Anda di halaman 1dari 19

Proposal Penelitian

EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI


DALAM MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA
TUNANETRA KELAS IX SMP DI SLB-A BINA INSANI
BANDAR LAMPUNG

Hesti Indriyani
21862720023P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI DALAM


MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA KELAS IX SMP
DI SLB-A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

Hesti Indriyani
2186270023P

Program Studi Pendidikan Luar Biasa


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Lampung

Bandar Lampung, Oktober 2023

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Heni Herlina, M.Pd Ossy Firstanti Wardany, M.Pd


NIDN. NIDN. 0212039401

Mengetahui,
Ketua Prodi FKIP PLB UM Lampung

Dela Devita,M.Pd
NIDN. 0202128401
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal jurnal yang
berjudul “Efektivitas Media Pembelajaran Tiga Dimensi dalam Materi
Bangun Ruang bagi Siswa Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani
Bandar Lampung”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pemimpin terhebat sepanjang masa dan
teladan terbaik seluruh umat.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam proses penyelesaian proposal jurnal tersebut dengan baik.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal jurna ini masih terdapat
kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga proposal jurna ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan beberapa pihak.

Bandar Lampung, Oktober 2023

Penulis
EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI DALAM
MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA KELAS IX SMP
DI SLB-A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

LATAR BELAKANG
Pendidikan bagi penerus bangsa sangat penting dalam pembangunan sosial
dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Generasi penerus bangsa akan menjadi lebih
baik apabila penerusnya berpendidikan dan dengan pendidikan maka bangsa akan
maju. Mengembangkan kemampuan baik pengetahuan ataupun keterampilan bagi
seorang individu merupakan tujuan dari pendidikan. Selain itu, pendidikan juga
menjadi suatu hal yang dasar bagi warga Negara, setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang layak sehingga dapat
mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi masing- masing (Mariono &
Tyastuti, 2014).
Potensi setiap individu berbeda setiap bidangnya antara lain yaitu meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berpikir
merasakan sesuatu, dan juga sikap atau perilakunya sehari-hari (Ramadani, 2017).
Hal ini juga berlaku untuk anak berkebutuhan khusus, termasuk pada anak dengan
hambatan penglihatan yaitu tunanetra.
Gangguan pada daya penglihatan seseorang disebut dengan tunanetra, baik
kebutaan secara menyeluruh maupun sebagian, sehingga berkurangnya fungsi
daya lihat (Wibawa, 2018). Ada dua jenis kategori tunanetra yaitu buta total dan
low vision atau kerusakan sebagian. Dikatakan buta total ketika anak tidak dapat
melihat sama sekali karena mata tidak dapat menerima cahaya untuk, sedangkan
seorang anak dikatakan low vision jika anak dapat melihat namun hanya sedikit
cahaya yang dapat masuk ke dalam matanya, penglihatan anak low vision dapat
dibantu dengan menggunakan alat khusus seperti kaca pembesar. Tidak
berfungsinya penglihatan dengan baik menyebabkan keterbatasan pada anak
tunanetra. Mengoptimalkan indera pendengaran, perabaan, penciuman, dan
pengecapan serta memberikan layanan pendidikan yang tepat bagi anak tunanetra
dapat meminimalisir keterbatasan tunanetra (Yulianti & Sopandi, 2019).
Anak tunanetra dalam proses belajar di sekolah mempelajari bidang
akademis dan non akademis, salah satunya yaitu bidang matematika. Matematika
menjadi ilmu dasar dalam keterampilan berhitung. Dalam bidang matematika,
salah satu yang dipelajari yaitu geometri. Geometri merupakan cabang ilmu yang
memuat titik, garis, sudut dan bentuk. Salah satu yang dipelajari dalam ilmu
geometri yaitu bangun ruang (Sundari & Iswari, 2022).
Ilmu geometri bangun ruang (tiga dimensi) adalah suatu bentuk yang dapt
dilihat dari segala arah. Kompetensi yang memungkinkan anak memahami serta
menguasi konsep bangun ruang, mulai dari mengenal bentuk bangun ruang,
menghitung luas dan juga volume dari bangun ruang. Namun, akibat tidak
berfungsinya indera penglihatan anak tunanetra, sehingga mereka membutuhkan
alat atau media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar. Adanya
media pembelajaran maka proses interaksi antara guru dan siswa maupun siswa
dengan lingkungan belajarnya dapat terbantu. Media pembelajaran yang dapat
menunjang proses pembelajaran yaitu media tiga dimensi (Sundari & Iswari,
2022).
Media tiga dimensi penyajiannya dilakukan secara visual tiga dimensional
sehingga tanpa menggunakan proyeksi. Media tiga dimensi ini dapat berwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan yang mewakili aslinya (Wibawa, 2018). Pengertian lain dari media tiga
dimensi yaitu media yang dapat dinikmati dengan indra penglihatan, mempunyai
ukuran panjang, lebar dan tinggi sehingga media tersebut mempunyai volume
(berbentuk isi). Secara umum karakteristik media tiga dimensi adalah sebagai
berikut: (a) Pesan yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara serentak,
(b) Penyajiannya berada dalam kontrol guru, (c) Cara penyimpanannya mudah
(praktis) (Wibawa, 2018). Media tiga dimensi sangat ppenting bagi anak tunanetra
dalam menerima materi, terutama pada materi yang berkaitan dengan bangun
ruang.
Penelitian Ridwan et al. (2021) tentang pengembangan alat peraga bujur
sangkar bagi siswa tunantera menunjukkan bahwa penggunan alat peraga bujur
sangkar dapat meningkatkan pemahaman anak dan meningkatkan nilai sehingga
mencapai KKM. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu sama-sama menggunakan alat dalam proses belajar,
sedangkan perbedaannya adalah peneliti terdahulu menggunakan alat media bujur
sangkar.
Berdasarkan observasi terdahulu didapatkan bahwa hasil belajar anak pada
materi bangun ruang di kelas IX SLB-A Bina Insani Bandar Lampung masih
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran bangun ruang, sehingga hasil belajar yang didapat tidak mencapai
KKM. Nilai KKM di SLB-A Bina Insani pada pelajaran matematika yaitu 70.
Merujuk pada permasalahan yang telah peneliti sampaikan diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Media
Pembelajaran Tiga Dimensi dalam Materi Bangun Ruang Bagi Siwa Tunanetra
Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung”. Materi bangun ruang
yang akan peneliti kenalkan yaitu bangun ruang kubus dan balok. Peneliti
menggunakan bangun ruang kubus dan balok dikarenakan siswa tunantera di
SLB-A Bina Insani belum terlalu memahami mengenai bangun ruang kubus dan
balok, terutama cara menghitung volume atau luas bangun.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dari penelitian Efektivitas
Media Pembelajaran Media Tiga Dimensi dalam Materi Bangun Ruang bagi
Siswa Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung ialah:
“Apakah efektif media pembelajaran tiga dimensi meningkatkan kemampuan
belajar siswa tunanetra pada materi bangun ruang kubus dan balok di SLB-A Bina
Insani Bandar Lampung?”

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
efektifitas penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan kemampuan
belajar siswa tunanetra pada materi bangun ruang kubus dan balok di SLB-A
Bina Insani Bandar Lampung.

MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan hasil pengetahuan masing-masing
siswa dalam materi bangun ruang dengan media pembelajaran tiga dimensi
dan membantu menambah kepercayaan diri akan keterbatasan yang
dimilikinya.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kontribusi pemikiran
untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan menambah arsip di sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Pembelajaran terdapat komponen yang penting salah satunya yaitu
media. Media merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses
pembelajaran secara menyeluruh. Dalam proses pembelajaran
menggunakan media diharapakan hasil akhir siswa dapat berinteraksi
dengan media yang dipilih. Dalam bahasa latin kata media yaitu medius
yang berarti “tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Sedangkan media
dalam bahasa arab, artinya pengantar atau perantara pesan dari pengirim
kepada penerima pesan (Anggoro et al., 2012).
Menurut Wina Sanjaya (dalam Anggoro et al., 2012) media
pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu: fungsi
komunikatif, motivasi, kebermaknaan, penyamaan persepsi serta fungsi
individualitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat
yang dapat membantu dalam proses pembelajaran dengan mengirim pesan
keseseorang, dan akan diterima seseorang berupa hasil akhir yaitu
interaksi.
Menurut Daryanto (dalam Anggoro et al., 2012) Media tiga
dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya
secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud
sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud
sebagai tiruan yang mewakili aslinya (Anggoro et al., 2012). Definisi lain
dari media tiga dimensi adalah media yang dapat dinikmati dengan indera
penglihatan, terdapat ukuran panjang, lebar dan tinggi, sehingga yang
mencirikan media tiga dimensi adalah memiliki ruang isi atau volume
(Wibawa, 2018).
Media tiga dimensi yang digunakan yaitu bangun ruang berbentuk
kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton. Secara singkat cara
membuat kubus dan balok dari kertas karton yaitu dengan menyiapkan alat
dan bahan berupa kertas karton, pensil/pena, penggaris, lem dan gunting.
Buat pola jaring-jaring kubus dan balok.

Gambar 1. Jaring-Jaring Balok Gambar 2. Jaring-Jaring Kubus

Kemudia gunting pola tersebut dan satukan membentuk kubus atau balok
menggunakan lem kertas. Setelah terbentuk kubus atau balok, media
pembelajaran tersebut dapat digunakan. Penggunaan alat peraga kubus dan
balok yaitu dengan memegang alat peraga dan menghitung titik sudut
bangun ruang, rusuk bangun ruang dan bidang sisi bangun ruang (Mariono
& Tyastuti, 2014).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media tiga dimensi adalah
media pembelajaran yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi serta
mempunyai volume. media tiga dimensi dapat berupa seperti benda asli
baik hidup ataupun mati. Contoh media tiga dimensi yaitu balok dan
kubus.

2. Bangun Ruang
Wahyudin (2007) (dalam Anggoro et al, 2012) menyatakan bahwa
bangun ruang memiliki bagian yang tidak berada dalam satu bidang.
Bentuk bangun ruang ada yang tidak teratur dan teratur. Bangun ruang
yang memiliki bentuknya teratur misalnya kubus, balok, tabung, bola,
limas, prisma, kerucut (Anggoro et al., 2012).
Kubus ialah bangun ruang tiga dimensi yang sisinya berjumlah
enam bidang berbentuk persegi. Memiliki sudut berjumlah delapan sudut
dengan besar sudut 90o. Bangun ruang kubus juga memiliki rusuk yang
sama panjang berjumlah 12 rusuk. Contoh dari bangun ruang kubus dalam
kehidupan sehari-hari yaitu seperti dadu, kotak kado dan lain sebagainya
(Mutiara et al., 2022).

Gambar 3. Bangun Ruang Kubus

Bangun balok adalah bangun ruang dengan sisinya berjumlah 6


bidang yang terdiri dari 2 bidang persegi dan 4 bidang persegi panjang.
Balok memiliki 12 rusuk dan 8 titik sudut dengan besar sudut 90 o. Benda-
benda yang berbentuk balok dalam kehidupan sehari-hari antara lain yaitu
lemari pendingin, batu es dan lain sebagainya (Mutiara et al., 2022).

Gambar 4. Bangun Ruang Balok


Berdasarkan tinjauan diatas dapat disimpulkan bahwa bangun
ruang kubus berbentuk persegi dengan sisi berjumlah 6. Contoh bangun
ruang kubus sendiri yaitu salah satunya dadu dan kotak kado. Sedangkan
bangun ruang balok berbentuk persegi panjang dengan jumlah sisi sama
seperti bangun ruang kubus yaitu 6 sisi. Contoh bangun ruang balok yaitu
salah satunya batu bata dan juga lemari.

3. Anak Tunanetra
Seseorang yang memiliki keterbatasan pada indera penglihatannya
disebut dengan tunanetra. Tunanetra dibedakan menjadi 2 berdasarkan
tingkat kebutaannya yaitu buta total dan low vision, sedangkan
berdasarkan usia kebutaannya dibedakan menjadi buta sejak lahir dan buta
tidak sejak lahir. Bagi seseorang tunantera indera pendengar dan peraba
menjadi alternatif dalam menerima informasi (Muthmainnah, 2015).
Kehilangan penglihatan tunantera mengakibatkan tiga keterbatasan
yaitu: kognisi, kemampuan bergerak dan interaksi dengan lingkungan.
Anak tunanetra memperoleh pengalaman melalui perabaan dan indera
pendengaran. Akibat dari hilangnya penglihatan membuat anak tunanetra
kesulitan dalam belajar, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang
lain dalam belajar (Lestari & Fitlya, 2021).
Dapat disimpulkan bahwa tunanetra yaitu seseorang yang memiliki
keterbatasan dalam indera penglihatannya. Sehingga seseorang tunanetra
harus memanfaatkan indera peraba dan pendengaran. Keterbatasan
tunanetra membuat mereka membutuhkan bantuan dari orang lain.

METODE PENELITIAN
Penelitian Efektivitas Media Pembelajaran Media Tiga Dimensi dalam
Materi Bangun Ruang bagi Siswa Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani
Bandar Lampung menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dari setiap tindakan yang dilakukan.
Penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak 2 siklus. Tahapan dasar pada
penelitian tindakan kelas yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) (Asrori & Rusman, 2020).
Pembuatan Pembuatan alat
Persiapan
Instrumen peraga
Penelitian

Implementasi Implementasi
Pengumpulan data
siklus 2 siklus 1

Analisis data Penarikan kesimpulan

Gambar 5. Bagan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain


penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu memiliki 2 siklus
dengan 1 siklus melalui tahapan Perencanaan, Pelaksanaan dan observasi, refleksi
(Farhan et al., 2020).

Gambar 6. Tahapan Penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart

Subjek pada penelitian yaitu anak dengan gangguan penglihatan atau


tunenetra kelas IX di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung. Dengan deskripsi
siswa tidak dapat menggunakan indera penglihatannya, akan tetapi siswa mampu
menggunakan indera peraba sebagai cara berinteraksi dengan orang lain. Siswa
juga mampu menggunakan indera pendengaran sebagai sarana interaksi. Namun
siswa kurang memahami mengenai pembelajaran matematika materi bangun
ruang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, tes dan
dokumentasi. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama
proses pembelajaran. Tes yang dilakukan adalah ters perbuatan. Sedangkan
dokumentasi yaitu berupa instrumen tes, foto, ataupun video pada saat proses
pembelajran (Ramadani, 2017).
Pada penelitian ini, data dianalisis secara diskriptif kuanitatif. Data
kuantitatif dianalisis dengan menguraikan fenomena yang terjadi di kelas serta
mencari minimum skor mean, maksimal skor dan persentase pada prestasi belajar.
Teknik analisis data dilaksanakan dengan proses reduksi data yang pada akhirnya
mengarah pada suatu hasil kesimpulan yang merupakan hasil penelitian (Asrori &
Rusman, 2020).

JADWAL PENELITIAN
No Nama Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Koordinasi
dengan dosen
c. Menyusun
proposal
penelitian
d. Menyiapkan
instrumen dan
alat peraga
pembelajaran
e. Seminar
proposal
f. Revisi Proposal
g. Perijinan
penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pra siklus
b. Siklus 1
c. Siklus 2
3. Analisis data dan pelaporan
a. Analisis data
b. Menyusun
laporan
c. Ujian dan
revisis
d. Pengumpulan
laporan

DAFTAR PUSTAKA

Mariono, A., & Tyastuti, I. F. (2014). Pengembangan Media Tiga Dimensi Jaring-
Jaring Kubus Dan Balok Materi Jaring- Jaring Kubus Dan Balok
Pembelajaran Matematika Pada Peserta Didik Tunanetra Kelas Viii Di
Smplb-A Ypab Surabaya. Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri
Surabaya, 1–0.
Oktaviana, S. R. (2020). Pengembangan Media 3D Model Penampang untuk
Siswa Tunanetra Materi Sistem Pencernaan Mata Pelajaran IPA Kelas
VIII SMPLB-A YPAB Surabaya. Jurnal Mahasiswa Teknologi
Pendidikan, 10(1), 1–9.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jmtp/article/view/32228
Ramadani, I. D. (2017). Layanan Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra Low Vision
Kelas V Sd Muhammadiyah Bogor. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar , 9(6), 858–865.
Wibawa, R. (2018). Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Benda Pada Siswa Tuna Netra.
Jurnal Paedagogy, 5, 99–103.
http://e-journal.undikma.ac.id/index.php/pedagogy/article/view/2597/1816

Yulianti, I., & Sopandi, A. A. (2019). Pelaksanaan Pembelajaran Orientasi dan


Mobilitas bagi Anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Bukittinggi. Jurnal
Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus, 66(1), 61–66.
https://doi.org/10.3109/08830185.2014.902452%0Ahttps://www.bertelsm
ann-stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikationen/GrauePublikationen/
MT_Globalization_Report_2018.pdf%0Ahttp://eprints.lse.ac.uk/43447/1/
India_globalisation%2C society and inequalities%28l
LAMPIRAN
Lampiran 1

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI

No Komponen Indikator Ya Tidak Keterangan

1. Antusias terhadap Tertarik memainkan


penggunaan media media pembelajaran
pembelajaran tiga tiga dimensi
dimensi

2. Kemampuan Mandiri dalam


menggunakan media menggunakan media
pembelajaran tiga pembelajaran tiga
dimensi dimensi

3. Keaktifan dan aktivits Mendengarkan,


menyimak saat proses merespon dan aktif
pembelajaran bertanya mengenai
penyampaian
penggunaan media
pembelajaran tiga
dimensi

4. Mampu mengenali Mampu mengenali


bangun ruang kubus dan dan menyebutkan
balok dengan nama bangun ruang
menggunakan media
pembelajaran tiga
dimensi

5. Menjawab atau memberi Mampu memberikan


respon ketika diberi jawaban dari
pertanyaan pertanyaan yang
diberikan
Lampiran 2

KISI-KISI SOAL PRE-TEST DAN POST-TESTl

No Indikator Sub Indikator


.

1. Membedakan bentuk bangun ruang Memahami definisi dan ciri-ciri


kubus dan balok bangun ruang kubus dan balok

Mengetahui bentuk kubus dan


balok

2. Menentukan luas dan volume Menghitung luas kubus dan balok


bangun ruang kubus dan balok
Menghitugn volume kubus dan
balok
Lembar Soal tes
1. Sifat-sifat bangun ruang:
1) Memiliki bidang sisi yang sama ukuran 6 buah
2) Memiliki bidang sisi yang tidak sama ukuran 6 buah
3) Mempunyai 12 buah rusuk
4) Diagonal rusuknya membentuk sudut 90o
5) Diagonal rusuknya tidak membentuk sudut 90o
Berdasarkan sifat bangun ruang diatas manakah yang merupakan sifat dari
kubus...
2. Sifat-sifat bangun ruang:
i) Mempunyai 6 buah bidang sisi dengan bentuk persegi
ii) Mempunyai 6 buah bidang sisi dengan bentuk persegi panjang
iii) Mempunyai rusuk sebanyak 12 buah
iv) Mempunyai rusuk sebanyak 14 buah
v) Mempunyai 8 buah titik sudut
Berdasarkan sifat bangun ruang diatas manakah yang merupakan sifat dari
balok...
3. berapakah jumlah sudut pada bangun ruang kubus...
4. berapakah jumlah rusuk pada bangun ruang balok...
5. diketahui bangun ruang balok dengan ukuran panjang 12 cm, lebar 8 cm
dan volumenya 576 cm3. Luas permukaan balok tersebut adalah...
6. diketahui sebuah kebus dengan panjang rusuk 18 cm. Maka luas
permukaan kubus tersebut adalah...
7. jika diketahui volume balok adalah 455 cm3 maka luas permukaan bangun
tersebut adalah...
8. jika bangun kubus mempunyai voume 1000 cm3 maka luas permukaan
bangun tersebut adalah...
Gambar Bangun Ruang
Kubus

Balok

Anda mungkin juga menyukai