hlm. 80.
HukumAcara Tata Usaha Negara
191
HukumAcara Tata Usaha Negara
293
Lihat Pasal 75 UU No. 14 Tahun 1985.
294
Pasal 42 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985
295
Pasal 42 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985.
HukumAcara Tata Usaha Negara
296
R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 227.
297
H. Abdullah Gofar, Op.Cit., hlm. 263.
298
Pasal 45 ayat (3) UU No. 14 Tahun 1985.
193
DAFTAR PUSTAKA