DT Penyakit Vaskular
DT Penyakit Vaskular
ATEROSKLEROSIS
1.1 Definisi
ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa
kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital
lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri
yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi
didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan
jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta,
1.2 Etiologi
LDL), merokok, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, obesitas, dan kurang
juga dilaporkan sebagai faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Ada empat faktor
risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu; usia, jenis kelamin, ras dan riwayat
keluarga (genetik).
Helicobacter pylori dan Chlamydia pneumoniae, juga bisa menimbulkan
infeksi atau transformasi miosit atau endotel, yang akan memicu lesi
aterosklerosis.
1.3 Patogenesis
Di dalam darah kita temukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserid,
dan fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam air, maka perlu
dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat terlarut yaitu suatu
protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau apoprotein. Senyawa lipid
ultrasentrifugasi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu high-
dalam darah yang terlibat dalam proses terjadinya penyakit jantung koroner.
Penimbunan sel busa ini di ruang subendotel pembuluh darah merupakan bukti
paling awal adanya pertumbuhan plak aterosklerotik yang dikenal sebagai fatty
streak.
Arterosklerosis merupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat
paling dalam arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol,
fibrin, platelet, sampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri.
berikut:
Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak
belum nampak sampai proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase
preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis,
menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis
dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas terhadap
EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah. Pada keadaan
patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka serotonin, ADP dan asetil kolin
darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis yang
sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada
dinding pembuluh darah. Hal itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk
Usia
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Ras
a. Mayor
b. Minor
tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak,
yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan
jaringan
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang
terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk
merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal
dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang
tersumbat.
2. DISEKSI AORTA
2.1 Definisi
Diseksi Aorta terjadi pada 1/40000 populasi pertahun dan merupakan
aorta, dan membuat flap; kemudian menyebar ke distal dari robekan awal,
2.2 Etiologi
Hipetensi
Aterosklerosis
Sindrom marfan merupakan predisposisi terhadap pembentukan, diseksi
dan ruptur aneurisma aorta.
2.3 Patologi
Tekanan darah tinggi, regangan jaringan ikat dan adanya kelainan pada
intima. Darah masuk ke lapisan diantara tunika intima dan media, dan tekanan
arah depan dan belakang dari titik masuk, membentuk lumen palsu. Darah dalam
lumen palsu bisa mambeku, atau tetap cair dengan sedikit aliran. Diseksi dibagi
menjadi dua tipe, tergantung dari ada tidaknya keterlibatan aorta asendens.
Tipe A : titik robekan intima ada pada aorta asendens, Diseksi biasanya
arah proksimal.
disebabkan oleh diseksi aorta sangat beragam. Gejala timbula akibat lepasnya
tunika intima dari dinding aorta (keluhan untama) dan akibat terganggunya suplai
darah ke organ vital atau ruptur. Gambaran klinis tersering adalah nyeri mendadak
yang sangat berat pada dada atau punggung (interskapular), terutama pada pria
Ruptur ; nyeri luar biasa, hipotensi, dan kolaps. Seringkali fatal, namin
mediastinum, atau rongga pleura kiri (tidak pernah terjadi di bagian kanan).
cincin katup aorta, sehingga terjadi kebocoran katup. Bisa dijumpai murmur
diastolik dini.
Sumbatan cabang sisi aorta : lumen palsu menekan ujung awal cabang
arteri yang keluar dari aorta. Bisa mengenai cabang manapun, pada titik
ekstremitas atas atau bawah, pararesis yang disebabkan oleh oklusi arteri
melintang menunjukkan adanya flap, lumen asli, dan lumen palsu bila diberi
kontras.
besar dan jantung, tanpa terhalang tulang-tulang iga tau paru. Gambaran yang
didapatkan berkualitas tinggi. Prosedur ini harus dilakukan oleh operator yang
sangat terampil dan merupakan teknik invasif, pasien membutuhkan sedasi;
memicu perluasan diseksi, oleh karena itu pemeriksaan ini hanya dilakukan di
tindakan segera.
2.6 Penatalaksanaan
dengan prioritas tinggi. Pertimbangan segera yang harus diperhatikan pada tipe A
maupun tipe B adalah menurunkan tekanan darah sampai sistolik kurang dari 100
mmHg untuk mencegah diseksi atau ruptur lebih lanjut, menggunakan analgesik
opiat dan penyekat beta intravena. Pasien yang mengalami hipotensi akibat
perikardium, sangat tinggi, dengan rata-rata kematiam per jam ± 2%. Pasien
pembedahan untuk mengganti ujung aorta, dengan atau tanpa kelainan katup
tidak diindikasikan sebagai terapi lini pertama. Tipe ini merupakan indikasi
hanya dilakukan bila terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, seperti ruptur
namun bila pasien tidak mempunyai komplikasi yang mengancam jiwa (seperti
baik. Keadaan setelah terapi pada diseksi tipe B lebih baik, walaupun bisa terdapat
mematikan, dimana sekitar 15.000 terjadi kematian tak terduga setiap tahunnya di
pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta abdominal mengenai
dilatasi aorta lebih dari 50%. Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital
atau akuisita. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, terdapat beberapa
antara lain 1) degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi
dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding, 4) molekular genetik, dan 5)
tahun dan sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka
3.1 Definisi
Ectasia adalah dilatasi arteri kurang dari 50% dari diameter normal. Diameter
normal dari aorta dan arteri, tergantung pada: usia, jenis kelamin, ukuran tubuh,
dan faktor lainnya. Pada pria, aorta infrarenal biasanya antara 14 dan 24 mm, dan
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunika intima,
sering disebut intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial.
Berdekatan dengan lapisan ini adalahtunika media, disebut juga lapisan media
terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastik. Lapisan paling luar
disebut tunika adventitia tersusun oleh jaringan ikat. Terdapat “true aneurysm”
dan “false aneurysm”. Pada “true aneurysm: melibatkan ketiga lapisan dinding
pseudoaneurisma hanya melibatkan lapisan terluar dari dinding arteri yaitu tunika
adventitia.
3.2 Epidemiologi
pada usia tua. Beberapa data menunjukkan aneurisma aorta abdominal mengenai
6-9% populasi di atas usia 65 tahun. Sekitar 12,8% populasi penduduk Amerika
berusia diatas 65 tahun,diperkirakan 1,5 juta memiliki aneurisma pada tahun 1999
dan lebih dari 2,7 juta penduduk Amerika akan menderita penyakit aneurisma
pada tahun 2025. Pada tahun 2000, National Hospital Discharge Summary
yang mematikan dimana sekitar 15.000 kematian tak terduga setiap tahunnya di
Amerika.
diatas 55 tahun, mencapai puncaknya sebanyak 6% pada usia 80-85 tahun. Pada
4,5% pada usia diatas 90 tahun. Perbandingan pria dan wanita 4 :1 sampai 5 : 1
pada kelompok usia 60 sampai 70 tahun, tetapi usia diatas 80 tahun rasio menjadi
1:1.
3.3 Klasifikasi
kantong yang menonjol dan berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu
subklavia kiri, aorta asenden diatas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desenden
aorta infrarenal yaitu aneurisma mengenai sebagian segmen aorta dibawah arteri
renalis; aneurisma aorta juxtarenal yaitu mengenai seluruh segmen aorta dibawah
arteri renalis; aneurisma aorta pararenalis yaitu sampai mengenai pangkal arteri
renalis; aneurisma aorta suprarenalis yaitu aneurisma meluas sampai diatas arteri
3.4 Etiologi
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, defek pada beberapa komponen dari
dinding arteri serta beberapa faktor risiko untuk terjadinya aneurisma aorta
meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes,
akibat ekstravasi darah kedalam suatu kantong yang lemah yang dibentuk oleh
Sindrom Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai adanya
abnormalitas dari skletal, katup jantung, dan mata. Individu dengan penyakit ini
memiliki resiko untuk terbentuknya aneurisma terutama anurisma aorta torakalis.
oleh defisiensi kolagen tipe III, dan individu dengan penyakit ini dapat memiliki
3.5 Patogenesis
Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah tahanan untuk peredaran
darah. Ekstremitas bawah memiliki tahanan arteri yang terbesar, dan trauma yang
berulang sebagai cerminan gelombang arterial pada distal aorta dapat mencederai
bahwa tekanan dinding proporsional terhadap tekanan dikali radius dari arterial (T
meningkatnya ukuran aneurisma memicu tekanan pada dinding dan lebih lanjut
destruksi elastin dan kolagen pada tunika media dan adventitia, hilangnya sel otot
polos tunika media dengan penipisan dinding pembuluh, dan infiltrat limfosit dan
makrofag transmural. Atherosclerosis adalah gambaran utama yang mendasari
aneurisma.
abdominalis:
aneurisma melibatkan proses yang komplek dari destruksi tunika media aorta dan
jaringan penyokongnya melalui degradasi elastin dan kolagen. Pada model in vivo
telah dipelajari juga pada jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai
matrix metalloproteinase proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan sel otot
aorta abdominalis manusia dan dapat berperan penting dalam inisiasi aneurisma.
yang kecil, menunjukkan peran MMP-2 pada pembentukan awal aorta. Terakhir
elastase MMP-9 yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan aorta, juga pada
dan kompensasi dengan akumulasi kolagen. Akibat masa kolagen dan peningkatan
lingkar aorta, serat elstin menyebar ke area yang lebih luas dan serat elastin gagal
meningkatkan diameter aorta. Hal ini juga diketahui bahwa elastin memperkuta
kompensasi ini memiliki sebuah titik akhir. Di luar batas ini, jaringan kolagen
terjadi.
limfosit. Dihipotesiskan bahwa sel ini secara simultan melepaskan kaskade sitokin
yang menghasilkan aktivasi berbagai protease. Pemicu untuk influk dan migrasi
leukosit belum diketahui, tetapi paparan produk degradasi elastin pada dinding
aorta dapat berperan sebagai primary chemotactic attractant untuk infiltrasi
didukung oleh infiltrat ekstensif dari limfosit dan monosit, juga deposisi
aorta. Tunika adventitia tampaknya adalah area utama yag menjadi tempat
infiltrasi leukosit dan aktivasi inisial MMP. Sitokin dari makrofag dan limfosit
meningkat pada dinding aneurisma aorta, meliputi IL-1ß, TFN-a, IL-6, IL-8,
plasminogen aktivator, menginduksi ekspresi dan aktivasi dari MMPs dan TIMPs.
pada struktur aorta, biologi dan stress disepanjang aorta. Peningkatan shear dan
penurunan rasio elastin terhadap kolagen dari proksimal ke distal aorta dapat
mengurangi stress dinding dan telah diperkirakan berperan protektif untuk dilatasi
peran genetik dan imunologis dalam patogénesis aneurisma. Yang terbaru, tidak
ada polimorfisme gen tunggal atau defek yang dapat diidentifikasi sebagai
group dan penngkatan frekuensi pada pasien dengan MN atau Kell- positive blood
groups.
sitokin menghasilkan influk lebih lanjut dari leukosit dengan ekspresi dan aktivasi
protease, terutama MMPs. Protease ini menghasilkan degradasi tunika media dan
proteolisis dan progresifitas dilatasi aneurisma dengan ruptur aorta jika tidak
tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan
scan. Denyut perifer biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau
ekstremitas bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal
- Aneurisma simptomatik
nyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi
ekstensif periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada
pasien ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan riwayat
infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok
aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi
bakteri aorta normal dari aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus
- Ruptur aneurisma
pasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen, dan flank
yang lebih baik daripda ruptur anterior ke rongga peritoneum. Sembilan puluh
dalam prosedur diagnostik untuk keadaan lain. Beberapa pasien mengeluh nyeri
substernal, punggung, atau leher. Yang lainnya menderita dispneu, stridor, atau
atau edema leher dan lengan akibat penekanan pada vena cava superior.
Regurgitasi aorta karena distorsi anulus valvula aortikus dapat terjadi dengan
kecil (<5 cm). Biasanya aneurisma membesar 10% diameter per tahunnya;
arterial oclusive disease pada viseral dan ekstremitas bawah atau saat repair
3.8 Penatalaksanaan
a Aneurisma aorta abdominalis
atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya aneurisma yang
tanda bahaya dan dapat merupakan suatu tanda pelebaran aneurisma yang
Pembuluh darah yang abnormal digantikan oleh graft yang dibuat dari material
sintetis, seperti Dacron. Pendekatan lain disebut endovascular repair . Tube tipis
dengan adanya penyakit jantung, paru, pembuluh darah perifer, dan ginjal.
1. Transperitoneal Approach
arteri renali, dan kedua arteri iliaca. Dibuat midline incision abdomen dari xiphoid
2. Retroperitoneal Approach
Pada keadaan ini dengan pendekatan retroperitoneal adalah yang paling baik.
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi untuk lapangan
operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca dan tepi kosta. Lengan kiri diberi
bantalan dan diletakkan diatas lengan kanan dengan diberi penyokong. Derajat
kemiringan bahu 600 dan panggul 300 untuk memudahakan mengeksplor lapangan
operasi. Insisi pada sela iga X dimulai dari linea aksilaris posterior dilebarkan ke
medial sampai batas lateral rectus sheat menuju titik tengah antara umbilikus dan
simfisis pubis.
membutuhkan graft bercabang bukan kandidat dengan prosedur ini. Panjang insisi
arteri femoralis dan difiksasi ditempatnya pada leher aorta yang tidak mengalami
stents. Beberapa stent-grafts memiliki mata kail, pin, atau kait untuk fiksasi stent.
ukuran yang lebih besar dari 5 cm. Risiko operasi dari kondisi komorbid harus
dan sebagai arteri medulla spinalis yang dominan pada 80% pasien, menunjukkan
3.9 Prognosis
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur
adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari
konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun
4.1 Definisi
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat
hati, masalah ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2 sampai 3 minggu.
pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak
mengembangkan tromboflebitis.
trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan
thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-
otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis
terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau
dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada
dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin
kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang
bawah.
4.2 Klasifikasi Tromboflebitis
a Pelvio tromboflebitis
latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling
sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan
infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput
yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau
b Tromboflebitis Femoralis
femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum. Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian
melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli
paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat,
komplikasi fatal.
- Penyakit Lupus
- beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas
- LED meningkat
b. Tromboflebitis Septik
nanah pada tempat radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna
primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut
mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama :
kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari
terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up
f. Trauma
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai)
dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat
dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
Terjadinya thrombus :
darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh
gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga
mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha
dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
- pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi.
Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain
pencampuran.
- Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan
vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
- Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi
dengan baik).
vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan
(timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga
dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-
tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda
Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi
pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.
a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu
Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti
4. Gambaran darah
dapat segera terjadi leukopenia).Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada
saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
5. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan
dalam.
6. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
persedian.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil
2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau
a. Pelvio tromboflebitis
b. Tromboflebitis femoralis
Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung
kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada
penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki
kondisi stasis.
Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum
dibawahnya.
Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan
gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan
dilakukan.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai
berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk
yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk
5.1 Definisi
mana darah pada vena-vena profunda pada tungkai atau pelvis membeku.
sementara kerusakan vena lokal dapat menyebabkan hipertensi vena kronis dan
kerusakan endotel paru dan kombinasi statis serta kegagalan sistem fibrinolitik.
5.2 Epidemiologi
DVT sangat sering dijumpai pada pasien medis dan bedah, menyerang
sekitar 10-30% dari seluruh pasien bedah umum yang berusia di atas 40 tahun dan
pada pasien rumah sakit (0,5-3,0% pasien meninggal karena emboli paru).
5.3 Etiologi
Adapun faktor resiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam adalah:
Trias Virchow:
a Stasis
b Jejas endotel
c Hiperkoagulasi
5.4 Patofisiologi
menjadi faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan
eritrosit yang hanya mengandung sedikit masa trombosit. keadaan ini menyerang
a Agregasi platelet pada kantung katup (area statis atau luka maksimal)
b Aktivasi kaskade pembekuan yang menghasilkan fibrin.
c Produksi fibrin mengalahkan sistem antikoagulan/fibrinolitik
d Riwayat perjalanan penyakit
a Anamnesis
b Pemeriksaan fisik
tempat yang terkena, homan sign (+) dan pembuluh vena teraba.
c Pemeriksaan penunjang
5.6 Penatalaksanaan
Terapi farmakologi :
dengan APTT.
Warfarin, periksa efektivitas dengan PT
b Trombolisis
c Trombektomi
Non-farmakologi :
6.1 Definisi
6.2 Epidemiologi
Varises vena tungkai bawah lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Prevalensi VVTB di populasi barat usia lebih dari 15 tahun adalah 10-15% pada
pria dan 20-25% pada wanita. Prevalensi di Amerika Serikat adalah 15% pada
pria dan 27,7% pada wanita. Dilaporkan VVTB lebih tinggi pada ras Hispanik
VVTB dengan adanya riwayat keluarga dan sebanyak 14% pada pasien VVTB
yang dilakukan di Inggris, prevalensi pada penderita usia 40 tahun adalah 22%
sedangkan pada usia 50 tahun adalah 35% dan pada usia 60 tahun adalah 41%.17
Di Indonesia, belum ada angka yang pasti mengenai insiden terjadinya VVTB.
Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis vena
tetapi dindingnya lebih tipis, lapisan otot bagian tengah lebih lemah, jaringan
elastis lebih sedikit serta terdapat katup semilunar. Katup vena merupakan struktur
penting dari sistem aliran vena, karena berfungsi mencegah refluks aliran darah
vena tungkai. Katup vena bersama dengan kontraksi otot betis akan mengalirkan
darah dari vena superfisialis ke profunda menuju jantung dengan melawan gaya
gravitasi. Pompa otot betis secara normal membawa 85-90% darah dari aliran
dalam lemak subkutan, tepatnya pada fasia otot dan merupakan tempat
berkumpulnya darah dari kulit setelah melalui cabang kecil. Vena superfisialis
yang utama adalah vena safena magna (VSM) dan vena safena parva (VSP).
Kedua vena ini berhubungan di beberapa tempat melalui vena-vena kecil. Istilah
safena berasal dari bahasa Yunani safes, artinya mudah terlihat atau jelas, sesuai
Vena safena magna merupakan vena terpanjang di tubuh, mulai dari kaki
sampai ke fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit
sisi medial tungkai. Vena ini merupakan vena yang paling sering menderita
VVTB. Menurut Lofgren dan Rivlin VSM 5-6 kali lebih sering terkena VVTB
saraf kulit cabang n. Femoralis yang mensarafi permukaan medial tungkai bawah.
Vena safena parva terletak di antara tendo Achilles dan maleolus lateralis.
beberapa sentimeter di bawah lutut.Vena ini mengalirkan darah dari bagian lateral
kaki. Mulai dari maleolus lateralis sampai proksimal betis VSP terletak sangat
berdekatan dengan n. Suralis, yaitu saraf sensorik yang mensarafi kulit sisi lateral
kaki.
superfisial ke vena profunda, yaitu dengan cara langsung menembus fasia (direct
communicating vein). Vena ini mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah
dari vena superfisial ke vena profunda. Bila katup ini tidak berfungsi (mengalami
kegagalan) maka aliran darah akan terbalik sehingga tekanan vena superfisial
profunda ini membentuk jaringan luas dalam kompartemen posterior betis pleksus
soleal dimana darah dibantu mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh otot
sistem vena profunda. Pada waktu relaksasi, vena profunda mengalami dilatasi
yang menimbulkan tekanan negatif. Tekanan negatif ini akan menarik darah dari
Penderita dengan insufisiensi vena, darah mengalir dari sistem vena profunda ke
6.4 Etiopatogenesis
4) Kelemahan fasia
jantung tergantung pada fungsi sistem vena profunda. Jika otot tungkai
berkontraksi, darah seolah-olah diperas dari sinusoid vena otot dan vena
lebih. Bila terjadi inkompetensi katup, maka tekanan tersebut dapat menyebabkan
otot akan semakin menambah jumlah darah kearah v. profunda dan v. superfisial,
hingga terjadi dilatasi vena dan inkompetensi katup lebih lanjut. Katup yang
lemah atau tidak berfungsi dapat merupakan faktor pencetus yang mengubah
merupakan penyebab tersering VVTB, katup tersebut dapat normal tetapi menjadi
inkompeten akibat pelebaran dinding vena atau karena destruksi paska trombosis
paling sering mengalami varises, sebab dinding vena superficial ini lemah. Vena
safena magna hanya mempunyai sedikit jaringan penyangga berupa jaringan ikat,
lemak subkutis, dan kulit sehingga tidak mampu menahan tekanan hidrostatik
6.5 Klasifikasi
Varises vena tungkai bawah terdiri dari varises primer dan varises
diketahui secara pasti, hanya diduga karena kelemahan dinding vena sehingga
terjadi pelebaran. Kegagalan katup disebabkan oleh pelebaran yang terjadi, bukan
elastisitas dinding vena tungkai orang normal lebih tinggi daripada penderita
vena orang normal lebih tinggi daripada penderita VVTB. Kedua kelompok
akibat suatu kelainan tertentu. Kelainan tersebut berupa sindrom paska flebitis
(kegagalan vena menahun), fistula arteri vena, sumbatan vena profunda karena
tumor atau trauma serta anomali vena profunda atau vena perforantes. Artinya
lipodermatosklerosis)
6) Derajat 5 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus yang sudah sembuh
Gejala Klinis VVTB timbul akibat adanya hipertensi vena baik karena
1) Varises trunkal
Merupakan varises VSM dan VSP, diameter lebih dari 8 mm, warna biru-
biru kehijauan.
2) Varises retikular
Varises yang mengenai cabang VSM atau VSP yang umumnya kecil dan
3) Varises kapiler
dari pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang).
Sesuai dengan berat ringannya, VVTB dibagi atas empat stadium, yaitu :
1) Stadium I
Keluhan samar (tidak khas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai setelah
berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tak jelas.
2) Stadium II
Mulai tampak pelebaran vena, palpabel, dan menonjol.
3) Stadium III
4) Stadium IV
menahun.
6.7 Diagnosis
VVTB dimulai dengan riwayat penyakitnya, meskipun saat ini teknologi dalam
Anamnesis
1) Keluhan penderita
Terdiri atas keluhan rasa berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas / sensasi
terbakar pada tungkai, kejang otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik.
pemakaian bebat elastik dan makin bertambah setelah berdiri lama, selama
3) Faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit sistemik, pengobatan, dan tindakan medis/pembedahan
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
tubuh, sistem vena profunda tidak dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi,
1) Inspeksi
eksorotasi tungkai dan pemeriksaan pada tungkai yang abduksi dari arah belakang
Vena yang mengalami VVTB diperhatikan apakah vena superfisial utama (VSM
dan VSP) atau cabangnya. Biasanya vena tersebut tampak jelas melebar, berkelok-
kelok, dan berwarna kebiruan. Varises vena tungkai bawah pada cabang vena
2) Palpasi
Daerah vena yang berkelok diraba untuk menilai ketegangan VVTB dan
besarnya pelebaran vena. Pulsasi arteri harus teraba, bila tidak teraba maka harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada obstruksi arteri.
3) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui keadaan katup vena superfisial.
Caranya dengan mengetuk vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang
4) Manuver Perthes
darah retrogade dengan aliran darah antegrade. Tes ini digunakan untuk penentuan
berfungsinya sistem vena profunda. Penderita berdiri beberapa saat lalu dipasang
berkontraksi sehingga darah dipompa dari sinusoid vena otot dan vena sekitarnya.
Bila vena yang terletak di distal dari ikatan kempis / kosong berarti katup-katup
vena perforantes dan vena profunda berfungsi baik dan tidak ada sumbatan.
5) Tes Trendelenburg
Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insuffisiensi katup pada vena
ditinggikan 30°-45° selama beberapa menit untuk mengosongkan vena. Setelah itu
dipasang ikatan yang terbuat dari bahan elastis di paha, tepat di bawah
mungkin. Kemudian penderita berdiri dan pengisian vena diperhatikan. Bila vena
lambat sekali terisi ke proksimal, berarti katup komunikans baik. Vena terisi darah
dari peredaran darah kulit dan subkutis. Bila vena cepat terisi misalnya dalam
waktu 30 detik, berarti terdapat insuffisiensi katup komunikans. Uji
Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi Doppler
abnormal.
2) Duplex ultrasonography
ditempelkan pada kulit sebagai sumber dan detektor. Pantulan gelombang suara
yang terjadi dapat memberikan citra struktur anatomi, dan pergerakan struktur
3) Plebography
dan menunjukkan vena yang melebar, berkelok-kelok serta katup yang rusak.
paha.
6.8 Penatalaksanaan
fungsi vena, perbaikan kosmetik, dan mencegah komplikasi, tetapi juga untuk
Terapi Kompresi
ini berfungsi sebagai katup vena yang membantu pompa otot betis untuk
mencegah kembalinya aliran darah vena, edem kaki, dan bocornya bahan fibrin
ukuran vena
Skleroterapi
yang melebar secara abnormal atau yang mengganggu secara kosmetik. Terapi ini
juga akan menghilangkan keluhan nyeri dan rasa tidak nyaman serta mencegah
endosklerosis, dan fibrosis pembuluh darah yang selanjutnya diserap oleh jaringan
iodide).
persisten atau rekuren paska bedah serta varises pada penderita lanjut usia. Kontra
indikasi skleroterapi pada VVTB adalah obstruksi berat pada tungkai, riwayat
suntikan, dan rasa nyeri. Komplikasi yang lebih serius tetapi jarang adalah
Terapi Pembedahan
ukuran besar, varises pada tungkai atas sisi medial atau anterior, adanya
komplikasi statis (pigmentasi, dermatitis, ulkus), simtomatik, dan insufisiensi
perforantes.
usia lanjut atau keadaan umum buruk, berat badan berlebihan, tromboflebitis
aktif, tukak vena terinfeksi, kehamilan, sumbatan arteri menahun pada tungkai
tungkai, kerusakan saraf kulit (n. safena atau n. suralis), limfokel, dan trombosis
vena profunda. Infeksi berat dapat terjadi pada bekas saluran ”stripper”. Untuk
mencegah edem tungkai dianjurkan memakai kaos kaki elastis selama dua bulan
pasca bedah. Limfokel terbentuk karena saluran limfe terpotong saat operasi,
fatal.
Laser Therapy
Endovenous laser therapy (ELT) adalah terapi untuk VVTB dimana serat
optik dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang akan diobati dan sinar laser
pembuluh darah. Terapi ini lebih tidak menyakitkan dibanding vein ligation and
stripping, menggunakan anestesi lokal serta memiliki waktu pemulihan yang lebih
pendek. Selain itu, laser adalah pilihan yang baik untuk mengobati pembuluh
sistem vena dalam tidak memadai untuk mendukung aliran balik vena setelah
terapi, disfungsi hati atau alergi yang mustahil menggunakan anestesi lokal,
6.9 Pencegahan
lain :
senam
6.10 Komplikasi
mural dan intra mural meningkat, mendorong cairan, elektrolit dan eritrosit keluar
mengalami dilatasi dan penurunan kecepatan aliran darah, hal ini mempengaruhi
adhesi leukosit (neutrofil) pada mikrosirkulasi dan venula post kapiler, akibatnya
leukosit akan terperangkap pada endotel dan teraktivasi sehingga melepaskan
radikal bebas, enzim proteolitik dan sitokin, di samping itu fibrin perikapiler akan
menjadi barier terhadap difusi oksigen dan nutrisi lain. Semua keadaan ini
Tungkai Bawah
1) Riwayat keluarga
2) Usia
menjadi lemah karena lamina elastis menjadi tipis dan atrofik bersama dengan
adanya degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis
3) Overweight/obesitas
Resiko terkena VVTB lebih tinggi pada seseorang dengan BMI (Body
Mass Index) yang tinggi dibanding seseorang dengan usia yang sama dengan berat
badan sesuai. Terdapat hipotesis yang menyatakan hal ini dihubungkan dengan
4) Multiparitas kehamilan
Pengaruh hormonal, peningkatan volume darah, dan obstruksi akibat
mendapatkan bahwa terjadi prevalensi VVTB yang lebih tinggi pada penderita
5) Faktor hormonal
menginduksi terjadinya stasis vena, hal ini disebabkan karena adanya hambatan
pada aktomiosin kontraktil dinding vena. Hal ini dapat dilihat pada penderita yang
berdiri lama juga berperan dalam menimbulkan VVTB. Pada posisi tersebut
tekanan vena menjadi 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang di luar
terjadinya VVTB.
8) Elevasi tungkai
VVTB.
9) Merokok
Jangka panjang merokok memiliki efek yang merugikan pada sistem vena.
Pada perokok, modifikasi kimia diduga terjadi pada endothelium vena. Modifikasi
ini dapat menyebabkan peningkatan tonisitas vasomotor dan proliferasi otot polos.
Reaksi ini bisa menjelaskan perubahan dalam dinding vena yang menyebabkan
terjadinya VVTB.
7.1 Definisi
pembuluh darah, dengan derajat nekrosis sel endotel dan dinding pembuluh darah
yang bervariasi. Ukuran pembuluh darah yang terkena bervariasi, mulai dari arteri
yang disebabkan oleh deposisi kompleks imun atau cell mediated immune
reactions.
vasculitis (LCV). Pada LCV, dapat ditemukan juga ekstravasasi eritrosit, debris
7.2 Gejala
pembuluh darah kecil, manifestasinya sering kali berupa palpable purpura, atau
urtikaria, pustula, vesikel, petekie, atau lesi seperti eritema multiforme. Pada
pembuluh darah ukuran sedang, manifestasi klinisnya bisa berupa ulkus, nodul
penyakit sistemik.
7.3 Patofisiologi
Aktifitas jalur
komplemen.
Kemoaktraktan &
anafilatoksin (migrasi
neutrofil & peningkatan
permeabilitas)
Neutrofil konten
lisosomal + toksin radikal
bebas oksigen
Vessel
injury
untuk mencari penyebab atau menyingkirkan kemungkinan proses lain yang dapat
jenis kelamin, dan ras . beberapa jenis vaskulitis terjadi pada populasi spesifik.
Selain itu, perlu ditentukan organ pembuluh darah mana yang terkena.
Tipe dan luas organ yang terkena dapat membantu menentukan tipe
vaskulitis dan terapi awal. Gambaran klinis dapat digunakan untuk melihat ukuran
pembuluh darah yang terkena. Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
7.5 Terapi
modalitas terapi lain, seperti plasmaferesis. Pada awal penegakan diagnosis, harus
segera ditentukan apakah ada organ dalam yang terlibat, sehingga dapat segera
dicegah jika penyakit segera dikenali dan diterapi sedini mungkin. Terapi awal
ditentukan oleh tipe vaskulitis, beratnya kerusakan organ yang terkena, dan
progresivitas penyakit.
kortikosteroid, telah digunakan secara luas, tetapi masih sedikit bukti ilmiah yang
8.1 Definisi
yang menyebabkan gangguan pada pergerakan, rasa nyeri atau tanda tanda
Pria dan wanita mempunyai prevalensi yang seimbang hal ini dapat terjadi
aterosklerosis, perifer aneurisma, dan lesi vaskular yang lain yang terkait dengan
Faktor ketiga adalah meningkatnya jumlah pasien yang memiliki riwayat operasi
8.2 Etiologi
Iskemia tungkai akut dapat terjadi akibat embolisasi atau in-situ trombosis.
Emboli berasal dari jantung dan biasanya terjadi pada lokasi bifurkasio arteri
seperti arteri femoralis komunis distal atau arteri poplitea. Trombus yang
percabangan arteri. Sumber trombus lainnya adalah dari trombus yang terbentuk
8.3 Diagnosis.
rasa dan nyeri di ekstremitas, pada kasus yang berat hilangnya fungsi motorik dan
edema ekstremitas bawah jarang disebabkan oleh iskemia arteri murni. Nyeri
dapat berupa konstan atau ditimbulkan oleh gerakan pasif ekstremitas yang
terlibat. Oklusi emboli biasanya tiba-tiba dan dengan intensitas yang besar,
sehingga onset timbul dalam beberapa jam. Riwayat penyakit dahulu yang
aneurisma aorta.
darah.
pengobatan yang tepat. Anamnesis melihat durasi dan progresi, riwayat penyakit
tungkai bawah, hipertropic kuku, atrofi kulit, rambut rontok pada kaki
akut biasanya ditandai dengan perubahan suhu pada ekstremitas distal pada level
8.4 Penatalaksanaan
yang sangat penting dan dapat dipenuhi oleh antikoagulan sistemik yang
pantas.
9. BUERGER DISEASE
9.1 Definisi
oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang,
Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota
tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian
yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan.
9.2 Etiologi
a. Merokok
Paparan tembakau memainkan peran sentral dalam inisiasi dan perkembangan
teridentifikasi. Tidak ada pola yang konsisten dalam HLA haplotipe pada
kali lebih tinggi dan aktifator plasminogen bebas menghambat 40% lebih
rendah pada pasien dengan TAO dari pada orang yang sehat. Terjadi
berat. Pasien dengan TAO yang memiliki kadar homosistein yang tinggi juga
sel anti endotelial meningkat pada 25% kasus dan titer antibodi endotel
berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit. Penelitian Makita et al
yang buruk. Namun, mereka tidak menemukan adanya patogen yang berasal
dari lesi ketika menggunakan metode kultur bakteri ortodoks klasik. Peneitian
buerger.
9.3 Patogenesis
karioreksis, yang biasa disebut mikro abses. Fase intermediet (menengah) didapati
penumpukan progresif pada trombus oklusif di pembuluh darah arteri dan vena.
Pada tahan ini sering terjadi infiltrasi sel radang pada trombus dan berkurangnya
Fase kronik merupakan lesi tahap akhir ditandai dengan penumpukan dari
Pada dasarnya disetiap fase, struktur dari dinding pembuluh darah yang
terkena trombus oklusif hingga lamina elastis interna tetap utuh. Temuan ini yang
tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan
mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III,
meningkatkan serum titer anti endotelial antibodi sel , dan merusak endotel terikat
dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki
penyakit ini.
terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b)
tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi
tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi,
(d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan
iskemia. Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-
macam tingkatnya. Nyeri dirasakan saat istirahat dan bertambah berat pada waktu
malam dan keadaan dingin, nyeri akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan
tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan
gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak
cermin penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau
tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak
hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan
tanda sianosis atau rubor bila bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan
akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal
yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada
tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari,
tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren
pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger. Sakit mungkin sangat terasa
9.5 Diagnosa
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan
kriteria diagnosis.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger :
3. Perokok berat
nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki
jari kaki pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan
normal, dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya
penyakit buerger
Tidak ada tes laboratorium khusus untuk membantu dalam diagnosis TAO.
flebitis migrain pada ekstremitas atas yang ditandai oleh klaudikasio, nyeri
arteriografi
sepenuhnya, penyakit akan masuk ke remisi dan amputasi bisa dihindari. Selektif
a. Platelet Inhibitor
Aspirin
dipertimbangkan pada semua pasien dengan PAD. Aspirin ini tidak diindikasikan,
Clopidogrel
berpengaruh dari pada aspirin dalam mengurangi kejadian sekunder pada pasien
b. Vasodilator
lesi oklusi berdilatasi dan meningkatkan aliran darah ke vaskuler. Peningkatan ini
menyebabkan mengenai lesi proksimal stenosis atau oklusi, mengurangi aliran
darah dari jaringan distal sudah iskemik. Vasodilator juga memiliki kapasitas
Terapi pembedahan :
10.1Definisi
pembuluh darah pada ektremitas yang terdiri dari tangan, kaki, hidung dan telinga
ketika terkena suhu dingin dan mengalami stress. Penyakit Raynaud merupakan salah
satu penyakit yang menyerang pembuluh darah arteri, dimana penyebabnya merupakan
arteri dimana penyakit hanya menyerang susunan pembuluh darah arteri pada
lapisan media arteria dan arteri perifer. Ada beberapa macam penyakit arterial
Raynaud’disease.
dan kadang-kadang jari-jari kaki, hidung atau telinga konstriksi, sehingga mati
Fase iskemia :
Tahap 3 - Eritema karena hiperemia reaktif. Hal ini terkait dengan nyeri
Iskemia kritis ditandai dengan nyeri posisi bawah tangan dan dapat
tidak ada hubungan dengan penyakit lain (juga dikenal sebagai Primary
Raynaud). Fenomena Raynaud adalah sekunder untuk kondisi lain, paling sering
dalam Tabel 1. Fenomena Raynaud juga harus dibedakan dari acrocyanosis, suatu
kondisi yang ditandai oleh terus-menerus, sianosis simetris tangan, kurang umum
dari kaki yang diperparah oleh suhu dingin karena vasospasme pembuluh kecil
kulit.
tidak ada
Usia rata-rata onset adalah 14 tahun Usia > 30 tahun
Gambaran klinis dari penyakit jaringan Gambaran klinis dari CTD seperti
10.3 Patogenesis
Kelainan intravaskular termasuk aktivasi trombosit, gangguan fibrinolisis,
A Peningkatan vasokonstriksi
- Peningkatan reaktivitas otot polos pembuluh darah dipasok oleh
berikutnya
C Penurunan vasodilatasi :
- Penurunan neuropeptida vasodilatasi seperti kalsitonin gen terkait peptida
lumen atau oklusi pembuluh darah. Kerusakan endotel, penurunan sintesis oksida
10.4Diagnosis
Pasien dievaluasi untuk penyakit lain yang terkait dengan fenomena
gangguan aliran darah. Tes untuk sekunder Raynaud mungkin termasuk studi
aliran darah non-invasif dari tangan dan lengan dan tes darah yang disebut ANA
10.5Tatalaksana
Tindakan umum
Pasien diminta untuk tetap hangat tubuh dengan memakai sarung tangan.
Teknik relaksasi dan biofeedback untuk mengurangi stres emosional
B. Hindari obat:
• Estrogen
• Simpatomimetik (dekongestan)
• Klonidin
• Ergotamin
pembuluh darah.
• CCB adalah vasodilator arteri yang memiliki efek antiplatelet dan mengurangi
stres oksidatif.
• Diltiazem juga dapat digunakan tetapi tidak seefektif kelas dihidropiridin CCB.
E. Simpatolitik
adrenoreseptor blocker).