Hesti Indriyani
21862720023P
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Hesti Indriyani
2186270023P
Disetujui Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Prodi FKIP PLB UM Lampung
Dela Devita,M.Pd
NIDN. 0202128401
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal jurnal yang berjudul
“Efektivitas Media Pembelajaran Tiga Dimensi dalam Materi Bangun Ruang
bagi Siswa Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani Bandar
Lampung”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, pemimpin terhebat sepanjang masa dan teladan terbaik
seluruh umat.
Penulis
EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI DALAM
MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA KELAS IX SMP
DI SLB-A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG
LATAR BELAKANG
Pendidikan bagi penerus bangsa sangat penting dalam pembangunan sosial
dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Generasi penerus bangsa akan menjadi lebih
baik apabila penerusnya berpendidikan dan dengan pendidikan maka bangsa akan
maju. Mengembangkan kemampuan baik pengetahuan ataupun keterampilan bagi
seorang individu merupakan tujuan dari pendidikan. Selain itu, pendidikan juga
menjadi suatu hal yang dasar bagi warga Negara, setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam mendapatkan pendidikan yang layak sehingga dapat mengembangkan
dirinya sesuai dengan potensi masing- masing (Mariono & Tyastuti, 2014).
Potensi setiap individu berbeda setiap bidangnya antara lain yaitu meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berpikir
merasakan sesuatu, dan juga sikap atau perilakunya sehari-hari (Ramadani, 2017).
Hal ini juga berlaku untuk anak berkebutuhan khusus, termasuk pada anak dengan
hambatan penglihatan yaitu tunanetra.
Gangguan pada daya penglihatan seseorang disebut dengan tunanetra, baik
kebutaan secara menyeluruh maupun sebagian, sehingga berkurangnya fungsi daya
lihat. Seseorang yang tunanetra membutuhkan energi dan waktu yang lama untuk
dapat mengerjakan tugas visual. Terdapat dua kelompok tunanetra yaitu buta total
dan low vision atau kerusakan sebagian. Dikatakan buta total ketika anak tidak
dapat melihat sama sekali karena mata tidak dapat menerima cahaya untuk,
sedangkan seorang anak dikatakan low vision jika anak dapat melihat namun hanya
sedikit cahaya yang dapat masuk ke dalam matanya, penglihatan anak low vision
dapat dibantu dengan menggunakan alat khusus seperti kaca pembesar. Tidak
berfungsinya penglihatan dengan baik menyebabkan keterbatasan pada anak
tunanetra. Mengoptimalkan indera pendengaran, perabaan, penciuman, dan
pengecapan serta memberikan layanan pendidikan yang tepat bagi anak tunanetra
dapat meminimalisir keterbatasan tunanetra (Yulianti & Sopandi, 2019).
Anak tunanetra dalam proses belajar di sekolah mempelajari bidang
akademis dan non akademis, salah satunya yaitu bidang matematika. Matematika
menjadi ilmu dasar dalam keterampilan berhitung. Dalam bidang matematika, salah
satu yang dipelajari yaitu geometri. Geometri merupakan cabang ilmu yang memuat
titik, garis, sudut dan bentuk. Salah satu yang dipelajari dalam ilmu geometri yaitu
bangun ruang (Sundari & Iswari, 2022).
Ilmu geometri bangun ruang (tiga dimensi) adalah suatu bentuk yang dapat
dilihat dari segala arah. Kompetensi yang memungkinkan anak memahami serta
menguasi konsep bangun ruang, mulai dari mengenal bentuk bangun ruang,
menghitung luas dan juga volume dari bangun ruang. Bagi anak tunantera
mempelajari ilmu geometri juga sangat penting, karena anak mempelajari
karakteristik dan sifat dari bentuk geometri dua dimensi ataupun tiga dimensi dalam
pengemabangan bidang matematikan. Namun, akibat tidak berfungsinya indera
penglihatan, sehingga anak tunanetra kesulitan dalam mengenal bangun geometri
dengan konsep geometri tiga dimensi baik bentuk yang menyerupai asli ataupun
perhitungan geometri. Kemampuan mengenalkan bangun ruang dapat
menggunakan media pembelajaran (Safitri & Andajani, 2018).
Media pembelajaran dapat membantu dalam proses belajar. Adanya media
pembelajaran dapat merangsang minat dan perhatian anak dalam proses belajar.
Sehingga media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam penyampaian materi
karena hal ini mengaktifkan interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas. Salah
satu media pembelajaran yang dapat mengenalkan anak dengan bangun ruang yaitu
media tiga dimensi yang menyerupai benda konkret (Sundari & Iswari, 2022).
Media tiga dimensi merupakan media yang penyajiannya dilakukan secara
visual tiga dimensional dan tidak menggunakan proyeksi. Media tiga dimensi ini
dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula
berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Media tiga dimensi dapat dinikmati
dengan indera penglihatan dan indera peraba. Media tiga dimensi mempunyai
ukuran panjang, lebar dan tinggi sehingga media tersebut mempunyai volume
(berbentuk isi) (Wibawa, 2018).
Media tiga dimensi sangat penting bagi anak tunanetra dalam menerima
materi, terutama pada materi yang berkaitan dengan geometri. Hal ini sesuai dengan
penelitian Mutiara et al. (2022) bahwa penggunaan alat peraga kubus dan balok
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa. Penelitian Ridwan et al.
(2021) juga menghasilkan bahwa pengembangan alat peraga bujur sangkar bagi
siswa tunantera mampu meningkatkan pemahaman bagi anak tunanetra sehingga
dapat mencapai nilai KKM. Hasil penelitian terdahulu sehingga menguatkan
peneliti untuk mengembangkan penelitian terkait alat peraga pada pembelajaran
matematika ilmu geometri.
Berdasarkan observasi awal telah didapatkan bahwa hasil belajar anak pada
materi bangun ruang di kelas IX SLB-A Bina Insani Bandar Lampung masih
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran geometri bangun ruang kubus dan balok, terutama cara menghitung
volume dan luas permukaan bangun. Hasil belajar yang didapat dalam kelas belum
mencapai KKM. Nilai KKM di SLB-A Bina Insani untuk pelajaran matematika
yaitu ≥70.
Merujuk pada permasalahan yang telah peneliti sampaikan diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Media
Pembelajaran Tiga Dimensi dalam Materi Bangun Ruang Bagi Siwa Tunanetra
Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dari penelitian Efektivitas
Media Pembelajaran Media Tiga Dimensi dalam Materi Bangun Ruang bagi Siswa
Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung ialah:
“Apakah media pembelajaran tiga dimensi efektif dalam meningkatkan
kemampuan belajar siswa tunanetra pada materi bangun ruang kubus dan balok di
SLB-A Bina Insani Bandar Lampung?”
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
efektifitas penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan kemampuan
belajar siswa tunanetra pada materi bangun ruang kubus dan balok di SLB-A Bina
Insani Bandar Lampung.
MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan hasil pengetahuan masing-masing
siswa dalam materi bangun ruang dengan media pembelajaran tiga dimensi dan
membantu menambah kepercayaan diri akan keterbatasan yang dimilikinya.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kontribusi pemikiran
untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan menambah arsip di sekolah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Pembelajaran terdapat komponen yang penting salah satunya yaitu
media. Media merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses
pembelajaran secara menyeluruh. Dalam proses pembelajaran
menggunakan media diharapakan hasil akhir siswa dapat berinteraksi
dengan media yang dipilih. Dalam bahasa latin kata media yaitu medius
yang berarti “tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Sedangkan media
dalam bahasa arab, artinya pengantar atau perantara pesan dari pengirim
kepada penerima pesan (Anggoro et al., 2012).
Menurut Sanjaya (dalam Anggoro et al., 2012) media pembelajaran
memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu: fungsi komunikatif, motivasi,
kebermaknaan, penyamaan persepsi serta fungsi individualitas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat yang dapat membantu
dalam proses pembelajaran dengan mengirim pesan keseseorang, dan akan
diterima seseorang berupa hasil akhir yaitu interaksi.
Menurut Daryanto (dalam Anggoro et al., 2012) Media tiga dimensi
adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual
tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli
baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang
mewakili aslinya (Anggoro et al., 2012). Definisi lain dari media tiga
dimensi adalah media yang dapat dinikmati dengan indera penglihatan,
terdapat ukuran panjang, lebar dan tinggi, sehingga yang mencirikan media
tiga dimensi adalah memiliki ruang isi atau volume (Wibawa, 2018).
Media tiga dimensi yang digunakan yaitu bangun ruang berbentuk
kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton. Secara singkat cara
membuat kubus dan balok dari kertas karton yaitu dengan menyiapkan alat
dan bahan berupa kertas karton, pensil/pena, penggaris, lem dan gunting.
Buat pola jaring-jaring kubus dan balok.
Kemudia gunting pola tersebut dan satukan membentuk kubus atau balok
menggunakan lem kertas. Setelah terbentuk kubus atau balok, media
pembelajaran tersebut dapat digunakan. Penggunaan alat peraga kubus dan
balok yaitu dengan memegang alat peraga dan menghitung titik sudut
bangun ruang, rusuk bangun ruang dan bidang sisi bangun ruang (Mariono
& Tyastuti, 2014).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media tiga dimensi adalah
media pembelajaran yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi serta
mempunyai volume. media tiga dimensi dapat berupa seperti benda asli baik
hidup ataupun mati. Contoh media tiga dimensi yaitu balok dan kubus.
2. Bangun Ruang
Wahyudin (2007) (dalam Anggoro et al, 2012) menyatakan bahwa
bangun ruang memiliki bagian yang tidak berada dalam satu bidang. Bentuk
bangun ruang ada yang tidak teratur dan teratur. Bangun ruang yang
memiliki bentuknya teratur misalnya kubus, balok, tabung, bola, limas,
prisma, kerucut (Anggoro et al., 2012).
Kubus ialah bangun ruang tiga dimensi yang sisinya berjumlah enam
bidang berbentuk persegi. Memiliki sudut berjumlah delapan sudut dengan
besar sudut 90o. Bangun ruang kubus juga memiliki rusuk yang sama
panjang berjumlah 12 rusuk. Contoh dari bangun ruang kubus dalam
kehidupan sehari-hari yaitu seperti dadu, kotak kado dan lain sebagainya
(Mutiara et al., 2022).
Sumber: steemit.com
Gambar 3. Bangun Ruang Kubus
Sumber: Wordpres.com
Gambar 4. Bangun Ruang Balok
Berdasarkan tinjauan diatas dapat disimpulkan bahwa bangun ruang
kubus berbentuk persegi dengan sisi berjumlah 6. Contoh bangun ruang
kubus sendiri yaitu salah satunya dadu dan kotak kado. Sedangkan bangun
ruang balok berbentuk persegi panjang dengan jumlah sisi sama seperti
bangun ruang kubus yaitu 6 sisi. Contoh bangun ruang balok yaitu salah
satunya batu bata dan juga lemari.
3. Anak Tunanetra
Seseorang yang memiliki keterbatasan pada indera penglihatannya
disebut dengan tunanetra. Tunanetra dibedakan menjadi 2 berdasarkan
tingkat kebutaannya yaitu buta total dan low vision, sedangkan berdasarkan
usia kebutaannya dibedakan menjadi buta sejak lahir dan buta tidak sejak
lahir. Bagi seseorang tunantera indera pendengar dan peraba menjadi
alternatif dalam menerima informasi (Muthmainnah, 2015).
Kehilangan penglihatan tunantera mengakibatkan tiga keterbatasan
yaitu: kognisi, kemampuan bergerak dan interaksi dengan lingkungan. Anak
tunanetra memperoleh pengalaman melalui perabaan dan indera
pendengaran. Akibat dari hilangnya penglihatan membuat anak tunanetra
kesulitan dalam belajar, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang lain
dalam belajar (Lestari & Fitlya, 2021).
Dapat disimpulkan bahwa tunanetra yaitu seseorang yang memiliki
keterbatasan dalam indera penglihatannya. Sehingga seseorang tunanetra
harus memanfaatkan indera peraba dan pendengaran. Keterbatasan
tunanetra membuat mereka membutuhkan bantuan dari orang lain.
METODE PENELITIAN
Penelitian Efektivitas Media Pembelajaran Media Tiga Dimensi dalam
Materi Bangun Ruang bagi Siswa Tunanetra Kelas IX SMP di SLB-A Bina Insani
Bandar Lampung menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dari setiap tindakan yang dilakukan.
Penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak 2 siklus. Tahapan dasar pada
penelitian tindakan kelas yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) (Asrori & Rusman, 2020).
Implementasi
Persiapan Pretest Evaluasi
siklus 1
Penelitian
Implementasi
Analisis data Refleksi dan Tes
siklus 2
Penarikan kesimpulan
JADWAL PENELITIAN
No Nama Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Koordinasi
dengan dosen
c. Menyusun
proposal
penelitian
d. Menyiapkan
instrumen dan
alat peraga
pembelajaran
e. Seminar
proposal
f. Revisi Proposal
g. Perijinan
penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pra siklus
b. Siklus 1
c. Siklus 2
3. Analisis data dan pelaporan
a. Analisis data
b. Menyusun
laporan
c. Ujian dan
revisis
d. Pengumpulan
laporan
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Y. F., Solawati, Triyono, & NGatman. (2012). Penggunaan Media Tiga
Dimensi Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Materi
Bangun Ruang. Jurnal FKIP UNS.
Asrori, & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan
Kompetensi Guru (R. N. Briliant & N. Falahia (eds.); 1st ed.). CV. Pena
Persada.
Farhan, H., Awiria, & Muttaqien, N. (2020). Penelitian Tindakan Kelas (pp. 27–
29). IC Publisher.
Lestari, W., & Fitlya, R. (2021). Citra Diri Penyandang Tunanetra Terhadap
Diskriminasi dari Lingkungan Sosial. Journal Psikologi Konseling, 19(2),
1159–1169.
Mariono, A., & Tyastuti, I. F. (2014). Pengembangan Media Tiga Dimensi Jaring-
Jaring Kubus Dan Balok Materi Jaring- Jaring Kubus Dan Balok Pembelajaran
Matematika Pada Peserta Didik Tunanetra Kelas Viii Di Smplb-A Ypab
Surabaya. Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, 1–0.
Muthmainnah, R. N. (2015). Pemahaman Siswa Tunanetra (Buta Total Sejak Lahir
Dan Sejak Waktu Tertentu) Terhadap Bangun Datar Segitiga. Jurnal
Pendidikkan Matematika & Matematika, 1(1), 15–27.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc/article/view/1625/1378
Mutiara, A., Jaya, W. S., & Lestari, Y. D. (2022). Penggunaan Alat Peraga Kubus
dan Balok dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Gedong Tataan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 175–186.
Ramadani, I. D. (2017). Layanan Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra Low Vision
Kelas V Sd Muhammadiyah Bogor. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar ,
9(6), 858–865.
Ridwan, I., Herlina, H., & Wardany, O. F. (2021). Pengembangan Alat Peraga
Bujur Sangkar pada Siswa Tunantera Kelas IX SLB-A Bina Insani Bandar
Lampung. Jurnal Pendidikan Khusus, 1, 27–33.
Safitri, Y. W., & Andajani, S. J. (2018). Metode Direct Learning Berbantuan Kotak
Sortasi terhadap Kemampuan mengenal Bangun Ruang pada Anak Tunantera.
Jurnal Pendidikan Khusus, 2–16.
Sundari, S. P., & Iswari, M. (2022). Meningkatkan Kemampuan Menghitung
Keliling Bangun Datar Melalui Media Geoboard bagi Anak Tunanetra.
Journal of Multidisciplinary Research and Development, 4(4), 264–269.
Wibawa, R. (2018). Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Benda Pada Siswa Tuna Netra. Jurnal
Paedagogy, 5(2), 99–103. http://e-
journal.undikma.ac.id/index.php/pedagogy/article/view/2597/1816
Wordpres.com. (n.d.). Gambar Balok.
https://yos3prens.wordpress.com/2013/04/22/jaring-jaring-balok/
Yulianti, I., & Sopandi, A. A. (2019). Pelaksanaan Pembelajaran Orientasi dan
Mobilitas bagi Anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Bukittinggi. Jurnal Penelitian
Pendidikan Kebutuhan Khusus, 66(1), 61–66.
https://doi.org/10.3109/08830185.2014.902452%0Ahttps://www.bertelsman
n-
stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikationen/GrauePublikationen/MT_Globa
lization_Report_2018.pdf%0Ahttp://eprints.lse.ac.uk/43447/1/India_globalis
ation%2C society and inequalities%28l
LAMPIRAN
Lampiran 1
No Jawaban Skor
3. 8 sudut 1
4. 12 rusuk 1
Diketahui : panjang rusuk (s) = 5 cm
5. 3
2
Rumus : LP= 6 × s
Penyelesaian:
LP = 6 × s2
= 6 × 52
= 150 cm2
Diketahui : panjang (p) = 8 cm
6. lebar (l) = 2 cm 3
tinggi (t) = 4 cm
Penyelesaian:
LP = 2 ((p×l) + (p×t) + (l×t))
= 2 ((8×2) + (8×4) + (2×4))
= 2 (16 + 32 + 8)
= 2 (56)
= 112 cm2
Diketahui : panjang rusuk (s) = 8 cm
7. 3
3
Rumus : V= s
Penyelesaian:
LP = s3
=8×8×8
= 512 cm3
Diketahui : panjang (p) = 10 cm
8. lebar (l) = 4 cm 3
tinggi (t) = 3 cm
Rumus :V=p×l×t
Penyelesaian:
V=p×l×t
= 10 × 4 × 3
= 120 cm3
Skor Maksimal 18
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑷𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
Nilai = × 100%
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
Lampiran 5
Balok