Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN MATA KULIAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN — B

ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN ATAS MODAL DIINVESTASIKAN


DAN PROFITABILITAS

Disusun oleh:
Yesica Arinda Damayanti (20013010024)

Dosen Pengampu:
Dr. Tantina Haryati, SE, M.Aks

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2023
ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN ATAS MODAL DIINVESTASIKAN
DAN PROFITABILITAS

1.1 Pentingnya Pengembalian Modal yang Diinvestasikan (Return on Invested Capital)


Analisis kinerja perusahaan memerlukan analisis bersama, yaitu menilai satu
ukuran relatif terhadap ukuran lainnya. Hubungan antara pendapatan dan modal yang
diinvestasikan, yang disebut sebagai laba atau pengembalian atas modal yang
diinvestasikan (Return on Invested Capital—ROIC) atau laba atas investasi (Return
on Investment—ROI), mungkin merupakan ukuran kinerja perusahaan yang paling
dikenal luas. Analisis pengembalian atas modal yang diinvestasikan membandingkan
pendapatan perusahaan, atau ukuran kinerja lainnya, dengan tingkat dan sumber
pembiayaan perusahaan. Analisis ini menentukan kemampuan perusahaan untuk
berhasil, menarik pembiayaan, membayar kembali kreditor, dan memberi penghargaan
kepada pemilik. Pengembalian atas modal yang diinvestasikan digunakan dalam
beberapa bidang analisis, termasuk (1) efektivitas manajerial, (2) tingkat profitabilitas,
dan (3) perencanaan dan pengendalian.
1.1.1 Mengukur Efektivitas Manajerial
Tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan terutama bergantung
pada keterampilan, akal, kecerdikan, dan motivasi manajemen. Manajemen
bertanggung jawab atas kegiatan usaha suatu perusahaan. Pengembalian modal
yang diinvestasikan, terutama bila dihitung dalam jangka waktu satu tahun atau
lebih, merupakan ukuran yang relevan terhadap efektivitas manajerial
perusahaan.
1.1.2 Mengukur Profitabilitas
Analisis ini menggunakan ukuran ringkasan utama dari laporan laba rugi
(laba) dan neraca (pembiayaan) untuk menilai profitabilitas. Hal ini dapat
secara efektif menyampaikan laba atas modal yang diinvestasikan dari berbagai
sudut pandang kontributor pembiayaan yang berbeda (kreditur dan pemegang
saham).
1.1.3 Ukuran Untuk Perencanaan dan Pengendalian
Pengembalian modal yang diinvestasikan berperan penting dalam
perencanaan, penganggaran, koordinasi, evaluasi, dan pengendalian aktivitas

1
bisnis. Pengembalian ini terdiri dari pengembalian (dan kerugian) yang dicapai
oleh segmen atau divisi perusahaan. Pengembalian segmen ini juga terdiri dari
pengembalian yang dicapai oleh masing-masing lini produk, proyek, dan
komponen lainnya. Perusahaan yang dikelola dengan baik melakukan kontrol
atas keuntungan yang dicapai oleh masing-masing pusat laba dan memberikan
penghargaan kepada manajernya atas hasil tersebut. Dalam mengevaluasi
alternatif investasi, manajemen menilai kinerja relatif terhadap pengembalian
yang diharapkan. Dari penilaian ini dihasilkan keputusan strategis dan rencana
tindakan bagi perusahaan.
1.2 Komponen Pengembalian Modal yang Diinvestasikan
Menganalisis kinerja perusahaan menggunakan pengembalian atas modal yang
diinvestasikan secara konseptual terlihat masuk akal dan menarik. Pengembalian modal
yang diinvestasikan dihitung sebagai:
Pendapatan
Modal yang Diinvestasikan
Namun demikian, belum ada kesepakatan lengkap mengenai perhitungan pembilang
atau penyebut dalam hubungan ini. Perbedaan-perbedaan ini sahih dan berasal dari
beragamnya perspektif pengguna laporan keuangan.
1.2.1 Mendefinisikan Modal yang Diinvestasikan
Tidak ada ukuran universal atas modal yang diinvestasikan untuk
menghitung tingkat pengembalian. Berbagai ukuran modal yang diinvestasikan
yang digunakan mencerminkan perspektif pengguna yang berbeda.
a. Aset operasi bersih (Net Operating Assets)
Banyak analis memisahkan neraca dan laporan laba rugi menjadi
komponen operasi dan non-operasional dan menghitung laba atau
pengembalian atas aset operasi bersih (Return on Net Operating Assets
—RNOA) sebagai ringkasan ukuran kinerja. Penguraian laporan keuangan
menjadi komponen operasi dan non-operasional mengikuti pandangan
bahwa aktivitas operasi adalah aktivitas yang paling bertahan lama dan
relevan untuk penentuan harga saham.
b. Modal Ekuitas Biasa (Common Equity Capital)
Pengembalian atas ekuitas biasa (Return on Common Equity—
ROCE) didefinisikan sebagai laba bersih dikurangi dividen preferen

2
dibagi dengan rata-rata ekuitas biasa. Ekuitas biasa sama dengan total
ekuitas pemegang saham dikurangi saham preferen. Saham preferen tidak
dimasukkan dalam penghitungan karena, dari sudut pandang pemegang
saham biasa, saham preferen mempunyai klaim tetap terhadap aset bersih
dan arus kas perusahaan, sama seperti utang.
c. Menghitung Modal yang Diinvestasikan Untuk Periode Tersebut
Modal yang diinvestasikan untuk suatu periode biasanya dihitung
menggunakan modal rata-rata yang tersedia bagi perusahaan selama
periode tersebut. Rata-rata digunakan untuk mencerminkan perubahan
modal yang diinvestasikan selama periode tersebut. Metode yang paling
umum adalah menambahkan modal yang diinvestasikan pada awal dan
akhir tahun dan membaginya dengan 2.
1.2.2 Penyesuaian Modal yang Diinvestasikan dan Pendapatan
Analisis mengenai pengembalian atas modal yang diinvestasikan
menggunakan angka laporan keuangan yang dilaporkan sebagai titik awal.
Beberapa penyesuaian, seperti yang berkaitan dengan inventaris, memengaruhi
pembilang dan penyebut pengembalian atas modal yang diinvestasikan,
sehingga memoderasi pengaruhnya. Apa pun dampaknya, analisis laba atau
pengembalian atas modal yang diinvestasikan harus menggunakan angka-
angka laporan keuangan yang disesuaikan secara tepat.
1.2.3 Menghitung Pengembalian Modal yang Diinvestasikan
a. Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net Operating Assets—
RNOA)
Pengembalian aset operasi bersih (RNOA) dihitung sebagai:
Net operating profits after tax(NOPAT )
RNOA=
Average net operating assets(NOA )
Penyebut persamaannya, aset operasi bersih (Net Operating Assets
—NOA), sama dengan aset operasi dikurangi kewajiban operasional. Aset
dan liabilitas operasi adalah aset dan liabilitas yang diperlukan untuk
menjalankan bisnis perusahaan, dan mencakup kas, piutang, persediaan,
biaya dibayar di muka, aset pajak tangguhan, properti, pabrik, dan
peralatan (Property, Plant, and Equipment—PPE), serta investasi jangka

3
panjang yang berkaitan dengan strategi akuisisi (seperti investasi metode
ekuitas, goodwill, dan aset tak berwujud yang diperoleh). Yang dikurangi
dari aset operasi ini adalah liabilitas operasional jangka pendek, seperti
utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar, dan liabilitas operasional
jangka panjang, seperti liabilitas pensiun dan pasca pensiun lainnya serta
liabilitas pajak penghasilan tangguhan.
Aset non-operasional mencakup investasi pada surat berharga,
investasi ekuitas non-strategis, dan investasi pada operasi yang dihentikan
sebelum dijual. Kewajiban non-operasi termasuk obligasi dan kewajiban
berbunga jangka panjang lainnya, serta bagian tidak lancar dari sewa yang
dikapitalisasi. Kewajiban keuangan bersih (Net Financial Obligation—
NFO) sama terhadap kewajiban non-operasional dikurangi aset non-
operasional (kewajiban dicantumkan terlebih dahulu untuk menghasilkan
tanda positif karena sebagian besar perusahaan memiliki lebih banyak
kewajiban keuangan daripada aset keuangan).
b. Pengembalian Ekuitas Pemegang Saham Biasa (Return on Common
Shareholders’ Equity—ROCE)
Pengembalian ekuitas biasa biasanya tidak termasuk semua modal
yang diinvestasikan kecuali ekuitas pemegang saham biasa. Pengembalian
ekuitas biasa dihitung sebagai:
Net income−Preferred dividends
ROCE= '
Average common shareholders equity
ROCE terdiri dari dua komponen: pengembalian operasi (RNOA)
dan pengembalian non-operasional (efek positif atau negatif dari leverage
keuangan).
1.3 Analisis Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net Operating Assets)
Pengembalian modal yang diinvestasikan berguna dalam evaluasi manajemen,
analisis profitabilitas, serta perencanaan dan pengendalian. Penggunaan pengembalian
atas modal yang diinvestasikan untuk tugas-tugas ini memerlukan pemahaman
menyeluruh tentang ukuran pengembalian ini. Sebab, ukuran pengembalian mencakup
komponen-komponen yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap pemahaman
kinerja perusahaan.

4
1.3.1 Memisahkan Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net Operating
Assets)
Disagregasi (pemisahan) pengembalian aset operasi bersih ini adalah:
Returnon net operating assets=Net operating profit margin× Net operating asset turnover
NOPAT NOPAT Sales
= ×
Average NOA Sales Average NOA
Hubungan NOPAT ke penjualan disebut margin laba operasi bersih (atau
hanya margin NOPAT) dan mengukur profitabilitas operasi perusahaan relatif
terhadap penjualan. Hubungan penjualan ke NOA disebut perputaran aset
operasi bersih (atau sekadar perputaran NOA) dan mengukur efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari aset operasi bersih.
Dekomposisi ini menyoroti peran komponen-komponen ini, baik margin
NOPAT dan omset NOA, dalam menentukan laba atas aset operasi bersih
(RNOA). Margin NOPAT dan perputaran NOA adalah ukuran berguna yang
memerlukan analisis untuk mendapatkan wawasan tentang profitabilitas
perusahaan.
a. Pengaruh Manfaat Operasi
Aset operasi bersih (NOA) dikurangi dengan peningkatan liabilitas
operasi, sehingga meningkatkan perputaran aset operasi bersih. Asalkan
kenaikan kewajiban operasional tidak mempengaruhi NOPAT, RNOA
juga meningkat. Efek tanggung jawab operasional terlihat dalam
dekomposisi alternatif RNOA ini:
NOPAT Sales
RNOA= × ×(1+ OLLEV )
Sales AverageOA
Dimana OA adalah Aset Operasional—Operating Assets (gross) dan
OLLEV (Rata-rata Kewajiban Operasional—Average Operating
Liabilities/Rata-rata—Average NOA) adalah rasio leverage kewajiban
operasional. Karena OLLEV adalah angka positif, peningkatan OLLEV
meningkatkan RNOA.
1.3.2 Hubungan Antara Profit Margin dan Asset Turnover
Karena RNOA merupakan fungsi dari margin dan perputaran, maka
tergoda untuk menganalisis kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
RNOA dengan meningkatkan profit margin sambil menjaga perputaran tetap

5
konstan, atau sebaliknya. Sayangnya, jawabannya tidak sesederhana itu karena
kedua langkah tersebut tidak berdiri sendiri. Profit margin merupakan fungsi
dari penjualan (harga jual × unit terjual) dan biaya operasional. Turnover juga
merupakan fungsi dari sales (penjualan/aset). Akibatnya, peningkatan profit
margin dengan meningkatkan harga jual berdampak pada unit yang terjual.
Selain itu, pengurangan biaya operasional terkait pemasaran dalam upaya
meningkatkan profitabilitas biasanya berdampak pada permintaan produk.
Harga jual, pemasaran, penelitian dan pengembangan, produksi, dan sejumlah
area bisnis lainnya harus dikelola secara efektif untuk memaksimalkan RNOA.
a. Pemisahan Profit Margin
Margin laba operasi (Operating Profit Margin—OPM) didefinisikan
sebagai berikut:
Net operating profit after tax(NOPAT )
Sales
Margin laba operasi adalah fungsi dari harga jual per unit produk
atau jasa dibandingkan dengan biaya per unit untuk membawa produk atau
jasa tersebut ke pasar dan melayani kebutuhan pelanggan setelah
penjualan. Untuk tujuan analisis, ada baiknya untuk memilah margin
keuntungan (Profit Margin—PM) sebelum pajak secara agregat ke dalam
komponen-komponennya:
Pretax PM =Pretax sales PM + Pretax other PM
Gross margin Selling expense Administration expense R∧D
Pretax sales PM = − − −
Sales Sales Sales Sales
Equity income Special items
Pretax other PM = ± ±…
Sales Sales
Berikut adalah beberapa bidang penting dalam analisis profitabilitas:
 Gross profit. Laba kotor (gross profit/gross margin) diukur sebagai
pendapatan dikurangi biaya penjualan. Seringkali dilaporkan dalam
satuan persen (gross profit percent), yang dihitung sebagai laba kotor
dibagi penjualan. Perubahan laba kotor sering kali disebabkan oleh
salah satu atau kombinasi hal berikut: (1) kenaikan (penurunan)
volume penjualan, (2) kenaikan (penurunan) harga jual satuan, dan (3)
kenaikan (penurunan) biaya per unit.

6
 Selling Expenses (Beban Penjualan). Penting untuk membedakan
antara persentase beban penjualan terhadap pendapatan untuk
pelanggan baru dan pelanggan tetap. Hal ini mempunyai implikasi
terhadap perkiraan profitabilitas. Jika suatu perusahaan harus
meningkatkan beban penjualan secara substansial untuk meningkatkan
penjualan, profitabilitasnya akan terbatas atau dapat menurun.
 General and Administrative Expense (Beban Umum dan
Administrasi). Sebagian besar pengeluaran umum dan administrasi
bersifat tetap, terutama karena pengeluaran ini mencakup hal-hal
seperti gaji dan sewa. Ada kecenderungan biaya-biaya ini meningkat,
terutama pada masa-masa makmur. Saat menganalisis pengeluaran-
pengeluaran ini, analisis harus mengarahkan perhatian pada tren
pengeluaran-pengeluaran ini dan persentase pendapatan yang
dikonsumsi.
b. Pemisahan Asset Turnover
Ukuran standar perputaran aset dalam menentukan pengembalian
atas aset adalah:
Sales
Average net operating assets
Perputaran aset mengukur intensitas penggunaan aset oleh
perusahaan. Ukuran pemanfaatan aset yang paling relevan adalah
penjualan, karena penjualan sangat penting untuk memperoleh
keuntungan. Secara umum, tingkat perputaran mencerminkan
produktivitas relatif aset, yaitu tingkat volume penjualan yang kita peroleh
dari setiap dolar yang diinvestasikan pada aset tertentu.
 Accounts Receivable Turnover (Perputaran Piutang). Tingkat
perputaran piutang didefinisikan sebagai berikut:
Sales
Account receivable turnover=
Average accounts receivable
Piutang adalah aset yang harus dibiayai dengan sejumlah biaya modal.
Selain itu, piutang mempunyai risiko penagihan dan memerlukan
overhead tambahan dalam bentuk departemen kredit dan penagihan.

7
Pandangan alternatif tentang perputaran piutang adalah periode
penagihan rata-rata (average collection period), sebagai berikut:
Accounts receivable
A verage collection period=
Averagedaily sales
Matrik ini mencerminkan rata-rata berapa lama piutang beredar.
Secara umum, semakin rendah tingkat perputaran piutang, semakin
tinggi rata-rata periode penagihannya.
 Inventory Turnover (Perputaran Persediaan). Tingkat perputaran
persediaan dihitung sebagai berikut:
Cost of goods sold
Inventory turnover=
Average inventory
Rasio ini menggunakan harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold—
COGS) sebagai ukuran volume penjualan karena penyebutnya,
persediaan dilaporkan berdasarkan biaya, bukan eceran. Oleh karena
itu, pembilang dan penyebut diukur berdasarkan biaya perolehan.
Seperti periode penagihan rata-rata, pandangan alternatif tentang
tingkat perputaran persediaan sebagai berikut:
Inventory
Average inventory days outstanding=
Average daily COGS
Rata-rata hari persediaan yang beredar memberi indikasi berapa lama
persediaan tersedia untuk dijual.
 Long-Term Operating Asset Turnover (Perputaran Aset Operasi
Jangka Panjang). Perputaran aset operasi jangka panjang dihitung
sebagai berikut:
Sales
Long term operating asset turnover=
Average longterm operating assets
Industri padat modal, seperti perusahaan manufaktur, memerlukan
investasi besar pada aset jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan-
perusahaan tersebut memiliki perputaran aset operasi jangka panjang
yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan yang kurang
padat modal, seperti bisnis jasa. Tingkat perputaran aset operasi
jangka panjang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
pembilangnya dengan meningkatkan keluaran (penjualan) atau dengan
mengurangi penyebutnya.

8
 Accounts Payable Turnover (Perputaran Utang Usaha). Aset
operasi lancar seperti persediaan sebagian besar dibiayai oleh utang
usaha. Utang tersebut biasanya merupakan pembiayaan bebas bunga
dan, oleh karena itu, lebih murah dibandingkan menggunakan uang
pinjaman untuk membiayai pembelian atau produksi inventaris.
Tingkat perputaran hutang dihitung sebagai berikut:
Cost of goods sold
Accounts payable turnover=
Average accounts payable
Seperti halnya persediaan, utang dilaporkan berdasarkan biaya, bukan
harga eceran. Jadi, agar konsisten dengan penyebut, digunakan harga
pokok penjualan (bukan penjualan) sebagai pembilangnya. Matrik
yang serupa dengan perputaran utang usaha adalah rata-rata hari
utang terutang (average payable days outstanding):
Accounts payable
Average payable days outstanding=
Average daily COGS
Tingkat perputaran utang usaha yang lebih rendah berarti rata-rata hari
utang terutang yang lebih tinggi.
 Net Operating Working Capital Turnover (Perputaran Modal
Kerja Operasi Bersih). Modal kerja operasi bersih sama dengan aset
lancar operasi dikurangi kewajiban lancar operasi. Modal kerja
operasi bersih adalah aset yang harus dibiayai sama seperti aset
lainnya. Konsekuensinya, perusahaan ingin mengoptimalkan investasi
pada aset ini. Tingkat perputaran modal kerja operasi dihitung sebagai
berikut:
Net sales
Net operating working capital turnover=
Average net operating working capital
Perusahaan pada umumnya menginginkan tingkat perputaran modal
kerja operasi bersih yang lebih tinggi daripada tingkat perputaran
modal kerja yang lebih rendah, semuanya sama, karena perputaran
modal kerja operasi yang lebih tinggi mencerminkan lebih sedikit
investasi pada modal kerja untuk setiap dolar penjualan.
1.4 Analisis Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Common Equity—ROCE)

9
Return on common shareholder' equity (ROCE), atau sekadar return on common
equity, merupakan hal yang sangat menarik bagi para pemegang saham suatu
perusahaan. Kreditor biasanya menerima pengembalian tetap atas pembiayaannya.
Pemegang saham preferen biasanya menerima dividen tetap. Namun pemegang saham
biasa tidak diberikan keuntungan tetap atau dijanjikan. Hubungan antara laba atas
ekuitas pemegang saham dan laba atas aset operasional bersih juga penting karena
mempengaruhi analisis keberhasilan perusahaan dengan leverage keuangan.
Pengembalian ekuitas pemegang saham biasa memainkan peran penting dalam
penilaian ekuitas. Berikut rumus penilaian saham berbasis akuntansi:
¿t +1−( k × BV t ) ¿t +2−( k × BV t +1 )
V t =BV t + + +…
( 1+k ) (1+ k )2
dimana V adalah nilai perusahaan, BV adalah nilai buku ekuitas pemegang saham, NI
adalah laba bersih, dan k adalah biaya modal ekuitas (pengembalian yang diharapkan
pemegang saham atas investasinya). Melalui penyederhanaan aljabar, rumusnya dapat
disajikan kembali dalam bentuk pengembalian ekuitas pemegang saham biasa (ROCE)
di masa depan sebagai berikut:
( ROCE t +1−k ) BV t ( ROCE t+ 2−k ) BV t+1
V t =BV t + + +…
(1+ k ) ( 1+ k )2
dimana ROCE seperti yang didefinisikan di atas. Formula ini secara intuitif menarik.
Yaitu, hal ini mengimplikasikan bahwa perusahaan dengan ROCE yang diharapkan
lebih besar dari tingkat pengembalian yang disyaratkan investor (k) meningkatkan nilai
melebihi nilai buku saja.
1.4.1 Memisahkan Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Common Equity)
Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa dapat dipisahkan
untuk memperoleh:
ROCE=RNOA +( LEV × Spread)
dimana RNOA adalah imbal hasil atas aset operasi bersih, dan suku kedua
(LEV × Spread) adalah pengaruh leverage keuangan. Komponen pertama dari
pengaruh leverage keuangan adalah tingkat leverage keuangan (LEV), yang
diukur dengan jumlah relatif kewajiban keuangan bersih dan ekuitas pemegang
saham yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai aset operasi
bersihnya. Komponen kedua adalah spread, yaitu return on net operating

10
assets (RNOA) dikurangi net financial return (NFR), dimana NFR adalah rata-
rata net return on financial (non-operating) kewajiban dan aset. NFR dihitung
sebagai net financial expense (NFE) dibagi dengan rata-rata net financial
obligations (NFO) yang terutang selama tahun berjalan. Sama seperti NFO
yang mencakup kewajiban berbunga, surat berharga yang kurang dapat
dipasarkan, dan aset non-operasional lainnya (seperti operasi yang dihentikan
dan investasi non-strategis lainnya), demikian pula NFE mencakup beban
bunga, dikurangi hasil investasi pada surat berharga.
1.4.2 Menghitung Pengembalian Modal yang Diinvestasikan (Return on
Invested Capital)
a. Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net Operating Assets—
RNOA)
Aset operasi bersih (Net Operating Assets—NOA) dapat dihitung
sebagai berikut:
'
NOA=Net financial obligations ( NFO ) + Stockholder s Equity (SE)
b. Pemisahan Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net
Operating Assets—RNOA)
Pengembalian aset operasi bersih dapat dipisahkan menjadi
komponen operating profit margin dan net operating asset turnover:
RNOA=Operating profit margin × Net operating asset turnover
NOPAT Sales
RNOA= ×
Sales Average net operating assets
c. Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Common Equity—ROCE)
Pengembalian ekuitas saham biasa (return on common
sharehorlders’ equity) dihitung sebagai berikut:
Net income−Preferred dividends
ROCE=
Average common equity
d. Pemisahan Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Common Equity)
Pengembalian ekuitas biasa dapat dipisahkan menjadi komponen
margin dan turnover.
RNOA=NOPAT margin ( NOPAT /Sales ) × NOA turnover ( Sales/ Average NOA )
Analisis tingkat ketiga dilanjutkan dengan perhitungan masing-masing pos
pendapatan dan beban sebagai persentase penjualan

11
1.4.3 Menilai Pertumbuhan Ekuitas Biasa
a. Tingkat Pertumbuhan Ekuitas (Equity Growth Rate)
Menilai tingkat pertumbuhan ekuitas umum suatu perusahaan dapat
melalui retensi laba. Analisis ini menekankan pertumbuhan ekuitas tanpa
menggunakan pendanaan eksternal. Untuk menilai pertumbuhan ekuitas,
diasumsikan retensi laba dan pembayaran dividen konstan lembur. Tingkat
pertumbuhan ekuitas dihitung sebagai berikut:
Net income−Preferred dividends−Common dividends
Equity growth rate=
Average common equity
b. Tingkat Pertumbuhan Ekuitas yang Berkelanjutan (Sustainable
Equity Growth Rate)
Tingkat pertumbuhan ekuitas yang berkelanjutan, atau sekadar
pertumbuhan ekuitas yang berkelanjutan, mengakui bahwa pertumbuhan
internal suatu perusahaan bergantung pada retensi laba dan laba yang
diperoleh dari laba ditahan. Secara khusus, tingkat pertumbuhan ekuitas
berkelanjutan dihitung sebagai berikut:
Sustainable equity growth rate=ROCE ×(1−Payout rate)
Ketika memperkirakan tingkat pertumbuhan ekuitas di masa depan, sering
kali disarankan untuk menghitung rata-rata (atau mengakui) tingkat
pertumbuhan berkelanjutan selama beberapa tahun terakhir. Kita juga
harus mengenali potensi perubahan dalam retensi laba dan perkiraan
ROCE.
1.5 Lampiran 8A: Tantangan Perusahaan yang Diversifikasi
Analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiversifikasi harus memisahkan
dan menafsirkan dampak masing-masing segmen bisnis terhadap perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini merupakan tantangan karena segmen atau divisi yang berbeda
dapat mengalami tingkat profitabilitas, risiko, dan peluang pertumbuhan yang berbeda-
beda. Evaluasi, proyeksi, dan penilaian pendapatan mengharuskan informasi ini
dipisahkan ke dalam segmen-segmen yang memiliki karakteristik variabilitas,
pertumbuhan, dan risiko yang sama.
1.5.1 Pelaporan Berdasarkan Segmen
Badan pengatur telah menetapkan persyaratan pelaporan untuk segmen
industri, aktivitas internasional, penjualan ekspor, dan pelanggan utama.

12
Praktik menganggap suatu segmen signifikan jika penjualan, pendapatan (atau
kerugian) operasinya, atau aset yang dapat diidentifikasi berjumlah 10% atau
lebih dari jumlah gabungan seluruh segmen operasi perusahaan. Untuk
memastikan bahwa segmen-segmen ini merupakan bagian penting dari operasi
perusahaan, penjualan gabungan dari seluruh segmen yang dilaporkan harus
mencapai minimal 75% dari penjualan gabungan perusahaan. Untuk setiap
segmen, perusahaan harus melaporkan informasi keuangan tahunan terpilih
(lihat SEAS 131) termasuk (1) penjualan ke segmen lain dan pelanggan
eksternal, (2) pendapatan operasional (pendapatan dikurangi biaya
operasional), (3) aset yang dapat diidentifikasi, ( 4) beban atau manfaat bunga
dan pajak, (5) keuntungan dan kerugian pos khusus, dan (6) beban penyusutan,
deplesi, dan amortisasi. Selain itu, jika perusahaan memperoleh 10% atau lebih
pendapatan dari penjualan ke satu pelanggan, pendapatan dari pelanggan
tersebut harus dilaporkan. SEC juga memerlukan deskripsi naratif bisnis
perusahaan berdasarkan segmen operasi seperti informasi mengenai
persaingan, ketergantungan pelanggan, produk dan layanan utama, jaminan
simpanan, sumber dan ketersediaan bahan mentah, paten, biaya penelitian dan
pengembangan, jumlah karyawan, dan musiman bisnisnya.
1.5.2 Analisis Implikasi Laporan Segmen
Laporan segmen adalah dan harus dianalisis sebagai informasi-informasi
"lunak" yang dapat dimanipulasi dan ditafsirkan sebelumnya oleh manajemen.
Hal ini harus diperlakukan dengan ketidakpastian, dan kesimpulan yang
diambil dari data ini harus tunduk pada sumber verifikasi alternatif. Meskipun
demikian, data segmen yang didukung oleh bukti alternatif bisa sangat berguna
untuk analisis. Secara khusus, data segmen dapat membantu analisis kami
a. Pertumbuhan penjualan (sales growth). Analisis tren penjualan
berdasarkan segmen berguna dalam menilai profitabilitas. Pertumbuhan
penjualan sering kali disebabkan oleh satu atau lebih faktor, termasuk (1)
perubahan harga, (2) perubahan volume, (3) akuisisi/divestasi, dan (4)
perubahan nilai tukar. Bagian Diskusi dan Analisis Manajemen suatu
perusahaan biasanya menawarkan wawasan tentang penyebab
pertumbuhan penjualan.

13
b. Pertumbuhan asset (asset growth). Analisis tren aset yang dapat
diidentifikasi berdasarkan segmen relevan untuk analisis profitabilitas.
Membandingkan belanja modal dengan depresiasi dapat mengungkap
segmen yang mengalami pertumbuhan “nyata”.
c. Profitabilitas (profitability). Ukuran pendapatan operasional terhadap
penjualan dan pendapatan operasional terhadap aset yang dapat
diidentifikasi berdasarkan segmen berguna dalam menganalisis
profitabilitas. Karena keterbatasan data pendapatan segmen, analisis harus
fokus pada tren versus tingkat absolut.

14

Anda mungkin juga menyukai