Anda di halaman 1dari 18

“DAMPAK TOXIC POSITIVITY TERHADAP

KESEHATAN MENTAL (STUDI MAHASISWA


FAKULTAS DAKWAH)”

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

GALIH PRATIWI
NIM : 601190017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat dasar manusia merupakan makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Interaksi dengan sesama manusia merupakan
suatu hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang. Mahasiswa menghadapi
proses adaptasi yang tinggi dalam hidupnya dimana pada masa ini terjadi
banyak perubahan seperti kebiasaan dari sekolah menengah atas ke
perguruan tinggi. Transisi ini dikenal dengan masa transisi dewasa awal yang
berkisar dari usia 18 hingga 22 tahun.
Pada masa ini individu mengalami banyak tantangan perkembangan
yang melibatkan pergerakan ke arah impersonal atau tidak bersifat pribadi,
dan melibatkan banyak interaksi dengan teman-teman dari latar belakang
etnis yang beragam serta peningkatan fokus terhadap hal- hal yang ingin
dicapai (Santrock, 2012). Masa transisi dewasa awal dipandang sebagai suatu
kondisi psikologis dimana individu merasa mampu mengambil tanggung
jawab atas tindakan-tindakannya, mampu mengambil keputusan mandiri dan
mampu berinteraksi dengan orang dewasa lainnya (Upton, 2012). Salah satu
tugas perkembangan pada masa transisi dewasa awal adalah memiliki
kemampuan berinteraksi yang baik. Namun kebanyakan individu dewasa
mengalami beberapa permasalahan yang menghambat berjalannya interaksi,
salah satunya dipengaruhi oleh ketegangan emosional atau stress.
Stresor pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademik
seperti tuntutan eksternal atau harapan individu dalam bidang akademik.
dan faktor personal seperti hubungan dengan orang tua, masalah finansial, dan
masalah interaksi sosial dengan lingkungannya (Legiran, Azis & Bellinawati,
2015).
Toxic berasal dari bahasa Inggris, dalam Kamus Besar InggrisIndonesia
(KBBI) toxic artinya racun, mengandung racun, beracun dan berbisa.1 Toxic
ini adalah istilah baru yang berawal dari dunia maya terkhusus di dalam
permainan game online, Dalam kata toxic ini, banyak orang yang keliru
menggunakan tutur kata yang baik melainkan salah pengertian serta
penempatan penggunaannya. Misalnya kata toxic yang sering digunakan
sebagian diantaranya bacot, noob, anjir, dan lainnya. Serta tidak menutup
kemungkinan kata toxic ini banyak digunakan untuk mencela atau
mengumpat orang lain.
Toxic positivity adalah sebuah istilah populer yang menjelaskan suatu
pandangan atau respon positif yang berisi ungkapan-ungkapan dari lawan
bicara tanpa sikap empati dan tanpa pertimbangan aspek emosional. Menurut
Ardiansyah, A.G, Buda K.I dan Prabhawita G.B (2021) toxic positifity adalah
kondisi dimana terjadinya pengabaian atau penolakan terhadap emosi negatif
yang seharusnya dirasakan oleh seseorang. Respon toxic positifity meliputi
berbagai ungkapan penolakan atau pengabaian terhadap aspek emosional
seperti memberikan ungkapan positif pada waktu dan situasi yang tidak tepat,
adanya penolakan terhadap emosi negatif, mempermalukan atau menghukum
orang lain yang mengekspresikan emosi negatif, merendahkan atau
menyepelekan pengalaman emosional orang lain dalam komunikasi, dan tidak
memberikan validas terhadap pengalaman emosional orang (Chasanah, 2020).
Menurut Wiguna (dalam Ardiansyah, A.G, Buda K.I, Prabhawita G.B &
2021) fenomena toxic positivity memiliki dampak dari dua sisi. Pertama dari
sudut pandang seseorang yang menanggapi permasalahan orang lain,
kurangnya pemahaman tentang empati dan rendahnya nilai kepedulian. Kedua
dari sudut pandang seseorang yang memiliki masalah, akibat dari dorongan
untuk mengabaikan perasaan negatif dari orang lain maka seseorang tersebut
tidak dapat memahami perasaan sebenarnya, dan cenderung membohongi
perasaannya sendiri. Lebih lanjut Chasanah (2020) mengatakan bahwa
individu yang mendapat respon toxic positivity dari lawan bicaranya cenderung
1
Toxic. Dalam Kamus Besar Bahasa Inggris- Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.kamuslengkap.id 21 November 2022.
menjadi malu dan cemas untuk kembali mengkomunikasikan emosinya pada
individu lain. Hal ini dapat berarti bahwa, toxic positivity menjadi salah satu
pemicu munculnya kecemasan individu dalam berkomunikasi.
Memberikan ucapan semangat atau kata-kata positif kepada seseorang
yang sedang mengalami masalah, bukan berarti dengan seketika menjadikan
orang itu dapat berpikiran positif seperti yang kita harapkan. Menurut (Wood
et al., 2009), memberikan kata-kata positif kepada lawan bicara yang sedang
mengalami masalah dapat membuat lawan bicara itu merasa tidak dihargai dan
menganggapnya bahwa ia sedang diremehkan.
Setelah melakukan tanya jawab yang telah peneliti lakukan pada beberapa
mahasiswa fakultas dakwah, banyak sekali mahasiswa yang mengalami suatu
masalah karna setiap individu pasti pernah mengalami masalah dan mahasiswa
tersebut hanya mendapat respon dari beberapa temannya yang selalu menyuruh
tetap stay positif dan positif thinking bahkan pernah membandingkan dengan
masalah yang dialami oleh temannya yang lain tanpa memberikan solusi
kepada nya , maka dari itu peneliti ingin mengetahui apakah ada dampak toxic
positivity terhadap kesehatan mental mahasiwa.
Toxic positivity dalam agama Islam juga dapat digunakan untuk
membenarkan kekerasan terhadap mereka yang rentan. Di mana, orang
diajarkan bahwa ayat-ayat tertentu di dalam Al Qur’an itu ada karena suatu
alasan. Kita harus memiliki keyakinan pada agama Islam tanpa
mempelajarinya dengan segala bentuk konteks atau dalam cara yang kritis.
Dalam kelompok Muslim, trauma terhadap problematika agama itu sulit
diatasi. Para pemimpin agama Islam dan influencer media sosial Muslim, yang
menggunakan spiritualitas sebagai bentuk pelarian, tanpa secara serius
menyikapi trauma tersebut. Justru mendorong toxic positivity yang lebih
“Islami”.

Dalam surah Al-Isra‟ ayat 53:


Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
Seseorang didorong untuk berpikir positif tentang Allah, percaya bahwa
ada hikmah untuk semuanya dan untuk berdoa menghilangkan rasa sakit,
sedih dan segala permasalahan. Tetapi semua rasa itu tidak pernah benar-
benar hilang dan pada akhirnya akan memanifestasikan dirinya dengan cara
lain.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.2 Batasan sehat ini kemudian dikemukakan oleh WHO
bahwa yang dimaksud sehat, tidak hanya sehat secara jasmani saja tetapi juga
kesehatan mental dan fisik yang bebas dari penyakit.3
Mental adalah hal yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia,
yang bukan bersifat badan atau tenaga.4 Artinya mental adalah suatu hal yang
tidak tampak atau terlihat langsung oleh mata, yang mana sangat berkaitan
dengan batin dan watak manusia. Dengan demikian mental ialah hal-hal yang
berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku
individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan
dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.5

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada

2
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 Ayat (1)
3
Umar Fahmi, Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013).
4
Pengertian Mental Menurut KBBI” (On-Line) Te rsedia di: Https://Kbbi.Web.Id/Mental (04
November 2019).
5
Pengertian Mental“ (On-Line) Tersedia di: akamabbas.blogspot.com (21 November 2022).
dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk
menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi
dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin
hubungan positif dengan orang lain.6 Kesehatan mental menurut Undang-
Undang nomor 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional seseorang, yang mana
perkembangan tersebut harus selaras dengan keadaan-keadaan orang lain.7

Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah tersebut bisa di rumuskan pokok
permasalahan pada penelitian ini ialah Dampak Toxic Positivity terhadap
kesehatan mental Mahasiswa UIN Jambi Fakultas Dakwah . Dari pokok
permasalahan tersebut maka di ajukan permasalahan penelitian, yakni:
1. Adakah dampak toxic positivity terhadap kesehatan mental mahasiswa ?
2. Bagaimana penyebab terjadi toxic positivity terhadap kesehatan mental
mahasiswa?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya toxic positivity terhadap kesehatan
mental mahasiswa?

B. Batasan Masalah
Dilihat dari banyaknya masalah yang mengitari penelitian ini, dan
menimbang kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian, maka
penelitian ini dibatasi pada Dampak Toxic Positivity Terhadap Kesehatan
Mental mahasiswa fakultas Dakwah Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh pengetahuan mengenai :

6
Kementerian Kesehatan, Direktorat Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat” (On-Line),
Tersedia di: http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental (21 November 2022).
7
Dede Rahmat Hidayat, Herdi, Bimbingan Konseling, Kesehatan Mental di Sekolah (Bandung: PT
Remaja Rosdkarya, 2013), h. 31.
a. Mengetahui dampak toxic positivity terhadap kesehatan mental
mahasiswa.

b. Mengetahui penyebab trerjadinya toxic positivity terhadap kesehatan


mental mahasiswa.

c. Mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya toxic positivity


terhadap kesehatan mental mahasiswa.

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam melakukan penelitian khusunya terkait Dampak Toxic
Positivity terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Mahasiswa dapat mengenal lebih dalam tentang apa itu toxic positivity
dan bagaimana cara menghindari hal tersebut sehingga dapat menjaga
kesehatan mental.
2) Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat menambah pustaka sebagai literatur bagi
penelitian yang relevan.

C. Kerangka Teori
1. Pengertian Toxic Positivity
Toxic sendiri merupakan istilah yang kerap digunakan untuk menyebutkan
sifat-sifat buruk yang menempel atau mendarah daging seperti racun yang
membawa dampak tidak baik. Toxic juga bisa dikatakan bagian dari trash-talking,
secara baku penjelasan mengenai toxic tidak ada namun secara umum toxic suatu
perbuatan yang meresahkan kenyamanan orang lain dengan unsur sengaja.8
Pengertian toxic ini berbeda-beda, sesuai pada konteksnya, ketika toxic berada
di media sosial maka itu ditujukan pada para pengguna media sosial, agar

8
Linda Apriliya Sugiono, “Trash-Talking Dalam Game Online Pada User Game Online Di
Indonesia (Etnografi Virtual Game Online Mobile Legends dan Arena of Valor)”, Skripsi,
Surabaya: Universitas AirLangga, 2019, h. 2.
menggunakan media sosial sebaik mungkin tanpa melakukan toxic pada para
pengguna yang lain.9
Toxic Positivity merupakan perilaku yang mendorong seseorang untuk
berusaha keras berbuat dan berfikir positif hingga menekan emosi negatif
keluar. Toxic positivity merujuk pada upaya memberikan pesan
yang positif secara berlebihan kepada orang lain. Toxic positivity itu
memberikan hal yang positif secara berlebihan, baik itu pesan, sikap, atau
berpikir positif sehingga tidak tepat.
Apapun yang berlebihan akan selalu berakibat buruk, begitu juga jika
seseorang menjadi terlalu positif sehingga menekan habis-habisan emosi
buruk yang keluar. Ini mampu menyebabkan stres berlebihan dan
membuat orang tersebut tidak bisa rileks. Sebagai makhluk hidup yang
memiliki emosi, mengutarakan sebuah emosi negatif bukanlah hal yang
buruk. Ada kalanya manusia perlu mengeluarkan rasa marah, sedih,
khawatir, kecewa bahkan frustasi supaya batin tidak selalu tertekan.
Orang dengan toxic positivity akan selalu memperlihatkan sisi baik dan
positif dirinya namun di dalam hatinya mati-matian menahan emosi untuk
keluar. Jika secara tidak sengaja dia mengeluarkan emosi maka dia akan
merasa bersalah.

2. Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan berasal dari kata sehat, sehat mengandung pengertian
keadaan yang sempurna secara biopsikososial, lebih dari sekedar terbebas
dari penyakit dan kecacatan. Sakit juga mengandung makna
biopsikososial, yang meliputi konsep disease (berdimensi biologis), illness
(berdimensi psikologis) dan sick-ness (berdimensi sosiologis).
Kesehatan adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seorang individu
dimana secara fisik, mental, dan sosialnya dalam keadaan baik yakni
terbebas dari penyakit, cacat, atau kelemahan sehingga tubuhnya dapat

9
Muhammad Hafinsa Alifanza, “Game Online Dan Trash Talk (Studi Korelasional Antara Pola
Bermain, Efektivitas Komunikasi Dan Kelompok Bermain Gamer Game Dota 2 Dengan Perilaku
Trash Talk Di Kalangan Gamer Dota 2 Kota Surakarta)”, Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 2018, h. 7-8
menjalankan fungsinya secara normal.
Kata “Mental” diambil dari bahasa Yunani, yang pengertiannya sama
dengan Psyche dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa, atau
kejiwaan.10 Selain itu kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata
mens atau metis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat.
Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau
kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan
ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari
kondisi (suasana) mental.11
Kesehatan mental merupakan salah satu macam kesehatan yang
dibutuhkan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Secara etimologis
kata mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau mentis yang berarti
jiwa, nyawa, sukma, ruh dan semangat.Dan secara etimologis juga, disebut
mental hygiene yaitu nama dewi kesehatan yunani kuno yang mempunyai
tugas mengurus masalah kesehatan manusia didunia. Dan munculnya kata
hygiene untuk menunjukan suatu kegiatan yang bertujuan mencapai
kesehatan.12
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagian dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang
dimaksud diatas ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan
keyakinan hidup, harus dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat
menjauhkan orang lain dari perasaan ragu dan bimbang.13
Berdasarkan pengertian kesehatan mental tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kesehatan mental adalah suatu konsisi/keadaan dimana individu

10
Kartini Kartono, Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 3
11
Dede Rahmat Hidayat, Herdi, Bimbingan Konseling, Kesehatan Mental di Sekolah…. , h. 30.
12
Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 10
13
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunung Agung, 2016), h. 13
dapat mengembangkan diri secara optimal baik secara intelektual,
emosional mapun spiritual sehingga ia mampu menyesuaikan diri dalam
menghadapi segala tantangan hidup dan terhindar dari perilaku buruk yang
bisa menurunkan kualitas hidup.14
Adapun ciri-ciri kesehatan mental jika dilihat dari factor-faktor
meliputi, pertama, perasaan yaitu dalam perasaan yangselamanya
terganggu (tertekan), tidak tenteram, rasagelisah tidak menentu, tidak bisa
pula mengatasinya,berperasaan takut yang tidak masuk akal atau tidakjelas
apa yang ditakuti, merasa iri, rasa sombong, sukabergantung kepada orang
lain, tidak mau bertanggung jawab dan lain-lain. Kedua, pikiran memiliki
perananpenting dalam menggangu kesehatan mental,demikian pula mental
dapat mempengaruhi pikiran.Ketiga, kelakuan yaitu terganggunya
kesehatan mentalbiasanya ditandai dengan senangnya berkelakuan tidak
baik, seperti; kenakalan, keras kepala, sukaberdusta, menipu,
menyeleweng, mencuri, menyiksa orang lain, dan lain-lain. Keempat,
kesehatan jasmani juga dapat terganggu, hal ini terjadi bukan
karenafisiknya langsung, akan tetapi perasaannya akibat dari jiwa yang
tidak tenteram.15
Menurut Zakiah Darajat, kesehatan mental adalah terwujudnya.
keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaiaan diri an tar manusia dengan dirinya sendiri dan ·
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaaan serta bertujuan
untuk mencapai hidup yang bennakna dan bahagia di dunia dan akhirat.16

3. Dampak Toxic Positivity terhadap kesehatan mental


Saat menghadapi masalah, berpikir positif adalah salah satu kunci untuk
mengatasinya, Saat masalah hadir dan Anda menjadi cemas memikirkan

14
Siti Sundari, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan (Jakarta: Rinekan Cipta, 2018), h. 2.
15
Noor Fuát Aristiana, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Meningkatkan
Kesehatan Mental Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang,
UIN Walisongo Semarang, h 46-47.
16
Jalaluddin dan Ramayulis, Penghantar llmu Jiwa Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998)~ h. 77
5
hal-hal yang buruk mungkin terjadi, bisa membuat pikiran Anda semakin
ruwet. Bukannya mendapat solusi, pikiran yang cenderung negatif ini bisa
membuat masalah tidak terselesaikan, menumpuk, dan memicu stres.
Itulah sebabnya, sebagian besar orang. beranggapan untuk selalu berpikir
positif ketika menghadapi masalah. Sayangnya, anggapan ini tidak
sepenuhnya benar.
Pasalnya, berpikir positif yang Anda gunakan sebagai tameng untuk
menghadapi masalah juga ada batasannya. Ini karena jika hal tersebut
sampai kebablasan, bisa pikiran positif akan berubah menjadi racun bagi
Anda. Ketika Anda mendengar petuah yang bersifat toxic positivity, ini
tidak membuat kondisi Anda menjadi lebih baik. Bisa jadi malah
bertambah buruk, terutama bagi Anda yang memang mudah stres atau
pernah memiliki penyakit mental, seperti depresi.
Ada beberapa alasan kenapa toxic positivity itu dapat berdampak negatif
bahkan berbahaya bagi kesehatan mental orang yang sedang berjuang
menghadapi masalah. Berikut beberapa diantaranya:
a. Menimbulkan perasaan disalahkan
Saat seseorang mengalami kesulitan, ia perlu pengakuan bahwa
emosi yang mereka rasakan itu benar. Oleh karena itu, ia akan
menceritakan masalah sekaligus emosi mereka pada orang yang
dipercaya agar merasa lebih lega. Sayangnya, ia malah mendapatkan
petuah yang kesannya positif tapi menimbulkan perasaan bahwa apa
yang dirasakan adalah sesuatu yang salah.
b. Membuat seseorang menghindari emosi sesungguhnya
Ketika seseorang mendapatkan toxic positivity, ia cenderung akan
membungkam emosi yang dirasakannya. Jika emosi sebenarnya ditutupi
dan merasa “baik-baik saja” karena berpegang teguh dengan petuah
yang kesannya positif, ini akan membuatnya menghindari situasi yang
membuatnya tidak nyaman. Akibatnya, ia juga akan membuatnya tidak
berani untuk menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman atau
takut. Seperti gelas yang terus diisi air, tentu akan meluap airnya ketika
wadahnya sudah penuh. Nah, jika emosi yang dirasakan tidak
diekspresikan, sewaktu-waktu bisa meledak. Begitu juga dengan
masalah, akan semakin menumpuk dan memperburuk kondisi mental
Anda.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian
Jenis penilitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kuantitafif
karena pada penelitian ini peneliti berfokus pada adakah dampak yang
terjadi pada kesehatan mental mahasiswa saat terjadinya toxic positivity
dengan melakukan survei langsung. Masalah dibatasi oleh waktu dan
aktivitas dan peneliti menggabungkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
berdasarkan waktu yang telah disepakat.
Penelitian ini, lebih mengkaji suatu isu yang menarik
perhatiannya, oleh sebab itu peneliti membolehkan masalah yang
muncul atau dari data dibiarkan transparan untuk diinterpretasikan.Data
dilihat dengan pengawasan yang mendalam, mencakup deskripsi
yang terperinci dibarengin dengan catatan hasil tanya jawab yang
mendalam (interview), serta hasil uraian data dan tambahan pendukung.
b. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ilmiah adalah kuantitatif, Penelitian kuantitatif yang efektif
menetapkan fokus penelitian, mengatur responden menjadi
informan,melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data dan membuat kesimpulan dari semuanya.
Instrumen penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah peneliti
ini sendiri, peneliti melakukan wawancara dan menggunakan angket
dalam mengumpulkan data yang dicari dan terjun langsung kelapangan
secara aktif.
. 2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Setting pada riset ini yakni Tempat Penelitian Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang di tujuan atau di teliti jika bericara
mengenai subjek penelitian, sebenarnya kita bicara mengenai tentang unit
analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian ataupun sasaran
penelitian. Berdasarkan penejelasaan di atas, maka yang akan menjadi subjek
penelitian ini adalah mahasiswa fakultas dakwah uin sulthan thaha saifuddim
jambi.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dan
informasi sebagai bahan utama yang relevan dan objektif. Teknik
pengumpulan data penelitian dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa
atau karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen populasi penelitian.
a. Obsevasi
Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah Observasi
Penelitian ini menggunakan metode observasi agar dapat melihat secara
langsung kondisi mahasiswa tersebut . Peneliti akan memperoleh data
mengenai situasi umum.
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh peneliti secara lisan dan bertatap
muka langsung dengan informan berupa Mahasiswa Fakultas Dakwah
guna untuk mendapatkan keterangan yang sebenar-benarnya
penggunaan teknik ini di dalam penelitian.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digali dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu:
a) Data pokok, yaitu data yang berkaitan dengan permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian, yaitu: Dampak toxic positivity terhadap
kesehatahan mental mahasiswa (Studi mahasiswa fakultas dakwah)
b. Sumber Data
Sumber Data, yaitu membatu memberikan pengertian sumber data yaitu
subjek dari mana data itu di dapatkan melalui catatan hasil wawancara bersama
informan dan observasi langsung.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data


Agar mendapatkan kesimpulan yang tepat serta obyektif wajib diperlukan
nya integritas informasi bertujuan agar memastikan apabila informasi yang
efektif diperoleh sama dengan kejadian sebenarnya. Keabsahan informasi data
digunakan agar menjamin data dan informasi yang diperoleh benar
kebenarannya bagi pembaca juga subjek yang diteliti.17

Selanjutnya menggunakan triangulasi data, yakni mengumpulkan


data serta informasi yang sesuai ciri, tema dan jawaban. Tahap ini
diperlukan nya pengertian mendetail terhadap informasi, perhatian yang
penuhdan terbuka terhadap peristiwa yang muncul di luar seperti mana
yang akan dikaji. Sesuai bentuk teori serta tanya jawab, pengkaji membuat
susunan konteks awal untuk acuan serta untuk menjalankan coding
(pengkodean). Menurut arahan ini, pengkaji setelah itu kebali ulang baca
transkrip pedoman tanya jawab serta memulai melaksankan pengkodean
data, memilih data yang dikira relevan dengan poin pembahasan.Sebuah
informasi utama dikasih petunjuk serta klarifikasi singkat, akhirnya
digabungkan dan dipisahkan sesuai analisis yang dilaksanakan.

Setelah data informasi mengenai penelitian dijelaskan secara rinci,


setelah itu peneliti menguji kebenaran data terhadap asumsi yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Ditahap ini kategori yang didapat
melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah
dijabarkan dalam bab II, dan dari landasan teori ini dapat dibuat asumsi-
asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang
ada.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R Dan D, Cet. 7…, h. 121
Bagian terakhir yakni mendapatkan pilihan deskripsi data
informasi.Lalu keterkaitan diantara bagian dengan model data atas asumsi
yang didapat, lalu penulis berada di bagian interpretasi.Setelah itu
pendapat yang idapat dari keterkaitan itu.Lalu peneliti merasa penting
mendapatkan sebuah referensi pengertian lainnya atas penjelasan yang
didapat, dengan meliputi melihat keterkaitan dari hasil penelitian.

I. Studi Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Amelia yang berjudul Toxic
di Media Sosial dalam Pandangan Al-quran (Studi Terhadap Surah An-
Nisa’: 148 Dan Surah Al-Mumtahanah: 02). Pandangan mufassir tentang
surah An-Nisa‟ 148 dan surah AlMumtahanah 02 diketahui bahwa Allah
sangat membenci perkataan buruk, seperti kata-kata kotor, kasar, keji dan
sebagainya. karena perilaku ini berkaitan dengan kesopanan atau akhlak.
Seharusnya kita dapat menerapkan ajaran akhlak seperti rasulullah
dalam kehidupan sehari-hari, di mulai dari hal terkecil yakni berkata
yang santun, baik, dan lemah lembut.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak


pada pengaruh dari perilaku toxic ,Perbedaannya yaitu penelitian yang
dilakukan sebelumnya membahas toxic merupakan perilaku yang buruk
yang banyak terjadi di kehidupan sosial sehingga dapat merusak etika
dalam bersosial. sedangkan peneliti sendiri melakukan penelitian terhadap
kesehatan mental mahasiswa.

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sherina Riza Chairunnisa yang


berjudul Pengaruh Toxic Parenting Terhadap Perilaku Emosional Anak
Usia Dini di Kecamatan Pondok Aren Tahun 2021. Hasil dari penelitian
ini Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh antara toxic
parenting dengan perilaku emosional anak usia dini di Kecamatan Pondok Aren.

Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar -36,97%. Berdasarkan angka


tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara toxic parenting dengan perilaku emosional anak usia dini di Kecamatan
Pondok Aren.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak


pada pengaruh dari perilaku toxic ,Perbedaannya yaitu penelitian yang
dilakukan sebelumnya melakukan penelitian terhadap emosional anak
usia dini ,sedangkan peneliti sendiri melakukan penelitian terhadap
kesehatan mental mahasiswa.

3. Penelitian yang telah dilakukan Riveni Wajdi yang berjudul Perilaku


Komunikasi Toxic Friendship dengan Teman Sebaya ( Studi pada
mahasiswa fisipol angkatan 2015-2016 Universitas Muhammadiyah
Makassar). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kondisi yang
dialami masing-masing mahasiswa dalam menanggapi stimulus yang
diberikan toxic friendship. Perilaku komunikasi toxic friendship yang
dialami oleh mahasiswa Fisipol angkatan 2015-2016 Universitas
Muhammadiyah Makassar dominan mendapatkan bentuk komunikasi
verbal dibandingkan dengan nonverbal, serta bentuk perilaku Toxic
friendship yang dominan dialami beberapa mahasiswa yaitu pengkritik
dan tidak ada empati. Kemudian dampak yang dialami dominan
merasakan kemarahan. Adapun respon yang timbul yaitu beberapa
mahasiswa memilih diam dan meninggalkan circle pertemanan tersebut
adapula memilih bertahan dan membicarakannya.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak
pada pengaruh dari perilaku toxic ,Perbedaannya yaitu penelitian tersebut
lebih memfokuskan suatu komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alifanza Muhammad Hafinsa, 2018. Game Online Dan Trash Talk (Studi
Korelasional Antara Pola Bermain, Efektivitas Komunikasi Dan Kelompok
Bermain Gamer Game Dota 2 Dengan Perilaku Trash Talk Di Kalangan
Gamer Dota 2 Kota Surakarta, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Daradjat Zakiyah, Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunung Agung, 2016).
Fuát Aristiana Noor, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang, UIN Walisongo Semarang.
Jalaluddin dan Ramayulis, Penghantar llmu Jiwa Agama, (Jakarta : Kalam Mulia,
1998).
Kartono, Kartini, Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam
Islam (Bandung: Mandar Maju, 1989)
Kementerian Kesehatan, Direktorat Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat”
(On-Line), Tersedia di: http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-
mental (04 November 2019).
Pengertian Mental“ (On-Line) Tersedia di: akamabbas.blogspot.com (21
November 2022).
Pengertian Mental Menurut KBBI” (On-Line) Te rsedia di:
Https://Kbbi.Web.Id/Mental (21 November 2022).
Rahmat Hidayat Dede, Herdi, Bimbingan Konseling, Kesehatan Mental di
Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R Dan D
Sugiyono Linda Apriliya, 2019. Trash-Talking Dalam Game Online Pada User
Game Online Di Indonesia (Etnografi Virtual Game Online Mobile
Legends dan Arena of Valor), Surabaya: Universitas AirLangga,2019.
Sundari Siti, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan (Jakarta: Rinekan Cipta, 2018)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 Ayat (1)
Umar Fahmi, Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Rajawali Pers,
2013).
Rahmat Hidayat, Dede, Herdi, Bimbingan Konseling, Kesehatan Mental di
Sekolah
Yusuf Syamsu, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2018)
https://repository.arraniry.ac.id/id/eprint/19769/1/Ihmatul%20Hidayat%2C%2016
0901044%2C%20FPSI%2C%20PSI%2C%20082281208131.pdf
http://repository.radenintan.ac.id/12031/2/skripsi%20bab%201%262.pdf
https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/bahaya-toxic-positivity/
https://ibtimes.id/toxic-positivity-obat-penenang-agama-yang-sering-
disalahgunakan/

Anda mungkin juga menyukai