Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


ACARA 4B
PENURUNAN TITIK BEKU

Disusun oleh:

Nama : Sinta Maulida Sari (121220105)


Kadek Chelsy Zahra (121220112)
Fakultas/ Prodi : Teknik Industri/ Teknik Kimia
Hari/ Tanggal : Kamis
Plug/ Kelompok : H/6
Dosen Pengampun : Nina Anggita Wardani, S.T., M. Eng.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
ACARA 4B
PENURUNAN TITIK BEKU

Disusun oleh

Nama : Sinta Maulida Sari (121220105)


Kadek Chelsy Zahra (121220112)
Fakultas/ Prodi : Teknik Industri/ Teknik Kimia
Hari/ Tanggal : Kamis
Plug/ Kelompok : H/6
Dosen Pengampun : Nina Anggita Wardani, S.T., M. Eng.

Yogyakarta, November 2023


Disetujui,
Dosen Pengampu

Nina Anggita Wardani, S.T., M. Eng.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
meyelesaikan Laporan Kimia Fisika mengenai Penurunan Titik Beku ini dengan
baik.
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum Kimia Fisika jurusan S1 Teknik
Kimia, fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Nina Anggita Wardani, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu mata
kuliah Praktikum Kimia Fisika, Kakak Destya Nurul Izah dan Kakak Ayu Iftah
Himana sebagai asisten laboratorium.
Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan sangat terbuka menerima kritik
dan saran dari pihak pembaca sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat
untuk semua pihak.

Yogyakarta, 20 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

MAKALAH SEMINAR .................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v
DAFTAR LAMBANG ......................................................................................................vi
INTISARI .........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 8
I.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 8
I.2 Tujuan Percobaan................................................................................................... 8
I.3 Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 8
BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN..................................................................... 13
II.1 Alat ........................................................................................................................ 13
II.2 Bahan .................................................................................................................... 13
II.3 Rangkaian Alat..................................................................................................... 13
II.4 Cara Kerja ............................................................................................................ 14
II.5 Analisis Perhitungan ............................................................................................ 16
BAB III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 17
III.1 Hasil Percobaan ................................................................................................. 17
III.2 Perhitungan......................................................................................................... 17
III.3 Pembahasan ........................................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 21
IV.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 21
IV.2 Kritik dan Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22
LEMBAR TANYA JAWAB SEMINAR ........................................................................ 23

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.3. 1 Rangkaian Alat Penurunan Titik Beku ......................................... 13
Gambar II.3. 2 Rangkaian Alat Pengukuran Densitas Larutan ............................. 14

v
DAFTAR LAMBANG
• 𝑣 = volume
• 𝜌 = densitas
• 𝐾𝑏 = konstanta penurunan titik beku
• ΔT𝑏 = perubahan titik beku
• 𝑊1 = berat asam cuka pekat
• 𝑊2 = berat zat terlarut
• 𝑀2 = BM zat terlarut

vi
INTISARI
Titik beku adalah sebuah kesetimbangan antara tekanan uap cair dengan
tekanan uap padatnya, dan kemudian menyebabkan tekanan uap cair bernilai sama
dengan tekanan uap padatnya. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Jika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, maka titik beku larutan
tersebut akan berubah. Nilai perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik
beku larutannya disebut dengan penurunan titik beku. Adapun tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk menentukan konstata penurunan titik beku molal suatu
solvent serta menentukan berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap.
Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan penurunan titik beku
yaitu termostat, termometer, pipet volume, neraca analitik, tabung reaksi,
pengaduk, gelas ukur, gelas arloji, piknometer, serta stopwatch. Bahan yang
digunakan adalah asam asetat pekat, naftalena, urea, garam, serta es batu.
Percobaan ini dilakukan dengan cara menentukan Kb solvent yatiu dengan
mengamati perubahan suhu tiap menit yang ditentukan pada larutan murni asam
asetat serta perubahan suhu pada penambahan zat terlarut naftalena. Sehingga
didapatkan nilai Kb sebesar 7,918 g°C/mol. Untuk menentukan nilai BM dari urea
dapat dilakukan dengan mengamati perubahan suhu tiap menit yang ditentukan
pada penambahan zat terlarut urea. Sehingga didatapkan nilai BM zat urea sebesar
63,9993 g/mol. Selanjutnya dilakukan pengukuran densitas asam cuka dan aquades
menggunakan piknometer sebagai data perhitungan nilai Kb dan BM urea.
Dari percobaan ini, diperoleh data selisih antara penurunan titik beku
asam asetat murni dengan larutan penambahan naftalena sebesar 1°C serta selisih
penurunan titik beku asam asetat murni dengan larutan penambahan urea sebesar
2°C. Didapatkan nilai Kb solvent larutan sebesar 7,918 g°C/mol serta nilai BM
urea sebesar 63,9993 g/mol. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa titik beku
suatu larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni sebab zat pelarutnya
harus membeku terlebih dahulu. Oleh sebab itu, larutan akan membeku lebih lama
daripada pelarut.

Kata kunci: Titik beku, Kb solvent, BM urea, Asam asetat

vii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Titik beku merupakan suhu ketika tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda. Titik
beku suatu larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni sebab zat
pelarutnya harus membeku terlebih dahulu. Oleh sebab itu, larutan akan
membeku lebih lama daripada pelarut.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah,
biasanya ketika cairan tersebut tidak murni (nilai titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu, bahwa titik beku pelarut murni seperti air berada pada
suhu 0°C. Namun ketika adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula
ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0°C ,
melainkan akan turun menjadi dibawah 0°C. Peristiwa tersebut yang dimaksud
sebagai "penurunan titik beku".
Pada percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut
murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya. Serta menunjukkan
pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan pelarut
murninya.
I.2 Tujuan Percobaan
a. Menentukan konstata penurunan titik beku molal suatu solvent.
b. Menentukan berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap.
I.3 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik dari sebuah larutan dan hanya dipengaruhi oleh jumlah relatif
dari partiket zat terlarut, sementara identitas dari zat terlarutnya tidak
berpengaruh, disebut dengan sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan
terdiri dari 4 jenis yaitu penurunan tekanan uap (ΔP), Penurunan titik beku
(ΔTf) kenaikan titik didih (ΔTb) dan tekanan osmotik (π) (Agung et al. 2022)
Titik beku adalah sebuah kesetimbangan antara tekanan uap cair dengan
tekanan uap padatnya, dan kemudian menyebabkan tekanan uap cair bernilai
sama dengan tekanan uap padatnya. Titik beku dari pelarut yang ditambahkan

8
dengan zat terlarutnya akan bernilai lebih rendah jika dibandingkan dengan
titik beku dari pelarut murni. Hal ini dikarenakan zat pelarutnya harus beku
terlebih dahulu, kemudian baru zat terlarutnya, maka setiap larutan akan
memiliki nilai titik beku yang berbeda. Titik beku adalah temperatur pada
tekanan tetap yaitu 1 atm, pada saat ini terjadi perpotongan garis tekanan tetap
dengan kurva peleburan. Penurunan titik beku sama dengan penurunan tekanan
uap sebanding dengan konsentrasi dari fraksi molnya (Petrucci 1987).
Setiap larutan pastinya mempunyai titik beku yang berbeda. Jika
tekanan uapnya berubah, maka titik beku juga akan berubah, hal tersebut
dikarenakan masuknya zat terlarut yang akan mempengaruhi titik beku. Maka,
jika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, maka titik beku larutan
tersebut akan berubah. Nilai perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik
beku larutannya disebut dengan penurunan titik beku (Mengurai et al. 2007).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi ketika suhu diturunkan
sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu dengan lain dan akhirnya
bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Proses pergerakan
molekul-molekul zat pelarut terhalang ketika adanya parikel-partikel dari zat
terlarut. Oleh sebab itu, untuk dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul
diperlukan suhu yang lebih rendah agar titik beku larutan akan lebih rendah
daripada titik beku larutan murni (Chang 1994).
Setiap pelarut mempunyai nilai Kf tertentu, tetapan Kf menyatakan
besarnya penurunan titik beku 1 molal. Asam asetat sendiri memiliki harga Kf
3,9 dengan titik bekunya 16,7°C pada 1 atm (Sachri et al. 1982).
Koefisien Kf bergantung pada besarnya penurunan titik beku larutan 1
molal. Umumnya, efek penurunan titik beku ini akan lebih besar daripada efek
kenaikan titik didih atau penurunan tekanan uap. Maka, penurunan titik beku
relatif lebih sering digunakan dalam penentuan berat molekul (Jupamahu
1980).
Pernyataan bahwa tekanan uap suatu komponen sama dengan tekanan
uap murni dikali dengan fraksi mol komponen di dalam larutan pada suhu yang
sama disebut dengan Hukum Roult, menurut Hukum Roult, larutan ini disebut

9
dengan larutan ideal. Syarat dari larutan ideal sendiri adalah molekul solute dan
solvent tersusun sembarang, pada proses pencampurannnya tidak terjadi efek
kalor, serta jumlah volume sebelum pencampuran dengan volume
campurannya sama.Sedangkan larutan yang tidak memenuhi syarat tersebut
disebut larutan non-ideal (Wiryoatmojo 1988).
Koefisien Kf dapat diperoleh dengan melakukan praktikum, yaitu
dengan mengukur besarnya ΔTf pada bagian penambahan konsentrasi zat
terlarut. ΔTf bergantung pada konsentrasi zat terlarut di dalamnya, semakin
turun titik beku partikel di dalam larutannya, maka penurunan titik beku akan
semakin rendah sehingga perubahannya sebanding dengan perubahan
konsentrasi di dalam larutan setelah zat terlarut di dalam larutan mengalami
penambahan. Selain jumlah partikel, zat terlarut juga akan mempengaruhi titik
beku larutan (Harnanto 2009).
Sesuai dengan Hukum Roult yang menyatkan bahwa perubahan
temperatur berbanding lurus dengan perubahan titik beku untuk konsentrasi zat
terlarut, penurunan titik beku akan berkaitan dengan nilai molalitas total dari
zat terlarutnya. Jika molalitas total zat terlarut semakin besar, maka titik beku
larutan juga akan semakin besar (Reis 1999). Menurut hukum Roult, untuk
larutan ideal berlaku :
𝑃
P = 𝑥1 . P° atau 𝑥1 = 𝑃°
𝑃
ln𝑥1 = ln (𝑃°)

𝑥1 + 𝑥2 = 1
𝑥1 = 1 – 𝑥2
𝑃
ln (𝑃°) = ln (1 - 𝑥2 )

dengan : P = tekanan uap larutan


P° = tekanan uap pelarut murni
𝑥1 = mol fraksi solvent
𝑥2 = mol fraksi solute
Untuk lebih mudah memahami pengaruh penurunan tekanan uap pada
titik beku larutan dapat dilihat dari diagram fase. Diagram fase suatu zat

10
memperlihatkan daerah temperature dan tekanan dimana berbagai fase
memperlihatkan nilai P dan T dimana kedua fase tersebut berada dalam
keseimbangan (Atkins 1994).
Menurut hukum Clausius Claypeyron :
𝑃 ∆𝐻𝑓 𝑇−𝑇∘
ln (𝑃°) = , ∆𝑇𝑏 merupakan selisih T dengan 𝑇∘ , maka
𝑅 𝑇 𝑥 𝑇∘

𝑃 ∆𝐻𝑓 ∆𝑇𝑏
ln (𝑃°) = , T dengan 𝑇∘ hampir sama, maka 𝑇 𝑥 𝑇∘ = 𝑇∘2
𝑅 𝑇 𝑥 𝑇∘

𝑃 ∆𝐻𝑓 ∆𝑇𝑏
sehingga, ln (𝑃°) = 𝑅 𝑇∘2
∆𝐻
ln (1- 𝑥2 ) = (𝑅 𝑥 𝑇𝑓 2) ∆𝑇𝑏

Untuk larutan yang sangat encer : ln ( 1- 𝑥2 ) = - 𝑥2 , maka


∆𝐻
- 𝑥2 = (𝑅 𝑥 𝑇𝑓 2) ∆𝑇𝑏

𝑅 𝑥 𝑇∘2 𝑊 𝑀
∆𝑇𝑏 = ( ) 𝑥2 𝑥2 = 𝑀2 x 𝑊1
∆𝐻𝑓 2 1

𝑅 𝑥 𝑇∘2 𝑊2 𝑀
=( ) x 𝑊1
∆𝐻𝑓 𝑀2 1

𝑅 𝑥 𝑇2 𝑥 𝑀 1000 𝑥 𝑊2 1
= (1000∘𝑥 ∆𝐻 1 ) x𝑊
𝑓 𝑀2 1

𝑅 𝑥 𝑇2 𝑥 𝑀
𝐾𝑏 =1000∘𝑥 ∆𝐻 1
𝑓

1000 𝑥 𝑊2 1
Maka diperoleh persamaan : ∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 x x𝑊
𝑀2 1

𝑊1 𝑥 𝑀2 𝑥 ∆𝑇𝑏
𝐾𝑏 = 1000 𝑥 𝑊2
1000 𝑥 𝐾𝑏 𝑥 𝑊2
𝑀2 = 𝑊1 𝑥 ∆𝑇𝑏

Keterangan : 𝑇∘ = Titik beku pelarut murni


T = Titik beku larutan
∆𝐻𝑓 = beda panas
R = Konstanta gas ideal
𝐾𝑏 = Konstanta penurunan titik beku molal dari
solvent, yaitu penurunan titik beku, jika 1 gram mol
solute dilarutkan dalam 1000 gram solvent.
𝑊1 = Berat solvent

11
𝑊2 = Berat solute
𝑀2 = BM solute
∆𝑇𝑏 = penurunan titik beku (Siswanti and Murni
2023)
Penurunan titik uap (ΔP) akan terjadi jika komponen atau zat yang sulit
menguap dilarutkan dalam pelarut. Maka pada temperatur tertentu tekanan
larutan campuran akan lebih rendah daripada tekanan pelarut murni. Pada
larutan akan terjadi perubahan tekanan uap. Bila larutan semakin encer, maka
tekanan zat terlarutnya dapat diabaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik beku antara lain:
1. Konsentrasi Larutan
Semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka
semakin rendah titik beku larutan tersebut. Sebaliknya, semakin
rendah suatu larutan akan semakin tinggi titik beku larutan tersebut.
2. Keelektrolitan Larutan
Lanutan elektrolit akan semakin sukar membeku. daripada larutan
non elektrolit.
3. Jumlah Partikel
Semakin banyak jumlah partikel zat terlarut, maka titik beku larutan
semakin rendah. Begitu pula sebaliknya (Wahyuni 2013).

12
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Alat
1. Termostat
2. Termometer
3. Pipet volume
4. Neraca analitik
5. Tabung reaksi
6. Pengaduk
7. Gelas ukur
8. Gelas arloji
9. Stopwatch
10. Piknometer
II.2 Bahan
1. Asam cuka pekat
2. Naftalena
3. Urea
4. Garam
5. Es batu
II.3 Rangkaian Alat
II.3.1 Penurunan Titik Beku

Gambar II.3. 1 Rangkaian Alat Penurunan Titik Beku


Keterangan:
1. Termometer
2. Tabung reaksi
3. Termostat
4. Es batu

13
II.3.2 Pengukuran Densitas Larutan

Gambar II.3. 2 Rangkaian Alat Pengukuran Densitas Larutan


Keterangan:
1. Neraca analitik
2. Piknometer
II.4 Cara Kerja
II.4.1 Menentukan Kb Solvent

Es batu Menghancurkan dan memasukkan ke


Garam termostat

Asam cuka Memasukkan ke tabung reaksi


pekat 15ml

Memasukkan tabung reaksi berisi larutan ke


dalam termostat

Mendinginkan larutan hingga membeku

Mencatat suhu pada menit ke 2,5,7,10,15 dan


seterusnya hingga beku

Melakukan langkah yang sama untuk


penambahan zat terlarut naftalena
Diagram Alir II.4.1 Penentuan Kb Solvent

14
II.4.2 Menentukan BM Zat X (Urea)
Asam cuka Memasukkan ke tabung reaksi
pekat 15ml
Urea 0,25g

Memasukkan tabung reaksi berisi larutan ke


dalam termostat

Mendinginkan larutan hingga membeku

Mencatat suhu pada menit ke 2,5,7,10,15 dan


seterusnya hingga beku

Menghitung berat molekul urea

Diagram Alir II.4.2 Penentuan BM Zat Urea


II.4.3 Menentukan Densitas Asam Cuka

Menimbang piknometer kosong

Aquades Memasukkan ke piknometer

Menimbang piknometer + larutan

Mencatat beratnya

Mengulang langkah yang sama untuk larutan


asam cuka

Diagram Alir II.4.3 Penentuan Densitas Larutan

15
II.5 Analisis Perhitungan
1. Menentukan Volume Aquades
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 𝜌 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
2. Menentukan ρ Asam Cuka Pekat
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡
𝜌 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡
3. Menentukan Berat Asam Cuka Pekat (W1)
𝑊1 = 𝑣 × 𝜌
4. Menentukan Kb Asam Cuka Pekat
𝑤1 𝑀2 ΔT𝑏
𝐾𝑏 = 1000 𝑊2
5. Menentukan BM Urea
1000 𝐾𝑏 𝑊2
𝑀2 = 𝑊 ΔT𝑏
1
6. Menghitung Persentase Kesalahan
𝐵𝑀 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝐵𝑀 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = │ │
𝐵𝑀 𝑑𝑎𝑡𝑎

16
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Percobaan
III.1.1 Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal Asam Cuka Pekat

Volume asam cuka : 15 ml


Berat jenis asam cuka : 0,7113 g/ ml
Berat asam cuka : 10,67 g

Tabel III.1.1.1 Penentuan Titik Beku Asam Cuka

Suhu (°C) 10 6 5 5 5 5
Waktu (menit) 2 5 7 10 15 20

Berat naftalena : 0,25 g


BM Naftalena : 128 g/mol

Tabel III.1.1.2 Penentuan Titik Beku Larutan Naftalena

Suhu (°C) 25 15 10 4 4
Waktu (menit) 2 5 7 10 15

III.1.2 Penentuan BM Zat X (Urea)


Volume asam cuka : 15 ml
Berat asam cuka : 10,67 g

III.1.2 Suhu Pada Larutan Zat Urea

Suhu (°C) 18 11 7 3 3 3 3
Waktu (menit) 2 5 7 10 15 20 30

III.2 Perhitungan
III.2.1 Densitas Asam Cuka
• Berat Piknometer kosong :15,73 gram
• Berat piknometer + Aquadest : 26,03 gram
• Berat piknometer + asam cuka : 26,40 gram

17
• Suhu aquadest : 29℃
• 𝜌 aquadest (T=29℃)(Perry) : 0,995945 gr/mL
• Massa aquadest = (massa piknometer + aquadest) – (massa pikn
ometer kosong)
= (26,03 – 15,73) gram
= 10,3 gram
• Massa asam cuka = (massa piknometer + asam cuka) – (massa
piknometer kosong)
= (26,40 + 15,73) gram
= 10,67 gram
𝑚
• 𝜌 𝑣
𝑚 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
V aquadest = 𝜌 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
10,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑔𝑟
0,995945 ⁄𝑚𝐿

= 10,341 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
• 𝜌 asam cuka = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
10,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 10,341 𝑚𝐿
𝑔𝑟
= 1,031 ⁄𝑚𝐿
III.2.2 Menentukan Konstanta Penurunan Titik Beku Asam Cuka (𝐾𝑏 )
𝑔𝑟
• Berat molekul Naftalena = 128 ⁄𝑚𝐿

• Maasa Naftalena (𝑊2 ) = 0,25 gram


• Volume asam cuka = 15 mL
• ∆𝑇𝑏 = (5 – 4) ℃ =1℃
• Massa asam cuka (𝑊1 ) = 𝜌 asam cuka x Volume asam cuka
𝑔𝑟
= 1,031 ⁄𝑚𝐿 x 15 mL
=15,465 gram
𝑊1 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 ∆𝑇𝑏
• 𝐾𝑏 = 1000 𝑥 𝑊1
𝑔𝑟
15,465 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 (128 ⁄𝑚𝐿 )𝑥 (1℃ )
= 1000 𝑥 (0,25)𝑔𝑟𝑎𝑚

18
𝑔𝑟℃⁄
= 7,918 𝑚𝑜𝑙
III.2.3 Menentukan BM zat x
𝑔𝑟℃⁄
• 𝐾𝑏 = 7,918 𝑚𝑜𝑙
• ∆𝑇𝑏 (5 – 3) ℃ =2℃
• 𝑊2 = 0,25 gram
• 𝑊1 =15,465 gram
1000 𝑥 𝐾𝑏 𝑥 𝑊2
• 𝑀2 = 𝑊1 𝑥 ∆𝑇𝑏
𝑔𝑟℃⁄
1000 (7,918 𝑚𝑜𝑙)(0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= 15,465 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 2 ℃
𝑔𝑟
= 63,9993 ⁄𝑚𝑜𝑙
III.2.4 Menghitung Persentase Kesalahan
𝑔𝑟
• BM zat x (urea) teori = 60 ⁄𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟
• BM zat x (urea) hitung = 63,9993 ⁄𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝐵𝑀 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% kesalahan = | | 𝑥 100%
𝐵𝑀 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

(60−63,9993)𝑔𝑟⁄𝑚𝑜𝑙
=| 𝑔𝑟 |× 100%
60 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 6,6655 %

III.3 Pembahasan
Praktikum penurunan titik beku dilakukan bertujuan untuk menentukan
konstanta penurunan titik beku molal suatu solvent dan menentukan berat
molekul suatu zat yang tidak mudah menguap. Solvent yang digunakan yaitu
asam asetat pekat (asam cuka pekat). Asam asetat pekat digunakan karena asam
asetat lebih cepat membeku daripada zat terlarut pada proses penurunan suhu.
Solute yang digunakan yaitu naftalena dan urea. Pemilihan solute berdasarkan
zat yang tidak mudah menguap agar massa zat tidak berkurang. Penambahan
zat terlarut mengakibatkan rendahnya titik beku yang dikarenakan penambahan
konsentrasi.
Praktikum ini dilakukan dengan meletakkan es batu dan menabur garam
ke dalam termostat. Kemudian meletakkan tabung reaksi yang berisi larutan

19
yang akan diamati suhunya ke dalam termostat hingga membeku. Fungsi es
batu yaitu untuk menurunkan suhu pelarut atau zat terlrut hingga tercapai titik
beku. Penambahan garam bertujuan untuk menurunkan titik bekunya.
Penurunan titik beku yang diamati kali ini yaitu larutan asam asetat pekat,
larutan asam asetat pekat + naftalena, serta larutan asam asetat + urea.
Naftalena digunakan untuk menurunkan titik beku pelarut murni, sehingga titik
beku pelarut murni lebih besar daripada titik beku pelarut yang ditambankan
zat terlarut. Selain itu, urea digunakan untuk menurukan energi bebas dari
pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uap akan
menurun. Reaksi yang terjadi pada masing-masing penambahan zat terlarut:
𝐶10 𝐻8 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 → 𝐶10 𝐻7 𝐶𝐻3 𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂 …(1)
𝐶𝑂(𝑁𝐻2 )2 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑁𝐻2 + 𝐶𝑂2 …(2)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai Kb asam
asetat pekat sebesar 7,918 g°C/mol. Nilai BM zat urea sebesar 63,9993 g/mol
serta persentase kesalahan sebesar 6,6655 %. Dapat dilihat bahwa konsentrasi
larutan, jumlah partikel, serta keelektolitan larutan merupakan faktor yang
mempengaruhi penurunan titik beku.

20
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konstanta
penurunan titik beku asam asetat pekat sebesar 7,918 g°C/mol; berat molekul
zat urea sebesar 63,9993 g/mol; serta persentase kesalahan pada percobaan
ini sebesar 6,6655 %.
IV.2 Kritik dan Saran
Terdapat kendala pada saat percobaan berlangsung, yaitu alat ukur
termometer yang digunakan seringkali mengalami perubahan suhu yang
cepat ketika digerakkan. Maka dari itu, perlunya termometer yang akurat agar
tidak terjadi kesalahan data yang tidak diinginkan.
Pada percobaan ini digunakan asam asetat yang bersifat volatil. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil yang teliti harus dipastikan:
- Botol penyimpanan asam asetat tertutup rapat
- Segera menutup tabung reaksi setelah asam asetat dituangkan
- Memastikan sumbat karet rabung reaksi rapat

21
DAFTAR PUSTAKA
Agung, D., Fauziah, C. and Salsabila, H. 2022. Identifikasi Miskonsepsi
Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih Pada Mahasiswa
Pendidikan Kimia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Atkins, P. 1994. Physical Chemistri Edisi ke-5. England: Oxford University Press.
Chang, R. 1994. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Harnanto, A. 2009. Kimia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional.
Jupamahu, M.S. 1980. Kimia Fisika I. Bandung: Departemen Kimia ITB.
Mengurai, Horal and Tiopan. 2007. Kimia 3 Kelas SMA/ MA XII. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
Reis. 1999. Sifat-Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta: Gramedia.
Sachri, Soebandi and Harum. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung:
Binacipta.
Siswanti and Murni, S.W. 2023. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Wahyuni, S. 2013. Diklat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Wiryoatmojo, S. 1988. Kimia Fisika I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

22
LEMBAR TANYA JAWAB SEMINAR
1. Bagaimana pengaruh penambahan zat terlarut pada penurunan titik beku serta
percobaan dapat dihentikan ketika suhu konstan atau larutan tersebut
membeku? (Irvine Wildan Wijaya/ 121220038)
Jawab: Ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam pelarut murni (asam asetat)
maka titik beku larutannya berubah. Berubahnya titik beku yang ditambahkan
zat terlarut seperti naftalena serta urea akan menjadikan titik bekunya menjadi
lebih rendah jika dibandingkan dengan titik beku dari pelarut murni. Hal ini
dikarenakan zat pelarutnya harus beku terlebih dahulu, kemudian baru zat
terlarutnya yang membeku. Maka dari itu, setiap larutan akan memiliki nilai
titik beku yang berbeda. Percobaan dapat dihentikan jika larutan mengalami
perubahan fasa cair menjadi fasa padat yaitu ketika larutan tersebut membeku.
2. Pada saat kapan percobaan dapat dihentikan? apakah ketika seluruh larutan
sudah membeku atau hanya sebagian (Fithrah Inda Azizah/ 121220066)
Jawab: Percobaan dapat dihentikan jika larutan mengalami perubahan fasa cair
menjadi fasa padat yaitu ketika larutan tersebut membeku seluruhnya. Ketika
larutan tersebut membeku seluruhnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa
suatu larutan telah mencapai titik bekunya.
3. Bagaimana penerapan penurunan titik beku di Industri? (Hasabneya
Primaputra Artahsasta/ 121220026)
Jawab: Pemanfaatan titik beku dalam industri dan kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut:
• Pembuatan es krim: penurunan titik beku digunakan dalam pembuatan es
krim dengan menambahkan garam pada es agar suhu menjadi turun,
sehingga adonan es bisa membeku dengan tekstur yang diinginkan.
• Pembuatan campuran pendingin cairan: parutan berair dengan titik beku
jauh di bawah 0℃ digunakan sebagai cairan pendingin dalam industri
kimia.
• Antibeku untuk mencairkan salju: penurunan titik beku digunakan untuk
mencairkan salju di jalanan dengan menambahkan zat anti beku, seperti
garam, untuk menurunkan titik beku salju.

23
• Antibeku pada radiator mobil: penurunan titik beku juga diterapkan dengan
menambahkan larutan etilen glikol pada radiator mobil agar air tidak
membeku pada suhu rendah.
4. Salah satu faktor dari penurunan titik beku yaitu keelektrolitan larutan.
Mengapa larutan elektrolit lebih sukar membeku? (Ajeng Lestari/ 121220096)
Jawab: Larutan elektrolit lebih sukar membeku karena larutan elektrolit yang
terlarut akan membentuk ion-ion seperti kation dan anion dalam larutan.
Keberadaan ion tersebut berkaitan dengan jumlah partikel. Jumlah partikel dari
larutan elektrolit lebih banyak dan mengganggu proses pembentukan kristal
padat daripada partikel pada larutan non-elektrolit sehingga menyebabkan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik beku lebih lama. Disamping itu
juga terdapat pembuktian bahwa penambahan garam yang merupakan larutan
elektrolit pada percobaan ini bertujuan untuk menurunkan titik beku es batu
tersebut.
5. Mengapa penurunan titik beku pelarut murni kurang dari 16°C serta apakah
pelarut murni dapat digantikan dengan air murni? (Nina Anggita W., S.T., M.
Eng.)
Jawab: Titik beku pelarut murni (CH3COOH) pada percobaan yaitu 5°C dan
sangat jauh dari semestinya yaitu sekitar 16°C dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor, diantaranya karena kemungkinan penyimpanan dari CH3COOH pekat
yang tidak cukup rapat sehingga menyebabkan CH3COOH banyak yang
menguap dan kemungkinan sebagian sudah berubah menjadi air karena proses
penguapan, karet yang kurang kencang atau karet penyumbat kalorimeter yang
kurang rapat saat penggunaan juga kemungkinan karena CH3COOH yang
terlalu lama didiamkan sehingga menyebabkan banyak CH3COOH yang
menguap karena CH3COOH bersifat volatil.
Jika yang dibekukan air murni, dapat membeku. Namun, jika larutan yang
dibekukan menggunakan air sebagai solvent maka titik beku bekunya akan
turun kemungkinan dibawah titik beku esbatu + garam diluar tabung reaksi.
Sehingga larutan dengan solvent air di dalam tabung reaksi tidak dapat
membeku.

24

Anda mungkin juga menyukai