Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DAN KEARIFAN LOKAL

Disusun Oleh :

NYDIA ARIELLA ATALIE (2316021059)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT.


Yang mana telah memberikan karunia-Nya yang begitu besar sehingga
dengan rasa syukur yang dapat kami rasakan. Karena berkat rahmat dan
ridho-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemerintahan
Nasional.

Dalam proses penyusunan ini tidak terlepas dari bimbingan dan


arahan dari dosen pengampu. Maka dari itu kami ucapkan rasa hormat
dan terimakasih kepada Bapak Drs. Ismono Hadi, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pemerintahan Nasional.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengakui bahwa penulisan


makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan baik dari segi
penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan
dimasa yang akan datang . walaupun demikian kami mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 20 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 9
1.3 TUJUAN PENULISAN .............................................................................. 10
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 11
2.1 DEFINISI KOMISI PEMILIHAN UMUM..................................................... 11
2.2 PERAN, TUGAS, DAN WEWENANG KPU ............................................ 11
2.3 KINERJA KPU DALAM PENYELENGGARAAN PEMILU ........................ 15
2.4 TANTANGAN YANG DI HADAPKAN KEPADA KPU ................................ 17
BAB III PENUTUP ...............................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ...................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup


keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral serta
flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah maupun didalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan
bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Menurut Otto
Soemarwoto mendefinisikan lingkungan atau lingkungan hidup merupakan
segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan
berpengaruh pada kehidupannya. Sedangkan menurut Salim Emil,
lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh
yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal
yang hidup termasuk kehidupan manusia.
penyelenggaraan pedidikan tidak terlepas dari lingkungan tempat
Pendidikan itu diselenggarakan. Menurut Avianto Muhtadi dkk lingkungan
merupkan sesuatu yang mengelilingi kita, tempat kita berada dan
melangsungkan kehidupan serta memenuhi segala keperluan hidup.
Lingkungan yang mengelilingi atau melingkupi suatu organisme atau
sekelompok organisme dan kondisi sosial dan kultural yang berpengaruh
terhadap individu atau komunitas. Pengertian lingkungan juga ditegaskan
pemerintah melalui yuridis undang-undang nomor 32 tahun 2009.
Menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri.
kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Lingkungan adalah semua yang ada di sekitar.
Manusia dan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Lingkungan juga
dimaknai semua hal di luar diri. Lingkungan dapat dijadikan sebagai
bahan belajar. Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
di sekitarnya seperti benda dan orang yang berbeda. Otto Somarwoto,
mencirikan lingkungan yakni segala sesuatu yang mempengaruhi
kehidupan kita. Selanjutnya, S.T. Munajat Danusyaputro, lingkungan
adalah segala keadaan termasuk orang dan kegiatannya dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Selain itu, A.L.
Selamet Riyadi, lingkungan adalah ilmu karena dapat menerapkan
disiplin ilmu yang berbeda melalui cara biologis untuk menangani masalah
lingkungan yang ditimbulkan oleh gerakan manusia itu sendiri. Sesuai
kata-kata Islam, lingkungan dikenal sebagai ungkapan al-Bi'ah yang
menyiratkan lingkungan sebagai ruang hidup, khususnya bagi manusia.
Demikian pula Undang-undang juga mengandung pengertian tentang
lingkungan yaitu segala benda, kekuasaan, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan cara berperilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, manusia dan makhluk hidup lain.
Satu lagi definisi yang dikemukakan oleh Jain adalah bahwa
lingkungan adalah: “… environment is made up ascombination of our
natural and physical surrounding and the relationship of people with
environment, wich includes aestetic, historical, cultural, economic and
social." Lingkungan terdiri dari perpaduan faktor lingkungan reguler dan
aktual dan hubungan manusia dengan lingkungan, yang menggabungkan
keestetikan, sosial, moneter, dan budaya.
Lingkungan dicirikan sebagai keadaan fisik, senyawa dan biotik
yang meliputi dan makhluk hidup. Sementara itu, lingkungan merupakan
anugerah Tuhan yang dibagikan kepada manusia untuk dijaga dan
dilestarikan, bukan untuk dimanfaatkan secara tidak wajar sehingga
muncul sifat-sifat yang merugikan dan miring yang mengakibatkan
terganggunya kehidupan di dunia ini. Dengan tujuan yang sama, Siahaan
mengutarakan pengertian lingkungan sebagai segala hal yang terdapat
pada suatu ruang dimana makhluk hidup tinggal dan dapat mempengaruhi
kehidupan mereka.
Menurut Agoes Soegianto, lingkungan adalah upaya untuk
menyelidiki informasi tentang bagaimana alam berfungsi. Apa yang
disiratkannya adalah apa arti orang untuk lingkungan dan mengurus
masalah alam yang orang cari menuju masyarakat yang ekonomis.
Semua makhluk hidup harus mendapatkan makanan yang cukup, udara
bersih, air bersih, dan lainnya agar mampu hidup dengan baik. Emil Salim,
guru di Perguruan Tinggi Indonesia yang juga menyatakan hal yang sama
tentang lingkungan.
Secara sosial kultural, lingkungan berisi semua perasaan, kerja
sama, dan kondisi luar yang sebanding dengan perlakuan atau pekerjaan
orang lain. Desain kehidupan sehari-hari, afiliasi kelompok, cara hidup
daerah setempat, pembelajaran yang berhasil, menunjukkan pelatihan,
arahan dan bimbingan diartikan sebagai lingkungan. Lingkungan dapat
pula diartikan sebagai kerangka rumit di luar diri seseorang yang
berdampak ke perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup.14 Dapat
diismpulkan bahwa lingkungan merupakan ruang atau tempat yang terlibat
oleh setiap makhluk hidup yang saling mempengaruhi dan berhubungan
satu sama lain.

Dengan mendasarkan dirinya pada teori etika biosentrisme, ekosentrisme,


dan ekofeminisme, Keraf mencoba untuk merumuskan beberapa prinsip-
prinsip moral yang relevan untuk lingkungan hidup. Ia merumuskan
setidaknya ada sembilan prinsip moral yang dapat dijadikan sebagai
pegangan atau tuntunan bagi perilaku manusia dalam memperlakukan
alam ini. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: 1. Sikap Hormat terhadap Alam
(Respect for Nature)
Terlepas dari perbedaan cara pandang diantara antroposentrisme,
biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme, semua teori etika
lingkungan tersebut sama-sama mengakui bahwa alam semesta perlu
dihormati. Bedanya antroposentrisme menghormati alam karena
kepentingan manusia bergantung pada kelestarian dan integritas alam.
Sebaliknya, biosentrisme dan ekosentrisme beranggapan bahwa manusia
mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam semesta dengan
segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan karena alam
mempunyai nilai pada dirinyaa sendiri.
Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa komunitas ekologis
adalah komunitas moral, setiap anggota komunitas (manusia) atau bukan)
mempunyai kewajiban moral untuk saling menghormati. Secara khusus,
sebagai pelaku moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk
menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk lain
dalam komunitas ekologis seluruhnya. Bahkan menurut teori Deep
Ecologi, manusia pun dituntut untuk menghargai dan menghormati benda-
benda yang non hayati, karena semua benda di alam semesta
mempunyai “ hak yang sama untuk berada, hidup dan berkembang”.
Alam memiliki hak untuk dihormati, bukan hanya karena kehidupan
manusia bergantung pada alam, tetapi lebih pada karena manusia
merupakan bagian dari kesatuan alam itu sendiri. Manusia merupakan
anggota komunitas ekologis, maka ketika manusia menjaga dan
menghormati alam ini, sejatinya ia telah menjaga dan menghormati dirinya
sendiri. 2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)
Manusia, sebagai bagian dari alam semesta, memiliki tanggung untuk
menjaga dan memelihara alam ini. Tanggung jawab ini tidak hanya
bersifat individual melainkan juga kolektif.

Prinsip tanggung jawab moral ini menuntut manusia untuk


mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara
nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya Dengan prinsip
tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab bersama itu, setiap
orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam
semesta ini sebagai milik bersama dengan rasamemiliki yang tinggi
seakan milik pribadinya.
Tanggung jawab ini akan muncul seandainya pandangan dan sikap
moral yang dimiliki adalah bahwa alam bukan sekadar untuk kepentingan
manusia. Ketika alam dilihat sekadar untuk kepentingan manusia,
memang milik bersama lalu dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab.
Sebaliknya, kalau alam dihargai sebagai bernilai pada dirinya sendiri,
maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri
manusia, meskipun yang dihadapinya sebuah milik bersama. Solidaritas
Kosmis (Cosmic Solidarity) Sama halnya dengan kedua prinsip di atas,
prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian
integral dari alam semesta.
Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk hidup
lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia
perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan
sesama makhluk hidup lain. Manusia kemudian bisa ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk hidup lain di alam sayang,
luas wawasannya seluas alam, demokratis seperti alam yang menerima
dan mengakomodasi perbedaan dan keragaman.

Prinsip “No Harm” Berdasarkan keempat prinsip moral tersebut,


prinsip moral lainnya yang relevan dengan lingkungan hidup adalah
prinsip no harm. Artinya, karena manusia mempunyai kewajiban moral
dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau
merugikan alam secara tidak perlu. Ketika manusia merasa dirinya
sebagai bagian dari anggota komunitas ekologis, manusia merasa solider
dengan dan peduli terhadap alam beserta segala isinya. Kewajiban, sikap
solideran dan kepedulian ini bisa mengambil bentuk minimal berupa tidak
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk
hidup lain di alam semesta ini (no harm), sebagaimana manusia tidak
dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan yang merugikan
sesama manusia.

Kewajiban dan tanggung jawab moral bisa dinyatakan dalam


bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care), melindungi,
menjaga, dan melestarikan alam. Sebaliknya, kewajiban dan tanggung
jawab moral yang sama bisa mengambil bentuk minimal dengan tidak
melakukan tindakan yang merugikan alam semesta dan segala isinya,
seperti tidak menyakiti binatang, tidak menyebabkan musnahnya spesies
tertentu, tidak menyebabkan matinya ikan di laut atau sungai, tidak
menyebabkan keanekaragaman hayati di hutan musnah dengan
membakar hutan, tidak membuang limbah seenaknya, dan sebagainya.
Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam Keraf, mengutip dari
Arne Naess bahwa: “simple in means, but rich in ends an values"; “High
quality of life yes! High standard of living!” dan “not having but being”.
Dengan prinsip-prinsip ini, yang ditekankan adalah nilai, kualitas, cara
hidup yang baik, dan bukan kekayaan, sarana standard material.

Yang ditekankan bukan rakus dan tamak mengumpulkan harta dan


memiliki sebanyak-banyaknya, tetapi yang lebih peting adalah mutu
kehidupan yang baik. Prinsip ini sangat penting karena, terutama di
kehidupan modern saat ini, manusia cenderung konsumtif, tamak, dan
rakus. Tentu saja tidak berarti bahwa manusia tidak boleh memanfaatkan
alam untuk kepentingannya. Kalau manusia memahami dirinya sebagai
bagianintegral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu secukupnya.
Ada batas sekadar untuk hidup secara layak sebagai manusia. Maka,
prinsip hidup sederhana menjadi prinsip fundamental. Bersamaan dengan
itu, ia akan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti
hokum alam, yaitu hidup dengan

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan , kami
menemukan beberapa rumusan masalah diantaranya, yaitu:
1. Apa definisi dari etika lingkungan ?
2. Apa saja yang menjadi tugas, peran, dan ?
3. Bagaimana kinerjca KPU dalam penyelenggaraan pemilihan
presiden?
4. Apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh KPU?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini diantaranya ,yaitu:
1. Mengetahui pengertian Komisi Pemilihan Umum sebagai salah satu
lembaga negara
2. Menjabarkan tugas, peran, dan wewenang Komisi Pemilihan
Umum dalam pemilihan presiden
3. Menjabarkan kinerja Komisi Pemilihan Umum dalam
penyelenggaraan pemilihan presiden
4. Mengetahui dan menjabarkan tantangan yang di hadapi oleh
Komisi Pemilihan Umum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ETIKA LINGKUNGAN

Jika kita membahas tentang etika lingkungan dalam pandangan Sonny


Keraf, maka yang dimaksudkan adalah teori etika lingkungan yang
terdapat dalam hasil karya ilmiahnya (Tesis) yang berjudul Etika
Lingkungan Hidup. Melalui bukunya tersebut, Keraf banyak mengulas
mengenai permasalahan lingkungan hidup, dimulai dari teori-teori etika
terdahulu, yang kemudian dengan teori-teori tersebut ia menarik beberapa
kesimpulan dan mencoba menawarkan cara pandang atau paradigma
baru sekaligus perilaku baru terhadap lingkungan hidup atau alam, yang
bisa dianggap sebagai solusi terhadap krisis ekologi. Dengan meletakkan
dirinya pada teori etika biosentrisme dan ekosentrisme, keraf memahami
alam semesta atau lingkungan hidup sebagai sebuah Oikos (berasal dari
bahasa Yunani) yang artinya adalah habitat tempat tinggal atau rumah
tempat tinggal. Tetapi Oikos di sini tidak hanya dipahami sebagai
lingkungan sekitar dimana manusia hidup saja, dia bukan sekedar rumah
tempat tinggal manusia.

Oikos dipahami sebagai keseluruhan alam semesta dan seluruh


interaksi saling pengaruh yang terjalin di dalamnya di antara makhluk
hidup dengan makhluk hidup lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem
atau habitat. Jadi, kalau Oikos adalah rumah, itu adalah rumah bagi
semua makhluk hidup (bukan hanya manusia) yang sekaligus
menggambarkan interaksi dan keadaan seluruhnya yang berlangsung
didalamnya. Oikos menggambarkan tempat tinggal, rumah, habitat tempat
yang memungkinkan kehidupan tumbuh dan berkembang, singkatnya,
lingkungan hidup tidak hanya berkaitan dengan lingkungan fisik tetapi juga
dengan kehidupan yang terjalin dan berkembang di dalamnya.
Dalam bukunya yang berjudul Etika Lingkungan Hidup, Keraf
mengatakan bahwa etika lingkungan hidup dipahami sebagai sebuah
disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang
mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai
dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan
dengan alam tersebut.

Etika lingkungan hidup tidak hanya dipahami dalam pengertian


moral yang sama dengan pengertian moralitas sebagaimana telah
dijelaskan. Etika lingkungan hidup lebih dipahami sebagai sebuah kritik
atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi pada
komunitas sosial manusia. Etika lingkungan hidup menuntut agar etika
dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas biotis atau
komunitas ekologis. Etika lingkungan hidup juga dipahami sebagai refleksi
kritis atas norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama ini
dikenal dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas
dalam komunitas biotis atau komunitas ekologis.

Selain itu, etika lingkungan hidup juga dipahami sebagai refleksi


kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi
pilihan-pilihan moral yang terkait dengan isu lingkungan hidup. Termasuk,
apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan moral dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan hidup.
Juga, apa yang harus diputuskan pemerintah dalam kebijakan ekonomi
dan politiknya yang berdampak pada lingkungan hidup. Hal ini berarti
bahwa etika lingkungan hidup tidak hanya berbicara mengenai perilaku
manusia terhadap alam. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai
relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara
manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara
keseluruhan. Termasuk di dalamnya, berbagai kebijakan politik dan
ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap
alam.

2.2 PRINSIP PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN

Dengan mendasarkan dirinya pada teori etika biosentrisme,


ekosentrisme, dan ekofeminisme, Keraf mencoba untuk merumuskan
beberapa prinsip-prinsip moral yang relevan untuk lingkungan hidup. Ia
merumuskan setidaknya ada sembilan prinsip moral yang dapat dijadikan
sebagai pegangan atau tuntunan bagi perilaku manusia
dalammemperlakukan alam ini. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Terlepas dari perbedaan cara pandang diantara antroposentrisme,


biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme, semua teori etika
lingkungan tersebut sama-sama mengakui bahwa alam semesta perlu
dihormati. Bedanya antroposentrisme menghormati alam karena
kepentingan manusia bergantung pada kelestarian dan integritas alam.
Sebaliknya, biosentrisme dan ekosentrisme beranggapan bahwa manusia
mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam semesta dengan
segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan karena alam
mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa komunitas ekologis adalah


komunitas moral, setiap anggota komunitas (manusia)atau bukan)
mempunyai kewajiban moral untuk saling menghormati Secara khusus,
sebagai pelaku moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk
menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk lain
dalam komunitas ekologis seluruhnya. Bahkan menurut teori Deep
Ecologi, manusia pun dituntut untuk menghargai dan menghormati benda-
benda yang non hayati, karena semua benda di alam semesta
mempunyai “ hak yang sama untuk berada, hidup dan berkembang”.
Alam memiliki hak untuk dihormati, bukan hanya karena kehidupan
manusia bergantung pada alam, tetapi lebih pada karena manusia
merupakan bagian dari kesatuan alam itu sendiri. Manusia merupakan
anggota komunitas ekologis, maka ketika manusia menjaga dan
menghormati alam ini, sejatinya ia telah menjaga dan menghormati dirinya
sendiri.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)

Manusia, sebagai bagian dari alam semesta, memiliki tanggung


untuk menjaga dan memelihara alam ini. Tanggung jawab ini tidak hanya
bersifat individual melainkan juga kolektif. Prinsip tanggung jawab moral
ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan
tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan
segala isinya. Dengan prinsip tanggung jawab pribadi maupun tanggung
jawab bersama itu, setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung
jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa
memiliki yang tinggi seakan milik pribadinya.

Tanggung jawab ini akan muncul seandainya pandangan dan sikap


moral yang dimiliki adalah bahwa alam bukan sekadar untuk kepentingan
manusia. Ketika alam dilihat sekadar untuk kepentingan manusia,
memang milik bersama lalu dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab.
Sebaliknya, kalau alam dihargai sebagai bernilai pada dirinya sendiri,
maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri
manusia, meskipun yang dihadapinya sebuah milik bersama.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

Sama halnya dengan kedua prinsip di atas, prinsip solidaritas


muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam
semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia
mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua
makhluk hidup lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri
manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan
dengan sesama makhluk hidup lain. Manusia kemudian bisa ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk hidup lain di alam semesta
ini.

Manusia bisa merasa sedih dan sakit ketika berhadapan dengan


kenyataan berupa rusak dan punahnya makhluk hidup tertentu. Ia ikut
merasa apa yang terjadi dalam alam, karena ia merasa satu dengan alam.
Prinsip solidaritas kosmis ini lalu mendorong manusia untuk
menyelamatkan lingkungan hidup, semua kehidupan di alam ini. Ia
mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro-alam,
prolingkungan hidup, atau menentang setiap tindakan yang merusak
alam.

2.3 KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM


PENYELENGGARAAN PEMILIHAN PRESIDEN

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki peran dan fungsional


penting dalam penyelenggaraan pemilihan presiden di Indonesia. Kinerja
KPU sangat mempengaruhi kelancaran dan kepercayaan masyarakat
terhadap proses demokrasi. Berikut ini adalah analisis mengenai kinerja
KPU dalam penyelenggaraan pemilihan presiden:

1. Penyelenggaraan Pemilihan yang Transparan

KPU telah berupaya meningkatkan transparansi dalam penyelenggaraan


pemilihan presiden. Informasi terkait jadwal, proses pemilihan, dan data
calon presiden disampaikan secara terbuka kepada publik. Hal ini
membantu menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap integritas
pemilihan.

2. Kepatuhan Terhadap Aturan

KPU memiliki tugas untuk memastikan pemilihan presiden berjalan sesuai


dengan aturan yang berlaku. Kinerja KPU dalam mematuhi regulasi terkait
pemilihan presiden mencerminkan komitmen mereka terhadap prinsip-
prinsip demokrasi dan keadilan.

3. Pendaftaran Calon Presiden

Proses pendaftaran calon presiden merupakan tahap awal yang krusial.


KPU harus memastikan bahwa calon yang mendaftar memenuhi syarat
sesuai dengan undang-undang. Kinerja KPU dalam memverifikasi dan
mendokumentasikan calon presiden menjadi indikator keberhasilan awal
penyelenggaraan pemilihan.

4. Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih

KPU memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada


masyarakat terkait proses pemilihan dan pentingnya partisipasi dalam
demokrasi. Upaya sosialisasi dan pendidikan pemilih yang efektif akan
meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga dalam pemilihan presiden.

5. Keamanan Pemilihan

Mengamankan jalannya pemilihan presiden adalah tanggung jawab utama


KPU. Kerjasama dengan aparat keamanan dan penyelenggaraan
pemilihan yang teratur dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas
dari gangguan untuk para pemilih.

6. Penggunaan Teknologi dalam Pemilihan

Pemanfaatan teknologi oleh KPU, seperti penggunaan sistem informasi


dan e-voting, dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam
penghitungan suara. Kinerja KPU dalam menerapkan teknologi ini juga
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan
keberlanjutan pemilihan.

7. Penanganan Sengketa Pemilihan

KPU harus siap mengatasi sengketa yang mungkin muncul selama atau
setelah pemilihan. Kemampuan KPU dalam menangani sengketa dengan
adil dan transparan akan memberikan gambaran positif terhadap sistem
demokrasi di negara ini.

8. Evaluasi dan Pembelajaran

Setelah pemilihan selesai, evaluasi kinerja KPU menjadi penting. Proses


ini mencakup analisis terhadap keberhasilan dan hambatan yang mungkin
muncul. Pembelajaran dari pemilihan sebelumnya dapat membantu KPU
meningkatkan proses penyelenggaraan pemilihan berikutnya.

9. Keterlibatan Pihak Ketiga

KPU harus menjaga independensinya dan menghindari intervensi pihak


ketiga yang dapat memengaruhi integritas pemilihan. Menjalin kerjasama
dengan lembaga-lembaga terkait tanpa mengorbankan kemandirian
adalah suatu tantangan yang perlu diatasi.

10. Respons Terhadap Perubahan Lingkungan

KPU perlu responsif terhadap perubahan lingkungan politik, sosial, dan


teknologi. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dan mengatasi
tantangan baru akan menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan
pemilihan presiden. Kinerja KPU dalam penyelenggaraan pemilihan
presiden sangat kompleks dan mencakup berbagai aspek. Keberhasilan
mereka dala melaksanakan tugas ini akan membentuk dasar kepercayaan
masyarakat terhadap demokrasi dan sistem pemilihan di Indonesia.

2.4 TANTANGAN YANG DIHADAPKAN KEPADA KOMISI PEMILIHAN


UMUM

Komisi Pemilihan Umum menghadapi berbagai tantangan dalam


menjalankan pemilu. Presiden Joko Widodo menyebutkan lima tantangan
yang dihadapi dalam melahirkan pemilu yang berkualitas, antara lain
masalah teknis persiapan pemilu, partisipasi pemilih, transparansi, tata
kelola pemilu yang akuntabel, dan masa kampanye.Selain itu, terdapat
empat tantangan yang dihadapi KPU dalam pemilu serentak 2024, yaitu
pembentukan badan adhoc, verifikasi partai politik, distribusi logistik, dan
sosialisasi penyelenggaraan pemilu.

Tantangan lainnya meliputi profesionalisme, pendistribusian logistik


pemilu, sinkronisasi data pemilih, pemuktahiran pengembangan teknologi
penghitungan suara elektronik, dan memaksimalkan sumber daya
manusia sebagai petugas penyelenggaraan pemilu.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, kesiapan sumber daya


manusia dan penyelenggaraan yang matang menjadi kunci utama.
Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses
pemilihan umum, serta memberikan edukasi politik agar pemilih dapat
membuat keputusan yang informatif dan Menangani potensi konflik politik
dan sosial yang mungkin muncul selama pemilihan umum, termasuk
mengelola ketegangan di antara partai politik pun kerap kali menjadi
tantangan yang dihadapi KPU.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki dampak yang


signifikan pada pemerintahan dan masyarakat. Sebagai lembaga
penyelenggara pemilihan umum, KPU memiliki tanggung jawab besar
dalam memastikan proses demokrasi berjalan dengan baik dan
mendapatkan dukungan masyarakat. Kinerja KPU sangat menentukan
legitimasi pemerintahan yang terpilih. Dengan menyelenggarakan
pemilihan umum yang adil, transparan, dan bebas dari kecurangan, KPU
memberikan dasar yang kuat bagi pemerintahan untuk diakui sebagai
wakil sah dari kehendak rakyat. Ini memperkuat fondasi demokrasi dan
kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan.

3.2 SARAN

Mengenai Penguatan Kapasitas dan Pelatihan kpu harus


meningkatkan pelatihan dan penguatan kapasitas bagi anggota KPU agar
memiliki pemahaman yang mendalam tentang peraturan, teknologi, dan
tata kelola yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan umum. Ini
termasuk pemahaman mendalam terkait penanganan sengketa,
manajemen teknologi, dan tugas-tugas administratif.

Pada konteks teknologi kpu juga harus mampu dan bisa melakukan
peningkatan pada penggunaan teknologi, menggali potensi teknologi
untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam penyelenggaraan
pemilihan. Penerapan sistem informasi dan teknologi e-voting yang aman
dan andal dapat mempercepat proses pemilihan dan meminimalkan risiko
kesalahan manusia. Untuk penyelengaraan pemilu ke depan KPU harus
mampu menjamin Transparansi dan Keterbukaan Informasi dan
memastikan transparansi serta keterbukaan dalam semua tahapan
penyelenggaraan pemilihan. Menyediakan informasi yang mudah diakses
oleh publik, termasuk data terkait calon, tahapan pemilihan, dan hasilnya,
untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Evaluasi berkelanjutan harus dilakukan oleh kpu guna memperbaiki


dan meminimalisir kesalahan ke depanya, melakukan evaluasi
berkelanjutan terhadap penyelenggaraan pemilihan, memetik pelajaran
dari setiap pemilihan untuk terus meningkatkan kinerja. Hal tersebut
mencakup identifikasi hambatan, keberhasilan, dan pengembangan solusi
inovatif untuk memperbaiki proses di masa mendatang.

Apabila penerapan terhadap saran-saran ini dilakukan secara


maksimal, KPU dapat terus meningkatkan kinerjanya dalam
penyelenggaraan pemilihan, memastikan demokrasi yang lebih kuat,
transparan, dan didukung oleh partisipasi aktif masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Awlia, T. (2020). Komisi Pemilihan Umum: Fungsi, Tugas hingga Daftar


Ketua KPU. detikNews. Berita. [diakses 2023 Jan 6].
https://news.detik.com/berita/d-4848695/komisi-pemilihan-umum-
fungsi-tugas-hingga-daftar-ketua-kpu

Budiono, E. (2023). KPU Hadapi Empat Tantangan di Pemilu Serentak


2024. Jakarta: Info publik. [diakses 2023 Jan 18].
https://www.infopublik.id/kategori/nasional-politik-
hukum/703278/kpu-hadapi-empat-tantangan-di-pemilu-serentak-
2024

Febriati, V. A. (2023). Tugas dan Kewenangan KPU Dalam Pemilu .


Jakarta: Tempo.co. https://pemilu.tempo.co/read/1738963/tugas-
dan-kewenangan-kpu-dalam-pemilu

Maulida. (2022). Presiden Ingatkan Lima Tantangan Pemilu 2024. Jakarta:


Press Release. Nomor : PR/ 41 / VIII /2022.
https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-
release/1669-presiden-ingatkan-lima-tantangan-pemilu-2024

Sari, A. M. (2023). Komisi Pemilihan Umum (KPU), Tugas dan


Wewenangnya. Fakultas Hukum UMSU. [diakses 2022 Jun 22].
https://fahum.umsu.ac.id/komisi-pemilihan-umum-kpu-tugas-dan-
wewenangnya/

Siagian, A. W. (2022). Tantangan Lama vs Tantangan Baru KPU.


rumahpemilu.org. Berita. [diakses 2022 Jun 9].
https://rumahpemilu.org/tantangan-lama-vs-tantangan-baru-kpu/

Zarkasi, A (2005). Tinjauan Yuridis Tugas dan Wewenang KPUD dalam


Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah. media.neliti.com (139-153).
https://media.neliti.com/media/publications/43179-ID-tinjauan-
yuridis-tugas-dan-wewenang-kpud-dalam-penyelenggaraan-
pemilihan-umum-ke.pdf

Anda mungkin juga menyukai