Anda di halaman 1dari 11

Membaca Bahasa Rupa dari Visual Relief Parthayadnya (Mahabarata) Yang Ada di Candi

Jago

Nadya Pradita Hosensyah


185110900111003
Mahasiswa Seni Rupa Murni
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK
Menginggat sejarah Indonesia, pasti banyak peninggalan yang sangat unik dan khas. Salah satu
contoh yang mau di angkat penulis berkenaan dengan candi. Candi di Indonesia pun tersebar dari
pulau sumatera hingga pulau jawa. Dan beberapa wilayah lainnya di indonesia. Secara khusus
peneliti akan membahas tentang candi jago yang dilihat dari segi Visual relief Parthayadnya
(Mahabarata) Candi Jago sebagai identitas lokal ,Sekilas tentang aliran relief Parthayadnya
( Mahabarata) Candi Jago ,Gambar relief Parthayadnya (Mahabarata) sebagai objek visual,
Menelaah cara wimba dan tata ungkap relief Parthayadnya (Mahabarata) pada dinding candi
Jago. yang pada akhirnya akan menarik sebuah kesimpulan dari hasil pembacaan dan
pembedahan merurut sudut pandang penulis.

A. Pendahuluan
Mengingat sejarah Indonesia sebelum mencapai masa kemerdekaan dan dijajah
oleh bangsa Eropa dan Jepang. Indonesia dahulunya merupakan negara dimana bentuk
pemerintahannya adalah kerajaan. Dari banyaknya kerajaan yang ada di Indonesia,
tentunya memiliki berbagai macam peninggalan yang sampai saat ini dapat dilihat seperti
prasasti, tulisan naskah kuno, candi, bangunan benteng, bangunan masjid, bangunan
monumen dan tugu, bangunan istana atau keraton, benda peninggalan sejarah dan karya
seni.
Salah satu contoh peninggalan diatas yang menarik perhatian dan mau dibahas
peneliti adalah candi. Candi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk memuliakan
orang yang telah meninggal. Khususnya untuk para raja dan orang-orang terkemuka pada
zaman dahulu. candi-candi yang ada pun memiliki corak-corak yang berbeda sesuai
dengan kultur yang ada di daerah candi tersebut.
Dari candi yang ada, peneliti ingin meninjau candi yang ada di Jawa Timur, yaitu
candi Jago. Letak candi yang dekat membuat peneliti bertanya-tanya dan ingin mengkaji
candi Jago. Candi Jago merupakan salah satu candi yang ada di Malang dan tepatnya
terletak di Kabupaten Malang. Candi Jago merupakan salah satu candi yang unik bagi
peneliti, karena terdapat berbagai macam relief yang membuat peneliti ingin meninjau
bahasa rupa mengenai maksud visual dari relief cerita yang ada.
Didalam relief candi jago, visal gambar memperlihatkan identitas lokal
masyarakatnya zaman dulu. Ada unsur budaya atau pakem yang di sampaikan dari relief
yang ada. Bisa dilihat candi jago pada zaman dahulu merupakan peninggalan dari
kerajaan Singosari. Dimana kerjaan ini menganut dua aliran agama sekaligus yaitu
buddha dan Hindu. Dari kedua aliran tesebut yang paling pertama masuk adalah Buddha
dan kemudian Hindu.
Kedua aliran ini merupakan identitas lokal yang ingin disampaikan oleh
masyarakatnya. Relief dalam candi Jago disini bukan sekedar seni hiasan dinding saja
melainkan karya dimana memiliki sejuta pesan terutama soal pendidikan tentang budi
pekerti. Juga sebagai media komunikasi pesan yang mudah di pahami pada jamannya,
supaya tepat sasaran serta tidak menyingggung harga diri manusia. Selain penjabaran
diatas maksud penggambaran relief tidak hanya sekedar menyampaikan penyebaran
agama melalui cerita-cerita yang ada.
Berkenaan dengan relief disini yang ingin penulis bahas adalah tentang cerita
relief parthayadnya Mahabarata. Dimana relief ini terletak di bagian badan candi dan
paling menarik bagi penulis untuk di bedah melalui bahasa rupa. Disini penulis ingin
membedah dengan cara membaca wimba dan tata ungkapnya baik itu tata ungkap dalam
maupunn tata ungkap luar.

B. Metode
Tempat riset terletak di Dususn Jago, desa Tumpang, kecamatan Tumpang
wilayah kabupaten Malang. Dari Pusat kota Malang sekitar 22 km kearah timur. Posisi
candi ini berdiri diantara pemukiman penduduk, persisnya dari jalan raya Tumpang 200
M kearah timur. Waktu riset dilakukan pada Jumat, 13 Maret 2020 pada jam 11.00 WIB.
(Kumparan Sejarah Candi Jago (Jajaghu), halaman : 1)
Jenis penelitian yang peneliti pakai adalah data kualitatif, dengan melakukan
wawan cara terhadap narasumber langsung yaitu penjaga sekaligus yang merawat candi
tersebut. Dan narasumber merupakan masyarakat sekitar. Selain itu sumber data penulis
melalui buku yang di jual di candi dan melakukan research media Internet untuk
menambah data.
Untuk teknik pengambilan sampel, peneliti mengambil hasil wawancara dari
narasumber dan melalui pengamatan peneliti sendiri terhadap objek secara langsung.
Insturmen dari pengambilan data melalui rekaman handphone sebagai sumber data.
Selain itu peneliti juga melakukan beberapa dokumentasi foto relief yang ada di candi
melalui kamera handphone.
Teknik analisa yang di gunakan yang pasti membaca dari berbagai sumber yang
ada dan mendengarkan paparan dari narasumber. Selain itu ada tambahan teori dari
bahasa rupa mengenai cara wimba dan tata ungkap.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Sekilas Tentang Relief Mahabarata Candi Jago
Relief mahabarata di pahatkan pada dinding bagian tengah bagian atas, yang dimana
terletak di bagian badan candi.
Dalam candi Jago, terdapat relief yang terbagi dalam enam segmen cerita. Untuk
dapat membacanya secara runtut, bisa dilakukan dengan cara melawan arah jarum jam.
Hal ini karena disesuaikan dengan arah dan orientasi saat candi dibangun.
Enam segmen tersebut adalah relief binatang, relief Anglingdarma, relief
Kunjakarna, relief Arjunawiwaha, relief Krisnayana, dan relief Mahabharata. Pahatan
relief Mahabarata merupakan yang paling lebar daripada kelima relief lainnya. Cerita
Mahabharata yang terdapat disini merupakan salah satu bagian dari hasta dasa parwa (18
bagian) kisah Mahabharata.
Dimana segmen Mahabharata di candi yang terletak di Dusun Jago, Desa
Tumpang, Kecamatan Tumpang, Malang ini menceritakan tentang kehidupan Pandawa
yang hidup di hutan setelah diusir dari kerajaan. Cerita tersebut bermula saat Pandawa
dan Kurawa berjudi dadu untuk bertaruh kekayaan.
Kala itu, Kurawa mempertaruhkan harta yang terdiri dari kerajaan dan seluruh
isinya, harta, serta wanita. Kurawa yang sejak dulu dididik oleh pamannya, Sengkuni
menjadikan mereka berusaha untuk menyingkirkan Pandawa. Juga pada taruhan inilah
Pandawa kalah karena adanya taktik dari Sengkuni.
Salah satu yang dipertaruhkan disana adalah wanita. Wanita yang dipertaruhkan
Kurawa adalah Dewi Drupadi karena parasnya yang cantik. Namun, ada penolakan dari
Pandawa. Hal ini dikarenakan Pandawa memiliki hubungan baik dengan Drupadi.
Hubungan baik mereka nampak manakala terjadi perang Baratayuda. Disana, Drupadi
menguatkan Pandawa untuk dapat melawan Kurawa yang jumlahnya lebih besar dan
lebih kuat.
Saat pertaruhan itu terjadi, Dursasana, salah satu anggota Kurawa
mempermalukan Drupadi dengan cara menarik pakaian Drupadi. Sehingga, Drupadi
telanjang dan akhirnya ia berusaha menutupi tubuhnya kembali dengan membuka
gelungan rambutnya. Gelungan rambut Drupadi ini menginformasikan bahwa tradisi
menggelung rambut telah ada sejak dulu.
Rambutnya yang panjang tersebut ia gunakan untuk menutupi tubuhnya sebagai
pengganti pakaian. Drupadi telah bersumpah akan terus menutupi tubuhnya dengan
rambutnya sampai ia dapat keramas menggunakan darah Dursasana yang telah
meninggal.
Akibat kejadian tersebut, akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi dari
kerajaan dan menuju hutan. Tidak hanya anggota Pandawa saja yang pergi, tetapi mereka
juga membawa serta Kunti (ibu Pandawa), Drupadi, dan punakawan (pembantu dan
pengasuh Pandawa).
Selain itu, masih terdapat relief Drupadi di Candi Jago. Akan tetapi tidak ada
cerita khusus di dalamnya, yaitu saat Drupadi muncul saat Pandawa meninggalkan
Kedaton (Sifak, Almira. “Cerita dari Relief Mahabharata di Candi Jago”. Ngalam.co, 17
Febuari 2017. )

2. Deskripsi apa yang tampak di panil

 Di bagian atas dan bawah, terdapat panil kecil memanjang yang di


gambarkan ornamen khas sebagai bagian pemanis dari candi. Untuk
bagian atas di gambarkan lebih dinamis, seperti sulur dari tanaman
yang menyambung. Dan bagian bawah menggambarkan motif yang
geometris seperti motif meander tetapi di atas di gambarkan motif
tanaman kanan kiri dan di tengah ada bundaran. Secara keseluruhan
gambar bagian bawah seperti gapura atau gerbang.

(Bagian Atas)

(Bagian Bawah)

 Bagian paling kiri, terdapat gambar 2 gazebo diatas dan di bawah.


Yang atas berbentuk lebih lebar dan persegi panjang. Bagian atap
seperti atap biasa dan di bagian bawah terdapat kolong dari gazebo.
Bagian bawah terdapat 2 pohon kelapa. Bagian atap bagian ujung
melengkung ke atas. Bagian lantai langsung dan tidak ada kolongnya.

 Bagian Tengah, terdapat gambar 4 objek manusia yang


menggambarkan kisah mahabarata. Lengkap dengan pakaian yang
detail selain itu hiasan aksesoris kepala, kalung, dan gelang yang detil.
Terdapat satu gazebo dengan kolong. Selain itu ada ornamen hiasan
sedikit. Selain itu ada beberapa tumbuhan yang menghiasi panil
tengah.
 Bagian paling kanan, terdapat gambar candi 1 kesatuan utuh, yang di pahat dari
atap, bagian badan, dan bagian kaki secara detil. Selain itu ada beberapa ornamen
tumbuhan dan gambar tumbuhan.

3. Bahasa Rupa Yang Terdapat Pada Candi


Cara Wimba Tata Ungkap Membaca Bahasa Rupa
Very Long Shoot Penggambaran gambar di
gambar secara
keseluruhan. Dari ujung
kepala hingga ujung kaki.
Selain itu berapa objek
lain juga di gambar tampak
full serta di lengkapi latar
belakang kegiatan.
Ada ukuran diperkecil Penggambaran wimba ada
yang diperkecil, seperti
tumbuhan dan ornamen2
yang di buat lebih kecil.
Sehingga objek lain
terlihat ada yang lebih
menonjol.
Dari kepala sampai Penggambaran wimba
kaki manusia di gambarkan dari
ujung kepala hingga ujung
kaki lengkap dengan
detail2 menarik.
Sudut Wajar + RWD Penggambaran relief
diambil sejajar dengan
pandangan mata dan lurus.
Apa lagi objek yang
terdapat pada candi di
gambarkan sejajar.
Aneka Tampak Cara sudut pengambilan /
penggambaran seolah-olah
menggambarkan aneka
tampak dari depan,
samping yang memberi
kesan gerak.
Sama dengan Aslinya Pengambaran di
+ RWD gambarkan sama dengan
asli.
Volume + RWD Tampak gambar objek
lebih menonjol sehingga
terkesan trimatra.
Kejadian Terdapat penggambaran
yang dimana tampak.
Arah Kiri-Kanan Untuk membaca wimba
harus membaca dari kiri
kekanan, dan cara
membaca berlawanan
dengan arah jarum jam.
Tata ungkap Dalam
Cara Naturalis Perspektif
Dalam panel tersebut
terdapat cerita yang
mencakup secara
keseluruhan ada ruang
(volume) sebagai latar
cerita.
Cara relief dan barik + Dimana pemanfaatan
RWD cahaya pada relief
mengesankan objek-objek
yang ada, terdapat dalam
suatu ruangan
Sejumlah latar Untuk penggambaran
cerita terdapat beberapa
latar yang menggambarkan
beberapa bagian yang
menunjukkan suatu cerita.
Kronologis di Satu Gambar Penggambaran di
gambarkan secara
kronologis antara satu
panil dengan panil lain utk
menghubunggkan satu
cerita dengan yang lain.
Tata Ungkap Luar
Alih objek bergerak Terkesan objek
digambarkan secara
bergerak sehingga gambar
sedikit relatif sama.
Kronologis + RWD Kronologis cerita di
ceritakan runtut sehingga
pembaca dapat mudah
membaca.
Arah lihat Kiri- kanan Badan candi selalu dilihat
(Prasavya) dari sisi kiri pengamat
untuk membaca ceritanya.
D. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dari hasil pengamatan bahasa rupa penulis semakin
mengetahui objek yang di sampaikan. selain itu untuk penjabaran detail yang terbantu
oleh teori bahasa rupa membuat penulis semakin mengetahui. Walaupun ada
keterbatasan dalam mencari sumber karena situasi dan kondisi saat ini tetapi penulis
mencoba untuk membaca sesuai dengan hasil wawancara yang ada walaupun belum
secara detail khusus mengenai cerita yang ada.

2. Saran
Untuk saran, kedepannya mungkin dalam pengambilan data lebih enak kalau
mengetahui secara lebih detail. Agar data yang ada dapat di olah dengan lebih detail
lagi sehingga dapat di kupas secara lebih mendalam lagi dan tidak setengah-setengah.
Daftar pustaka
Hosensyah, Nadya Pradita. Hasil Wawancara Pribadi : 13 Maret 2020, Dususn
Jago, desa Tumpang, kecamatan Tumpang wilayah kabupaten Malang.

Sifak, Almira. “Cerita dari Relief Mahabharata di Candi Jago”. Ngalam.co, 17


Febuari 2017

Anda mungkin juga menyukai